Anda di halaman 1dari 41

Ferry R., Ir., MT.

(412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

KLASIFIKASI BANDARA MENURUT ICAO

Untuk keperluan standar desain geometrik bandara dikelompokkan berdasarkan


panjang landasan pacu, bentang sayap (wingspan) dan jarak tepi-tepi roda
pendaratan (outer main gear wheelspan) dengan 2 unsur (angka dan huruf) sebagai
berikut :

UNSUR KODE 1 UNSUR KODE 2


Kode Panjang Landasan Kode Wingspan Outer Main Gear
Wheel Span
1 L < 800 m A W < 15 m W < 4,5 m
2 800 m ≤ L < 1200 m B 15 m ≤ W < 24 m 4,5 m ≤ W < 6 m
3 1200 m ≤ L < 1800 m C 24 m ≤ W < 36 m 6m≤W<9m
4 L ≥ 1800 m D 36 m ≤ W < 52 m 9 m ≤ W < 14 m
E 52 m ≤ W < 65 m 9 m ≤ W < 14 m
F 65 m ≤ W < 80 m 14 m ≤ W < 16 m
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

KLASIFIKASI BANDARA MENURUT FAA


Untuk keperluan perencanaan Geometrik FAR memisahkan kegiatan bandara
kedalam dua golongan :
• Penerbangan umum
• Angkutan udara
Bandara penerbangan umum diklasifikasikan berdasarkan golongan pesawat terbang
dan alat bantu (sistem pendaratan) yang dilayani, sebagai berikut :
• Berdasarkan golongan pesawat terbang;
• Berdasarkan alat bantu pendaratan;
Bandara angkutan udara (air-carrier airports) diklasifikasikan kedalam 4 kelompok
untuk keperluan perancangan geometrik menurut :
• Bentang sayap (wingspan)
• Lebar antara roda pendaratan utama (wheel thread)
• Jarak roda pendaratan utama dan roda depan (wheel base)
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

KLASIFIKASI BANDARA MENURUT FAA

Berdasarkan alat bantu pendaratan


1. Bandar Utilitas; adalah bandar udara yang melayani pesawat dengan MATOW
tidak melebihi 12.500 pon (6,25 ton) tidak termasuk pesawat jet.
2. Bandar Udara Transport; adalah bandar udara yang melayani pesawat
penerbangan umum dengan MATOW lebih besar dari 12.500 pon dan pesawat jet

Berdasarkan golongan pesawat terbang

1. Visual; operasi pendaratan dilakukan dengan visul berdasarkan prinsip melihat


dan dilihat.
2. Tak presisi; alat bantu pendaratan dengan pemisah jarak horisontal atau
peralatan RNAV.
3. Presisi; alat bantu pendaratan dengan ILS atau PAR.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

KLASIFIKASI
BANDARA
MENURUT FAA
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

LANDASAN PACU
Landasan pacu suatu bandara terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
1. Perkerasan Struktur; adalah bagian landasan pacu yang didesain untuk
mendukung pesawat pada proses lepas landas dan pendaratan sehubungan
dengan beban struktur, kemampuan manuver, kendali, stabilitas dan kriteria
dimensi operasi lainnya.
2. Bahu Landasan; adalah bagian yang terletak berdekatan dengan pinggir
perkerasan struktur dimaksudkan untuk menahan erosi akibat hembusan jet dan
menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat.
3. Bantal Hembusan (Blast Pad); adalah suatu daerah yang berdekatan dengan
ujung-ujung landasan pacu, dirancang untuk mencegah erosi permukaan akibat
hembusan jet yang terus menerus atau yang berulang.
4. Daerah Aman Landasan Pacu; adalah daerah yang bersih tanpa benda-benda
yang mengganggu, diberi drainase, rata dan mencakup perkerasan struktur,
bahu landasan, batal hembusan dan daerah perhentian (apabila disediakan).
Daerah ini dirancang untuk dapat mendukung peralatan pemeliharaan dan
pesawat yang keluar landasan pacu karena keadaan darurat.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Daerah Aman Landasan Pacu

Bantal Hembusan Perkerasan Struktur


Bahu Landasan
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Selain Nilai acuan dimensi lebar dan kemiringan di atas perlu dipertimbangkan :
• Jarak Pandang
ICAO : Harus terdapat jarak pandang tanpa penghalang dari sembarang titik
dengan ketinggian tertentu di atas landasan pacu di dalam suatu
jarak paling sedikit setengah panjang landasan pacu
• Jarak minimum yang diperbolehkan diantara kurva peralihan (Profil
Memanjang)
Sedapat mungkin perubahan-perubahan kemiringan memanjang dikurangi
apabila tidak memungkinkan, maka jumlah dan ukurannya dibatasi.

ICAO : Panjang kurva peralihan vertikal ditentukan berdasarkan perubahan


kemiringan dan nilai perubahan kemiringan maksimum per 100 ft yang diijinkan
Gradien Landasan pacu efektif adalah kemiringan yang dihitung dengan
membagi beda ketinggian maksimum dan minimum di sepanjang garis tengah
landasan pacu dengan panjang keseluruhan landasan.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

min 100 ft / 0,1 %

0 – 0,8 %

0 – 0,8 %

maks 1,5 %

PROFIL MEMANJANG LANDASAN PACU KODE 4


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Jarak antara titik


potong dua kurva yang
berurutan ≥ jumlah nilai
% mutlak perubahan
kemiringan dikalikan
dengan faktor sbb :
Kode FAKTOR
Landasan PENGALI
4 300 m
(1000 ft)
3 150 m
Anggap X = 1 %, Y = -0,5 % dan Z = 0,5 % (500 ft)
│X–Y│= │1 – (-0,5) │=1,5 % dan│Y–Z│= │(-0,5) – 0,5│=1,0 % 2,1 50 m
(165 ft)
Untuk Landasan Kode 4 maka  D ≥ 300 (1,5+1,0) m
D ≥ 750 m
atau :
D ≥ 1.000 (1,5+1,0) ft
D ≥ 2.500 ft
CONTOH PERHITUNGAN JARAK MINIMUM ANTAR
PERUBAHAN KEMIRINGAN
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

POTONGAN MELINTANG LANDASAN PACU


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

LANDAS HUBUNG
Karena kepecepatan pesawat di landas-hubung (taxiway) jauh lebih kecil daripada
kecepatan di landasan pacu, maka kriteria geometrik tidak seketat untuk landasan
pacu

Jarak Pandang

ICAO : landas-hubung permukaannya harus dapat dilihat dari jarak 1000 ft dari
ketinggian tertentu di atas permukaan landas-hubung.

Profil Memanjang
ICAO : tidak ada ketentuan jarak minimum antara titik potong kurva vertikal
landas-hubung.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Geometrik Landas Hubung Keluar (Exit taxiway – turn off)


• Fungsi landas-hubung keluar (exit taxiway atau turn-off) adalah untuk mengurangi
waktu pemakaian landasan pacu oleh pesawat yang baru mendarat. Hubungannya
dengan landasan pacu dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : Tegak Lurus
dan Bersudut.
• Apabila sudutnya ≈ 30°, sering disebut sebagai landas-hubung keluar kecepatan
tinggi, dimana untuk konfigurasi hubungannya diperlukan lengkung gabungan (R1
dan R2) sehingga keausan ban pada roda depan dapat dikurangi.

ICAO menganjurkan untuk landas-hubung keluar kecepatan tinggi (sudut


perpotongan 25° – 40°, dianjurkan 30°) besar radius yang digunakan adalah :
a. Landasan pacu kode 3 dan 4 adalah 1800 ft (kecepatan 55 mil/jam)
b. Landasan pacu kode 1 dan 2 adalah 700 ft (kecepatan 40 mil/jam)
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Letak Landas Hubung Keluar (Exit taxiway – turn off)


Letak landas hubung sangat tergantung pada berbagai faktor, yaitu :
• Campuran pesawat
• Kecepatan pada saat mendekati landasan pacu (aproach)
• Kecepatan pada saat menyentuh landasan (touch down)
• Letak titik persentuhan di landasan
• Kecepatan keluar landasan pacu
• Laju perlambatan
• Jumlah landas hubung keluar
• Letak landas pacu relatif terhadap terminal

Terdapat berbagai cara untuk mengoptimumkan letak landas-hubung keluar, yaitu


• Model matematis; relatif rumit dan memerlukan banyak data masukan
• Prosedur Sederhana; dengan asumsi penyederhanaan
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Asumsi Prosedur Sederhana


• kecepatan pada saat menyentuh landasan adalah 1,3 kali “stall speed” untuk
bobot pendaratan yang bersesuaian dengan 85 % bobot pendaratan struktur
maksimum (MSLW).
• Jarak dari ambang landasan ke titik sentuh dianggap tetap dan digolongkan
berdasarkan jenis / kelas pesawat.
• Jarak dari titik sentuh ke landas-hubung keluar adalah jarak pesawat untuk
mengurangi kecepatan sesuai dengan kecepatan yang disyaratkan pada landas-
hubung keluar berdasarkan rumus sebagai berikut :
VTD 2 – VE 2
D =
2a
dimana : VTD = Kecepatan pada saat menyentuh landasan
VE = Kecepatan di landas-hubung keluar
a = Perlambatan di landasan pacu (5 ft/det2)

• Jarak dari ambang landasan untuk mencapai kecepatan di landas-hubung keluar


adalah SE = Jarak titik sentuh ke ambang landasan + D
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Contoh :

Kecepatan pada saat menyentuh landasan 140 knot dan kecepatan di ujung landas-
hubung 60 mil/jam. Jarak titik sentuh terhadap ambang landasan 1500 ft, berapakah
jarak dari ambang landasan ke landas-hubung keluar ?

Catatan : FAA memberikan ketentuan jarak ambang landasan ke titik sentuh


adalah 1500 ft untuk pesawat angkutan udara dan 1000 ft untuk
pesawat penerbangan umum bermesin ganda.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

1 knots = 1,15 mil/jam


Penyelesaian
1mil = 1609 m
1 ft = 0,3048 m
1mil = 5278,871 ft
1,15 mil/jam = 1,686306 ft/det
1 mil/jam = 1,47 ft/det
1 knot = 1,69 ft/det
JarakOTs/dTD = 1500 ft = 1500 ft
Vtd = 140 knot = 237 ft/det
Ve = 60 mil/jam = 88 ft/det
Jarak tersebut
A = 5 ft/det2 = 5 ft/det2 di dapat untuk
D = 4842,5 ft ((Vtd^2 - Ve^2)/2*a) kondisi keting-
gian muka air
Se = 6342,5 ft (Jarak Ots/dTD + D)
laut standar
= 6400 ft
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Waktu pemakaian landasan pacu dapat dihitung dengan prosedur sederhana dengan
membagi 4 (empat) bagian sebagai berikut :
• Waktu penerbangan dari ambang landasan ke titik sentuh (beda kecepatan di
ambang dan di titik sentuh adalah 5 – 8 knot dan laju perlambatan 2,5 ft/det2)
• Waktu yang dibutuhkan roda depan menyentuh landasan (3 detik)
• Waktu yang diperlukan mencapai kecepatan yang ditentukan di landas-hubung
keluar (tergantung kecepatan di landas-hubung keluar)
• Waktu yang diperlukan pesawat berbelok menuju landas-hubung (keluar dari
landasan pacu, kira-kira 10 detik)

VOT – VTD VTD – VE


Ri = +3 + +t
2 a1 2 a2
dimana : Ri = Waktu pemakaian landasan pacu (detik)
VOD = Kecepatan pada saat melewati ambang landasan (ft/det)
VTD = Kecepatan pada saat menyentuh landasan (ft/det)
VE = Kecepatan di landas-hubung keluar (ft/det)
t = waktu untuk membelok dari landasan pacu setelah kecepatan di landas-hubung tercapai (10 detik)
a1 = Perlambatan di udara (2,5 ft/det2)
a2 = Perlambatan di landasan pacu (5 ft/det2)
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Rancangan Fillet
Rancangan fillet untuk 3 jenis perpotongan landas-hubung yang paling umum
diberikan pada Gambar 9.10 dengan nilai parameter pada tabel 9.10. Nilai-nilai
tersebut sebagai patokan apabila lintasan roda tidak diketahui. Apabila data lintasan
roda didapat, maka nilai-nilai tersebut di atas dapat diabaikan dan lintasan roda
pesawat dianalisis untuk mendapatkan rancangan fillet yang sesuai.
Ukuran fillet tergantung pada beberapa faktor diantaranya :
• Jarak antara roda utama dan roda depan pesawat (wheel base)
• Radius lintasan
• Lebar landas-hubung
• Perubahan arah total
• Lintasan yang ditempuh pesawat pada saat membelok :
1. Lintasan roda depan lewat garis tengah landas hubung
2. Lintasan roda depan melebihi garis tengah ke arah luar
(karena belum ada ketetapan baku mengenai cara belok tersebut, metoda
perhitungan fillet yang diuraikan menganggap cara belok adalah cara yang
pertama, yaitu lewat garis tengah landas-hubung)
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Beberapa definisi yang berhubungan dengan lintasan belok adalah sebagai berikut :
• Track in; adalah jarak antara titik tengah roda pendaratan utama dengan
lintasan roda depan
• Castor angle (C); adalahsudut yang dibentuk oleh sumbu memanjang pesawat
dan arah gerak roda depan atau titik patokan lainnya seperti letak penerbang.
• Aircraft datum length (panjang patokan pesawat), adalah jarak titik patokan ke
titik tengah roda pendaratan utama ( untuk keperluan perencaaan fillet cukup
tepat dengan menganggap titik patokan adalah roda depan pesawat).
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Metoda untuk menentukan ukuran fillet dengan analisis lintasan roda pesawat di
landas-hubung diuraikan sebagai berikut :
ICAO dan UK (Inggris);
• “track in” maksimum; berdasarkan aircraft datum length, radius lengkung garis
tengah dan perubahan arah landas-hubung.
• “Castor angle” maksimum (disyaratkan untuk tidak melebihi kemampuan
operasional normal pesawat).
• Nilai castor angle dimana fillet tidak diperlukan.
• Jarak yang harus ditempuh disepanjang garis tengah yang lurus untuk
mengurangi castor angle di ujung belokan sampai ke tempat dimana fillet
tidak diperlukan lagi.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

CONTOH
Tentukan ukuran fillet untuk manuver DC-10, pada landas hubung dengan lebar 75 ft
yang arahnya berubah 90º dengan jari-jari garis tengah sebesar 250 ft dan lebar 75
ft. Wheelbase DC-10 sebesar 72,5 ft dengan jarak tepi-tepi roda pendaratan utama
sebesar 35 ft. Faktor keamanan tepi luar roda pendaratan utama sebelah dalam
dengan tepi perkerasan sebesar 15 ft.
PENYELESAIAN
1. Hitung Track in maksimum : (R/D dan perubahan arah  track-in max = % D).
Grafik 9.12  14,5% D = 10,5 ft
2. Hitung Jari-jari Fillet : (Rfillet = R – (track in max + ½ jarak tepi-tepi roda + SF)
 207 ft
3. Hitung Track in maksimum dimana fillet belum diperlukan :
(Track in max tanpa fillet = ½ lebar taxiway – (SF + ½ jarak tepi-tepi roda)  5 ft
4. Hitung Jarak yang diperlukan untuk mengubah sudut castor diujung belokan ke
sudut dimana fillet belum diperlukan. Grafik 9.14, 9.13 dan 9.15  4º dan 17º 
205 – 100 = 105 ft
5. Hitung jarak roda utama dari ujung kurva : (Jarak no 4 – D)  32,5 ft
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

FAA
Sudut maksimum (Amaks) yang dibentuk oleh garis singgung terhadap garis tengah dan sumbu memanjang
pesawat akan terjadi di ujung lintasan apabila roda depan pesawat berada di titik singgung, dihitung secara
pendekatan dengan rumus :

Amaks = sin-1(d/R)
Dimana : d = jarak roda depan pesawat ke roda utama (wheel base)
R = radius lintasan yang ditempuh roda depan

Fillet yang dibutuhkan adalah :


F = (R2 + d2 – 2Rd sin Amaks)0,5 – 0,5µ
µ-S
Dimana : µ = lebar undercarriage (jarak antara tepi-tepi luar roda utama)
S = jarak minimum yang diperlukan antara tepi dari ban luar dan tepi perkerasan

Panjang lead in hingga ke fillet adalah :

4d tan 0,5 Amaks


L= d ln -d
WT - µ - 2S
Dimana ; WT = lebar landas-hubung pada garis singgung
Ln = logaritma normal
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

METODE GRAFIS SEDERHANA (Horonjeff)


• Gambarkanlah lintasan yang dilalui lintasan roda depan dengan skala yang cukup besar
sehingga ketepatan terjamin
• Ukurkan jangka pada garis lurus sesuai dengan skala lintasan jarak roda depan dan roda
utama (wheel base) tandai dengan M1 (main) dan N1 (nose) pada lintasan roda depan
• Hubungkan M1N1 dengan mistar dan letakkan titik jangka sembarang titik sepanjang
mistar dengan jarak yang bergeser kedepan dari M1(tandai M2), tandai di garis lengkung
lintasan roda depan dengan jangka N2
• Hubungkan M2N2 dengan mistar dan letakkan titik jangka sembarang titik sepanjang
mistar dengan jarak yang bergeser kedepan dari M2(tandai M3), tandai di garis lengkung
lintasan roda depan dengan jangka N3
• Ulangi proses sampai ujung lintasan roda utama segaris dengan lintasan roda depan
• Titik-titik kurva M1, M2, M3, T adalah titik tengah lintasan roda utama, kurva ini di-
sumperimpose-kan di landasan pacu dan landasan hubung yang direncanakan untuk
menentukan besarnya fillet yang dikehendaki.
• Penambahan jarak M1-M2 dan M2-M3 pada awalnya besar dan berangsur-angsur
berkurang seiring dengan bertambahnya sudut belokan. Pengalaman dan “engineering
sense” diperlukan untuk memberikan interval yang sesuai dengan ketepatan yang wajar.
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN


Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

JARAK PEMISAHAN
Untuk memberikan faktor keamanan lajur lalu lintas harus dipisahkan dengan jarak
yang memadai satu sama lain dan dengan benda penghalang. Jarak pisah
minimum antara landas-hubung dan landasan pacu, antara dua landas-hubung
sejajar, dan antara landas-hubung dengan benda penghalang tetap di berikan
pada tabel 9.12
Ferry R., Ir., MT. (412153067)
TS Unjani

PERENCANAAN GEOMETRIK DAERAH PENDARATAN

Anda mungkin juga menyukai