(412153067)
TS Unjani
Semester VII
2 SKS
TS 4135
TUJUAN
Memberikan Pengetahuan mengenai
berbagai sifat khusus lapangan terbang,
perencanaan dan perlengkapannya, agar
mahasiswa mampu merencanakan lay out
bandara dari aspek rekayasa sipil
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
MATERI
1. Pendahuluan : Sejarah Penerbangan dan Karakteristik Pesawat Angkut Komersial
2. Karakteristik Pesawat : Dimensi, Bobot dan Performa Pesawat Angkut Komersial
3. Perhitungan Panjang Landas Pacu
4. Lingkungan Bandara dan Faktor Aeronautika
5. Konfigurasi Bandar Udara
6. Ketentuan Arah Landas Pacu dan Analisis Angin
7. Ketentuan Perencanaan Geometrik Landas Pacu
8. UTS
9. Ketentuan Perencanaan Geometrik Landas Hubung
10. Perencanaan Fillet (Pelebaran Perkerasan pada Tikungan)
11. Perkerasan Lentur : Konsep dan penentuan ESWL
12. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
13. Konsep Perkerasan Kaku
14. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
15. Terminal Bandara
16. UAS
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
PUSTAKA
rd
1. Horonjeff R., Planning and Design of Airports, 3 Ed., MacGraww-Hill Inc.,
1983
2. ICAO, Aerodrome Design Manual (Doc 9157)
3. ICAO, Annex 14 Volume 1 : Aerodromes
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
PENDAHULUAN
SEJARAH PENERBANGAN
Penerbangan pertama bertenaga mesin 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, North
Carolina : ORVILLE WRIGHT melayang diudara dengan pesawat bertenaga mesin
sejauh 120 kaki (~ 40 m)
• sangat tergantung pada sudut kemudi roda depan dan dimensi struktur pesawat,
besarnya sudut kemudi roda depan maksimum bervariasi 60°° – 80°°, sedangkan
sumbu putar ditentukan oleh perpotongan garis dari sumbu roda depan sebesar
sudut kemudi yang diinginkan dan garis yang ditarik dari sumbu roda utama.
• Operating Weight Empty (bobot kosong operasi); adalah bobot dasar pesawat termasuk
awak dan peralatan penerbangan yang biasa disebut sebagai “no go item” (seperti roda
pendaratan, dsb) di luar bahan bakar dan muatan (payload).
• Zero Fuel Weight (bobot bahan bakar kosong); semua bobot pesawat operasional di luar
bahan bakar
• Pay Load (muatan); adalah semua beban (penumpang/orang) yang menghasilkan
pendapatan, meliputi penumpang termasuk bagasi, barang muatan, surat, kelebihan
bagasi, dsb.
• Maximum Structural Pay Load (muatan struktur maksimum); muatan maksimum yang
diijinkan diangkut oleh pesawat, berupa penumpang, barang atau gabungan keduanya.
• Maximum Ramp Weight (bobot lerengan maksimum); bobot maksimum yang
diperbolehkan untuk melakukan gerakan didarat, seperti jalan perlahan di taxiway dan
berpindah parkir.
• Maximum Structural Take Off Weight (bobot lepas landas struktur maksimum); bobot
maksimum yang diperbolehkan pada saat pelepasan rem untuk lepas landas
• Maximum Structural Landing Weight (bobot pendaratan struktur maksimum); adalah
bobot maksimum yang diperbolehkan pada saat melakukan pesawat pendaratan
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
Lepas Landas
Kecepatan Taxiing
Ketinggian jelajah atau berhenti
Penumpukan
(stacking) Pengereman
Mendarat
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
Dari kriteria di atas hasil yang paling panjang yang menentukan, sedangkan
pesawat piston kriteria (1) tidak digunakan.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
DZ/2
E’W’/2
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
CONTOH PENYELESAIAN
Lepas landas normal : Lepas Landas Normal
LOD = 7000 ft TOD = 1,15 (D35) = 1,15 x 8000 = 9200 ft
CL = O,5 (TOD – 1,15 (LOD))
D35 = 8000 ft = 0,5 (9200 – 1,15 x 7000 ) = 575 ft
Lepas landas dengan kegagalan mesin : TOR = TOD – CL = 9200 – 575 = 8625 ft
LOD = 8200 ft Lepas Landas Kegagalan Mesin
FL = FS + CL
D35 = 9100 ft
CL = O,5 (TOD – LOD)
Lepas landas yang dibatalkan : = 0,5 (9100 – 8200 ) = 450 ft
DAS = 9500 TOD = D35 = 9100
Pendaratan normal : TOR = TOD – CL = 9100 – 450 = 8650 ft
Lepas Landas yang dibatalkan
SD = 5000 ft DAS = 9500 ft
Pendaratan Normal
Tentukan kebutuhan LD = SD/0,6 = 5000/0,60 = 8333 ft
panjang landas pacu untuk
Kesimpulan :
operasi 2 arah terhadap
pesawat hipotetis tersebut FL = (TOD,DAS,LD) maks 9500 ft
FS = (TOR,LD) maks 8650 ft
SW = DAS – (TOR,LD) maks 9500 – 8650 = 850 ft
CL = [(FL – DAS),CL)] min [(9500-9500), 450, 575] 0 ft
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
CLEARWAY
STOPWAY
Kebutuhan Panjang Landas Pacu Pesawat Bermesin Turbin dng Kegagalan mesin
saat lepas landas
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
• Pada suhu udara yang tinggi dan elevasi landasan yang tinggi pesawat tidak
dapat mendaki pada kemiringan yang ditentukan pada bobot MSTOW, sehingga
bobot harus dikurangi agar pesawat dapat terbang pada garis kemiringan yang
ditentukan Climb limited weight (bobot batas pendakian)
• Apabila terdapat rintangan yang tinggi pada jalur penerbangan yang tidak dapat
dipindahkan maka bobot pesawat pada saat lepas landas harus dikurangi
sehingga kemiringan pendakian memberikan jarak bebas yang cukup terhadap
pesawat obstacle limited weight (bobot batas halangan).
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
LINGKUNGAN BANDARA
LINGKUNGAN BANDARA
LINGKUNGAN BANDARA
LINGKUNGAN BANDARA
Contoh Perhitungan :
Panjang landasan pacu : 3.200 m
Elevasi bandara di atas muka air laut : 120 m
Temperatur Lingkungan Bandara : 28 ºC
Kemiringan landas pacu : 0,6 %
Berapakah panjang landas pacu bila pesawat take off di ARFL, bila
pesawat bermesin turbin?
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
LINGKUNGAN BANDARA
Contoh Perhitungan :
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
FAKTOR AERONAUTIKA
• Atmosfer standar
• Ketinggian tekanan (pressure altitude)
• Kecepatan Pesawat
• Angin Silang (cross wind), Track dan Heading
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
FAKTOR AERONAUTIKA
Atmosfer standar
mewakili kondisi rata-rata yang terdapat dalam atmosfer sebenarnya
dalam suatu daerah tertentu dan ditentukan berdasarkan kesepakatan
ICAO mengasumsikan dalam atmosfir standar (0 = H ≤ 36.000ft T turun
linear, 36000ft<H ≤ 65.000 ft T konstan, H> 65.000 ft T naik).
FAKTOR AERONAUTIKA
P0 / P = ( T0 / T ) 5,2561
P0 = tekanan standar pada ketinggian MSL (29,92 in)
P = tekanan standar pada ketinggian tertentu
T0 = temperatur standar pada ketinggian MSL (59° F)
T = temperatur standar pada ketinggian tertentu
Temperatur dalam satuan mutlak (°Rankine 0° F = -459,7° Rankine)
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
FAKTOR AERONAUTIKA
FAKTOR AERONAUTIKA
Kecepatan Pesawat
1. Kecepatan darat (groundspeed); kecepatan terbang relatif terhadap
daratan
2. Kecepatan Udara (airspeed); kecepatan terbang relatif terhadap
medium dimana pesawat melakukan penerbangan
• True Air Speed (TAS); kecepatan terbang sebenarnya
• Indicated Air Speed (IAS); kecepatan terbang yang ditunjukkan oleh
indikator (instrumen) yang bekerja dengan membandingan tekanan
udara dinamik akibat gerakan maju pesawat dengan tekanan
atmosfer statik dan bekerja atas dasar prinsip tabung pitot.
MACH, ukuran kecepatan yang merupakan perbandingan TAS dengan
kecepatan suara dimana pesawat tersebut berada
FAKTOR AERONAUTIKA
FAKTOR AERONAUTIKA
ANALISIS ANGIN
Arah (orientasi) landasan pacu harus searah dengan arah angin dominan
dengan meminimalkan angin samping yang berbahaya bagi pendaratan
pesawat dimana ketentuan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
ANALISIS ANGIN
ANALISIS ANGIN
ANALISIS ANGIN
PRESENTASE ANGIN
ARAH ANGIN
4-15 mil/jam 15-31 mil/jam 31-47mil/jam Total
U 4.8 1.3 0.1 6.2
TLU 3.7 0.8 4.5
TL 1.5 0.1 1.6
TLT 2.3 0.3 2.6
T 2.4 0.4 2.8
TGT 5.0 1.1 6.1
TG 6.4 3.2 0.1 9.7
TGS 7.3 7.7 0.3 15.3
S 4.4 2.2 0.1 6.7
BDS 2.6 0.9 3.5
BD 1.6 0.1 1.7
BDB 3.1 0.4 3.5
B 1.9 0.3 2.2
BLB 5.8 2.6 0.2 8.6
BL 4.8 2.4 0.2 7.4
BLU 7.8 4.9 0.3 13.0
Tenang 0-4 mil/jam 4.6
100.0
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani
ANALISIS ANGIN
BDB/BBD
TTG/TGT
STG/TGS