Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No.

2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079


Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

PERBEDAAN VOLUME RESIDU LAMBUNG BERDASARKAN METODE PEMBERIAN


NUTRISI ENTERAL BOLUS DAN INTERMITTENT PADA PASIEN STROKE DI RUMAH
SAKIT ST. ELISABETH SEMARANG

Kristiana Prasetia1, Elisabeth Erawati2, Hersa Donantya3


1Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes ST. Elisabeth Semarang
email: devanosetiawan@gmail.com
2 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes ST. Elisabeth Semarang

email: erawati281krgn@gmail.com
3 Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS St. Elisabeth Semarang

email: penulis_2@cde.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang : Prevalensi malnutrisi pada pasien stroke meningkat seiring dengan semakin lamanya pasien dirawat.
American Hearth Association (AHA) dan American Stroke Association (ASA) merekomendasikan pemberian nutrisi
enteral untuk pasien stroke baik dalam keadaan kritis maupun non kritis tanpa menekankan metode pemberiannya.
Adanya volume residu lambung mengurangi kebutuhan kalori pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan volume residu lambung pada pemberian nutrisi enteral dengan metode bolus dan intermitten pada pasien
stroke di RS St. Elisabeth Semarang. Metode : Penelitian ini adalah penelitian observational analitik kuantitatif dengan
menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple
random sampling, sebanyak 60 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, menggunakan data rekam
medik bulan Agustus 2018 sampai dengan Januari 2019. Alat penelitian menggunakan lembar observasi. Analisa data
dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Hasil : uji Mann-Whitney, p value =
0,001 (p < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada volume residu lambung pada pemberian nutrisi
enteral metode bolus dan intermittent pada pasien stroke. Kesimpulan : metode intermittent (rerata = 7,50) lebih efektif
dibandingkan dengan metode bolus (rerata = 30,50) dalam mencegah residu lambung pada pasien stroke. Pemberian
nutrisi enteral pada pasien stroke diharapkan menggunakan metode intermittent.

Kata Kunci: Nutrisi Enteral, Volume Residu Lambung.

ABSTRACT

Background: The prevalence of malnutrition in stroke patients increases with the length of time the patient is treated.
The American Heart Association (AHA) and the American Stroke Association (ASA) recommend the provision of
enteral nutrition for stroke patients in both critical and non-critical conditions without emphasizing the method of
administration. The presence of gastric residual volume reduces the patient's caloric needs. The purpose of this study
was to determine differences in gastric residual volume in enteral nutrition using the bolus and intermittent methods in
stroke patients at St. Hospital. Elisabeth Semarang. Method: This research is a quantitative observational study using a
cross-sectional design with a retrospective approach. Sampling using a simple random sampling technique, as many as
60 respondents who met the inclusion and exclusion criteria, used medical record data from August 2018 to January
2019. The research tool used observation sheets. Data analysis was performed univariately and bivariate using the
Mann-Whitney statistical test. Results: Mann-Whitney test, p-value = 0.001 (p <0.05) showed a significant difference
in the volume of gastric residue in bolus and intermittent enteral nutrition in stroke patients. Conclusion: the
intermittent method (mean = 7.50) is more effective than the bolus method (mean = 30.50) in preventing gastric residue
in stroke patients. Providing enteral nutrition in stroke patients is expected to use the intermittent method.

Keywords: Enteral Nutrition, Gastric Residue Volume.

70
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

LATAR BELAKANG diberikan pada pasien yang tidak dapat


Stroke adalah gejala defisit fungsi memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute
susunan saraf yang disebabkan oleh penyakit oral, formula nutrisi diberikan melalui gastric
pembuluh darah otak1–3. Pasien stroke tube secara manual maupun dengan bantuan
memiliki risiko mengalami malnutrisi sebesar mesin8. Nutrisi enteral memelihara dan
8% hingga 34%2,4. Prevalensi malnutrisi pada mempertahankan fungsi pencernaan makanan,
pasien stroke meningkat seiring dengan sebagai imunologik, mencegah organisme
semakin lamanya pasien dirawat. Penelitian dalam usus menyerang tubuh, mengurangi
Corrigan (2011) tentang permasalahan nutrisi, sepsis dan respon hipermetabolik pada
menunjukkan bahwa pada 104 pasien dengan trauma9.
stroke akut, terjadi malnutrisi protein pada Berbagai penelitian membuktikan
16,3% pasien stroke pada saat masuk rumah peranan nutrisi enteral memberikan
sakit dan meningkat menjadi 26,4% pada hari keuntungan secara klinis yaitu mencegah
ketujuh, dan menjadi 35% pada hari keempat atrofi saluran cerna dan mempertahankan gut
belas5. barier yang mencegah translokasi bakteri,
Data yang ditemukan di RS St. mempertahankan produksi secretory Ig A,
Elisabeth dari bulan Januari sampai dengan menurunkan angka mortalitas dan
Maret 2018, tercatat 24 dari 75 pasien stroke mempertahankan fungsi imunitas pada
mengalami penurunan kadar albumin sebagai pencernaan9.
indikator malnutrisi dengan hasil kurang dari American Hearth Association (AHA)
3,4 mg/dl. Malnutrisi ini disebabkan oleh dan American Stroke Association (ASA)
banyak faktor. Salah satu penyebab malnutrisi merekomendasikan pemberian nutrisi enteral
pada pasien stroke adalah disfagia1,5,6. untuk pasien stroke baik dalam keadaan kritis
Terdapat 29% hingga 67% pasien stroke maupun non kritis tanpa menekankan metode
mengalami disfagia. Pada stroke dengan pemberian nutrisi enteralnya10. Metode
disfagia, pasien mengalami kesulitan pemberian nutrisi enteral yang tepat dibutuh-
menelan, sehingga asupan nutrisi tidak kan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
memadai dalam jangka waktu yang lama6. pasien. Namun, pemberian nutrisi enteral
Berdasarkan skala disphaghia Severity tidak sepenuhnya dapat memenuhi kalori
Scale (DSS), disfagia memiliki tujuh derajat pasien. Kondisi ini dibuktikan dengan adanya
keparahan. Pada derajat 1 dan 2 sangat volume residu lambung. Rata-rata hanya 14%
membutuhkan dukungan nutrisi enteral untuk hingga 52% pasien yang mencapai target
memenuhi kebutuhan nutrisinya7,8. Disfagia asupan nutrisi tanpa residu lambung11.
pada pasien stroke disebabkan oleh rusaknya Ketidaktepatan metode pemberian nutrisi
nerves IX glosofaringeus, sehingga pasien enteral pada pasien menjadi penyebab residu
tidak dapat menelan dengan baik. Selain itu lambung12.
kerusakan pada nervus X, atau nervus vagus Perawat di Unit Instalasi Rawat Intensif
juga berdampak pada motilitas saluran RS St. Elisabeth Semarang memberikan
gastrointestinal, sehingga absorbsi makanan nutrisi enteral pada pasien stroke dengan cara
pasien terganggu5. Pasien akan mengalami intermittent. Metode intermittent adalah
kekurangan nutrisi. metode pemberian nutrisi enteral dengan
Solusi untuk mengatasi kekurangan meng-gunakan pompa infus atau dengan
nutrisi pada pasien yaitu pemberian nutrisi metode drip gravitasi selama 20-60 menit,
enteral. Nutrisi enteral adalah nutrisi yang dengan volume 240-720 ml setiap pemberian,
71
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

dan dengan pemberian nutrisi 4-6 kali per hari Dua penelitian di Indonesia dengan desain
namun tergantung pada kebutuhan nutrisi Quasi eksperimental membuktikan adanya
pasien. Selama perawatan di Instalasi Rawat perbedaan volume residu lambung antara
Intensif perawat selalu menghindari yang diberikan nutrisi enteral sebanyak 250
penundaan pemberian nutrisi pada pasien, cc secara bolus selama 5-10 menit dan inter-
perawat selalu memposisikan pasien head up mittent selama 2 jam pada pasien kritis tanpa
300 dan memberikan nutrisi pada pasien adanya pengontrolan pada jenis diagnosa
sesuai dengan diit pasien. medisnya. Hasil penelitian didapatkan
Penelitian yang dilakukan oleh Gazzaneo volume residu secara bolus 0 ml – 35 ml
et.all (2011), menjelaskan bahwa pemberian sedangkan volume residu dengan metode
nutrisi melalui intermittent feeding terbukti intermittent 0 ml -16 ml19,20.
dapat me-ningkatkan fungsi otot lambung. Bagaimanapun, volume residu pada
Dengan fungsi otot lambung yang baik, maka kedua metode ini masih dalam batas normal,
nutrisi dapat ditoleransi oleh lambung14. yaitu < 20% dari jumlah nutrisi yang
Derajat toleransi lambung terhadap nutrisi diberikan.15 Namun, hal berbeda ditemukan
enteral dapat diketahui melalui volume residu dari hasil studi pendahuluan di RS Elisabeth
lambung15–17. pada 15 responden ditemukan volume residu
Pada ruang stroke dan ruang rawat inap RS lambung mencapai 200 ml dari volume nutrisi
St. Elisabeth Semarang, dalam pemberian enteral 200 ml yang diberikan dengan
nutrisi enteral pada pasien stroke masih pemberian metode bolus selama 4-10 menit,
menggunakan metode bolus. Pemberian sedangkan untuk metode intermittent selama
nutrisi enteral secara bolus, diberikan dengan 1 jam mencapai 30 cc setelah 4 jam
menggunakan spuit sonde atau feeding botol pemberian nutrisi enteral.
selama 4-10 menit, dan umumnya pasien Fenomena yang ditemukan di RS St.
diberi volume 240 ml dengan pemberian 3-6 Elisabeth Semarang, dalam pemberian nutrisi
kali per hari13. Hal ini akan mengakibatkan enteral pada pasien stroke, sebagian besar
cairan cepat masuk ke lambung dan langsung masih menggunakan metode bolus sehingga
terisi penuh. Volume lambung yang banyak penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dapat menyebabkan isi lambung semakin gambaran metode pemberian nutrisi enteral
asam sehingga akan mempengaruhi pem- yang lebih efektif dalam meningkatkan
bukaan spingter pilorus, sehingga akan asupan nutrisi sesuai dengan kalori yang
meningkatkan volume residu lambung9,18. dibutuhkan pada pasien stroke. Sejauh ini
Pada penelitian ini akan melihat perbedaan peneliti juga belum mendapatkan justifikasi
volume residu lambung pada pemberian perbedaan volume residu lambung antara
nutrisi enteral dengan metode bolus dan yang diberikan secara bolus dan intermittent
intermitten pada pasien stroke. Perbedaan pada pasien stroke. Tujuan penelitian untuk
kedua metode ini adalah pada lamanya waktu mengetahui perbedaan jumlah volume residu
pemberian nutrisi enteral yang diberikan. lambung berdasarkan metode pemberian
Semakin cepat waktu pemberian nutrisi nutrisi enteral bolus dan intermittent pada
enteral maka lambung akan semakin cepat pasien stroke di Rumah Sakit St. Elisabeth
terisi penuh sehingga otot lambung harus Semarang.
bekerja lebih keras untuk melakukan
pengosongan lambung.

72
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

METODOLOGI PENELITIAN Tabel 1. Volume residu lambung metode


Desain penelitian yang digunakan bolus pada pasien stroke di RS St.
adalah observasional yaitu observasional Elisabeth Semarang
analitik kuantitatif, dengan pendekatan cross n Mean SD Min-Maks
Volume Residu 30 30,50 ±43,318 0-150
sectional dengan pendekatan waktu penelitian lambung (ml)
Sumber : data rekam medis Agustus 2018 – Januari 2019
retro-spektif yaitu penelitian melihat ke
Tabel 1. menunjukkan rata-rata volume
belakang (backward looking)21–23.
residu lambung metode bolus adalah 30,50 ml
Populasi terjangkau dalam penelitian ini
dengan standar deviasi 43,318 ml, volume
adalah seluruh pasien stroke dewasa yang
residu lambung terendah adalah 0 ml dan
terpasang NGT ukuran 14 Fr., mendapatkan
tertinggi adalah 150 ml.
nutrisi enteral dengan volume 200 ml dengan
Volume residu lambung yang dihasilkan pada
jenis diet yang sama dan mendapatkan terapi
metode bolus berkisar 0 sampai 150 ml.
PPI, berdasarkan rekam medis di RS St.
dengan rerata 30,50 ml. Nutrisi enteral yang
Elisabeth Semarang. Teknik pengambilan
diberikan sebanyak 200 ml. selama 4-10
sampel menggunakan simple random
menit. Dilihat dari volume residu lambung
sampling, dengan kriteria inklusi Tercatat
terbesar yaitu 150 ml. dari 200 ml. diit yang
volume residu lambung pada hari rawat
diberikan, maka persentase volume residu
kedua, Kriteria eksklusi Pasien stroke dengan
lambung sekitar 75% dari diit yang diberikan
DM dan Perdarahan lambung.
(GRV > 20%). Volume residu lambung
Penelitian dilakukan di RS. St. Elisabeth
dikatakan normal bila kurang dari 20%.
Semarang pada tanggal 25 Januari sampai
Hasil ini berbeda dengan penelitian Sri
dengan 2 Februari 2019. Instrumen yang
Wisnu Munawaroh (2012), dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
menggunakan desain quasi eksperimen, dan
observasi. Langkah-langkah dalam
menggunakan teknik accidental sampling,
pengumpulan data yaitu mendapatkan
dilakukan pada pasien kritis yang dirawat di
perijinan dari STIKES St. Elisabeth Semarang
ruang ICU yang terpasang selang NGT tanpa
dan persetujuan dari Direktur RS St. Elisabeth
disebutkan ukurannya dan mendapatkan
Semarang untuk mengambil data di rekam
program nutrisi sebanyak 250 ml yang
medis dengan mengisi lembar observasi.
menunjukkan volume residu lambung metode
Setelah lembar observasi terisi, dilakukan
gravity drip berkisar antara 0 sampai 35 ml
tahap pengelolahan data dan analisa data.
(GRV < 20%) dengan rerata 6,93 ml19.
Pengolahan data dilakukan dengan cara
Penelitian ini juga berbeda dengan
Editing, Coding, Entry, Tabulating dan
penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa,
Cleaning. Penelitian ini menggunakan analisa
dengan menggunakan rancangan quasi
univariat dan analisa bivariat menggunakan
eksperimen dengan desain posttest only
uji statistik Mann-Whitney. Etika penelitian
control group, dilakukan di ruang intensif,
meliputi Anonimity dan Confidentiality.
pengambilan data dilakukan secara
concecutive sampling, men-dapatkan diit yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
sama dengan volume 250 ml. Disini peneliti
Hasil penelitian menunjukkan data sebagai
tidak me-nyebutkan faktor perancu lain yang
berikut :
bisa berpengaruh terhadap volume residu
Volume Residu Lambung Metode Bolus
Pada Pasien Stroke di RS St. Elisabeth lambung. Dalam penelitian ini menunjukkan
Semarang volume residu lambung metode gravity drip
73
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

berkisar antara 20 sampai 45 ml (GRV 18%) Tabel 2. Menunjukkan rata-rata volume


dengan rerata 30 ml20. residu lambung metode intermittent adalah
Pada kedua penelitian di atas, dilakukan 7,50 ml dengan standar deviasi 14,004 ml.
pada pasien kritis dengan berbagai sebab, Volume residu lambung terendah adalah 0 ml
tanpa disebutkan diagnosa medisnya yang dan tertinggi adalah 50 ml. Pada penelitian ini
dirawat di ruang intensif, sedangkan pada didapatkan ada 6 responden yang
penelitian ini dilakukan pada pasien stroke menggunakan ventilasi mekanik, satu
baik dalam kondisi kritis maupun non kritis, responden dengan volume residu 50 ml.
yang dirawat di ruang intensif maupun di Berdasarkan hasil penelitian, volume
ruang rawat inap biasa, dengan data yang residu lambung yang dihasilkan pada metode
diambil pada hari rawat kedua. Peneliti intermittent berkisar 0 sampai 50 ml dengan
menggunakan desain cross sectional dengan rerata 7,50 ml. Nutrisi enteral yang diberikan
pendekatan retrospektif, data diambil dari sebanyak 200 ml selama 1-2 jam. Dilihat dari
rekam medis pasien. residu lambung terbesar yaitu 50 ml dari 200
Tingkat keparahan penyakit pasien akan ml diit yang diberikan, maka persentase
meningkatkan katekolamin yang berdampak volume residu lambung sekitar 25% dari diit
pada motilitas gastro-intestinal, selain itu yang diberikan (GRV > 20%).
pada pasien stroke, mengalami perubahan Hasil ini berbeda dengan penelitian
modulasi sistem saraf otonom sehingga yang dilakukan oleh Sri Wisnu (2012), yang
mengakibatkan penurunan motilitas GI. Hal menyatakan hasil quasi eksperimen pada 30
tersebut akan mengakibatkan residu lambung pasien kritis yang mendapat nutrisi enteral
menjadi banyak24. metode intermittent, volume residu lambung
Chien-Wei Hsu (2011), menerangkan bahwa berkisar antara 0 sampai dengan 16 ml dengan
pasien dengan skor SOFA yang lebih tinggi rerata 2,47 ml (GRV < 20%)19.
memiliki GRV yang lebih tinggi24. Carlos R. Penelitian ini juga berbeda dengan
Camara-Lemarroy (2014) dalam menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa
bahwa cidera pada berbagai area kortikal dan (2016), dengan pemberian diit sebanyak 250
nucleus medulla yang terlibat dalam fungsi ml pada pasien kritis, menunjukkan volume
spingter dan modulasi saraf otonom residu lambung metode intermittent berkisar
menurunkan motilitas GI25. Ada beberapa antara 15 sampai 27 ml (GRV 10,8%) dengan
faktor yang mempengaruhi volume residu rerata 19,94 ml20.
lambung menjadi meningkat, diantaranya Bing Guo (2015) dalam review
usia, cara pengambilan volume residu literaturnya melaporkan bahwa pasien kritis
lambung, toleransi gastrointestinal, dan letak dengan ventilasi mekanik kemungkinan besar
ujung NGT di dalam lambung. mengalami keterlambatan pengosongan
lambung, intoleransi pemberian nutrisi
Volume Residu Lambung Metode enteral, kemungkinan terjadi malnutrisi,
Intermittent Pada Pasien Stroke di RS St. aspirasi paru, infeksi dan kematian. Motilitas
Elisabeth Semarang gastrointestinal dapat terhambat oleh obat-
Tabel 2. Volume residu lambung metode
obatan, hipoksia, sepsis, dan peningkatan
intermittent pada pasien stroke di
RS St. Elisabeth Semarang tekanan intracranial26. Jin Hwa Yi (2011),
n Mean SD Min-Maks menyatakan bahwa tingkat keparahan disfagia
Volume Residu 30 7,50 ±14,004 0-50 pada pasien stroke akan mempengaruhi
lambung (ml)
Sumber : data rekam medis Agustus 2018 – Januari 2019 motilitas GI. Pada penelitian ini, peneliti tidak
74
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

mengeksplorasi tingkat keparahan pasien dan perbedaan yang signifikan pada volume
penggunaan ventilasi mekanik pada pasien27. residu lambung berdasarkan metode
Ukuran diameter selang NGT dan pemberian nutrisi enteral bolus dan
viskositas cairan diberikan juga akan intermittent, dengan perbedaan median 10,00
mempengaruhi volume residu lambung yang ml.
dihasilkan. Bartlet Ellis (2015) dalam Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
penelitiannya yang berjudul “Examination of Sri Wisnu ( p value = 0,045) dan penelitian
Accuracy in the Assessment of Gastric Maria Ulfa (p value = 0,000) yang berarti ada
Residual Volume “ mengemukakan bahwa perbedaan yang signifikan antara volume
selang dengan diameter yang lebih besar akan residu lambung berdasarkan metode
menghasilkan volume residu yang lebih pemberian nutrisi enteral bolus dan
banyak. Sedangkan viskositas cairan yang intermittent, dengan volume residu lambung
lebih kental akan menurunkan volume residu metode bolus lebih besar dibandingkan
lambung. Begitu juga dengan cara dengan volume residu lambung metode
pengambilan residu lambung, pengambilan intermitten19,20.
dengan cara suctioning selama 5 menit akan Pemberian nutrisi enteral metode bolus
menghasilkan residu yang lebih banyak adalah metode pemberian nutrisi enteral
disbandingkan dengan menggunakan menggunakan syringe / spuit sesuai dengan
syringe29. bantuan gravitasi bumi. Diberikan dalam
Analisis Perbedaan Volume Residu waktu yang singkat, biasanya 4-10 menit
Lambung berdasarkan Metode Bolus dan dengan volume 240 ml. diberikan 3-6 kali per
Intermittent Pada Pasien Stroke di RS St. hari. Pada pemberian nutrisi enteral metode
Elisabeth Semarang bolus, nutrisi enteral akan secara cepat masuk
Tabel 3. Analisis Perbedaan Volume Residu
ke dalam lambung sehingga meng-akibatkan
Lambung antara metode bolus dan
intermittent pada pasien stroke di motilitas lambung menjadi lambat, isi
RS St. Elisabeth Semarang lambung semakin asam yang akan
Residu n Median SD *p value mempengaruhi pembukaan spincter pylorus,
Lambung
Bolus 30 10,00 ±43,318 juga akan menyebabkan distensi lambung
Intermittent 30 0,00 ±14,004 0,001
Total 60 yang akhirnya akan me-nyebabkan
*) Uji Mann-Whitney U pengosongan lambung men-jadi lambat dan
residu lambung menjadi lebih banyak30.
Tabel 3 menunjukkan hasil uji statistik
Pemberian nutrisi enteral metode
Mann-Whitney U, nilai p value = 0,001 (p <
intermittent adalah metode pemberian nutrisi
0,05). Dari nilai signifikasi tersebut, dapat
enteral menggunakan infuspump /
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
syringepump atau dengan metode drip
diterima, artinya ada perbedaan yang
gravitasi. Diberikan dalam waktu 20-60 menit
signifikan pada volume residu lambung
dengan volume 240-720 ml dan diberikan 4-6
berdasarkan metode pemberian nutrisi enteral
kali per hari tergantung pada kebutuhan
bolus dan intermittent pada pasien stroke,
nutrisi pasien13. Pemberian nutrisi enteral
dengan perbedaan median 10,00 ml.
secara bertahap akan memaksimalkan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
motilitas lambung sehingga pengosongan
nilai p value = 0,001 (p < 0,05). Dari nilai
lambung akan lebih cepat.
signifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Kecepatan pengosongan lambung
H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada
ditentukan oleh derajat aktivitas gelombang
75
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

peristaltik pada antrum lambung. Derajat Parenteral and Enteral Nutrition,


aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari 33(2), 122–167.
lambung itu sendiri dan sinyal dari https://doi.org/10.1177/014860710833
0314
duodenum. Sinyal dari lambung adalah
2. Camara-Lemarroy, C. R., Ibarra-
derajat peregangan lambung oleh makanan Yruegas, B. E., & Gongora-Rivera, F.
dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan (2014). Gastrointestinal complications
dari antrum lambung akibat respon regangan. after ischemic stroke. Journal of the
Kedua sinyal tersebut meningkatkan daya Neurological Sciences, 346(1–2), 20–
pompa pilorus dan mempermudah 25.
pengosongan lambung 30,31. Gazzaneo (2011) https://doi.org/10.1016/j.jns.2014.08.0
27
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
3. Chen, N., Li, Y., Fang, J., Lu, Q., &
pemberian nutrisi melalui intermittent feeding He, L. (2018). Risk factors for
terbukti meningkatkan fungsi otot lambung malnutrition in stroke patients: a meta-
dalam mensintesis protein14. analysis. Clinical Nutrition,
(December), 1–9.
KESIMPULAN https://doi.org/10.1016/j.clnu.2017.12.
Kesimpulan penelitian ini yaitu volume 014
4. Chowdhury, A. H., Murray, Ã. K.,
residu lambung pada pasien stroke pada
Hoad, C. L., Costigan, C., Marciani,
metode bolus berkisar 0 sampai 150 ml L., Macdonald, Ã. I. A., … Frcpe, Ã.
dengan rerata 30,50 ml, persentase volume (2015). Effects of bolus and
residu lambung metode bolus sekitar 75% continuous nasogastric feeding on
dari diit yang diberikan. Volume residu gastric emptying , small bowel water
lambung pada pasien stroke pada metode content , superior mesenteric artery
blood flow , and plasma hormone
intermittent berkisar 0 sampai 50 ml dengan
concentrations in healthy adults.
rerata 7,50 ml, persentase volume residu Annals of Surgery, 263(3), 450–457.
lambung metode intermittent sekitar 25% dari https://doi.org/10.1097/SLA.0000000
diit yang diberikan. Ada perbedaan yang 000001110
signifikan pada volume residu lambung 5. Corrigan, M. L., Escuro, A. A.,
berdasarkan metode pemberian nutrisi enteral Celestin, J., & Kirby, D. F. (2011).
bolus dan intermittent pada pasien stroke di Nutrition in the stroke patient.
Nutrition in Clinical Practice, 26(3),
RS St. Elisabeth Semarang, dengan nilai p
242–252.
value = 0,001 dengan perbedaan median https://doi.org/10.1177/088453361140
10,00 ml. Metode intermittent 5795
direkomendasikan oleh tim penelitit sebagai 6. Critical, C. (2011). Pedoman nutrisi
cara untuk memberikan nutrisi enteral, karena enteral. 2010–2011.
menghasilkan residu lambung yang lebih 7. Dr., D. kelana kusuma. (2011).
sedikit, daripada metoda bolus. Metodologi penelitian keperawatan :
panduan melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian (revisi).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Trans info medika.
8. Ellis, R. J. B., & Fuehne, J. (2015).
1. Boullata, J., Brantley, S., Corkins, M.,
Examination of accuracy in the
Guenter, P., Krenitsky, J., Lyman, B.,
assessment of gastric residual
… Wessel, J. (2009). Special report
volume : a simulated , controlled
enteral nutrition practice
study. Journal of Parenteral and
recommendations. Journal of
76
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

Enteral Nutrition, 39(4), 434–440. patients receiving enteral tube


https://doi.org/10.1177/014860711452 feeding : A prospective descriptive
4230 study. Intensive & Critical Care
9. Fessler, T. A. (2010). Gastric Nursing, 27(4), 194–201.
residuals-understand their significance https://doi.org/10.1016/j.iccn.2011.05.
to optimize care. Today Dietitian, 002
12(5), 8. 17. Munawaroh, S. W., Handoyo, &
10. ganong W. F. (2008). Buku ajar Astutiningrum, D. (2012). Efektifitas
fisiologi kedokteran (22nd ed.). pemberian nutrisi enteral metode
jakarta: EGC. intermittent feeding dan gravity drip
11. Guo, B. (2015). Gastric residual terhadap volume residu lambung pada
volume management in critically ill pasien kritis di ruang icu rsud
mechanically ventilated patients: A kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan
literature review. Proceedings of Keperawatan, 8(3), 141–152.
Singapore Healthcare, 24(3), 171– 18. Nickson, C., & Agustus, T. (2014).
180. Volume sisa lambung.
https://doi.org/10.1177/201010581559 19. Nishimura, K., Kagaya, H., Shibata,
8451 S., Onogi, K., Inamoto, Y., Ota, K., …
12. Hsu, C. W., Sun, S. F., Lee, D. L., Saitoh, E. (2015). Acccuracy of
Lin, S. L., Wong, K. F., Huang, H. H., dysphagia severity scale Rating
& Li, H. J. (2011). Impact of disease without using videoendoscopic
severity on gastric residual volume in evaluation of swallowing. Japanese
critical patients. World Journal of Journal of Comprehensive
Gastroenterology, 17(15), 2007–2012. Rehabilitation Science, 6, 124–128.
https://doi.org/10.3748/wjg.v17.i15.20 20. Nursalam. (2014). Metodologi
07 penelitian ilmu keperawatan (3rd ed.).
13. Ichimaru, S. (2018). Methods of Jakarta: Salemba medika.
enteral nutrition administration in 21. Ojo, O., & Brooke, J. (2016). The use
critically ill patients: continuous, of enteral nutrition in the management
cyclic, intermittent, and bolus feeding. of stroke. Nutrients, 8, 1–6.
Nutrition in Clinical Practice, 33(6), https://doi.org/10.3390/nu8120827
790–795. 22. Perry, P. (2013). Fundamentals of
https://doi.org/10.1002/ncp.10105 nursing (eighth). canada: Deborah L.
14. Itaqui, R. B., Favero, S. R., Castro, M. voged.
de R., Barea, L. M., Almeida, S. T. de, 23. Pigs, N., Gazzaneo, C., Suryawan, A.,
& Mancopes, R. (2011). Dysphagia Orellana, A., Torrazza, R. M., El-kadi,
and cerebrovascular accident: S. W., … Davis, T. A. (2011).
relationship between severity degree Intermittent Bolus Feeding Has a
and level of neurological impairment. Greater Stimulatory Effect on Protein
Journal Da Sociedade Brasileira de Synthesis in Skeletal Muscle Than
Fonoaudiologia, 23(4). Continuous Feeding in neonatal pigs.
https://doi.org/doi.org/10.1590/s2179- The Journal of Nutrition (Nutrient
64912011000400016 Physiology, Metabolism, and
15. Jayatri. (2009). Menggunakan pompa Nutrient-Nutrient Interactions), 2152–
elektronik dengan aturan pemberian 2158.
yang telah ditetapkan , waktu tertentu , https://doi.org/10.3945/jn.111.147520.
( Leach , 2004 dikutip oleh Philip . J , signaling
dkk , 2009 ). 24. Power, W. J., Rabinstein, A. A.,
16. Kim, H., & Choi-kwon, S. (2011). Ackerson, T., Adeoye, O. M., Brown,
Changes in nutritional status in ICU M., Demaerschalk, B. M., …
77
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 2 Juli 2020, Halaman 70 – 78 pISSN : 2356-3079
Prodi DIII Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

Summers, D. V. (2018). AHA / ASA genetika. Malang: Universitas


guideline : 2018 guidelines for the Brawijaya Press.
early management of patients with
acute ischemic stroke. AHA Journal,
1–344.
https://doi.org/10.1161/STR.00000000
00000158
25. Sacco, R. L., Kasner, S. E., Broderick,
J. P., Caplan, L. R., Connors, J. J.,
Culebras, A., … Vinters, H. V.
(2013). An updated definition of
stroke for the 21st century: a statement
for healthcare professionals from the
american heart association/american
stroke association. AHA Journal,
44(7), 2064–2089.
https://doi.org/10.1161/STR.0b013e31
8296aeca
26. Sanaka, M., Yamamoto, T., &
Kuyama, Y. (2010). Effects of proton
pump inhibitors on gastric emptying:
A systematic review. Digestive
Diseases and Sciences, 55(9), 2431–
2440. https://doi.org/10.1007/s10620-
009-1076-x
27. Sp.AK, P. D. S. S. (2014). Dasar
metodologi penelitian. Jakarta:
Sagung Seto.
28. Taufik, A. (2014). Korelasi volume
residu lambung dengan kadar laktat,
scvo2 darah dan nilai p(cv-a)co2
pada pasien sepsis berat dan syok
sepsis pasca resusitasi di icu rscm.
29. Ulfa, M., Siswanto, Y., & Yudanari,
Y. G. (2009). Efektifitas pemberian
nutrisi enteral secara gravity drip dan
intermittent feeding terhadap jumlah
residu lambung pasien di instalasi
rawat intensif rsud tugurejo
semarang. 1–7.
30. Yi, J. H., Chun, M. H., Ph, D., Kim,
B. R., Han, E. Y., & Park, J. Y.
(2011). Bowel function in acute stroke
patients. Annals of Rehabilitations
Medicine, 35(3), 337–343.
https://doi.org/doi:
10.5535/arm.2011.35.3.337
31. Yueniwati, Y. (2015). Deteksi dini
stroke iskemia dengan pemeriksaan
ultrasonografi vaskular dan variasi
78

Anda mungkin juga menyukai