Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

DESAIN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE MANUAL DESAIN


PERKERASAN BINA MARGA TAHUN 2017
(NO. O4/SE/Db/2017 REVISI 2017)

4.1 Data Perencanaan


a. Wilayah jaringan jalan = Inter Urban
b. Fungsi Jalan = Arteri (4/2 TT)
c. Jenis Medan = Pegunungan
d. Kelas Jalan = I
e. Umur rencana = 20 Tahun (2025-2045)
f. Traffic Multiplier (TM) = 1,8 - 2 (diambil 2 )
g. Lebar jalan = 14,0 m
h. Bahu jalan = 1,0 m
i. Pertumbuhan lalu lintas (i) = 3.5%

4.1.1 Penentuan Tipe Jalan Rencana


Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, didapat nilai emp setiap jenis
kendaraan seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ekuivalen Mobil Penumpang (EMP) untuk jalan 4/2 D dan 4/2 UD

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 Halaman 6 - 44

Tabel 4.2 Lalu lintas harian rata-rata, LHR Tahun 2022 dalam smp/hari
Nilai Lintas Harian
Lalu lintas harian
No. Jenis Kendaraan Ekivalensi Rata-Rata 2
2 arah (kend/hari)
mobil Arah
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
1 Sepeda motor 1500 0.3 450
2 Mobil Penumpang (2,3,4) 1200 1.0 1200
3 Bus Besar (5b) 180 3.2 576
4 Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 1000 2.2 2200
5 Truk 3 Sumbu Ringan (7a1) 290 5.5 1595
6 Truk 3 sumbu Sedang (7a2) 95 5.5 522.5
7 Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 25 5.5 137.5
Total, (smp/hari) 6681
Dengan demikian diketahui arus lalu lintas, VLHR (Q) tahun 2022 sebesar 6681 smp/hari
4.1.2 Mencari Volume Jam Rencana (VJR, smp/jam)
Diketahui :
● Umur Rencana = 20 tahun
● Pertumbuhan Lalu Lintas=(i) 3.50% = 0.035
● Jalan Mulai Dibuka pada tahun 2025
● N = 23 ( direncanakan pembangunan jalan selama 3 tahun )
Maka VLHR2045 = VLHR2022 ( 1 + 0.035 ) 23
23
= 6681 ( 1 + 0.035 )
= 14739 smp/hari

VJR = VLHR2045 x K

Dimana :
K = Faktor jam desain
Berdasarkan Pedoman Desain Geometrik Jalan Tahun 2020 Bina Marga
K = 8% - 11% untuk jalan yang padat seperti jalan-jalan di perkotaan
K = 7% - 15% untuk jalan yang kurang padat seperti jalan luar kota
Misal di ambil K = 8 %
VJR = 14739 8 %
= 1179.1 smp/jam

4.1.3 Menghitung Kapasitas Jalan


Kapasitas jalan (C) dihitung dengan menggunakan Rumus MKJI untuk jalan luar kota :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf

dimana :
C = Kapasitas Jalan
Co = Kapasitas Dasar (SMP/jam)
FCw = Faktor Penyesuaian Akibat lebar jalur lalu-lintas
FCsp = Faktor Penyesuaian Akibat pemisah arah
FCsf = Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping

a) Kapasitas Dasar, Co
Tabel 4.1.3 Kapasitas Dasar pada jalan luar-kota 4-lajur 2-arah (4/2)

Sumber : Tabel C-1:1 MKJI 1997 halaman 6-65

Maka kapasitas dasar jalan untuk jalan luar kota 4/2 T dengan tipe alinyemen datar
yaitu
Co = 4 x 1600 = 6400 smp/jam
b) Faktor Penyesuaian Pengaruh Lebar Lajur Lalu Lintas, FCw
Tabel 4.1.4 Faktor Penyesuaian Pengaruh Lebar Lajur Lalu Lintas, FCw

Sumber : Tabel C-2:1 MKJI 1997 halaman 6-66

Maka faktor penyesuaian kapasitas akibat jalur lalu-lintas(FCw), FCw = 1.00

c) Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah, FCsp


Tabel 4.1.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah, FCsp

Sumber : Tabel C-3:1 MKJI 1997 halaman 6-67

Maka faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah (FCsp), FCsp = 0.925

d) Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping, FCsf


Tabel 4.1.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping, FCsf

Sumber : Tabel C-4:1 MKJI 1997 halaman 6-68


Diasumsikan tingkat hambatan samping adalah medium sehingga faktor penyesuaian
kapasitas akibat hambatan samping (FCsf), FCsf = 0.98

Sehingga Kapasitas Jalan (C) :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf


= 6400 x 1.00 x 0.925 x 0.98
= 5801.600 smp/jam

Derajat Kejenuhan (DS)


Q 1179.1
DS = = = 0.203 ≤ 0.750 … OKE !
C 5801.600

Gambar 4.1 Profil Melintang Jalan 4 Lajur 2 Arah ( 4/2 TT )

Bahu jalan Bahu jalan


Badan jalan Badan jalan
1,0 m 7,00 m 7,00 m 1,0 m
4.2 Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif, CESAL
4.2.1 Data Perencanaan :
a. Wilayah jaringan jalan = Inter Urban

b. Fungsi Jalan = Arteri (4/2 TT)


c. Jenis Medan = Pegunungan
d. Kelas Jalan = I

e. Umur rencana = 20 Tahun (2025-2045)


f. Traffic Multiplier (TM) = 1,8 - 2 (diambil 2 )
g. Lebar jalan = 14,0 m
h. Bahu jalan = 1,0 m
i. Pertumbuhan lalu lintas (i) = 3.5%
j. Distribusi Arah = 65 - 35

4.2.2 Menghitung Lalu Lintas Harian Rata-Rata, LHR


a). Data Lintas Harian Rata - Rata 2 arah
Tabel 4.2.1 Data Lalu Lintas Harian 2 Arah
LHR (2 Distribusi Beban
No. Jenis Kendaraan Berat Total
2022 Depan Tengah Belakang
1 Sepeda Motor - 1500 - -
2 Mobil Penumpang 2,3,4 2.0 ton 1200 50% - 50%
3 Bus Besar (5b) 9.0 ton 180 34% - 66%
4 Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 8.3 ton 1000 34% - 66%
5 Truk 3 Sumbu Ringan (7a1) 25.0 ton 290 25% - 75%
6 Truk 3 Sumbu Berat (7a2) 25.0 ton 95 25% - 75%
7 Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 42.0 ton 25 18% 28% 54%

b). Menghitung LHR ( Lalu-Lintas Harian Rata-Rata)

LHR = ( 1 + i )n x jumlah kendaraan

Dimana n: = Waktu ( tahun )


i = Tingkat pertumbuhan lalu lintas (%) = 3.5%

Data LHR awal 2022; tahun pertama setelah pembukaan untuk lalu lintas 2025 (3 tahun
setelah 2022); permulan beban normal MST 12 ton tahun 2027 ( 5 tahun setelah 2022 )
Contoh perhitungan LHR 2025 : ( n = 3 tahun)
a Bus Besar (5b)
LHR (2 arah) 2022 = 180
LHR 2025 = ( 1 + 0.035 ) 3 x 180 = 199.57

c). Menghitung Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i ) (%)

( 1 + 0.01 i ) UR - 1
R =
0.01 i
Dimana : R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
i : laju pertumbuhan lalu lintas tahunan
UR : Umur Rencana

( 1 + 0,01 x 0.035 ) 20 -1
R = = 20.067 = R2025 - 2045 Normal
0,01 x 0.035

( 1 + 0,01 x 0.035 ) 40 -1
R = = 40.274 = R2025 - 2065 Normal
0,01 x 0.035

2022 2025 2045 2065


d). Menentukan Faktor Distribusi Arah (DD)
Distribusi Arah dari data perencanaan diketahui DD = 65 - 35
maka di pilih nilai yang terbesar yaitu 65%

e). Menentukan Faktor Dsitribusi Lajur ( DL )


Tabel 4.2.2 Faktor Distribusi Lajur ( DL )
Jumlah Lajur Kendaraan Niaga Pada Lajur Desain (%
Setiap Arah terhadap populasi kendaraan niaga )
1 100
2 80
3 60
4 50

f). Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif ( CESAL )


Menggunakan VDF masing - masing Kendaraan niaga
Tabel 4.2.3 Nilai VDF masing-masing jenis kendaraan niaga

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ) 2017 Halaman 4 - 5

ESATH-1 = ( ∑LHRTJK x VDFJK ) x 365 x DD x DL x R

Keterangan :
ESATH-1 = kumulatif lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent
standard axle) pada tahun pertama
standard axle) pada tahun pertama
LHRTJK = Lintas harian rata – rata tiap jenis kendaraan niaga
(satuan kendaraan per hari).
VDFJK = Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor) tiap
jenis kendaraan niaga Tabel 4.18
DD = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur (table 4.17)
CESAL = Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana.
R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif

Contoh Perhitungan
Jenis kendaraan = Bus Besar (5b)
VDFnormal = 1.0 (berdasarkan tabel 4.18)
DD = 0.65 (berdasarkan data yang diketahui)
DL = 0.8 ( berdasarkan tabel 4.17)
R = 20.07 ( R25-48)

ESA 4 TH-20 = ( ∑LHRTJK x VDFJK ) x 365 x DD x DL x R


= ( 199.6 x 1.0 ) x 365 x 0.65 x 0.8 x 20.067
= 760088.95

Untuk perhitungan beban sumbu selanjutnya, ada pada Tabel 4.2.4 dan Tabel 4.2.5
TABEL 4.2.4 PERHITUNGAN BEBAN SUMBU STANDAR KUMULATIF 4 ( CESAL 4 )

Lintas Harian Rata- LHR VDF 4 ESA 4


Jenis Kendaraan DD DL R20
rata (2 arah) 2020 2025 normal (2025-2045)

1 2 3 4 5 6 7 8

Mobil
1200 1330.5 - - - - -
Penumpang 2,3,4

Bus Besar (5b) 180 199.6 1.0 0.65 0.8 20.067 760088.950

Truk Sedang 2
1000 1108.7 2.9 0.65 0.8 20.067 12245877.528
Sumbu (6b)
Truk 3 Sumbu
290 321.5 4.9 0.65 0.8 20.067 6000479.989
Ringan (7a1)
Truk 3 Sumbu
95 105.3 3.8 0.65 0.8 20.067 1524400.616
Sedang (7a2)
Truk 4 Sumbu
25 27.7 6.5 0.65 0.8 20.067 686191.413
Trailer (7c1)
CESA425-45 21,217,038

Keterangan
(3) = ( 1 + 0,045 )3 x (2)
(4) dari tabel 4.2.3
(5) dari tabel 4.2.2
(6) = 65%
(7) R25-45 = 20.067
(8) = ( (4) x (6) ) x 365 x (5) x (6) x (7)
TABEL 4.2.5 PERHITUNGAN BEBAN SUMBU STANDAR KUMULATIF 5 ( CESAL 5 )
Lintas
Jenis Harian Rata- LHR VDF 5 ESA 5 ESA 5
DD DL R20 R40
Kendaraan rata (2 arah) 2025 normal (2025-2045) (2025-2065)
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mobil
Penumpang 1200 1330.5 - - - - - - -
2,3,4
Bus Besar
180 199.6 1.0 0.65 0.8 20.07 40.27 760088.95 1525516.251
(5b)
Truk Sedang
1000 1108.7 4.0 0.65 0.8 20.07 40.27 16890865.56 33900361.132
2 Sumbu (6b)
Truk 3
Sumbu 290 321.5 6.7 0.65 0.8 20.07 40.27 8204737.94 16467100.420
Ringan (7a1)
Truk 3
95 105.3 4.8 0.65 0.8 20.07 40.27 1925558.67 3864641.169
Sumbu
Truk 4 Sumbu
25 27.7 8.8 0.65 0.8 20.07 40.27 928997.61 1864519.862
Trailer (7c1)
CESA525-45 28,710,249
CESA525-65 57,622,139

Keterangan
(3) =( 1 + 0,045 ) x (2)
(4) dari tabel 4.2.3
(5) dari tabel 4.2.2
(6) = 65%
(7) R25-45 = 20.067
(8) R25-45 = 40.274
(9) = ( (4) x (6) ) x 365 x (5) x (6) x (7)
(9) = ( (4) x (6) ) x 365 x (5) x (6) x (8)

##
4.3 Pemilihan Jenis Perkerasan
CESA 5 = 28,710,249
Tabel 4.3.1 Pemilhan Jenis Perkerasan

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 3 - 1


Tabel 4.4.1 Nilai CBR
No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

0+100
0+200
0+300
0+400
0+500
0+600
0+700
0+800
0+900
1+000
1+100
1+200
1+300
1+400
1+500
1+600
1+700
1+800
1+900
2+000
2+100
2+200
2+300
2+400
2+500
2+600
2+700
2+800
2+900
3+000
3+100
3+200
3+300
3+400
3+500
3+600
3+700
3+800
3+900
4+000
4+100
4+200
4+300
4+400
4+500
4+600
4+700
4+800
4+900
5+000
5+100
5+200
5+300
5+400
5+500
5+600
5+700
5+800
5+900
6+000
6+100
Stasiun

Nilai CBR 6 5 5 4 6 5 4 6 7 7 5 6 4 6 4 6 4 5 5 6 4 4 5 6 8 5 6 6 7 7 8 7 8 9 7 8 9 9 8 8 7 8 8 7 8 9 8 9 8 8 9 11 11 10 10 10 9 10 11 12 9

13 CBR SEGMEN
12
11
10
9
8
NILAI CBR

7
6
5
4
3
2
1
0

STASIUN

Gambar 4.4.1 Diagram CBR Tanah Dasar STA 0+100 sampai STA 6+100

Hasil perhitungan didapatkan : CBR rata-rata segmen = 7.164


Standar Deviasi segmen = 2.067

Menghitung Nilai Koefisien Variasi (Cv) semua segmen

Karena nilai Cv kurang dari 30% maka data-data CBR yang ada, dapat digunakan dalam satu segmen jalan
Cv = Standar Deviasi x 100%
Nilai Rata-Rata CBR
Namun untuk memperoleh tebal perkerasaan yang aman, jalan di bagi menjadi 2 segmen

2.063
= x 100%
7.194
= 28.682 % < 30%
4.4.1 CBR SEGMEN 1

Tabel 4.4.1.1 Nilai CBR Pada segmen 1

No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

0+100

0+200

0+300

0+400

0+500

0+600

0+700

0+800

0+900

1+000

1+100

1+200

1+300

1+400

1+500

1+600

1+700

1+800

1+900

2+000

2+100

2+200

2+300

2+400

2+500

2+600

2+700

2+800

2+900

3+000

3+100
Stasiun

Nilai CBR 6 5 5 4 6 5 4 6 7 7 5 6 4 6 4 6 4 5 5 6 4 4 5 6 8 5 6 6 7 7 8

CBR SEGMEN 1
9
8
7

6
NILAI CBR

5
4
3
2
1
0
0+100 0+200 0+300 0+400 0+500 0+600 0+700 0+800 0+900 1+000 1+100 1+200 1+300 1+400 1+500 1+600 1+700 1+800 1+900 2+000 2+100 2+200 2+300 2+400 2+500 2+600 2+700 2+800 2+900 3+000 3+100
STASIUN

Gambar 4.4.1.1 Diagram CBR Tanah Dasar STA 0+100 sampai STA 3+000

Menghitung Nilai Koefisien Variasi (Cv) segmen 1


Standar Deviasi Karena nilai Cv kurang dari 30% maka data-data CBR yang ada,
Cv = x 100%
Nilai Rata-Rata CBR dapat digunakan dalam satu segmen jalan
Namun untuk memperoleh tebal perkerasaan yang aman dan
= 1.179 x 100% ekonomis jalan di bagi menjadi 2 segmen
5.55
= 21.24 % < 30%
a) CBR Grafis Segmen 1

Frekuensi lebih besar atau sama dengan untuk CBR segmen 1 :


Tabel 4.4.1.2 Penentuan CBR design utuk segmen 1
CBR Jumlah Data Frekuensi % Lebih besar atau sama dengan
4 7 30 100.00
5 8 23 76.67
6 10 15 50.00
7 4 5 16.67
8 1 1 3.33
Jumlah 30

100

90

80
% LEBIH BESAR ATAU SAMA DENGAN

70

60

50

40

30
8,4
20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
CBR
Gambar 4.4.1.2 Grafik penentuan CBR design untuk segmen 1

Dengan menggunakan persamaan garis linear maka nilai CBR yang mewakili CBR design
kepadatan 90% untuk segmen 1 adalah 8,4%
Untuk mendapatkan Daya Dukung Tanah digunakan Rumus DDT = 1,6649 + 4,3592 Log(CBR)
maka DDT = 4.470
4.4
b) CBR Analitis Segmen 1

Tabel 4.4.1.3 Nilai R sesuai jumlah titik uji :


Jumlah titik uji Nilai R Diketahui :
2 1.41 CBR rata-rata = 5.46667
3 1.91 CBR tertinggi = 8
4 2.24 CBR terendah = 4
5 2.48 R = 3.18
6 2.67
7 2.83 CBR Analitis :
8 2.96 = CBR rata2 - (CBR tertinggi - CBR terendah)
9 3.08 R
>10 3.18 = 5.46667 - 8 - 4
3.18
Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan
Lentur Jalan Raya, 1993, Hal. 117
= 4.21

c) CBR Karakteristis Segmen 1

Tabel 4.4.1.4 Nilai koefisien f :


Penggunaan jalan Probabilitas Koefisien f
Jalan tol atau jalan bebas hambatan 95% 1.645
Jalan Arteri dan Kolektor 90% 1.282
Jalan Lokal dan Kecil 80% 0.842
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 8

Diketahui :
CBR rata-rata = 5.466666667
Standar Deviasi = 1.106
f = 1.282

CBR Karakteristik = CBR rata-rata - f x standar deviasi


= 5.466666667 - 1.282 x 1.106
= 4.05

dari ketiga cara di atas diperoleh harga CBR untuk segmen 1 adalah sebagai berikut :
cara Nilai CBR
Grafis 4.5 Di Ambil harga CBR terkecil yaitu dengan cara
Analitis 4.21 Analitis
CBR Karakteristik 4.05
Tabel 4.4.1.5 Faktor Penyesuaian Modulus Tanah Dasar Terhadap Kondisi Musim

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 2

CBR Desain = CBR Karakteristik


x Faktor Penyesuaian Musim
= 4.05 x 0.80
= 3.24
4.4.2 CBR SEGMEN 2
Tabel 4.4.2.1 Nilai CBR Pada segmen 2
No. Urut 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

3+200

3+300

3+400

3+500

3+600

3+700

3+800

3+900

4+000

4+100

4+200

4+300

4+400

4+500

4+600

4+700

4+800

4+900

5+000

5+100

5+200

5+300

5+400

5+500

5+600

5+700

5+800

5+900

6+000

6+100

6+200
Stasiun

Nilai CBR 7 8 9 7 8 9 9 8 8 7 8 8 7 8 9 8 9 8 8 9 11 11 10 10 10 9 10 11 12 9 9

CBR SEGMEN 2
13
12
11
10
9
NILAI CBR

8
7
6
5
4
3
2
1
0
3+200 3+300 3+400 3+500 3+600 3+700 3+800 3+900 4+000 4+100 4+200 4+300 4+400 4+500 4+600 4+700 4+800 4+900 5+000 5+100 5+200 5+300 5+400 5+500 5+600 5+700 5+800 5+900 6+000 6+100
STASIUN

4.2.1 Diagram CBR Tanah Dasar STA 3+100 sampai STA 6+100
Menghitung Nilai Koefisien Variasi (Cv) segmen 2
Cv
Standar Deviasi Karena nilai Cv kurang dari 30% maka data-data CBR yang ada,
= x 100%
Nilai Rata-Rata CBR dapat digunakan dalam satu segmen jalan
Namun untuk memperoleh tebal perkerasaan yang aman dan
1.293 ekonomis jalan di bagi menjadi 2 segmen
= x 100%
8.84
= 14.63 % < 30%
a) CBR Grafis Segmen 2

Frekuensi lebih besar atau sama dengan untuk CBR segmen 2 :


Tabel 4.4.2.2 Penentuan CBR design utuk segmen 2
CBR Jumlah Data Frekuensi % Lebih besar atau sama dengan
7 4 31 100.00
8 10 27 87.10
9 9 17 54.84
10 4 8 25.81
11 3 4 12.90
12 1 1 3.23
Jumlah 31

100

90

80
% LEBIH BESAR ATAU SAMA DENGAN

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
CBR
Gambar 4.4.2.2 Grafik penentuan CBR design untuk segmen 2

Dengan menggunakan persamaan garis linear maka nilai CBR yang mewakili CBR design
kepadatan 90% untuk segmen 2 adalah 5%
Untuk mendapatkan Daya Dukung Tanah digunakan Rumus DDT = 1,6649 + 4,3592 Log(CBR)
maka DDT = 5.554
7.8
b) CBR Analitis Segmen 2

Tabel 4.4.2.3 Nilai R sesuai jumlah titik uji :


Jumlah titik uji Nilai R Diketahui :
2 1.41 CBR rata-rata = 8.800
3 1.91 CBR tertinggi = 12
4 2.24 CBR terendah = 7
5 2.48 R = 3.18
6 2.67
7 2.83 CBR Analitis :
8 2.96 = CBR rata2 - (CBR tertinggi - CBR terendah)
9 3.08 R
>10 3.18 = 8.8 - 12 - 7
Sumber : Silvia Sukirman, 3.18
Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1993, = 7.23
Hal. 117

c) CBR Karakteristis Segmen 2

Tabel 4.4.1.4 Nilai koefisien f :


Penggunaan jalan Probabilitas Koefisien f
Jalan tol atau jalan bebas hambatan 95% 1.645
Jalan Arteri dan Kolektor 90% 1.282
Jalan Lokal dan Kecil 80% 0.842
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 8

Diketahui :
CBR rata-rata = 8.800
Standar Deviasi = 1.302
f = 0.842

CBR Karakteristik = CBR rata-rata - f x standar deviasi


= 8.800 - 1.282 x 1.302
= 7.13

dari ketiga cara di atas diperoleh harga CBR untuk segmen 1 adalah sebagai berikut :
cara Nilai CBR
Grafis 5.6 Di Ambil harga CBR terkecil yaitu dengan cara
Analitis 5.55 Analitis
CBR Karakteristik 7.13
Tabel 4.4.1.5 Faktor Penyesuaian Modulus Tanah Dasar Terhadap Kondisi Musim

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 2

CBR Desain = CBR Karakteristik x Faktor Penyesuaian Musim


= 5.55 x 0.70
= 3.89
4.5 Desain Fondasi

4.5.1 Menentukan Tebal Lapis Fondasi Segmen 1


Diketahui :
CBR = 3.24 %
CESA5 = 28,710,249
Berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan CESA5 dapat ditentukan
desain pondasi yang dibutuhkan, dilihat dari Bagan Desain 2 :

Tabel 4.5.1.1 Desain Fondasi Jalan Minimun


Bagan Desain - 2: Desain Fondasi Jalan Minimum
Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Beban lalu lintas pada lajur rencana dengan umur
CBR Tanah dasar Kelas Kekuatan
Uraian Struktur Fondasi rencana 40 tahun
(%) Tanah Dasar Stabilisasi
(juta ESA5)
Semen (6)
<2 2-4 >4
Tebal minimum perbaikan tanah dasar
≥6 SG6 Tidak diperlukan perbaikan
Perbaikan tanah dasar dapat berupa
5 SG5 - - 100
4 SG4 stabilassi semen atau material timbunan 100 150 200 300
3 SG3 pilihan (sesuai persyaratan Spesifikasi 150 200 300
2,5 SG2.5 Umum, Devisi 3 – Pekerjaan Tanah) 175 250 350
Tanah ekspansif (potensi pemuaian > 5%) (pemadatan lapisan ≤ 200 mm tebal gembur) 400 500 600

Perkerasan di atas tanah Lapis penopang(4)(5) 1000 1100 1200


SG1 (3) Berlaku ketentuan
lunak(2) -atau- lapis penopang dan geogrid (4) 650 750 850 yang sama dengan
(5)
fondasi jalan
Tanah gambut dengan HRS atau DBST untuk perkerasan lentur
perkerasan untuk jalan raya minor (nilai minimum – Lapis penopang berbutir(4) (5) 1000 1250 1500
ketentuan lain berlaku)

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 12

Dari tabel diperoleh :


Kelas kekuatan tanah dasar= SG3
Uraian struktur fondasi = Stabilisasi semen atau material timbunan pilihan
Tebal Peningkatan = 300 mm

(tebal lapis stabilisasi dalam mm)/150


CBR stabilisasi = CBR tanah dasar x 2
= 3.24 x 2 300/150
= 12.96 %
4.5.2 Menentukan Tebal Lapis Fondasi Segmen 2
Diketahui :
CBR = 3.89 %
CESA5 = 28,710,249
Berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan CESA5 dapat ditentukan
desain pondasi yang dibutuhkan, dilihat dari Bagan Desain 2 :

Tabel 4.5.2.1 Desain Fondasi Jalan Minimun


Bagan Desain - 2: Desain Fondasi Jalan Minimum
Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Beban lalu lintas pada lajur rencana dengan umur
CBR Tanah dasar Kelas Kekuatan
Uraian Struktur Fondasi rencana 40 tahun
(%) Tanah Dasar Stabilisasi
(juta ESA5)
Semen (6)
<2 2-4 >4
Tebal minimum perbaikan tanah dasar
≥6 SG6 Tidak diperlukan perbaikan
Perbaikan tanah dasar dapat berupa
5 SG5 - - 100
4 SG4 stabilassi semen atau material timbunan 100 150 200 300
3 SG3 pilihan (sesuai persyaratan Spesifikasi 150 200 300
2,5 SG2.5 Umum, Devisi 3 – Pekerjaan Tanah) 175 250 350
Tanah ekspansif (potensi pemuaian > 5%) (pemadatan lapisan ≤ 200 mm tebal gembur) 400 500 600

Perkerasan di atas tanah Lapis penopang(4)(5) 1000 1100 1200


SG1 (3) Berlaku ketentuan
lunak(2) -atau- lapis penopang dan geogrid (4) 650 750 850 yang sama dengan
(5)
fondasi jalan
Tanah gambut dengan HRS atau DBST untuk perkerasan lentur
perkerasan untuk jalan raya minor (nilai minimum – Lapis penopang berbutir(4) (5) 1000 1250 1500
ketentuan lain berlaku)

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 6 - 12

Dari tabel diperoleh :


Kelas kekuatan tanah dasar= SG2,5
Uraian struktur fondasi = Stabilisasi semen atau material timbunan pilihan
Tebal Peningkatan = 300 mm

(tebal lapis stabilisasi dalam mm)/150


CBR stabilisasi = CBR tanah dasar x 2
= 3.89 x 2 300/150
= 15.55 %
4.6 Menentukan Koefisien Drainase (m)
Secara umum perencana harus menerapkan desain yang dapat menghasilkan “faktor m” ≥
1,0 kecuali jika kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Apabila drainase bawah
permukaan tidak dapat disediakan maka tebal lapis fondasi agregat harus disesuaikan
dengan menggunakan nilai koefisien drainase “m” sesuai ketentuan AASHTO 1993 atau Pt
T-01-2002 B.
a) Air hilang pada sistem drainase dalam waktu per 1 hari. Berdasarkan Pt T-01-2002-B drainase
tersebut dinyatakan kualitas drainase baik sekali.
Tabel 4.6.1 Defenis Kualitas Drainase
Kualitas Drainase Air Hilang Dalam
Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Sedang 1 minggu
Jelek 1 bulan
Jelek sekali air tidak akan mengalir
Sumber : Pt T-01-2002-B

b) Koefisien drainase :
22 @ 1 jam = 22 x 1 = 22 Jam
34 @ 2 jam = 34 x 2 = 68 Jam
11 @ 3 jam = 11 x 3 = 33 Jam
+
123 Jam

Maka presentase jumlah hujan pertahun adalah :

123
x 100 % = 1.40 %
365 x 24

Berdasarkan tabel di bawah ini (lihat Pt T-01-2002-B) dengan kualitas drainase " Baik ", Maka
diperoleh nilai koefisien drainase (m) :

Tabel 4.6.2 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif material
untreaded base dan subbase pada perkerasan lentur
Persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh
Kualitas Drainase kadar air yang mendekati jenuh
<1% 1-5% 5 - 25 % > 25 %
Baik Sekali 1,40 - 1,30 1,35 - 1,30 1,30 - 1,20 1.20
Baik 1,35 - 1,25 1,25 - 1,15 1,15 - 1,00 1.00
Sedang 1,25 - 1,15 1,15 - 1,05 1,00 - 0,80 0.80
Jelek 1,15 - 1,05 1,05 - 0,80 0,80 - 0,60 0.60
Jelek Sekali 1,05 - 0,95 0,80 - 0,75 0,60 - 0,40 0.40
Sumber : Pt T-01-2002-B

Berdasarkan nilai presentase jumlah hujan pertahun yaitu 1,4 %, dengan kualitas drainase
"sedang" didapatkan persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh kadar air yang
mendekati jenuh 1-5 % maka diambil nilai m1 dan m2 sebesar 1,15.
Catatan:
Apabila kondisi drainase menyebabkan nilai m lebih kecil dari 1 maka tebal lapis
fondasi agregat seperti tercantum dalam bagan desain harus dikoreksi menggunakan
rumus berikut:
4.7 Struktur Perkerasan

4.7.1 Struktur Perkerasan Segmen 1


a. Tebal Perkerasan AC Dengan CTB
Diketahui :
CESA5 = 28,710,249

Tabel 4.7.1.1 Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB
Bagan Desain - 3: Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 12

Karena segmen 1 memerlukan stabilisasi tanah dasar maka dari Bagan 2 dan 3
diperoleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 75 mm
Perkerasan
CTB 150 mm

LPA 150 mm
Fondasi / tanah
Tanah stabilisasi 300 mm
dasar stabilisasi

Berikut adalah sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan
desain Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017
b. Tebal Perkerasan AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir
Diketahui :
CESA5 = 28,710,249

Tabel 4.7.1.2 Desain Perkerasan Lentur-Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir


Bagan Desain - 3: Desain Perkerasan Lentur-Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 14

Karena segmen 1 memerlukan stabilisasi tanah dasar maka dari Bagan 2 dan 3
diperoleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 160 mm Perkerasan

LPA 300 mm
Fondasi / tanah
Tanah stabilisasi 300 mm
dasar stabilisasi

Berikut adalah sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan
desain Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017
4.7.2 Struktur Perkerasan Segmen 2
a. Tebal Perkerasan AC Dengan CTB
Diketahui :
CESA5 = 34,577,261

Tabel 4.7.2.1 Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB
Bagan Desain - 3: Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 12

Karena segmen 2 memerlukan stabilisasi tanah dasar maka dari Bagan 2 dan 3
diperoleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 100 mm
Perkerasan
CTB 150 mm

LPA 150 mm

Fondasi / tanah
Tanah stabilisasi 300 mm
dasar stabilisasi

Berikut adalah sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan
desain Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017
b. Tebal Perkerasan AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir
Diketahui :
CESA5 = 34,577,261

Tabel 4.7.2.2 Desain Perkerasan Lentur-Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir


Bagan Desain - 3: Desain Perkerasan Lentur-Aspal dengan Lapis Fondasi Berbutir

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 14

Karena segmen 2 memerlukan stabilisasi tanah dasar maka dari Bagan 2 dan 3
diperoleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 180 mm Perkerasan

LPA 300 mm
Fondasi / tanah
Tanah stabilisasi 350 mm
dasar stabilisasi

Berikut adalah sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan
desain Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017
4.8 Menetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan
Gambar 4.8.1 Dukungan Tepi Perkerasan

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 8 - 2

4.8.1 Tepi Perkerasan Segmen 1


a. AC Dengan CTB

Tebal lapisan perkerasan D = 500 mm


Tebal perbaikan tanah dasar S = 100 mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 600 mm

b. AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir

Tebal lapisan perkerasan D = 580 mm


Tebal perbaikan tanah dasar S = 100 mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 680 mm

4.8.2 Tepi Perkerasan Segmen 2


a. AC Dengan CTB
Tebal lapisan perkerasan D = 500 mm
Tebal perbaikan tanah dasar S = 350 mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 850 mm

AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir


b. Tebal lapisan perkerasan D = 580 mm
Tebal perbaikan tanah dasar S = 350 mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 930 mm
4.9 Menentukan Bahu Jalan

4.9.1 Bahu Jalan Segmen 1


a. Bahu Jalan Untuk Perkerasan AC Dengan CTB
Diketahui :
CBR tanah dasar = 3.24 %
CESA4 = 21,217,038 ESA
Tebal Peningkatan = 300 mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 75 mm
CTB 150 mm

LPA 150 mm

Tanah stabilisasi 300 mm

Beban Rencana Bahu Jalan = 10% x CESA 4


= 10% x 21,217,038
= 2121703.85 ESA
6
= 2.12 x 10 ESA

Dengan menyiapkan fondasi yang sama lajur utama diperoleh daya dukung fondasi
perkerasan bahu jalan ekuivalen CBR = 12.96 %
Gambar 4.9.1.1 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis
Bagan Desain-7 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis

260 12,96%

2,12

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 19


Maka, dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung
fondasi perkerkerasan bahu jalan ekuivalen CBR 12.96 %
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beban 2.12 x 106 dan CBR 12.96 %
diperlukan penutup setebal 260 mm.
- Tebal total perkerasan lajur utama 475 > 260 mm ( tebal minimum )
- Tebal lapis beraspal pada lajur utama 175 mm, digunakan permukaan bahu jalan berupa
lapis fondasi agregat kelas S setebal 200 mm
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA
kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal 275 mm ( 475 mm - 200 mm )

Perkerasan Bahu Jalan Perkerasan Lajur Utama

AC WC 40 mm
200 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 75 mm
CTB 150 mm
275 mm LFA Kelas A
LPA 150 mm

300 mm Tanah stabilisasi Tanah stabilisasi 300 mm


b. Bahu Jalan Untuk Perkerasan AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir
Diketahui :
CBR tanah dasar = 3.24 %
CESA4 = 21,217,038 ESA
Tebal Peningkatan = 300 mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 180 mm
LPA 300 mm

Tanah stabilisasi 300 mm

Beban Rencana Bahu Jalan = 10% x CESA 4


= 10% x 21,217,038
= 2121703.85 ESA
= 2.12 x 106 ESA

Dengan menyiapkan fondasi yang sama lajur utama diperoleh daya dukung fondasi
perkerasan bahu jalan ekuivalen CBR = 12.96 %
Gambar 4.9.1.2 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis
Bagan Desain-7 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis

260 12,96%

2,12

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 19

Maka, dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung
fondasi perkerkerasan bahu jalan ekuivalen CBR 12.96 %
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beban 2.12 x 106 dan CBR 12.96 %
diperlukan penutup setebal 260 mm.
- Tebal total perkerasan lajur utama 580 > 260 mm ( tebal minimum )
- Tebal lapis beraspal pada lajur utama 280 mm, digunakan permukaan bahu jalan berupa
lapis fondasi agregat kelas S setebal 200 mm
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA
kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal 380 mm ( 580 mm - 200 mm )

Perkerasan Bahu Jalan Perkerasan Lajur Utama

AC WC 40 mm
200 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 180 mm
380 mm LFA Kelas A LPA 300 mm

300 mm Tanah stabilisasi Tanah stabilisasi 300 mm


4.9.2 Bahu Jalan Segmen 2
a. Bahu Jalan Untuk Perkerasan AC Dengan CTB
Diketahui :
CBR tanah dasar = 3.89 %
CESA4 = 22,869,904 ESA
Tebal Peningkatan = 350 mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 100 mm

CTB 150 mm

LPA 150 mm

Tanah stabilisasi 350 mm

Beban Rencana Bahu Jalan = 10% x CESA 4


= 10% x 22,869,904
= 2286990.44 ESA
= 2.29 x 106 ESA

Dengan menyiapkan fondasi yang sama lajur utama diperoleh daya dukung fondasi
perkerasan bahu jalan ekuivalen CBR = 15.55 %
Gambar 4.9.2.1 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis
Bagan Desain-7 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis

210
15,55 %

2,29

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 19


Maka, dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung
fondasi perkerkerasan bahu jalan ekuivalen CBR 15.55 %
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beban 2.29 x 106 dan CBR 15.55 %
diperlukan penutup setebal 230 mm.
- Tebal total perkerasan lajur utama 500 > 230 mm ( tebal minimum )
- Tebal lapis beraspal pada lajur utama 200 mm, digunakan permukaan bahu jalan berupa
lapis fondasi agregat kelas S setebal 200 mm
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA
kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal 300 mm ( 500 mm - 200 mm )

Perkerasan Bahu Jalan Perkerasan Lajur Utama

AC WC 40 mm
200 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 100 mm
CTB 150 mm
300 mm LFA Kelas A
LPA 150 mm

350 mm Tanah stabilisasi Tanah stabilisasi 350 mm


b. Bahu Jalan Untuk Perkerasan AC Dengan Lapis Fondasi Berbutir
Diketahui :
CBR tanah dasar = 3.89 %
CESA4 = 22,869,904 ESA
Tebal Peningkatan = 350 mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 180 mm
LPA 300 mm

Tanah stabilisasi 350 mm

Beban Rencana Bahu Jalan = 10% x CESA 4


= 10% x 22,869,904
= 2286990.44 ESA
= 2.29 x 106 ESA

Dengan menyiapkan fondasi yang sama lajur utama diperoleh daya dukung fondasi
perkerasan bahu jalan ekuivalen CBR = 15.55 %
Gambar 4.9.2.2 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis
Bagan Desain-7 Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis

210
15,55 %

2,29

Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan ( MDPJ ) 2017 Halaman 7 - 19

Maka, dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung
fondasi perkerkerasan bahu jalan ekuivalen CBR 15.55 %
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beban 2.29 x 106 dan CBR 15.55 %
diperlukan penutup setebal 230 mm.
- Tebal total perkerasan lajur utama 580 > 230 mm ( tebal minimum )
- Tebal lapis beraspal pada lajur utama 280 mm, digunakan permukaan bahu jalan berupa
lapis fondasi agregat kelas S setebal 200 mm
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA
kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal 380 mm ( 580 mm - 200 mm )

Perkerasan Bahu Jalan Perkerasan Lajur Utama

AC WC 40 mm
200 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 180 mm
380 mm LFA Kelas A LPA 300 mm

350 mm Tanah stabilisasi Tanah stabilisasi 350 mm

Anda mungkin juga menyukai