Anda di halaman 1dari 2

KASUS 1:

PROGRAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN STUNTING


DI KOTA PADANG

Kota Padang merupakan salah satu daerah dengan jumlah balita terbanyak di Sumatera
Barat. Meskipun prevalensi stunting di daerah ini masih dibawah rata-rata prevalensi di
tingkat Propinsi dan Nasional, namun secara angka absolut, Kota Padang menyumbang
angka kejadian stunting yang cukup besar. Oleh karenanya Kota Padang merupakan salah
satu daerah yang dimasukkan sebagai salah satu Daerah Lokus Stunting pada tahun 2021
mendatang.

Sejak Tahun 2017-208, Pemerintah secara serenatak sudah menggulirkan program


percepatan penanggulangan stunting melalui “Konvergensi Program Penanggulangan
Stunting” yang melibatkan seluuh kementrian di bawah koordinasi Bappenas. Di tingkat
propinsi dan kabupaten, program ini dilakukan di bawah koordinasi Bappeda Propinsi dan
Bappeda Kabupaten/Kota.

Salah satu upaya implementasi yang dilakukan di tingkat Kota Padang adalah dengan
melakukan sosialisasi program kepada semua stake holder terkait baik dari sector kesehatan
maupun non-kesehatan. Pada pertegahan tahun 2020, pemegang program gizi di Dinkes
Kota Padang sudah melakukan sosialisasi kepada seluruh Camat dan Lurah se-Kota Padang,
terkait program konvegensi penanggulangan stunting dan Kota Padang yang menjadi Lokus
Stunting pada tahun 2021. Selain sosialisasi, pertemuan ini juga bertujuan agar semua
camat dan lurah se-Kota Padang memiliki komitmen untuk emngalokasikan sebagaian dana
desa/kelurahan untuk upaya-upaya intervensi stunting, baik intervensi spesifik (bidang
kesehatan) mauun intervensi sensitive (bidang non-kesehatan).

Akan tetapi, dari sesi diskusi dan tanya jawab, para Camat dan Lurah menyampaikan, bahwa
untuk pengalokasian dana, harus ada aying hukum seperti Perwako, agar pengalokasian
dana tersebut tidak bermasalah di kemudian hari. Selain Camat dan lurah, Sosialisasi dan
diskusi ini juga dihadiri oleh Bappeda Kota Padang, Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan
Pangan dan BKKBN.

Dari kasus diatas, jika Saudara berperan sebagai Ahli Gizi penanggung jawab program di
Dinas Kesehatan, apa yang dapat Saudara lakukan (terkait dengan upaya adokasi gizi?
Buatlah rencana advokasi yang akan Saudara lakukan, apa tujuannya, siapa saja mitra dan
lawan advokasi saudara, bagaimana strategi dan pendekatan advokasi yang akan Saudara
lakukan, dan seperti apa kegiatan dan jadwal advokasi, sehingga pada awal 2021 diharapkan
sudah ada Perwako yang mengatur penggunaan anggaran Desa/Kelurahan untuk
penanggulangan stunting.
KASUS 2:
PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL
UNTUK PENANGGULANGAN GIZI KURANG DI KABUPATEN SOLOK

Gizi kurang (wasting) merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada kelompok
balita, ditunjukkan oleh berat badan yang kurang menurut tinggi badan anak. Keadaan ini
disebabkan oleh kekurangan gizi secara akut, baik oleh kurangnya asupan zat gizi makro
atau karena peningkatan pengeluaran energy seperti peningkatan aktifitas fisik atau
terjadinya penyakit infeksi seperti diare, ISPA, dll.

Berdasarkan data pelaporan program gizi di Kabupaten Solok, angka wasting masih relative
tinggi, dan dikhawatirkan akan berdampak terhadap peningkatan angka stunting
(kekurangan gizi secara kronis), khususnya pada daerah-daerah yang menjadi lokus stunting.
Salah satu program gizi untuk mengatasi keadaan gizi kurang adalah dengan pemberian
makanan tambahan (PMT) berupa biscuit yang di drop dari pemerintah pusat. Namun, dari
pemantauan program PMT, diketahui Sebagian besar konsumsi PMT Biskuit tidak optimal
karena factor kesukaan anak, kebosanan dan anggota rumah tangga lainnya yang ikut
mengonsumsi biscuit yang diberikan.

Dari penelitian terakhir terkait asupan zat gizi pada anak balita di kabupaten Solok,
diketahui anak balita, selain mengalami defisiensi protein dan energy, juga mengalami
berbagai zat gizi mikro seperti zat besi, zink, kalsium, asam folat dan vitamin C. Dari analisis
yang dilakukan, ternyata zat-zat gizi tersebut terdapat daam berbagai bahan makanan yang
tersedia secara local seperti ikan air tawar (mas, lele, nila, dll), telur ayam, daging ayam,
kacang-kacangan, tempe, tahu, sayuran hijau (bayam, kangkong, daun singkong, dll),
sayuran umbi (wortel), sayuran buah (tomat, terung) dan berbagai jenis buah seperti
papaya, pisang, semangka, dll. Akan tetapi bahan-bahan makanan tersebut belum
dikonsumsi secara optimal, khususnya untuk anak balita.

Berdasarkan hal tersebut, ahli gizi di dinas kabupaten dan puskesmas merasa perlu untuk
mengutamakan PMT yang diberikan untuk penanggulangan wasting berbasis pangan local.
Namun untuk implementasi program tersebut, perlu inisiasi Gerakan PMT Lokal yang
dimulai dengan sosialisasi PMT local pada pengambil kebijakan (Bupati, Ketua Penggerak
PKK Kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dll)

Dari kasus diatas, jika Saudara berperan sebagai Ahli Gizi penanggung jawab program di
Dinas Kesehatan, apa yang dapat Saudara lakukan (terkait dengan upaya adokasi gizi?
Buatlah rencana advokasi yang akan Saudara lakukan, apa tujuannya, siapa saja mitra dan
lawan advokasi saudara, bagaimana strategi dan pendekatan advokasi yang akan Saudara
lakukan, dan seperti apa kegiatan dan jadwal advokasi, sehingga pada awal 2021 diharapkan
sudah ada Perwako yang mengatur penggunaan anggaran Desa/Kelurahan untuk
penanggulangan stunting.

Anda mungkin juga menyukai