Anda di halaman 1dari 25

MIGRAINE

OLEH
PUDYO KRISWHARDANI

PEMBIMBING: DR. KOMANG


YUNITA W, SP. S

LAB/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2018
MIGRAINE

Batasan

Migren adalah nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung 2 – 72 jam dan bebas
nyeri antara serangan, bersifat unilateral, berdenyut, umumnya disertai anoreksia, mual
dan muntah.Dalam beberapa kasus migren didahului atau bersamaan dengan
gangguan neurologik dan gangguan perasaan hati.

Prevalensi

• Bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin.


• Dapat terjadi mulai masa kanak-kanak sampai dewasa
• Sekitar 65 – 75 % penderita adalah wanita.

2
dr. Moch. Bahrudin, Sp.S, 2016
PREVALENSI

The american Migraine study


(Lipton& stewart 1993)
Patofisiologi

dr. Moch. Bahrudin, Sp.S, 2013

4
KLASIFIKASI

A. Migraine without aura


B. Migraine with aura
1. Migraine with typical aura
-Typical aura with headache
-Typical aura without headache
2. Migraine with brainstem aura
3. Hemiplegic migraine
- Familial hemiplegic migraine (FHM)
-Familial hemiplegic migraine type 1
-Familial hemiplegic migraine type 2
-Familial hemiplegic migraine type 3
-Familial hemiplegic migraine, other loci
-Sporadic hemiplegic migraine
4. Retinal migraine
C. Chronic migraine
IHS Classification ICHD-3 Beta, 2016

5
D. Complications of migraine
1. Status migrainosus
2. Persistent aura without infarction
3 Migrainous infarction
4 Migraine aura-triggered seizure
E. Probable migraine
1. Probable migraine without aura
2. Probable migraine with aura
F. Episodic syndromes that may be associated with migraine
1. Recurrent gastrointestinal disturbance
-Cyclical vomiting syndrome
-Abdominal migraine
2. Benign paroxysmal vertigo
3. Benign paroxysmal torticollis

IHS Classification ICHD-3 Beta, 2016


6
GAMBARAN KLINIK

1 . Migraine without aura/Common migraine/Hemicrania simplex:


Kriteria diagnostik:
A. 5x serangan+ kriteria B-D
B. serangan migren 4 – 72 jam
C. Minimal 2 dari 4 karakteristik:
-unilateral
-Pulsatil
-Nyeri berdenyut dari sedang-berat
-nyeri bertambah hebat dengan aktivitas fisik
D. Nyeri disertai (1/2):
-mual/muntah
-fotofobia/fonofobia

IHS Classification ICHD-3 Beta, 2016


7
2. Migraine dengan aura

Kriteria diagnostik:
A. Minimal 2 serangan seperti tersebut dalam B-D
B. Adanya aura minimal 1 tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik
1. Gangguan visual yg reversibel
- Gejala + = cahaya berkedip, bintik bintik atau garis
- Gejala - = hilangnya penglihatan
2. Gangguan sensoris yang reversibel
- Gejala + = tertusuk jarum (pins & needles)
3. Gangguan berbicara disfasia yang reversibel
C. Minimal 2 dari bawah ini
- Gejala visual homonim dan atau gejala sensoris unilateral
- Minimal timbul 1 aura secara gradual > 5 menit bisa disertai dengan atau jenis aura lainnya
> 5 menit
- Setiap gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit
D. Nyeri kepala memenuhi kriteria diagnostik MTA (B-D) dimulai bersamaan dengan aura atau
sesudah aura selama 60 menit
E. Tidak berkaitan dengan penyakit lain

‘IHS Classification ICHD-3 Beta, 2016


Fase I : Prodromal

Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang


berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan.
Gejala:
- kepala terasa ringan
- Perubahan tingkah laku (tidak enak, iritabel, memburuk bila makan
makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat
- Gangguan kognitif
- Kelelahan
- Kesulitan berkata-kata/malas berbicara.
- Depresi, insomnia, somnolen
- Lapar, haus, oliguria, poliuri, gangguan libido

10
Fase II : Aura

• Gangguan penglihatan yang


paling sering dikeluhkan
pasien. Khas pasien melihat
seperti melihat kilatan lampu
blits (photopsia) atau melihat
garis zig zag disekitar mata
dan hilangnya sebagian
penglihatan pada satu atau
kedua mata (scintillating
scotoma).
• Gejala sensoris yang timbul
berupa rasa kesemutan atau
tusukan jarum pada lengan,
dysphasia.
• Fase ini berlangsung antara 5
– 60 menit. Sebanyak 80%
serangan migraine tidak
disertai aura.

Bahrudin, M. 2016. Neurologi Klinis.


Malang: UMM Press.
11
Fase III : Headache

• Nyeri kepala yang timbul


terasa berdenyut dan berat.
• Biasanya satu sisi kepala
tetapi dapat juga pada
kedua sisi.
• Sering disertai mual muntah
tidak tahan cahaya
(photofobia) atau suara
(phonofobia).
• Nyeri kepala sering
memburuk saat bergerak
dan pasien lebih senang
istrahat ditempat yang gelap
dan ini sering berakhir antara
2 – 72 jam.

Bahrudin, M. 2016. Neurologi Klinis.


Malang: UMM Press.
12
Fase IV : Postdrome

• Saat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan


berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini pasien
akan merasakan lelah, nyeri pada ototnya kadang
kadang euphoria. Setelah nyeri kepala hilang.

13
14
Penatalaksanaan

1. Prinsip penanganan
Hindari faktor faktor yang memperburuk serangan migren seperti: suara yang
keras, bau yang tajam, cahaya silau, stress dan makanan makanan seperti
keju, coklate, buah sitrus dan alcohol.

2. Pengobatan serangan akut


a. Abortif non spesifik
- Analgesik, NSAID
- Antihistamin
- Antiemetik
b. Abortif spesifik
-Golongan Ergotamin/ dehidroergotamin, ES  vasokonstriksi PD coroner &
perifer
-5HT1 Agonis : Sumatriptan, Nasatriptan
15
3. Pengobatan profilaksis

- Insidensi serangan > 2-3x tiap bulan


- Serangan berat dan mengganggu aktivitas
- Terapi abortif gagal/ terdapat efek samping
Obat yang diberikan :
- Propanolol (beta bloker), KI  asma, sering olahraga
- Pizotifen (antihistamin), ES  nafsu makan meningkat
- Methysergide (antagonis serotonin), ES  fibrosis retroperitoneal
- Calcium bloker (Flunarizin), ES  mengantuk, Parkinson
- Valproic Acid, ES  Hepatotoksik

16
STRATEGI TERAPI

Terapi
Abortif

Menghindari Terapi
Pemicu Profilaksis

Terapi
Etiologi
Analgesik
ringan

Analgesik
NSAIDs
opiat

Terapi
Kortikoste
Abortif Golonga
roid n triptan

metoklop Ergotami
ramid n
OBAT UNTUK TERAPI ABORTIF

 Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol


 NSAIDs :
• Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT
• Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamin
• Pilihan lain : ibuprofen, ketorolak
 Golongan triptan
• Agonis reseptor 5-HT1D  menyebabkan vasokonstriksi
• Menghambat pelepasan takikinin, memblok inflamasi
neurogenik
• Efikasinya setara dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya
lebih cepat
• Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per
oral
Ergotamin
• Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinaptik
• Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan yang berat
Metoklopramid
• Digunakan untuk mencegah mual muntah
• Diberikan 15-30 min sebelum terapi antimigrain, dapat
diulang setelah 4-6 jam
Kortikosteroid
• Dapat mengurangi inflamasi
Analgesik opiat
• Contoh : butorphanol
Beta
Blocker

Antidepr
Topiramat esan
trisiklik

Terapi
Profilaksis
Verapamil Metisergid

Asam /
NSAIDs Na
valproat
OBAT UNTUK TERAPI PROFILAKSIS

Beta bloker
• Merupakan drug of choice untuk prevensi migrain
Contoh: atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol
Antidepresan trisiklik
• Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin
• Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien
glaukoma atau hiperplasia prostat
Metisergid
• Mrpkn senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2
Asam/Na Valproat
• Dapat menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada 80%
penderita migrain
Prinsip umum :
o Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum
untuk meminimalkan efek samping.
o Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
o Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid
pasien.
o Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara bertahap.

• Beta bloker
o Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama
(A).
o Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari, dapat
sebagai obat profilaksi alternatif (A)
• Antiepilepsi
o Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dan
kronik (A).
o Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik
(A).
• Antidepresi
o Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B).
• NSAID = Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari (B)
Edukasi

 1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut


dan profilaksi, menejemen faktor pencetus dan gaya
hidup melalui strategi selfmanagement.

 2. Self-management, pasien berperan aktif dalam


menejemen migrainnya.
o Self-monitoring untuk mengidentifikasi faktor2 yang
mempengaruhi migrainnya.
o Mengelola faktor pencetus secara efektif.
o Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
o Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
o Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
o Mampu mengelola stres.
o Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir
negatif.

3. Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.


Prognosis

Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : bonam

Anda mungkin juga menyukai