OLEH
TAHUN 2020
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi di mana seorang anak kekurangan energi kronis yang
menyebabkan gagal tumbuh pada anak di bawah usia lima tahun. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020, indeks PB/U atau TB/U
dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely
stunted) yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Menurut
hasil data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Balitbangkes
Kemenkes RI tahun 2022 prevalensi balita stunting (TB/U) di Indonesia sebesar 21,6%
dengan proporsi stunting di Provinsi Jawa Barat sebesar 3,9%. Kabupaten Bogor berada
di urutan 10 teratas yang angka prevalensi stuntingnya tinggi di provinsi Jawa Barat
sebesar 24,9%.
Stunting memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita.
Dampak jangka pendek stunting dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan kognitif
dan motorik, pertumbuhan fisik tidak optimal, serta gangguan metabolisme. Dampak
jangka panjang stunting yaitu menyebabkan gangguan pada pertumbuhan otak yang
mengakibatkan fungsi otak terganggu secara permanen dan menurunnya kapasitas
intelektual (Primasari & Keliat, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Almajwal, et al. (2018) bahwa rata-rata anak stunting memiliki skor Intelligence Quotient
(IQ) sebelas poin lebih rendah dari rata-rata IQ anak yang normal. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Puskesmas Curug, Kecamatan Jasinga bahwa anak balita yang menderita
perkembangan terlambat pada tahun 2020 sebanyak 15 sedangkan pada tahun 2021
terjadi peningkatan menjadi 20 balita (Mariyanah, et al., 2022).
Menurut Kemenkes (2018), banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
stunting pada balita, terutama mengenai asupan energi, zat gizi makro, berupa
karbohidrat, protein, dan lemak, serta zat gizi mikro, yaitu kalsium dan zink. Asupan
energi dan zat gizi makro yang tidak memenuhi kebutuhan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan balita, perkembangan otak sehingga perkembangan kognitifnya terhambat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur, et al. (2019), menyatakan ada
hubungan antara asupan zat gizi makro berupa karbohidrat, protein, dan lemak pada
kejadian stunting. Kemudian, tingkat konsumsi kalsium yang rendah (<50%) dapat
memengaruhi pertumbuhan linier balita. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
menyatakan adanya hubungan antara tingkat konsumsi kalsium dengan kejadian stunting
pada balita (Maulidah, et al. 2019). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Kundarwati, et al. (2022), menyatakan bahwa semakin sedikit mengonsumsi zink, maka
berisiko 2,148 kali mengalami stunting.
Faktor lain penyebab stunting pada balita dapat terjadi akibat tidak dilakukannya
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan penyakit infeksi.
IMD merupakan proses balita menyusui segera setelah dilahirkan. Sebanyak 51,4% balita
yang tidak mendapatkan IMD mengalami stunting (Windasari, et al. 2020). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh SJMJ, et al. (2020) menunjukkan hasil bahwa balita yang
tidak diberikan ASI eksklusif memiliki peluang 61 kali mengalami stunting. Berdasarkan
buku profil kesehatan Jawa Barat tahun 2021, cakupan pemberian ASI eksklusif pada
bayi baru lahir di Kab. Bogor lebih rendah (48,58%) dibandingkan data provinsi Jawa
Barat (64,24%). Selain faktor asupan, balita rentan terpapar penyakit infeksi salah
satunya diare. Kejadian diare dapat membuat balita kehilangan zat gizi yang dikonsumsi
sehingga akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan balita. Hasil analisis
menunjukkan adanya hubungan antara riwayat diare dengan kejadian stunting (Sutarto, et
al. 2021).
Selain itu, faktor ibu juga dapat memengaruhi kondisi stunting pada balita, seperti
status gizi ibu saat hamil, pengetahuan ibu balita, dan ketahanan pangan rumah tangga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ruaida, et al. (2018), menunjukkan bahwa
ibu hamil yang mengalami KEK berisiko 4,85 kali lebih besar menyebabkan anak
stunting. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang juga akan berdampak pada ketahanan
pangan rumah tangga. Menurut UU No 18 tahun 2012, ketahanan pangan mengharuskan
ketersediaan pangan cukup, dilihat dari jumlah, mutu, aman, bervariasi, bergizi, merata,
dan terjangkau. Menurut penelitian Adelina, et al. (2018), terdapat 51,4% balita stunting
ditemukan pada keluarga yang tidak tahan pangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wulansari (2020), juga menunjukkan sebanyak 25,8% individu yang tidak tahan pangan
memiliki risiko KEK. Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan status
ekonomi keluarga. Status ekonomi yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi ibu. Hal
ini dibuktikan dengan penelitian Febrianti, et al. (2020) yang menyatakan bahwa ibu
hamil yang status ekonomi kurang 332 kali berisiko mengalami KEK.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah keadaan kurangnya
dimana seseorang mengalami kekurangan satu atau zat gizi dari makanan yang dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu dan janin. Ibu hamil yang
berisiko mengalami kekurangan energi kronis dapat dilihat dari pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA) yang kurang dari 23,5 cm (Suryani, et al. 2021). Berdasarkan data
Riskesdas (2018), prevalensi KEK pada ibu hamil di Indonesia sebesar 17,3%, pada
Provinsi Jawa Barat sebesar 14,08%, sedangkan prevalensi KEK pada ibu hamil di
Kabupaten Bogor adalah 11,22%. Berdasarkan Laporan Dinkes Kabupaten Bogor tahun
2020 terdapat ibu hamil KEK sebesar 3,8%. Di Puskesmas Jasinga tahun 2020 terdapat
80 ibu hamil KEK (7,8%). Kondisi tersebut jika dibandingkan dengan ambang batas
kesehatan masyarakat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010) pada ibu hamil
dengan risiko KEK, maka Indonesia masih termasuk ke dalam negara yang memiliki
masalah kesehatan masyarakat dengan kategori sedang (10 – 19%).
Dampak KEK pada ibu yaitu dapat meningkatkan risiko anemia saat hamil,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah, dan terkena penyakit infeksi (Pratiwi,
2018). Kekurangan energi kronik selama kehamilan mengakibatkan tidak tercukupinya
cadangan zat gizi yang dibutuhkan oleh janin dalam kandungan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ibu hamil dengan riwayat KEK
saat hamil dengan kejadian stunting pada balita usia 6-24 bulan (Sartono & Nurdiati,
2013). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas bayi yang dilahirkan
sangat bergantung pada keadaan atau status gizi ibu selama hamil.
Adapun faktor terjadinya KEK pada ibu hamil disebabkan oleh penyebab
langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung berhubungan dengan asupan zat
gizi yang kurang (Edowai, et al. 2018). Menurut Hermadani (2020) adanya hubungan
antara tingkat asupan zat gizi makro dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Berdasarkan
penelitian Kasrida (2019), bahwa ibu hamil yang mengalami KEK asupan energinya
mengalami kekurangan dengan rerata yang didapat adalah 1.322 kkal dibawah standar
kebutuhan ibu hamil. Faktor penyebab tidak langsung KEK dapat dilihat dari
karakteristik ibu hamil yang meliputi usia ibu hamil, usia kehamilan, jarak kehamilan,
dan pemeriksaan ANC. Kehamilan pada ibu muda dapat menyebabkan terjadinya
kompetisi antara ibu dan janin. Sedangkan pada umur yang tua, dibutuhkan energi yang
lebih besar karena fungsi organ tubuh ibu yang mulai melemah. Dibuktikan dari hasil
penelitian Renjani, et al. (2017), ibu hamil yang berusia <20 tahun dan >35 tahun 13,5
kali lebih berisiko mengalami KEK dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20-35
tahun. Pada penelitian yang sama, ditemukan bahwa jarak kehamilan <2 tahun berisiko
9,3 kali lebih besar mengalami KEK dibandingkan dengan jarak kehamilan >2 tahun.
Pemeriksaan ANC memiliki pengaruh terhadap kejadian KEK karena ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan teratur akan mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Hasil penelitian menyatakan ibu yang tidak melakukan pemeriksaan ANC secara teratur
22 kali lebih berisiko mengalami KEK (Mandella, et al., 2022).
Hubungan ibu hamil KEK dengan balita stunting ialah ibu hamil yang KEK
memiliki risiko 4,85 kali lebih besar menyebabkan stunting. Dengan ini pemerintah
berusaha melakukan berbagai upaya untuk mencegah maupun menurunkan jumlah
penderita dengan kebijakan dan anggaran yang memadai demi membangun generasi di
masa depan sebagai anak bangsa yang dapat memajukan bangsa Indonesia. Namun, kami
juga memiliki peran yang penting dalam menggali sebuah informasi lebih dalam untuk
mencari sebuah solusi dari masalah KEK pada ibu hamil dan balita stunting. Berdasarkan
uraian di atas, kami akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa
saja yang berhubungan dengan terjadinya KEK pada ibu hamil dan stunting pada balita di
Kabupaten Bogor tahun 2023.
B. Rumusan Masalah
Kesehatan ibu selama hamil sangat berpengaruh terhadap bayi yang akan
dilahirkan. Salah satu permasalahan kesehatan yang dialami pada ibu hamil adalah
Kurang Energi Kronik (KEK). Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil
merupakan keadaan seseorang mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dari
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu dan janin. Dampak terjadinya KEK pada ibu hamil salah satunya
yaitu stunting. Stunting adalah keadaan terhambatnya pertumbuhan pada anak akibat
kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama.
Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dipilih menjadi
tempat penelitian dengan pertimbangan, bahwa angka kejadian stunting dan KEK ibu
hamil pada wilayah tersebut masih tinggi. Pada tahun 2020 di Puskesmas Jasinga
terdapat 80 ibu hamil KEK (7,8%). Hal ini jika dibandingkan dengan ambang batas
kesehatan masyarakat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010) pada ibu hamil
dengan risiko KEK, maka Indonesia masih termasuk ke dalam negara yang memiliki
masalah kesehatan masyarakat dengan kategori sedang. Sementara itu, berdasarkan data
yang diperoleh dari Puskesmas Curug, pada tahun 2020 di Kecamatan Jasinga terdapat
anak balita yang menderita perkembangan terlambat sebanyak 15 sedangkan pada tahun
2021 terjadi peningkatan menjadi 20 balita (Mariyanah, 2022). Berdasarkan pemaparan
di atas dapat diambil sebuah rumusan masalah, yaitu apa saja faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya KEK pada ibu hamil dan stunting pada balita di
Kecamatan Jasinga tahun 2023.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada ibu
hamil dengan indeks pengukuran LiLA dan status gizi pada balita usia 6-24 bulan
dengan indeks pengukuran BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB.
2. Tujuan Khusus
a. Ibu Hamil
1) Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil meliputi usia ibu hamil, usia
kehamilan, jarak kehamilan, dan status ekonomi keluarga.
2) Mengidentifikasi status gizi pada ibu hamil berdasarkan indeks pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA).
3) Mengidentifikasi penambahan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4) Mengidentifikasi asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan
karbohidrat) pada ibu hamil.
5) Mengidentifikasi asupan zat gizi mikro (zat besi dan asam folat) pada ibu
hamil.
6) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil terkait gizi.
7) Mengidentifikasi cakupan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu
hamil.
8) Mengidentifikasi ketahanan pangan rumah tangga.
9) Menganalisis hubungan asupan energi dengan status gizi pada ibu hamil
berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
10) Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi pada ibu hamil
berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
11) Menganalisis hubungan asupan protein dengan status gizi pada ibu hamil
berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
12) Menganalisis hubungan asupan lemak dengan status gizi pada ibu hamil
berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
13) Menganalisis hubungan pengetahuan terkait gizi dengan status gizi pada ibu
hamil berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
14) Menganalisis hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi pada
ibu hamil berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
15) Menganalisis hubungan cakupan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan
status gizi pada ibu hamil berdasarkan indeks pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LiLA).
b. Baduta
1) Mengidentifikasi status gizi pada balita berdasarkan indeks pengukuran BB/U,
PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB.
2) Mengidentifikasi asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan
karbohidrat) pada balita usia 6 – 24 bulan.
3) Mengidentifikasi asupan zat gizi mikro (zink dan kalsium) pada balita usia 6 –
24 bulan.
4) Mengidentifikasi riwayat IMD pada balita usia 6 – 24 bulan.
5) Mengidentifikasi riwayat pemberian ASI eksklusif pada balita usia 6 – 24
bulan.
6) Mengidentifikasi riwayat diare pada balita usia 6 – 24 bulan.
7) Mengidentifikasi pengetahuan terkait gizi pada ibu balita usia 6 – 24 bulan.
8) Mengidentifikasi ketahanan pangan rumah tangga pada balita usia 6 – 24
bulan.
9) Menganalisis hubungan asupan energi dengan status gizi pada balita usia 6 –
24 bulan berdasarkan indeks pengukuran PB/U atau TB/U.
10) Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi pada balita usia
6 – 24 bulan berdasarkan indeks pengukuran PB/U atau TB/U.
11) Menganalisis hubungan asupan protein bulan dengan status gizi pada balita
usia 6 – 24 berdasarkan indeks pengukuran PB/U atau TB/U.
12) Menganalisis hubungan asupan lemak dengan status gizi pada balita usia 6 –
24 bulan berdasarkan indeks pengukuran PB/U atau TB/U.
13) Menganalisis hubungan asupan zink dan kalsium dengan status gizi pada
balita usia 6 – 24 bulan berdasarkan indeks pengukuran PB/U atau TB/U.
14) Menganalisis hubungan riwayat IMD dengan status gizi pada balita usia 6 –
24 bulan.
15) Menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
pada balita usia 6 – 24 bulan.
16) Menganalisis hubungan riwayat diare dengan status gizi pada balita usia 6 –
24 bulan.
17) Menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita terkait gizi dengan status gizi
pada balita usia 6 – 24 bulan.
18) Menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi
pada balita usia 6 – 24 bulan.
D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil dan stunting pada
balita usia 6-24 bulan serta dapat menambah pengetahuan mengenai upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kejadian KEK ibu hamil dan
stunting pada balita 6-24 bulan.
2. Praktis
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan menjadi dasar informasi dan dapat
diimplementasikan bagi masyarakat dalam menangani masalah stunting pada
balita usia 6-24 bulan dan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan,
memperluas wawasan, pengalaman, serta penerapan ilmu yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.
c. Institusi Kesehatan
Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan terkait dengan masalah
stunting pada balita usia 6-24 bulan dan kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil di Kabupaten Bogor, serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan perbaikan
gizi baik pada balita maupun ibu hamil.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada ibu hamil dengan indeks
pengukuran LiLA dan status gizi pada balita usia 6-24 bulan dengan indeks pengukuran
PB/U dan TB/U. Responden yang diambil adalah ibu hamil dan balita usia 6-24 bulan.
Status gizi ibu hamil ditentukan menggunakan LiLA dengan nilai normal LiLA ≥23,5 cm
sedangkan status gizi balita ditentukan menggunakan indeks antropometri PB/U atau
TB/U. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi cross-sectional atau potong
lintang. Data dikumpulkan menggunakan pengukuran antropometri (tinggi badan, berat
badan, dan lingkar lengan atas) dan kuesioner kemudian diolah menggunakan aplikasi
WHO Anthro, Sample Size, dan Exel Membuat Menu Yuk!. Data dianalisis
menggunakan software statistik IBM SPSS Statistics. Analisis data yang dilakukan yakni
univariat dan bivariat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ibu Hamil
1. Definisi Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan wanita yang mengandung dimulai dari pembuahan
sampai terlahirnya janin, dimana masa antara kehidupan sebelum memiliki anak
yang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak itu lahir yang
disebut waktu transisi kehamilan (Ratnawati, 2020). Implantasi yaitu ovum yang
telah dibuahi membelah diri menuju oleh rambut getar tuba ke dalam ruang rahim
kemudian menempel pada mukosa rahim untuk bersarang di ruang rahim. Proses
tersebut memerlukan waktu sekitar 6-7 hari dari pembuahan sampai nidasi
berlangsung (Restyana, 2012 dalam Sumarmi, 2015). Terjadinya konsepsi dimulai
dari proses kehamilan dimana bersatunya sel telur (ovum) dan sperma, proses
kehamilan (gestasi) membutuhkan waktu selama 40 minggu atau 280 hari terhitung
dari hari pertama menstruasi terakhir, usia kehamilan yaitu 38 minggu terhitung
mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi
dua minggu setelahnya (Kamariyah et al., 2014).
Berat Kurang
12,5 - 18 Kg 0,53 kg/minggu
(IMT <18,5 kg/m2)
Normal
11,5 16 kg 0,45 kg/minggu
(IMT 18,5 - 24,9 kg/m2)
Berat Berlebih
(Overweight) 7 - 11,5 kg 0,27 kg/minggu
(IMT 25 - 29,9 kg/m2)
Obesitas
5 - 9,1 kg 0,23 kg/minggu
(IMT >30 kg/m2)
Sumber: Cunningham, Tahun 2013 dan IOM, Tahun 2010
II. Protein
Protein merupakan zat gizi makro penting yang membentuk enzim,
hormon, komponen struktural dan sel sistem kekebalan tubuh melalui
stimulasi sintesis protein (Mann & Truswell, 2014). Fungsi protein untuk
tubuh manusia sangat penting, protein merupakan sumber energi setelah
glikogen, protein juga menjadi katalitase bagi reaksi biokimia dalam tubuh.
Selain itu protein digunakan sebagai penyusun struktur sel dan jaringan. Jika
asupan protein cukup maka status gizi akan baik termasuk ukuran lingkar
lengan atas (LILA).
Secara teoritis asupan protein berhubungan dengan ukuran lingkar lengan
atas. Jika asupan protein cukup maka akan berfungsi sebagai energi alternatif
terakhir setelah karbohidrat dan lemak terpakai. Artinya dominasi protein
sebagai sumber energi akan dilakukan sebagai kompensasi defisit energi
untuk mengurangi kejadian KEK (Guyton & hall, 2008).
Protein pada ibu hamil berfungsi sebagai pembangun jaringan pada
tubuh janin, sehingga asupan protein yang tidak sesuai atau kurang
mengakibatkan janin yang dikandung mengalami pertumbuhan janin
terlambat. Kebutuhan protein berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
2019, terdapat penambahan kebutuhan protein pada trimester I sebanyak 1
gram/hari, Trimester II sebanyak 10 gram/hari, dan pada Trimester III
sebanyak 30 gram/hari (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
III. Lemak
Salah satu fungsi lemak yaitu sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.
Lemak sangat dibutuhkan pada ibu hamil untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin selama dalam kandungan sebagai kalori utama, sebagai
cadangan energi selama dan setelah proses melahirkan dan lemak disimpan
untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Maka dari itu, ibu hamil harus
mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang seimbang Kelebihan dalam
mengonsumsi lemak dapat mengakibatkan kegemukan (Proverawati et al.,
2009).
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, terdapat penambahan
lemak pada Trimester I, II, dan II sebanyak 2,3 Gram. Jika kurang dalam
mengkonsumsi lemak dikhawatirkan akan kekeurangan energi selama
kehamilan yang berperngaruh pada bayi yang akan dilahirkan. Lemak juga
berfungsi dalam perkembangan otak syaraf, sehingga apabila kekurangan
dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan pertumbuhan saraf janin (Nurbaiti,
2015).
IV. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan untuk
tubuh selama kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada
umumnya kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi
energi. Kebutuhan energi bagi ibu hamil adalah 300 sampai 500 kalori lebih
banyak dari masa sebelum hamil. Energi tambahan ini untuk memenuhi
metabolisme basal yang meningkat, aktivitas fisik yang semakin boros energi
dan penimbunan lemak untuk cadangan energi (Muliawati, 2013).
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, terdapat penambahan
kebutuhan karbohidrat pada ibu hamil trimester I sebanyak 25 gram/hari,
Sedangkan pada trimester II dan trimester III, ibu hamil memiliki
penambahan karbohidrat sebesar 40 gram/hari (Kementerian Kesehatan RI,
2019). Pembatasan kalori atau energi pada ibu hamil dapat menyebabkan
risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (Syari et al., 2015).
Kekurangan konsumsi karbohidrat pada ibu hamil akan mengalami
kekurangan energi baik selama kehamilan dan persalinan dan bisa terjadi
BBLR (Nurbaiti, 2015).
b. Zat Gizi Mikro
I. Zat Besi
Selama masa kehamilan kebutuhan wanita akan zat besi meningkat
sebesar 200-300%. Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk
peningkatan volume darah, menyediakan Fe bagi plasenta, dan menggantikan
darah yang hilang selama masa persalinan. Zat besi yang perlu disimpan
selama masa kehamilan sekitar 800-1.040 mg. Jumlah ini diperlukan untuk
ditransfer ke janin (300 mg), pembentukan plasenta (50-75 mg),
meningkatkan jumlah hemoglobin maternal (450-500 mg), diekskresikan
melalui usus, urin, dan kulit (200 mg), dan sisanya akan lenyap ketika
melahirkan (200 mg) (Arisman, 2009). Ibu hamil yang mengkonsumsi
makanan setiap 100 kalori akan menghasilkan 8-10 mg zat besi (Paramita,
2019).
Kondisi ibu hamil diharapkan untuk mengkonsumsi tablet tambah
darah. Namun, konsumsi tablet tambah darah memiliki beberapa efek
samping seperti konstipasi dan mual. Salah satu strategi dalam meredakan
efek samping akibat konsumsi tablet tambah darah adalah dengan
mengkonsumsinya sebelum tidur (Paramita, 2019).
III. Lemak
Pada ibu hamil, lemak memiliki peranan yang penting yaitu menyediakan
cadangan energi metabolik yang berupa asam lemak. Nurbaiti (2015) bahwa
Ibu hamil yang kurang dalam mengonsumsi lemak maka dikhawatirkan akan
kekurangan energi selama kehamilan dan persalinan yang berpengaruh pada
bayi yang akan dilahirkan. Lemak juga berfungsi dalam perkembangan otak
syaraf sehingga apabila kekurangan dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan
pertumbuhan syaraf janin, sedangkan apabila ibu mengalami kelebihan dalam
100 mengonsumsi lemak maka bayi akan terjadi penimbunan energi pada
bayi dan janin. Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara asupan
lemak dengan kejadian KEK pada ibu hamil
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara asupan energi dengan KEK. Asupan energi yang
kurang akan berdampak pada kurangnya ketersediaan zat gizi lainnya seperti
lemak dan protein yang merupakan sumber energi alternatif. Apabila tubuh
kekurangan kandungan energi maka protein dan lemak akan mengalami
perubahan untuk menjadi sumber energi sehingga kedua zat ini akan
menurun fungsinya. Apabila ini berlangsung dalam waktu yang lama maka
akan terjadi perubahan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Energi
dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat,
protein, dan lemak sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang
cukup untuk memenuhi kecukupan energinya (NT. Rahayu, 2017).
Menurut (Gotri, 2019) Terdapat hubungan yang bermakna antara
asupan lemak dengan kejadian KEK pada ibu hamil Asupan lemak dengan
kejadian KEK pada ibu hamil didapatkan nilai signifikansi p=0,000 (p >
0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara
asupan lemak dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Menurut Studi Diet
Total (2014) dikatakan asupan sangat kurang jika < 70% AKG, asupan
kurang jika 70 – <100% AKG, asupan normal jika 100 – <130% AKG, dan
asupan berlebih jika >130% AKG (SDT, 2014).
IV. Karbohidrat
Asupan pada wanita tidak hamil usia 19-29 tahun yaitu sebesar 360g/hari
dan untuk usia 30-49 tahun membutuhkan sekitar 340 g/hari. ibu yang hamil
dibutuhkan penambahan asupan karbohidrat sebesar 25 g pada trimester 1
sebanyak 25 g, pada trimester II dan III sebanyak 40 g (AKG, 2019). Sumber
karbohidrat dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan seperti nasi, roti,
sereal, jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Ditemukan adanya teori yang
mendukung bahwa apabila asupan karbohidrat yang dikonsumsi tidak
mencukupi untuk kebutuhan energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat
lemak
di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh maka
asupan protein akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai fungsi energi
sehingga ibu hamil yang kekurangan asupan karbohidrat menyebabkan ibu
berisiko KEK (Proverawati, 2011).
Menurut Sarni (2020) terdapat hubungan antara karbohidrat dengan
kejadian KEK, dari hasil analisa bivariate dengan chi square yang
menghubungkan kedua varibel yaitu antara pola makan (karbohidrat) dan
kejadian kekurangan energi kronik pada kedua kelompok responden bernilai
p-value 0,000. Nilai p-value 0,000 > 0,05 yang memiliki arti ada hubunga
antara karbohidrat dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK).
Menurut Studi Diet Total (2014) dikatakan asupan sangat kurang jika < 70%
AKG, asupan kurang jika 70 – <100% AKG, asupan normal jika 100 –
<130% AKG, dan asupan berlebih jika >130% AKG (SDT, 2014).
2. Asam Folat
Asam folat (Vitamin B9) merupakan salah satu kebutuhan Nutrisi yang
paling utama diberikan kepada Ibu hamil. Vitamin B9 merupakan salah satu
unsur penting dalam sintesis DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), pertumbuhan
dan Perkembangan janin. Ibu hamil yang kekurangan asam folat dapat
terjadinya keguguran, BBLR, serta bayi lahir secara prematur. World Health
Organizatation (WHO) mengatakan, kebutuhan asam folat untuk ibu hamil
yaitu sebesar 400 – 600 mcg.
Asam folat sangat mempengaruhi kehamilan karena asam folat sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin pada ibu hamil.
Terdapat Hubungan pada ibu hamil yang mengalami KEK dengan
kekurangan asupan zat gizi mikro karena kekurangan zat gizi mikro seperti
zat besi dan asam folat yang menjadi salah satu penyebab ibu hamil
mengalami KEK dan anemia (Nurkhasanah, 2019). Asam folat dan zat besi
dibutuhkan oleh ibu hamil karena pada saat kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat
(Cunninggham et al, 2013; Winkjosatro H, 2009 dalam Hariati, 2019) serta
untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan janin tetap optimal. Ibu
hamil rentan terkena anemia mengalami kekurangan asam folat. Anemia pada
ibu hamil menyebabkan peluang terkena KEK lebih besar, melahirkan bayi
dengan BBLR, pendarahan pada saat persalinan serta dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan bayi (Faradina Aghadiati, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh (Suastira, 2018) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi pangan sumber
asam folat dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Maka, hal tersebut sejalan
dengan penelitian Shinta, 2021 bahwa ada hubungan antara KEK terhadap
kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan KEK mempunyai
kemungkinan 39 kali lebih berisiko untuk mengalami anemia dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak KEK (OR = 39,00). Oleh karena itu, hubungan
antara asam folat erat kaitannya dengan KEK pada ibu hamil.
B. Balita
1. Definisi Balita
Balita adalah anak usia 6-24 bulan yang saat ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat disertai dengan perubahan yang
membutuhkan gizi yang lebih berkualitas (Ariani, 2017). Masa balita merupakan
masa yang penting dalam perkembangan manusia. Perkembangan dan pertumbuhan
periode ini menentukan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada
periode berikutnya. Masa pertumbuhan dan perkembangan pada usia tersebut
merupakan masa yang terjadi dengan cepat dan tidak pernah berulang sehingga
sering disebut masa keemasan atau golden age.
Kesehatan balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang diserap tubuh, kurangnya
gizi yang diserap tubuh menyebabkan penyakit, karena gizi sangat berpengaruh
terhadap daya tahan tubuh (Gizi et al., 2018). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2011) menyatakan bahwa balita adalah usia dimana anak tumbuh dan
berkembang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-
beda, bisa cepat atau lambat tergantung dari beberapa faktor yaitu gizi, lingkungan,
dan sosial ekonomi keluarga.
c. Indeks BB/TB
Indeks BB/TB dapat menggambarkan apakah berat badan anak sesuai
terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indikator ini digunakan untuk
mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted), dan
anak berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) (Kemenkes, 2020). Indeks
BB/TB juga dapat mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut sebagai
akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat. Gizi buruk
biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja
terjadi (akut) maupun kronis.
Tabel Kategori Status Gizi Berdasarkan BB/TB atau BB/PB
Ambang batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-Score)
Gizi buruk (severely wasted) < -3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD s.d < -2 SD
BB/TB atau BB/PB Gizi kurang -2 SD s.d +1 SD
Anak usia 0-60 Berisiko gizi lebih (possible risk
> +1 SD s.d +2 SD
bulan of overweight)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD s.d +3 SD
Obesitas (obese) > +3 SD
Sumber: Kemenkes, 2020
Lemak
6 - 11
9 72 800 15 35 0,5 4,4 105
bulan
1-3
13 92 1350 20 45 0,7 7 215
tahun
I. Protein
Protein merupakan senyawa kimia tubuh terbanyak setelah air. Setiap sel
dan jaringan tubuh mengandung protein. Proporsi protein dengan jumlah
besar terdapat dalam otot (43%) dengan proporsi cukup besar di dalam kulit
(15%), dan darah (16%). Setengah dari jumlah total protein hanya terdiri dari
empat jenis protein, yaitu kolagen, hemoglobin, miosin, dan aktin dengan
kolagen yang membentuk 25% dari jumlah total keseluruhan (Mann &
Truswell, 2014).
Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi dua yaitu Protein Hewani
dan Protein Nabati. Protein hewani merupakan protein yang dapat diperoleh
dari hewan, contohnya daging, telur, susu, dan ikan. Protein hewani
mempunyai kandungan asam amino esensial lengkap sehingga disebut
sebagai protein bermutu tinggi (Muchtadi, 2010). Menurut Hardinsyah et al
(2013), pemenuhan kebutuhan gizi mikro yang berkualitas berkaitan erat
dengan konsumsi protein, terutama protein hewani. Sedangkan Protein nabati
merupakan protein yang berasal dari hasil tanaman, terutama dari biji-bijian
(serealia) dan kacang-kacangan, termasuk beras yang menyumbang asupan
protein cukup tinggi karena merupakan makanan pokok orang Indonesia.
Tahu dan tempe merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi.
Meski demikian, berdasarkan peraturan pemerintah, Kemenkes RI (2014).
Rentang kisaran asupan protein bergantung pada dari 5% hingga 30%
dari total energi. Anak-anak berisiko tinggi untuk tidak dapat mencukupi
kebutuhan protein ialah anak yang menjalani diet vegan ketat, memiliki
banyak alergi makanan, atau memiliki pilihan makanan terbatas karena diet
mode, masalah perilaku, atau akses yang tidak memadai ke makanan (Mahan
& Raymond, 2017). Kebutuhan protein untuk balita 0-5 bulan adalah 9g/hari,
balita 6-11 bulan adalah 15g/hari, balita 1-3 tahun adalah 20g/hari, dan balita
4-5 tahun adalah 25g/hari (Kemenkes RI, 2019).
Menurut Irianto (2014), kekurangan konsumsi protein pada anak-anak
dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan badan si anak. Busung lapar
yang banyak diderita oleh kelompok rawan gizi terutama bayi dan balita
sungguh memprihatinkan. Pemerintah dengan beberapa program gizi telah
berupaya untuk mengatasi masalah gizi tersebut. Akibat dari kekurangan
protein dapat menyebabkan kwashiorkor. Kwashiorkor merupakan salah satu
penyakit yang timbul akibat kekurangan protein, kwashiorkor banyak diderita
oleh bayi dan anak pada usia enam bulan sampai usia tiga tahun (balita).
II. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel tubuh yang
dibutuhkan oleh hampir ribuan fungsi fisiologis tubuh (Pudjiadi, 2000).
lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar lemak
(99%) dalam tubuh adalah trigliserida. Selain menyuplai energi, lemak
terutama trigliserida berfungsi menyediakan asam lemak esensial
(Sediaoetama, 2009). Balita membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan
orang dewasa karena tubuh mereka menggunakan energi yang lebih secara
proporsional selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka. Anjuran
menurut Angka Kecukupan Gizi (2019) lemak untuk anak usia 6-11 bulan
sebesar 35 gram dan usia 1-3 tahun sebesar 45 gram.
III. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling cepat menyuplai energi
sebagai bahan bakar tubuh, terutama saat tubuh dalam kondisi lapar. Setelah
makanan yang mengandung karbohidrat dikonsumsi, karbohidrat akan segera
dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi. Karbohidrat memiliki fungsi
utama yaitu menyediakan kebutuhan energi tubuh. Selain itu, karbohidrat
juga berfungsi dalam keberlangsungan proses metabolisme dalam tubuh
seperti pengatur metabolisme lemak, penyuplai energi otak dan saraf, dan
penghemat energi (protein spare) (Hardinsyah, Ms., 2017).
Kebutuhan karbohidrat sehari berbeda-beda di berbagai negara dengan
berbagai pertimbangan. Menurut WHO/FAO, kebutuhan karbohidrat berkisar
antara 55 - 75% dari total konsumsi energi, diutamakan dari karbohidrat
kompleks dan sekitar 10% dari karbohidrat sederhana. Anjuran
Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk balita usia lebih dari 1 tahun
sebesar 130 gram per hari (IOM, 2005). Sedangkan anjuran menurut Angka
Kecukupan Gizi (2019) untuk anak usia 6 - 11 bulan sebesar 105 gram dan
anak usia 1 - 3 tahun sebesar 215 gram.
b. Zat Gizi Mikro
I. Zinc
Zinc merupakan salah satu mineral makro yang memiliki fungsi dan
kegunaan penting bagi tubuh. Zinc dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh
seperti kulit, mukosa saluran cerna dan hampir semua sel membutuhkan zinc
(Widyahari, Sus D., 2012). Mineral ini berperan dalam berbagai aktivitas
enzim, pertumbuhan dan diferensiasi sel, serta berperan penting dalam
mengoptimalkan fungsi sistem tanggap kebal (PAIK, 2001). Zinc merupakan
zat gizi esensial yang memiliki peran penting dalam proses sintesis dan
degradasi dari karbohidrat, lipid, protein serta asam nukleat. Selain itu, zinc
juga berperan dalam aktivasi dan sintesis Growth Hormon (GH), menjaga
kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, fungsi pengecapan dan fungsi
reproduksi, serta stabilisasi membran sel (Agustian, L., 2009).
Menurut WHO (2004), defisiensi zinc merupakan satu dari 10 faktor
penyebab kematian pada anak-anak di negara berkembang. Menurut
International Zinc Nutrition Consultative Group (2004), defisiensi zinc dapat
menyebabkan 40% anak menjadi malnutrisi (stunting). Kekurangan zinc pada
masa anak-anak dapat menyebabkan stunting (Bahmat, Dian O. et al, 2015).
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019 yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, kebutuhan zinc untuk anak usia 6-24
bulan adalah sebesar 3 mg per hari.
II. Kalsium
Kalsium merupakan mineral paling banyak terdapat dalam tubuh yaitu
1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. dari
jumlah ini, 99% berada dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi. Kalsium
mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Atikah Rahayu
et al., 2018). Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa tubuh manusia
terkandung sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat badannya tanpa
lemak. Mengenai kebutuhan tubuh akan kalsium adalah sekitar 0,8 gram
sehari (bagi orang dewasa normal), perlu ditambahkan bahwa kebutuhan
akan kalsium bagi anak-anak, ibu yang sedang menyusui, dan ibu yang
sedang hamil adalah lebih tinggi dari yang telah ditemukan di atas.
(Kartasapoetra et al., 2008).
Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peran
penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saran, kontraksi
otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membrane sel. Kalsium
mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. (Almatsier,
2004). Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019 yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, kebutuhan kalsium per hari untuk anak
usia 6-11 bulan sebesar 270 mg dan 1-3 tahun sebesar 650 mg.
5. Karakteristik Balita
a. Usia Balita
Usia 6-24 bulan pada usia balita tersebut merupakan masa memerlukan
perhatian dari orang tua terutama pada segi gizi karena status gizi pada balita
yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan. Jika balita
mengalami masalah gizi atau kurang gizi maka akan mengganggu proses
pertumbuhannya sehingga terlihat tampak kurus dan pendek atau stunting.
Selain menggganggu pertumbuhan, hal ini akan mengganggu
perkembangannnya secara kognitif yang terlihat pada balita akan lamban
dalam berfikir dan ada kesulitan memehami sesuatu hal. (Rosidah & Harsiwi,
2019). Indonesia termasuk tinggi prevalensi menurut WHO 1997 dengan
melihat hasil RISKESDAS tahun 2018 Indonesia mengalami masalah stunting
dengan prevalensi 30,8% tahun 2018, ini masih menjadi masalah gizi.
Kejadian stunting ini dapat dipengaruhi oleh pola makan yang tidak
terpenuhi saat ibu hamil dan anak lahir, pemberian ASI yang kurang dari
bulan, pemberian MP-ASI yang terlalu dini dan masalah lainnya yang
berkaitan dengan kejadian stunting. Anak bisa dikoreksi dari stunting ketika
anak usia sebelum 2 tahun sehingga stunting dapat dicegah dengan
memberikan asuhan yang tepat dalam menangani gizi anak mereka (Erik et al.,
2020). Oleh karena itu, pada usia balita memiliki resiko terjadinya stunting
jika penanganan gizi yang kurang tepat dan tidak terpenuhi.
Usia balita berhubungan dengan BBLR merupakan salah satu faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita. Akibatnya
pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan
pemberian makanan yang tidak mencukupi, sering mengalami infeksi, dan
perawatan kesehatan yang tidak baik dapat menyebabkan anak stunting.
Namun, secara tidak langsung kejadian stunting juga dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota
rumah tangga (Nasution et al., 2014).
Kerangka Teori Status Gizi Ibu Hamil (UNICEF, 1998) dengan Modifikasi
No. Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Ukur
1. Status Gizi Ibu Ukuran keberhasilan dalam Pengukuran Pita LiLA atau Kategori : Ordinal
Hamil menurut pemenuhan gizi pada ibu antropometri Metline 0. Beresiko KEK
LiLA hamil untuk mendeteksi menggunakan (jika LiLA <23,5
risiko KEK (Kekurangan indikator LiLA cm)
Energi Kronik) yang 1. Tidak beresiko
diukur berdasarkan LiLA KEK (jika LiLA ≥
dan dilakukan sebanyak 2 23,5 cm)
kali serta diambil dari hasil
rata-rata pengukuran. (Kemenkes RI,
2020)
2. Asupan Energi Rata-rata asupan energi Wawancara Food - Form Food Kategori : Ordinal
Pada Ibu pada ibu hamil yang Recall 2x24 Jam Recall 0. Sangat kurang
Hamil dikonsumsi dalam sehari tidak berturut- turut - Buku Foto (Jika asupan <70%
dan dianalisis (Weekday dan Makanan berdasarkan AKE)
menggunakan metode food Weekend) - Timbangan 1. Kurang (Jika
recall 2 x 24 jam tidak Makanan asupan 70 - <100%
berturut - turut (Weekday - Penggaris AKE)
dan Weekend) kemudian 2. Normal (Jika
dibandingkan dengan asupan 100 - < 130%
Angka Kecukupan Energi AKE)
(AKE) ibu hamil. 3. Lebih (Jika asupan
≥130% AKE)
(SDT, 2014)
3. Asupan Rata-rata asupan protein Wawancara Food - Form Food Kategori : Ordinal
Protein pada ibu hamil yang Recall 2x24 jam Recall
dikonsumsi dalam sehari tidak berturut-turut
dan dianalisis (Weekday dan - Buku Foto 0. Sangat kurang
menggunakan metode food Weekend) Makanan (Jika asupan <80%
recall 2x24 jam tidak - Timbangan AKP)
berturut-turut (Weekday Makanan
dan Weekend) kemudian - Penggaris 1. Kurang (Jika
dibandingkan dengan asupan 80 - <100%)
Angka Kecukupan Protein
(AKP) ibu hamil. 2. Normal (Jika
asupan ≥100% AKP)
(SDT, 2014)
4. Asupan Lemak Rata-rata asupan lemak Wawancara Food - Form Food Kategori : Ordinal
pada ibu hamil yang Recall 2x24 jam Recall 0. Sangat kurang
dikonsumsi dalam sehari tidak berturut-turut - Buku Foto (jika asupan <70%
dan dianalisis (Weekday dan Makanan AKG)
menggunakan metode food weekend) - Timbangan 1. Kurang
recall 2x24 jam tidak Makanan (jika 70 - <100%
berturut-turut (Weekday - Penggaris AKG)
dan weekend) kemudian
dibandingkan dengan
Angka Kecukupan Gizi 2. Normal (jika
(AKG) ibu hamil. asupan 100 – <
130% AKG)
3. Lebih (jika
asupan ≥130%
AKG)
(SDT, 2014).
Trimester 2
0. Tidak sesuai =
<3x pemeriksaan
ANC
1. Sesuai = ≥ 3x
pemeriksaan ANC
Trimester 3
0. Tidak sesuai =
<6x pemeriksaan
ANC
1. Sesuai = ≥ 6x
pemeriksaan ANC
(Kemenkes RI Ditjen
P2P, 2021)
3 . Skor 0-1 :
Tahan Pangan
(Ashari et al., 2019)
No. Variabel Definisi Operasional Metode Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Pengukuran Ukur
(Kemenkes RI,
2020)
2. Asupan Energi Rata-rata asupan energi Wawancara food - Form Food Kategori : Ordinal
Pada Balita balita yang dikonsumsi recall 2 x 24 jam Recall 0. Sangat kurang
dalam sehari dan dianalisis tidak berturut - Buku Foto (Jika asupan <70%
menggunakan metode food -turut (Weekday Makanan AKE)
recall 2 x 24 jam tidak dan Weekend).
- Timbangan
berturut-turut (Weekday dan 1. Kurang (Jika
Makanan
Weekend) kemudian asupan 70-<100%
- Penggaris
dibandingkan dengan AKE)
Angka Kecukupan Energi
(AKE) balita. 2. Normal atau
sesuai (Jika asupan
100-<130% AKE)
3. Lebih (Jika
asupan ≥130%
AKE)
(SDT,2014)
3. Lebih (Jika
asupan ≥120% AKP)
(SDT,2014)
4. Asupan Rata-rata asupan lemak Wawancara food - Form Food Kategori : Ordinal
Lemak balita yang dikonsumsi recall 2 x 24 Recall 0. Sangat kurang
dalam sehari dan dianalisis jam tidak - Buku Foto (Jika asupan <70%
menggunakan metode food berturut-turut(W Makanan berdasarkan AKG)
recall 2 x 24 jam tidak eekday dan - Timbangan 1. Kurang (Jika
berturut-turut (Weekday Weekend). Makanan asupan 70 - <100%
dan Weekend) kemudian - Penggaris AKG)
dibandingkan dengan 2. Normal (Jika
Angka Kecukupan Gizi asupan 100 - <
(AKG) balita. 130% AKG)
3. Lebih (Jika
asupan ≥130%
AKG)
(SDT,2014)
(SDT,2014)
6. Asupan Zink Rata-rata asupan zink balita Wawancara food - Form Food Kategori : Ordinal
yang dikonsumsi dalam recall 2 x 24 jam Recall 0. Kurang: <77%
sehari dan dianalisis tidak - Buku Foto AKG
menggunakan metode food berturut-turut Makanan 1. Cukup: ≥77%
recall 2 x 24 jam tidak (Weekday dan - Timbangan AKG
berturut-turut (Weekday Weekend). Makanan
dan Weekend) kemudian - Penggaris (Gibson, 2005)
dibandingkan dengan
Angka Kecukupan Gizi
(AKG) balita.
7. Asupan Rata-rata asupan kalsium Wawancara food - Form Food Kategori : Ordinal
Kalsium balita yang dikonsumsi recall 2 x 24 jam Recall 0. Kurang: <77%
dalam sehari dan tidak - Buku Foto AKG
dianalisis menggunakan berturut-turut Makanan 1. Cukup: ≥77%
metode food recall 2 x 24 (Weekday dan - Timbangan AKG
jam tidak berturut-turut Weekend). Makanan
(Weekday dan Weekend) - Penggaris (Gibson, 2005)
kemudian dibandingkan
dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
balita.
10. Riwayat IMD Kegiatan menyusui sesaat Wawancara Kuesioner 0. Tidak (Tidak Ordinal
setelah bayi dilahirkan Melakukan IMD)
selama satu jam dengan
cara meletakkan bayi di 1.Ya (
dada ibu, dan bayi mencari Melakukan IMD)
puting ibu secara mandiri.
11. Riwayat Diare Kondisi buang air besar Wawancara Kuesioner 0. Tidak (jika Ordinal
yang terjadi sebanyak 3 anak menderita
kali bahkan lebih dalam diare
sehari dengan feses yang ≤2 kali/ 3 bulan)
tidak memiliki bentuk atau 1. Ya (jika
terlihat cair yang dialami si anak menderita
balita atas pengakuan yang diare
dilihat oleh orang tua balita >2 kali/3 bulan)
(Depkes 2004)
12. Ketahanan Pangan yang terpenuhi Wawancara Kuesioner Household Kategori : Ordinal
Pangan dalam rumah tangga, Food Insecurity Access 0. Skor 15-27 :
Rumah disesuaikan terutama untuk Scale (HFIAS) Rawan Pangan
Tangga balita untuk mencegah Tingkat Berat
keterlambatan
perkembangan. 1. Skor 8-14 :
Kebutuhan pangan Rawan Pangan
mencerminkan Tingkat Sedang
ketersediaan pangan yang
cukup, meliputi kuantitas
dan kualitas, keamanan, 2. Skor 2-7 : Rawan
keragaman, gizi, Pangan Tingkat
pemerataan dan Rendah
keterjangkauan.
(UU No.18 Republik 3 . Skor 0-1 :
Indonesia 2012) Tahan Pangan
3.3 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
2. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
3. Terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
4. Terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi ibu hamil (LiLA)
5. Terdapat hubungan antara pemeriksaan ANC dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
6. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
7. Terdapat hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi ibu hamil (LiLA).
Keterangan:
4.2.2.2 Balita
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah Balita berusia 6-24
bulan. Kriteria inklusi dari subjek, yaitu:
1) Balita 6-24 bulan yang berdomisili di Kabupaten Bogor
2) Balita yang sehat secara fisik dan mental
3) Bersedia menjadi responden
Kemudian kriteria eksklusinya,
yaitu:
1) Balita yang berpindah tempat tinngal selama pengambilan data
2) Balita yang mengundurkan diri saat pengambilan data berlangsung
Accidental sampling
Data skrining
Balita (0-59 bulan) di desa:
1. Desa Pangradin
2. Desa Kalong Sawah
3. Desa Sipak
4. Desa Jugalajaya
5. Desa Pamagersari
6. Desa Curug
7. Desa Tegal Wangi
8. Desa Pangaur
9. Desa Koleang
10. Desa Jasinga
11. Desa Setu
12. Desa Cikopomayak
13. Desa Neglasari
14. Desa Barengkok
15. Desa Bagong
16. Desa Wirajaya.
Kriteria Inklusi:
Data Bivariat Sampel target yang diperoleh (850 Balita usia 6-24 bulan)
2. Usia kehamilan
a. Trimester I = 0-12 minggu
b. Trimester II = 13-28 minggu
c. Trimester III = 29-40 minggu
3. Jarak kehamilan
4. Status ekonomi keluarga
D. Data pengetahuan ibu hamil terkait gizi
E. Data ketahanan pangan keluarga
F. Data cakupan pemeriksaan ANC
4.3.1.2 Balita
A. Data status gizi Balita meliputi:
1. Analisis PB/U atau TB/U
a. Sangat pendek (<-3 SD)
b. Pendek (-3 SD sampai <-2 SD)
c. Normal (-2 SD sampai +3 SD)
d. Tinggi (> +3 SD)
B. Data asupan Balita meliputi:
1. Energi
2. Protein
3. Lemak
4. Karbohidrat
5. Asupan Zinc
6. Asupan Kalsium
C. Data karakteristik Balita meliputi:
1. Usia Balita
4.4.2 Balita
Instrumen Tabel Pengambilan Data Balita
4.5.2.2 Balita
4.5.2.2.1 Langkah-Langkah Pengambilan Data Status Gizi pada Balita
Pengukuran panjang badan untuk anak 0-24 bulan:
1. Pengukuran panjang badan dilakukan oleh 2 orang.
2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka.
4. Petugas 1: kedua tangan petugas memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
Petugas 2: tangan kiri petugas menekan lutut bayi agar lurus,
tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
5. Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
6. Jika anak umur 0-24 bulan diukur berdiri, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
7. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali agar pengukuran presisi
dan akurat.
8. Hitung rata-rata hasil pengukuran panjang badan pertama dan
kedua dengan cara menjumlahkan hasil pengukuran pertama dan
hasil pengukuran kedua kemudian dibagi dua.
B. Asupan Kalsium
Asupan kalsium pada Balita ini merupakan jumlah rata-
rata asupan kalsium yang dikonsumsi dalam sehari dan
dianalisis menggunakan metode food recall 2 x 24 jam
tidak berturut-turut (Weekday dan Weekend) kemudian
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Balita. Setelah itu data diproses atau diinput di
Nutrisurvey untuk mengetahui total asupan lemak.
Kemudian, data asupan diinput ke dalam SPSS yang
dikategorikan untuk uji univariat :
1) Jenis data : Numerik
2) Penyajian data : Kategorik
0 = Kurang (jika asupan <77%
AKG) 1 = Cukup (jika asupan ≥77%
AKG)
(𝑂−𝐸)²
X² = ∑ 𝐸
Keterangan:
X² = Statistik chi-square
O = Frekuensi hasil observasi (observed)
E = Frekuensi hasil yang diharapkan (expected)
Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, di mana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika
diperoleh nilai p ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen dan jika diperoleh nilai
p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
ID RESPONDEN
LAMPIRAN
NASKAH PENJELASAN
(…………………………)
ID RESPONDEN
A. 08 Usia Kehamilan
ID RESPONDEN
Pengukuran Antropometri
Pengukuran 1 Kg Bb_1
Pengukuran 2 Kg Bb_2
Pengukuran 1 Cm Tb_1
Pengukuran 2 Cm Tb_2
B. 06 Pengukuran LILA
Pengukuran 1 Cm Lila_1
Pengukuran 2 Cm Lila_2
KUNJUNGAN ANTENATAL
pemeriksaan pewawancara
bulan
KETAHANAN PANGAN
Apakah pola makan saat ini berbeda dari biasanya? (pola_mkn) 1. Ya 2. Tidak
Jika Ya, bagaimana perbedaannya? (pola_beda)
…………………………………
Apakah pola makan saat ini berbeda dari biasanya? (pola_mkn) 1. Ya 2. Tidak
Jika Ya, bagaimana perbedaannya? (pola_beda)
…………………………………
NASKAH PENJELASAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Selamat pagi/siang/sore, kami adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA sedang melakukan
penelitian yang berjudul ‘Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi Balita’ .
Dalam penelitian ini kami akan melakukan wawancara kepada ibu/pengasuh balita terkait
karakteristik demografi, riwayat pemberian ASI eksklusif , minimum daya terima makanan,
riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu/pengasuh balita, ketahanan
pangan serta asupan makan balita. Wawancara terkait asupan makan akan dilakukan
sebanyak 2 kali pada hari yang berbeda (weekend dan weekday). Proses wawancara tersebut
akan memakan waktu sekitar 40 – 60 menit. Selain itu, subjek penelitian (balita) juga akan
dilakukan pengukuran berat badan dan panjang badan. Informasi yang ibu/pengasuh berikan
akan sangat berguna sebagai masukan untuk pemerintah daerah setempat dalam
meningkatkan status gizi balita di Kabupaten Bogor.
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan dirahasiakan dan
hanya akan diketahui untuk kepentingan penelitian. Selain itu, kontribusi ibu/pengasuh dalam
penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada paksaan.Jika terdapat hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini, ibu dapat menghubungi saudari :
Frieda Ananda Sartika Islamy (085772098609)
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
ID RESPONDEN
(........................)
ID RESPONDEN
Karakteristik Balita
Identitas Balita
4. Buruh
5. Tenaga Honorer
6. Tidak Bekerja/IRT
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Pengukuran 1 Kg Bb_1
Pengukuran 2 Kg Bb_2
Pengukuran 1 cm Pb_1
Pengukuran 2 cm Pb_2
Pengukuran 1 cm Tb_1
Pengukuran 2 cm Tb_2
RIWAYAT ASI
1. (Inisiasi Menyusu Dini/ IMD)
2. PEMBERIAN ASI
KETAHANAN PANGAN
terakhir)
RIWAYAT DIARE
Berdasarkan Diagnosis Tenaga Kesehatan dan Pengakuan Ibu
Apakah pola makan saat ini berbeda dari biasanya? (pola_mkn) 1. Ya 2. Tidak
Jika Ya, bagaimana perbedaannya? (pola_beda)
…………………………………
Apakah pola makan saat ini berbeda dari biasanya? (pola_mkn) 1. Ya 2. Tidak
Jika Ya, bagaimana perbedaannya? (pola_beda)
…………………………………
Abidin, S. W., Haniarti, & Sari, R. W. (2021). Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Riwayat
Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Di Kota Parepare. ARKESMAS (Arsip
Kesehatan Masyarakat), 6(1), 7–14. https://doi.org/10.22236/arkesmas.v6i1.6022
Adila, N. T. H. (2021). The Hubungan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan Kejadian
Stunting. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 273–279.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.605
Adriani, Merryana., Wirjatmadi, Bambang. 2016. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: PT
Fajar Interpratama Mandiri.
al Amin, M., & Juniati, D. (2017). KLASIFIKASI KELOMPOK UMUR MANUSIA
BERDASARKAN ANALISIS DIMENSI FRAKTAL BOX COUNTING DARI
CITRA WAJAH DENGAN DETEKSI TEPI CANNY. Jurnal Ilmiah Matematika,
2(6).
Amalia, Ika Desi., Dina Putri Utami Lubis., dan Salis Miftahul Khoeriyah. 2021. Hubungan
Pengetahun Ibu tentang Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita : Relationhip
Between Mother’s Knowledge on Nutrition and the Prevalence of Stunting on
Toddler. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu. 12(2):1-9.
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana diare akut. Cermin Dunia Kedokteran, 42(7), 504-508.
ANDINI, Fauziah Rizki. Hubungan faktor sosio ekonomi dan usia kehamilan dengan kejadian
kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Puskesmas Prambontergayang
Kabupaten Tuban. Amerta Nutrition, 2020, 4.3: 218.
Andriansyah, A., Rate, S., & Yusuf, K. (2022). HUBUNGAN PROTEIN KALSIUM ZINK
DAN VITAMIN D DENGAN KEJADIAN STUNTING. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 17(1), 19-26.
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian stunting
pada balita (0-59 bulan) di negara berkembang dan asia tenggara. Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247-256.
Ariati, L. I. P. (2019). Faktor-faktor resiko penyebab terjadinya stunting pada balita usia 23-
59 bulan. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(1), 28-37.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The
Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). Pustaka
Kesehatan, 3(1), 163-170.
Arini, D., Nursalam, N., Mahmudah, M., & Faradilah, I. (2020). The incidence of stunting,
the frequency/duration of diarrhea and Acute Respiratory Infection in toddlers.
Journal of Public Health Research, 9(2), 117–120.
https://doi.org/10.4081/jphr.2020.1816
Aryadipa, M., & Imam Arundhana, A. (n.d.). GAMBARAN KONSUMSI ASAM FOLAT PADA
IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT BERSALIN BUDI MULIA KOTA MAKASSAR
Description of Folic Acid Consumption of Pregnant Women in Budi Mulia Hospital
Makassar City 2017.
Asrianti, T., Afifah, N., Muliyana, D., & Risva. (2019). Tingkat Pendapatan, Metode
Pengasuhan, Riwayat Penyakit Infeksi dan Risiko Kejadian Stunting pada Balita di
Kota Samarinda. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(1), 1–8.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6503
Ayuningtyas, A., Simbolon, D., & Rizal, A. (2018). Asupan zat gizi makro dan mikro
terhadap kejadian stunting pada balita. Jurnal Kesehatan, 9(3), 445-450.
Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). ANALISIS SITUASI
KESEHATAN MENTAL PADA MASYARAKAT DI INDONESIA DAN
STRATEGI PENANGGULANGANNYA. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1).
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10
Ayuningtyas, I. N., Fahmy, A., Tsani, A., Candra, A., & Fithra Dieny, F. (2022). ANALISIS
ASUPAN ZAT BESI HEME DAN NON HEME, VITAMIN B 12 DAN FOLAT SERTA
ASUPAN ENHANCER DAN INHIBITOR ZAT BESI BERDASARKAN STATUS
ANEMIA PADA SANTRIWATI. 11(2), 171–181.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/
Azizah, N. N. (2021). Hubungan Antara Sikap Dan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan
Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Medika Hutama, 2(04 Juli), 1175-1180.
Chairunnisa, E., Kusumastuti, A. C., & Panunggal, B. (2018). Asupan vitamin D, kalsium dan
fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan di Kota Semarang.
Journal of nutrition college, 7(1), 39-44.
Chyntithia, L. G. (2021). Hubungan Riwayat Penyakit Diara Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita. Jurnal Medika Hutama, 03(01), 1723-1725 p.
http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/356
DE SEYMOUR, Jamie V.; BECK, Kathryn L.; CONLON, Cathryn A. Nutrition in pregnancy.
Obstetrics, Gynaecology & Reproductive Medicine, 2019, 29.8: 219-224.
DEWI, Ambar Kusuma; DARY, Dary; TAMPUBOLON, Rifatolistia. Status Gizi dan
Perilaku Makan Ibu Selama Kehamilan Trimester Pertama. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas, 2021, 135-144.
Firmansyah, R. R. T., Murti, B., & Prasetya, H. (2023). A Meta-Analisis of Correlation
between Diarrhea and Stunting in Children Under Five. Journal of Epidemiology
and Public Health, 8(1), 88–97.
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2023.08.01.08
FITRI, Nuri Luthfiatil, et al. HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN KEK PADA
IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GANJAR AGUNG
KECAMATAN METRO BARAT KOTA METRO. Jurnal Wacana Kesehatan,
2022, 7.1: 26-31.
Fitria, R., & Wulandari, S. (2020). FULFILLMENT OF FOLIC ACID IN PREGNANT
WOMEN TRIMESTER I IN THE VILLAGE OF RAMBAH TENGAH HILIR:
PEMENUHAN ASAM FOLAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI DESA
RAMBAH TENGAH HILIR. Jurnal Martenity and Neonatal, 8(2), 125-131.
Fitria, R., & Wulandari, S. (2020). Pemenuhan Asam Folat Pada Ibu Hamil Trimester I Di
Desa Rambah Tengah Hilir. Journal : Maternity and Neonatal, 03(02), 125–131.
Hardinsyah,MS. (2017).Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi.(Electronic Thesis or Dissertation).
Retrieved from https://localhost/setiadi
Harianti, A. W., & Ambarwati, A. (2022). Survey Sanitasi Lingkungan Dan Air Bersih Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman Dan Cipta Karya Bojonegoro.
Hayati, N., & Fatimaningrum, A. S. (2015). Pelatihan kader posyandu dalam deteksi
perkembangan anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak, 4(2).
Himawati, E. H., & Fitria, L. (2020). Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Atas dengan
Kejadian Stunting pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun di Sampang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 15(1), 1. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.1-5
Ike, F. (2019). HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN FREKUENSI DAN DURASI
PENYAKIT DIARE DAN ISPA PADA ANAK USIA TODDLER DI WILAYAH
KERJA
PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA (Doctoral dissertation, STIKES HANG
TUAH SURABAYA).
Ikhtiar, M. (2017). Pengantar kesehatan lingkungan. CV. Social Politic Genius (SIGn).
Ima, I. H., Arisanti, A. Z., & Susilowati, E. (2022). Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan
Antenatal Care: Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 5(7), 789-795.
In’am, Miftahul. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Status Gizi Anak
di Bawah 5 Tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta.
Surakarta : UMS.
Irawan, A., & Hastuty, H. S. B. (2022). Kualitas Fisik Air, Kejadian Diare Dengan Stunting
Pada Balita di Puskesmas Arso Kota. Jurnal Kesehatan Komunitas, 8(1), 130–134.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol8.iss1.1119
Karina, A. N., & Warsito, B. E. (2012). Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita.
Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1(1), 30-35.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta: Kemenkes RI
Wati, R. (2021). HUBUNGAN RIWAYAT BBLR, ASUPAN PROTEIN, KALSIUM, DAN SENG
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA. Nutrizione: Nutrition Research And
Development Journal, 1(2), 1-12. https://doi.org/10.15294/nutrizione.v1i2.50071
KURNIASARI, Devi; ARIFANDINI, Fiki. Hubungan usia, paritas dan diabetes mellitus pada
kehamilan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
rumbia kabupaten lampung tengah tahun 2014. Holistik Jurnal Kesehatan, 2015, 9.3.
Kusumaningrum, R. (2017). Hubungan Asupan Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Anak
Min Ketitang Nogosari Boyolali (Doctoral dissertation, STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta).
Maineny, A., Longulo, O. J., & Endang, N. (2022). Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi. Jurnal Bidan Cerdas, 4(1), 10–17.
https://doi.org/10.33860/jbc.v4i1.758
Maksum, T. S., & Hulinggi, P. (2022, December). PENILAIAN ASUPAN ZAT BESI DAN ASAM FOLAT
PADA IBU HAMIL. In Seminar Nasional Mini Riset Mahasiswa (Vol. 1, No. 2, pp. 67-
71).
Maulany, R. F., & Dianingati, R. S. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses
Kesehatan. Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product, 4(2).
https://doi.org/10.35473/ijpnp.v4i2.1161
Manggabarani, S., Tanuwijaya, R. R., & Said, I. (2021). Kekurangan Energi Kronik,
Pengetahuan, Asupan Makanan dengan Stunting: Cross-Sectional Study. Journal of
Nursing and Health Science, 1(1), 1-7.
Mufida, Loviana., Agus Sartono., dan Mufnaetty. 2020. Pengetahuan Gizi Ibu dan Praktik
Diversifikasi Makanan Keluarga di Kelurahan Purworejo, Kecaatn Margoyoso, Pati.
Jurnal Gizi Unimus. 9(2):180-188.
Muliawati, Siti. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di Puskesmas
Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2012. AKBID CITRA Medika
Surakarta. INFOKES, Vol.3 No.3 November 2013.
Nengsih, Y., & Marsilia, I. D. (2021). Penyuluhan tentang Pemantauan Tumbuh Kembang
dan Pemberian Vitamin A pada Balita di Posyandu Kenanga Desa Mampir Kec.
Cileungsi Kabupaten Bogor Tahun 2021. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(3),
295. https://doi.org/10.36565/jak.v3i3.259
Ningsih, N. S., Simanjuntak, B. Y., & Haya, M. (2021). Asupan Energi, Zat Gizi Makro dan
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Tanjung Karang, 12(2),
156-161.
NUDDIN, Andi, et al. ANALISIS FAKTOR RISIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIS
IBU HAMIL DI KOTA PAREPARE. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2019,
2.3: 333-342.
Nugraha, R. N., Lalandos, J. L., & Nurina, R. L. (2019). Hubungan Jarak Kehamilan Dan
Jumlah Paritas Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di
Kota Kupang. Cendana Medical Journal (CMJ), 7(2), 273-280.
Nugraheni, D., Nuryanto, N., Wijayanti, H. S., Panunggal, B., & Syauqy, A. (2020). Asi
Eksklusif Dan Asupan Energi Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Usia 6–
24 Bulan Di Jawa Tengah. Journal of Nutrition College, 9(2), 106-113.
Nurminingsih Hatala, T., Tuasikal, H., Kelrey, F., Pangandaheng Program Studi DIII
Keperawatan, T., J A Latumeten, Stik. R., Tamaela No, J., Nusaniwe, K., & Ambon,
K. (n.d.). Pola Asuh Orang Tua Berhubungan Dengan Pertumbuhan Gizi Balita.
Olsa, Edwin Danie., Dekmi Sulastri., dan Eliza Anas. 2017. Hubungan Sikap dan
Pengetahuan Ibu terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah
Dasar di Kecamatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(3):543-529.
Picauly, I., Magdalena, T., dan Sarci. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting
tentang Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur NTT. Jurnal
Gizi dan Pangan. 8(1):55-62.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pritasari, Damayanti D, Lestari NT. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2017.
Putri, L. P., Simanjuntak, B. Y., & Wahyu, T. (2018). Konsumsi Vitamin D dan Zink dengan
Kejadian Stunting pada Anak Sekolah SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu.
Jurnal Kesehatan 9(2).
Putri, M. R. (2019). Hubungan pola asuh orangtua dengan status gizi pada balita di wilayah
kerja puskesmas bulang kota batam. Jurnal Bidan Komunitas, 2(2), 96-106.
Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(1).
Rohaedi, S., Julia, M., & Gunawan, I. M. A. (2016). Tingkat ketahanan pangan rumah tangga
dengan status gizi balita di daerah rawan pangan Kabupaten Indramayu. Jurnal Gizi
dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 2(2), 85-92.
http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2014.2(2).85-92
Rohmatun, N. Y. 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif
dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Sidowarmo Kecamatan Wonosari
Kabupaten Klaten. Surakarta : UMS.
Rufaridah, A. (2019). Pelaksanaan Antenatal Care (Anc) 14 T Pada Bidan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Menara Ilmu, 13(2).
Salama, S., & Kerangan, J. (2019). PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KECAMATAN MELONGUANE
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
KATOLIK DE LA SALLE).
Sibarani, M. (2019). Hubungan Asupan Zinc Dan Zat Besi Dengan Kejadian Stunting Di Sd
Negeri 054901 Sidomulyo Stabat Kabupaten Langkat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Simbolon, D., Rizal, A., Gizi, J., & Kementerian Kesehatan Bengkulu, P. (2018). Asupan Zat
Gizi Makro dan Mikro terhadap Kejadian Stunting pada Balita. In Jurnal Kesehatan
(Vol. 9, Issue 3). Online. http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Sinambela, M., & Solina, E. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil
terhadap Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Selama Pandemi COVID-19 di
Puskesmas Talun Kenas Tahun 2020. Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 3(2), 128-
135.
Sirajuddin, S., Rauf, S., & Nursalim, N. (2020). Asupan Zat Besi Berkorelasi Dengan
Kejadian Stunting Balita Di Kecamatan Maros Baru. Gizi Indonesia, 43(2), 109–
118.
Solin, A. R., Hasanah, O., & Nurchayati, S. (2019). Hubungan Kejadian Penyakit Infeksi
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 1-4 Tahun. JOM FKp, 6(1), 65–71.
jom.unri.ac.id.
Sri S. Nasar; Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI); Universitas Indonesia Fakultas
Kedokteran; Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI). (2015; 2015). Penuntun Diet Anak / editor, Sri S. Nasar ... [et al.];
IDAI, PERSAGI, AsDI. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. FKUI,.
Styawati, S., & Ariany, F. (2021). Sistem Monitoring Tumbuh Kembang Balita/Batita di
Tengah Covid-19 Berbasis Mobile. J. Inform. Univ. Pamulang, 5(4), 490.
Sudiarta, I. G. A. P. (2018). GAMBARAN PENERAPAN PERSONAL HYGIENE PENJAMAH
MAKANAN PADA KANTIN SMPN 2 GIANYAR TAHUN 2018 OLEH (Doctoral
dissertation, Jurusan Kesehatan Lingkungan).
Sulistianingsih, A., & Madi Yanti, D. A. (2016). Kurangnya asupan makan sebagai penyebab
kejadian balita pendek (stunting). Jurnal Dunia Kesehatan, 5(1), 77123.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Modul Teori Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.)
Suryani, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Payung Sekaki. Jomis (Journal Of Midwifery Science), 1(2), 47-53.
Suryani, L., Natan, O., Rizal, A., Kusdalinah, & Meriwati. (2022). Hubungan Asupan Zat
Gizi Makro (Karbohidrat, Protein, Lemak) Dan Zink Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2022
(Vol. 33, Issue 1).
Suryani, L., Riski, M., Sari, R. G., & Listiono, H. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 21(1), 311-316.
Susanti, T. (2018). Hubungan Usia dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Plasenta Previa di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2018. Jurnal Kesehatan,
4(2).
Susilowati, Endang., dan Alin Himawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah 1 Demak.
Jurnal Kebidanan. 6(13):21-26.
Syafitri, N. P., Wiratmo, P. A., & Setyaningsih, W. (2020). Hubungan Status Sosial Ekonomi
Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care. Binawan Student Journal, 2(2),
237-241.
Thamrin, E. P., Utami, R. K., Santoso, F., Thamrin, A. A., Ain, S. S., & Pakasi, T. A. (2019).
Problems related to acute respiratory infection among under-5 children in Sorong,
West Papua: a community diagnosis approach. Journal of Community Empowerment
for Health, 2(2), 198–207. https://doi.org/10.22146/jcoemph.46965
Virdausya, S., Balafif, M., & Imamah, N. (2020). Dampak Eksternalitas Industri tahu
Terhadap Pendapatan Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.
Bharanomics, 1(1), 1-8.
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun PANDUAN
LENGKAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-5 TAHUN STRADA PRESS.
Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010
Wati, S. K., Kusyani, A., & Fitriyah, E. T. (2021). Pengaruh Faktor Ibu (Pengetahuan Ibu,
Pemberian ASI-Eksklusif & MP-ASI) Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak.
Journal of Health Science Community, 2(1), 40-52.
Widiyanti, N. M. (2021). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI
KURANG PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS KLUNGKUNG I TAHUN 2021
(Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2021).
Yanti, R., Yenita, R. N., & Faradilla. (2022). Stunting control factors related to the
occurrence of diarrhea in children in the work area of the Bukit Timah Health
Center. 11(2), 210–216. https://doi.org/10.30644/rik.v11i2.71.
Yanti, R., Yenita, R. N., & Faradilla. (2022). Stunting control factors related to the occurrence
of diarrhea in children in the work area of the Bukit Timah Health Center. 11(2),
210–216. https://doi.org/10.30644/rik.v11i2.719
Yeni Febrianti, P. (2020). Gambaran Status Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi Balita
(BB/U) di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Riau).
Yuhansyah., dan Mira. 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentag Gizi pada Anak
Balita di UPT Puskesmas Remaja Kota Samarinda. Borneo Nursing Journal (BNJ).
1(1):76-82.
Yuliantini, E., Kamsiah, K., Maigoda, T. C., & Ahmad, A. (2022). Asupan makanan dengan
kejadian stunting pada keluarga nelayan di Kota Bengkulu. AcTion: Aceh Nutrition
Journal, 7(1), 79.
Yusiana, E. (2020). Hubungan Status Ekonomi Dan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Tatah Mesjid Kecamatan
Alalak Kabupaten Barito Kuala Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Kalimantan MAB).
Lestari, C. I. (2019). HUBUNGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET FE (ZAT
BESI) DAN ASUPAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI KOTA MATARAM TAHUN
2018. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 4(2), 89-94.
Astriningrum, E. P., Hardinsyah, H., & Nurdin, N. M. (2017). Asupan asam folat, vitamin
B12 dan vitamin C pada ibu hamil di indonesia berdasarkan studi diet total. Jurnal
Gizi dan Pangan, 12(1), 31-40.
Dewi, A. K., Dary, D., & Tampubolon, R. (2021). Status Gizi dan Perilaku Makan Ibu Selama
Kehamilan Trimester Pertama. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 135-144.
Fitrianingtyas, I., Pertiwi, F. D., & Rachmania, W. (2018). Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Warung
Jambu Kota Bogor. HEARTY: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2).
Mandella, W., Veronica, N., & Sari, L. L. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 33-42.
Choiroh, Z. M., Windari, E. N., & Proborini, A. (2020). Hubungan antara Frekuensi dan
Durasi Diare dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Desa
Kedungrejo Kecamatan Pakis. Journal of Issues in Midwifery, 4(3), 131-141.
Dictara, A. A., Angraini, D. I., Mayasari, D., & Karyus, A. (2020). Hubungan asupan makan
dengan kejadian kurang energi kronis (kek) pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung. Majority, 9(2), 49-54.
Febrianti, R., Riya, R., & Sumiati, S. (2020). Status Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan
Dengan Kejadian Kek Ibu Hamil Di Puskesmas. Jurnal Ilmiah PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 15(3),
395-399.
Noorhasanah, E., & Tauhidah, N. I. (2021). Hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting
anak usia 12-59 bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 4(1), 37-42.
Putri, A. R. (2020). Aspek Pola Asuh, Pola Makan, dan Pendapatan keluarga pada kejadian
stunting. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 6(1), 7-12.
Saraswati, D., Gustaman, R. A., & Hoeriyah, Y. A. (2021). Hubungan Status Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Dan Pola Asuh Terhadap Kejadian Stunting Pada Baduta:
Studi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Karanganyar Kecamatan Kawalu
Kota Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal,
12(2), 226-237.
Sunartiningsih, S., Fatoni, I., & Ningrum, N. M. (2020). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-24 Bulan. Jurnal Kebidanan, 10(2),
66-79.
Husna, A., & Farisni, T. N. (2022). Hubungan ASI Eksklusif dengan Stunting Pada Anak
Balita di Desa Arongan Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Jurnal
Biology Education, 10(1), 33-43.
Kolantung, P. M., Mayulu, N., & Kundre, R. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Melakukan Antenatal
Care (Anc): Systematic Review. Jurnal Keperawatan, 9(2), 40-53.
Adriani M, Bambang Wiratmadi. Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta: Kencana; 2014.
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bur, T. N., Picauly, I., Riwu, R. R. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola
Konsumsi Pangan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Oepoi Kota Kupang. Jurnal
Pazih_Pergizi Pangan DPD NTT, 2(1), 1060-1069
Eka RF., Setyaningsih, A. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan
Motorik Kasar Anak Usa 1-3 Tahun. Jurnal Kebidanan STIKES Estu Utomo
Boyolali. 4 (2), 14.
Handayani, R. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak balita.
Jurnal Endurance, 2(2), 217-224.
Khoiriah, A. & Sari, N. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu dini Di Bpm Hj. Rusmiati Palembang. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Luba, S. (2019). Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Pertiwi Makassar Tahun 2019. Jurnal Farmasi Sandi Karsa.
Mubarak, W. I. (2011) Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Salemba Medika
Munawaroh S. Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita Relationship of Parenting Pattern
and Toddlers’ Nutrititional Status. J Keperawatan. 2015;6(1):44–50
Naibaho, E., & Aritonang, E. Y. (2022). Hubungan pendapatan dan pengetahuan gizi ibu
dengan ketahanan pangan keluarga di Kabupaten Tapanuli Tengah. Tropical Public
Health Journal, 2(1), 18-
Pattiasina, J. A., Polpoke, S. U. M., & de Lima, F. V. I. (2019). Hubungan Keteraturan
Antenatal Care Dengan Tingkat Kehamilan Risiko Tinggi Pada Ibu Hamil Di Dusun
Kampung Baru-Desa Kawa. Molucca Medica, 39-48.
Puspaningtyas, Desty E. 2012. Hubungan Status Anemia, Praktik Pemberian Makan, Praktek
Perawatan Kesehatan, dan Stimulasi Kognitif dengan Fungsi Kognitif Anak
Sekkolah Dasar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 35(2): 109-119
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. 2014. Soetjiningsih. Asuhan Dini Tumbuh Kembang Anak.
Dalam:Soetjiningsihdan Ranuh IG. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:
EGC.p.234-235
Wulandari, M. (2019). Faktor Yang Berhubungan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui
Dini ( IMD ) Pada. 3(1).