Anda di halaman 1dari 39

Program Studi Teknik Sipil (S1)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut


Tahun Akademik 2020/2021 – 1

Athaya Zhafirah, S.ST., M.Tr.T.


Cara mengurangi titik konflik:

Pulau lalu lintas Bundaran lalu lintas


Cara mengurangi titik konflik:

Persimpangan
Traffic light
bertingkat
Pulau Lalu Lintas
Pulau Lalu Lintas

Pulau lalu lintas berfungsi untuk


mengkanalisasi, memisahkan, mengarahkan
atau sebagai pengaman arus lalu lintas
Pulau Lalu Lintas

Pulau lalu lintas


ditempatkan pada bagian Lokasi penempatan pulau
tengah dari jalur lalu lintas lalu lintas disesuaikan
atau persimpangan jalan dengan hasil kajian atau
dan dilengkapi dengan studi lalu lintas
rambu atau marka
Fungsi Pulau Lalu Lintas

Memisahkan arus lalu lintas secara terarah

Mengarahkan pengemudi ke jalur yang benar

Menghindarkan pengemudi melakukan gerakan-gerakan terlarang

Melindungi pengemudi yang bermaksud belok kanan

Menyediakan ruang lindung bagi pejalan kaki

Tempat yang ideal untuk menempatkan pengatur lalu lintas dan rambu pengarah
Kelompok Pulau Lalu Lintas

Pulau kanal Pulau pemisah Pulau pengaman


(channelizing island) (divisional island) (refuge island)
Memperlancar arus lalu lintas Memisahkan arus lalu lintas Khusus untuk pejalan kaki
yang berlawanan atau searah
Dimensi Minimum Pulau Lalu Lintas
Tipe Dimensi Panjang
(m)

Wa 1,0
a La 3,0
Ra 0,5

Wb 1,5
Lb Wp + 1,0
b
Rb 0,5
Luas daerah 5,0 m2

c Wc D + 1,0
Lc 5,0

d Wd 1,0
Dimensi Minimum Pulau Lalu Lintas

(a) Hanya pemisah lalu lintas (b) Digunakan untuk lalu lintas
dan pejalan kaki
Dimensi Minimum Pulau Lalu Lintas

(c) Penempatan fasilitas pada pulau (d) Pemisah tanpa taper


lalu lintas
Tipikal simpang T dengan pulau-pulau lalu lintas
Standar Letak (Set Back) dan Nose Offset
Kecepatan Rencana S1, S2 S3 O1 O2
(km/jam) (m) (m) (m) (m)
80 1,0 0,5 1,5 1,0
60 0,75 0,5 1,0 0,75
50 0,50 0,5 0,5 0,5
Jari-jari Nose
Ri Ro Rr
0,5 – 1,0 0,5 0,5 – 1,5
Untuk ambang (verging)
𝑅
𝐿𝑎 = 𝑉 𝑥
3

Untuk pergeseran jalur


lalu lintas menerus
𝑅
𝐿𝑏 = 2 𝑥 𝑉 𝑥
3
La, Lb : panjang marka (m)
V : kecepatan rencana (km/jam)
R : jari-jari ujung nose pulau (m)
Ujung nose sebaiknya ditandai dengan marka jalan, di
mana panjang minimum marka tersebut ditentukan
berdasarkan fungsi dari pulau lalu lintas tersebut
Bundaran Lalu Lintas
Bundaran lalu lintas di persimpangan
bermanfaat dalam meningkatkan
kelancaran dan keselamatan berlalu lintas
Bundaran secara khusus dibutuhkan apabila:
Arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih yang masuk simpang sama besar pada
saat yang sama

Lalu lintas belok kanan cukup tinggi (di atas 30%)

Simpang lebih dari empat (simpang lima atau lebih)

Tersedia lahan atau ruang yang cukup memadai untuk membangun bundaran lalu
lintas
Kapasitas ruang ambing/jalinan (P) bundaran adalah fungsi luar dari
“proporsi lalu lintas ambing”

Kemampuan bundaran
melayani lalu lintas
tergantung pada
ketersediaan ruang untuk
berambing (weaving), yaitu
lalu lintas yang memotong
dari satu alur ke alur lain
Proporsi Ambing (P)
Jumlah lalu lintas yang berkonflik di ambing dibagi dengan jumlah
lalu lintas yang memasuki ambing

(𝑏 + 𝑐 + 𝑔 + 𝑘) (𝑔 + ℎ + 𝑒 + 𝑐)
𝑃 𝐵𝑈 = 𝑃 𝑇𝑆 =
(𝑎 + 𝑏 + 𝑐 + 𝑔 + 𝑗 + 𝑘) (𝑔 + ℎ + 𝑖 + 𝑑 + 𝑒 + 𝑐)

(𝑒 + 𝑑 + 𝑏 + 𝑗) (𝑗 + 𝑘 + ℎ + 𝑑)
𝑃 𝑈𝑇 = 𝑃 𝑆𝐵 =
(𝑑 + 𝑒 + 𝑓 + 𝑏 + 𝑐 + 𝑗) (𝑗 + 𝑘 + 𝑙 + 𝑔 + ℎ + 𝑑)
Kapasitas Praktis pada Ruas Ambing
(Metode Well’s)
𝑒 𝑝
288 𝑥 𝑤 𝑥 1 + 1−
𝑄𝑝𝑟𝑎𝑘 = 𝑤 3
𝑤
1+
𝐿

Q : arus lalu lintas pada ruas ambing (smp/jam)


w : lebar ruas ambing (m)
e : 1 2 𝑒1 + 𝑒2 = lebar rata-rata jalan (m)
L : panjang ruas ambing (m) w = 6 – 18 m
p : proporsi lalu lintas ambing e/w = 0,4 – 1,0
w/l = 0,12 – 0,4
L = 18 – 90 m
Kapasitas praktis adalah 80% dari kapasitas maksimum p = 0,4 – 1,0
Example

Menuju
Dari
Utara Timur Selatan Barat
Utara - 290 254 77
Timur 538 - 75 736
Selatan 490 322 - 125
Barat 354 989 106 -
989 + 106 + 490 + 538
𝑃 𝐵𝑈 = = 0,76
989 + 106 + 490 + 538 + 354 + 322
989 + 322 + 254 + 77
𝑃 𝑈𝑇 = = 0,81
989 + 322 + 254 + 77 + 290 + 106
736 + 538 + 254 + 106
𝑃 𝑇𝑆 = = 0,91
736 + 538 + 254 + 106 + 77 + 75
736 + 77 + 490 + 322
𝑃 𝑆𝐵 = = 0,71
736 + 77 + 490 + 322 + 125 + 538
Dimensi:
w = 12 m
𝑒1 = 6 m
𝑒2 = 12 m
L = 60
e = 1 2 6 + 12 = 9 m
Sisi L w/L e/w p p/3
BU 60 0,2 0,75 0,76 0,25
UT 60 0,2 0,75 0,81 0,27
TS 60 0,2 0,75 0,91 0,30
SB 60 0,2 0,75 0,71 0,24
𝟐𝟖𝟖 . 𝒘 Cadangan
1-p/3 1+e/w 𝑸𝒑𝒓𝒂𝒌 Qs 𝑸𝒑𝒓𝒂𝒌 − 𝑸𝒔
Sisi 𝟏+𝒘 𝑳
(a) (b) (a . b . c) (arus nyata) 𝑸𝒔
(c)
(%)
BU 0,75 1,75 2880 3763 2799 34,44
UT 0,73 1,75 2880 3679 2038 80,52
TS 0,70 1,75 2880 3511 1786 96,58
SB 0,76 1,75 2880 3847 2288 68,13

Qs (arus nyata):
BU = 354 + 989 + 106 + 490 + 322 + 538 = 2799 smp/jam
UT = 77 + 254 + 290 + 322 + 106 + 989 = 2038 smp/jam
TS = 538 + 736 + 75 + 106 + 77 + 254 = 1786 smp/jam
SB = 125 + 490 + 322 + 736 + 77 + 538 = 2288 smp/jam
Kapasitas cadangan yang tersedia pada sisi
Barat-Utara rendah. Kemungkinan perubahan
adalah memperbaiki ruas itu dengan mengubah
bentuk bundaran dengan menambah panjang
sisi
Kapasitas Praktis Satu Bagian Jalinan
(Department of the Environment, 1975)

𝑒
160 . 𝑤 1 +
𝑄𝑝 = 0,85 𝑤 Kendaraan/jam
𝑤
1+
𝐿

Jika kendaraan berat dalam arus jalinan adalah 15 – 20%,


maka kapasitas jalinan harus dikurangi sebesar 4 – 6%.
Kapasitas Persimpangan Bundaran
(Kimber, RM, 1980)

𝑄𝑒 = 𝑘 (𝐹 − 𝑓𝑐 . 𝑄𝑐 )

𝑄𝑒 : jumlah arus lalu lintas yang masuk dalam kawasan


kendaraan (smp/jam)
𝑄𝑐 : jumlah arus lalu lintas dalam kawasan bundaran yang
berlawanan dengan arus lalu lintas yang masuk
(smp/jam)
Kapasitas Persimpangan Bundaran
(Kimber, RM, 1980)

𝑄𝑒 = 𝑘 (𝐹 − 𝑓𝑐 . 𝑄𝑐 )

𝑘 = 1 − 0,00347 ∅ − 30 − 0,978 1 − 0,05


𝑅
𝐹 = 303 . 𝑋2
𝑓𝑐 = 0,210 . 𝑡𝑑 (1 + 0,2 . 𝑋2 )
Kapasitas Persimpangan Bundaran
(Kimber, RM, 1980)
𝑘 = 1 − 0,00347 ∅ − 30 − 0,978 1 − 0,05
𝑅
𝐹 = 303 . 𝑋2
𝑓𝑐 = 0,210 . 𝑡𝑑 (1 + 0,2 . 𝑋2 )

𝑒−𝑉 0,5
𝑋2 = 𝑉 + 𝑡𝑑 = 1 +
(1 + 2 . 𝑆) (1 + 𝑀)

1,6 (𝑒 − 𝑉) 𝑀 = 𝑒 (𝐷−60) 10
𝑆=
𝑙′
Example
Garis pusat bundaran (D) = 65 m
Lebar jalan masuk (e) = 8,5 m
Lebar setengah jalan tuju (V) = 7,3 m
Rata-rata panjang kembangan (l’) = 30 m
Jari-jari jalan masuk (R) = 40 m
Sudut masuk () = 30
Example
Ke Jumlah
Arus
Dari Lalu
U S T B Lintas
Masuk
U - 850 200 100 1150
S 700 - 450 250 1400
T 150 350 - 700 1200
B 350 450 350 - 1150
𝑘 = 1 − 0,00347 ∅ − 30 − 0,978 1 − 0,05
𝑅
𝑘 = 1 − 0,00347 30 − 30 − 0,978 1
40 − 0,05
𝑘 = 1,02445

𝐹 = 303 . 𝑋2 = 303 . 8,3638 = 2534,23


𝑒−𝑉 8,5−7,3 8,5−7,3
𝑋2 = 𝑉 + (1+2 . 𝑆) = 7,3 + (1+2 . 𝑆) = 7,3 + (1+2 . 0,064) = 8,3638
1,6 (𝑒−𝑉) 1,6 (8,5−7,3)
𝑆= 𝑙′
= 30
= 0,064

𝑓𝑐 = 0,210 . 𝑡𝑑 1 + 0,2 . 𝑋2 = 0,210 . 1,1888 1 + 0,2 . 8,3638 = 0,66725


0,5 0,5
𝑡𝑑 = 1 + (1+𝑀) = 1 + (1+1,6487) = 1,1888
𝑀 = 𝑒 (𝐷−60) 10 = 𝑒 (65−60) 10 = 1,6487
Arus Lalu Lintas mengelilingi:
Utara = 350 + 450 + 450 = 1250 smp/jam
Selatan = 700 + 100 + 150 = 950 smp/jam
Timur = 850 + 450 + 100 = 1400 smp/jam
Barat = 450 + 150 + 700 = 1300 smp/jam
𝑄𝑒 = 𝑘 𝐹 − 𝑓𝑐 . 𝑄𝑐 = 1,02445 2534,23 − 0,66725 . 𝑄𝑐
𝑄𝑒 = 2596,2 − 0,6836 𝑄𝑐

Muatan masuk (𝑄𝑒 )


Utara = 2596,2 – 0,6896 . 1250 = 1742 smp/jam
Selatan = 2596,2 – 0,6896 . 950 = 1947smp/jam
Timur = 2596,2 – 0,6896 . 1400 = 1639 smp/jam
Barat = 2596,2 – 0,6896 . 1300 = 1708 smp/jam
Muatan
𝑄𝑐 𝑄𝑒 Arus Lalu Lintas
Arah Cadangan, Mc
(smp/jam) (smp/jam) Masuk, 𝑄𝑀
(%)
Utara 1250 1742 1150 51,5
Selatan 950 1947 1400 39,1
Timur 1400 1639 1200 36,6
Barat 1300 1708 1150 48,5

𝑄𝑐 − 𝑄𝑚
𝑀𝑐 = 𝑥 100%
𝑄𝑚
Program Studi Teknik Sipil (S1)
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Tahun Akademik 2020/2021 – 1

Athaya Zhafirah, S.ST., M.Tr.T.

Anda mungkin juga menyukai