Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ADVOKASI GIZI

“PENYUSUNAN RENCANA ADVOKASI”

Dosen pembimbing :
Marni Handayani S.SiT. M.Kes
Edmon, SKM, M.Kes
DR. Gusnedi, S.TP, MPH

Oleh Kelompok 2 :

1. Anisa Shofia (202210603)


2. Dini Hafizah Kharisma (202210610)
3. Hanifah Fikriyah (202210615)

SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIK 3B


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KASUS 2:
PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL
UNTUK PENANGGULANGAN GIZI KURANG DI KABUPATEN SOLOK

Gizi kurang (wasting) merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada kelo
mpok balita, ditunjukkan oleh berat badan yang kurang menurut tinggi badan anak. Keada
an ini disebabkan oleh kekurangan gizi secara akut, baik oleh kurangnya asupan zat gizi
makro atau karena peningkatan pengeluaran energy seperti peningkatan aktifitas fisik atau
terjadinya penyakit infeksi seperti diare, ISPA, dll.
Berdasarkan data pelaporan program gizi di Kabupaten Solok, angka wasting masi
h relative tinggi, dan dikhawatirkan akan berdampak terhadap peningkatan angka stunting
(kekurangan gizi secara kronis), khususnya pada daerah-daerah yang menjadi lokus stunti
ng. Salah satu program gizi untuk mengatasi keadaan gizi kurang adalah dengan pemberia
n makanan tambahan (PMT) berupa biscuit yang di drop dari pemerintah pusat. Namun, d
ari pemantauan program PMT, diketahui Sebagian besar konsumsi PMT Biskuit tidak opt
imal karena factor kesukaan anak, kebosanan dan anggota rumah tangga lainnya yang iku
t mengonsumsi biscuit yang diberikan.
Dari penelitian terakhir terkait asupan zat gizi pada anak balita di kabupaten Solo
k, diketahui anak balita, selain mengalami defisiensi protein dan energy, juga mengalami
berbagai zat gizi mikro seperti zat besi, zink, kalsium, asam folat dan vitamin C. Dari anal
isis yang dilakukan, ternyata zat-zat gizi tersebut terdapat daam berbagai bahan makanan
yang tersedia secara local seperti ikan air tawar (mas, lele, nila, dll), telur ayam, daging ay
am, kacang-kacangan, tempe, tahu, sayuran hijau (bayam, kangkong, daun singkong, dll),
sayuran umbi (wortel), sayuran buah (tomat, terung) dan berbagai jenis buah seperti papa
ya, pisang, semangka, dll. Akan tetapi bahan-bahan makanan tersebut belum dikonsumsi
secara optimal, khususnya untuk anak balita.
Berdasarkan hal tersebut, ahli gizi di dinas kabupaten dan puskesmas merasa perlu
untuk mengutamakan PMT yang diberikan untuk penanggulangan wasting berbasis panga
n local. Namun untuk implementasi program tersebut, perlu inisiasi Gerakan PMT Lokal
yang dimulai dengan sosialisasi PMT local pada pengambil kebijakan (Bupati, Ketua Pen
ggerak PKK Kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dll).
Dari kasus diatas, jika Saudara berperan sebagai Ahli Gizi penanggung jawab pro
gram di Dinas Kesehatan, apa yang dapat Saudara lakukan (terkait dengan upaya adokasi
gizi? Buatlah rencana advokasi yang akan Saudara lakukan, apa tujuannya, siapa saja mitr
a dan lawan advokasi saudara, bagaimana strategi dan pendekatan advokasi yang akan Sa
udara lakukan, dan seperti apa kegiatan dan jadwal advokasi, sehingga pada awal 2021 di
harapkan sudah ada Perwako yang mengatur penggunaan anggaran Desa/Kelurahan untuk
penanggulangan stunting.

Rencana advokasi yang akan dilakukan :


1. Rencana kegiatan advokasi :
Melakukan sosialisasi untuk kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
kepada mayarakat khususnya kepada balita di Kab. Solok yang berasal dari pangan
local. Makanan local yang dimaksud adalah seperti ikan air tawar, telur ayam,
kacang-kacangan, daging ayam, tahu, tempe, sayuran hijau, dan buah-buahan local.

2. Tujuan kegiatan :
Kegiatan advokasi yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi masalah gizi
kurang (wasting) pada kelompok balita di Kabupaten Solok. Kegiatan advokasi
dilakukan untuk memperoleh dukungan dari Bupati Kabupaten Solok, Kepala Dinkes
Kabupaten Solok, Dinas Ketahanan pangan Provinsi Sumbar selaku pihak yang
berperan dalam pengambil kebijakan dan pembuat keputusan.
Serta untuk memperoleh dukungan lain berupa dana, sarana dan prasarana
untuk menjalankan program PTM berbasis pangan local di Kabupaten Solok. Untuk
mendapatkan keputusan diberikannya izin terkait pelaksanaan program PTM kepada
balita di Kab. Solok.

3. Mitra :
a. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Solok
b. Dinas Ketahanan pangan Provinsi Sumbar
c. Bupati Solok
d. Dinas Ketahanan Pangan
e. Ketua Penggerak PKK Kabupaten Solok
f. Masyarakat umum termasuk ibu yang memiliki balita
4. Lawan :
Orangtua yang tidak percaya dan kurang pengetahuan terkait pentingnya
asupan yang cukup dan seimbang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak nya.

5. Strategi Advokasi
 Melakukan inisiasi Gerakan PMT Lokal yang dimulai dengan sosialisasi PMT local
pada pengambil kebijakan (Bupati, Ketua Penggerak PKK Kabupaten, Kepala Dinas
Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dll) supaya keluar suatu aturan atau kebijakan
/ anggaran dana desa dalam pencegahan stunting yaitu dengan pemberian PMT yan
g tidak membuat anak bosan serta pemanfaatan PMT yang berbasis pangan lokal.
 Mengenalkan, memodifikasi resep, dan mengadakan pelatihan pembuatan pangan lo
kal kepada masyarakat Kabupaten Solok tentang PMT berbasis pangan lokal dan pe
ntingnya mencukupi kebutuhan gizi.
 Melakukan Kerjasama dengan mitra terkait dengan pangan lokal sehingga akses pan
gan lokal mudah didapatkan dan PMT biscuit.
 Pemerintah melakukan program masalah gizi kurang dikarenakan kurangnya asupan
zat gizi makro dengan pemberian makanan tambahan (PTM)
 Pemerintah melakukan program masalah gizi kurang dikarenakan defisiensi protein,
energi, dan berbagai zat gizi mikro dengan pemberian makanan tambahan (PMT) ber
basis local
 Diharapkan dengan adanya Advokasi Penanggulangan Gizi Kurang di kabupaten Sol
ok, masyarakat mengetahui dan memenuhi gizi seimbang dalam konsumsi makanan
anak balita sehari-hari, sehingga mengurangi angka gizi kurang dan stunting.

6. Pendekatan Advokasi
 Pendekatan dilakukan kepada para pimpinan atau pengambil kebijakan agar dapat m
emberikan dukungan maksimal dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan pada
upaya Kesehatan.
 Pendekatan advokasi juga dilakuakan kepada pada stackeholder dan mitra terkait se
hingga advokasi berjalan dengan baik.
 Dalam pendekatan advokasi diperlukan media massa untuk menybarkan informasi s
ehingga kegiatan advokasi mudah diakses dan tersampaikan kepada semua pihak
7. Kegiatan Advokasi
 Melakukan kegiatan program pemberian makanan tambahan (PMT)kepada ( Bupat
i, Ketua Penggerak PKK Kabupaten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pa
ngan, dll )termasuk posyandu dan puskesmas
 Melakukan sosialisasi tentang program pemberian makanan tambahan (PMT) berb
asis pangan local kepada pihak terkait, seperti (Bupati, Ketua Penggerak PKK Kab
upaten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dll)termasuk posyandu
dan puskesmas
 Melakukan pelatihan pengolahan dan modifikasi resep olahan makanan dari bahan
pangan local untuk bisa dikonsumsi dan disukai oleh anak balita khususnya, agar k
ebutuhan gizi tercukupi.

8. Jadwal Advokasi
 Senin, 2 November 2020 kegiatan inisiasi Gerakan PMT Lokal yang dimulai dengan
sosialisasi PMT local pada pengambil kebijakan (Bupati, Ketua Penggerak PKK Ka
bupaten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dll)
 1 kali semingu Kegiatan inisiasi Gerakan PMT Lokal yang dimulai dengan sosialisa
si PMT local dengan modifikasi resep serta pelatihan pembuatan dan penggunaan pa
ngan local yang baaik sehingga tidak membuat anak bosan dan PMT dsukai serta dik
onsumsi anak dimana PMT ini untuk penanggulangan stunting tersebut bisa dilakuka
n dengan penyuluhan dan sosialisasi pada masyarakat khususnya orang tua yang me
mpunyai balita.
 1 kali semingu Ketika posyandu, setiap hari saat di sekolah dan kegiatan yang berhu
bungan dengan anak-anak
 PMT biscuit diberikan setiap hari kepada anak selama 1 bulan selain itu pmt yang be
rsumber dari pangan local juga diberikan setiap hari pada anak ,baik itu diberikan sa
at posyandu maupun setiap hari dirumah dimana anak mengkonsumsi makanan dari
orang tua.

Anda mungkin juga menyukai