Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Setiap operasi penambangan sangat diperlukan jalan tambang sebagai sarana


infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitarnya. Jalan
tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi
tambang dengan area crushing plant, stockpile, pengolahan bahan galian,
perkantoran, mess/perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah
penambangan, Selain itu kondisi jalan tambang yang baik akan
mengoptimalkan hasil produksi, sesuai dengan rencana dan target produksi.
Dalam hal ini perhitungan desain geometri jalan harus di sesuaikan dengan
yang di butuhkan. Desain geometri jalan merupakan bagian dari perencanaan
jalan yang di titik beratkan pada kondisi fisik jalan sehingga bisa memenuhi
fungsi jalan.
Dalam area penambangan kondisi jalan harus baik, perhitungan geometri
jalan harus di pertimbangkan, karena alat-alat berat beroperasi secara massal
dan kontinu setiap harinya. Kondisi jalan yang tidak baik akan
menyebabkan kecelakaan kerja yang berdampak terhambatnya laju
produksi.
GEOMETRI JALAN ANGKUT PT. INDOLIME JAYA

Fungsi utama jalan angkut dalam usaha pertambangan adalah untuk menunjang
kelancaran operasional tambang terutama dalam kegiatan pengangkutan. Ada
beberapa geometri yang harus di perhatikan dan dipenuhi untuk menunjang
kelancaran dalam operasi pengangkutan pada PT. Indolime Jaya antara lain :
1. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada Rule of
Thumb yang di kemukakan Aasho Manual Rural High-way Design adalah :

Lmin = n . Wt + ( n + 1 )( 0,5 . Wt )

2m 1m
7m
Dimana :
Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (m)

Bila lebar kendaraan (Wt) = 2 m, jumlah jalur (n) = 1 jalur (2 lajur) . Maka :
Lmin = 2 x 2+(2+1)(0.5 x 2)
=7m

2. Lebar Jalan Angkut Pada Belokan (Tikungan)


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan
lurus. Untuk jalur ganda, lebar lebar minimum pada tikungan di hitung dengan
berdasarkan :
•Lebar jejak ban
•Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada
saat membelok.
•Jarak antara alat angkut pada saat bersimpang
•Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan
W = n ( U + Fa + Fb + Z )
RUMUS
: Z = 1 / 2 ( U + Fa + Fb )

Dimana :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan ( m )
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan ( m )
Fa = Lebar juntai depan ( m )
Fb = Lebar juntai belakang ( m )
Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan ( m )
Diketahui :
n=2 fa = 1 x sin 30° = 0.5
U=2 m fb = 1 x sin 30° =0.5

Maka :

9m
W = 2(2+0.5+0.5+1.5)
=2(4.5) = 9 m
3. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan angkut berhubungan baik dalam pengereman maupun dalam
tanjakan kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh angkut
(truk) berkisar 10%-15% atau 6°-8,50°, akan tetapi untuk jalan naik maupun turun
pada bukit lebih aman kemiringan jalan maksimum 8%(4,50°).
Kemiringan jalan yang kami rencanakan pada daerah penambangan PT. Indolime
Jaya adalah berkisar antara 0%-3%.

Data Kemiringan Jalan


JALUR ΔH JARAK DATAR GRADE
A-B 15-14= 1 34,1 x 10=341 1:341x100= 0,2%
B-C 16-15= 1 33,3 x 10=330 1:330x100= 0,3%
C-D 17-16=1 28,7 x 10=287 1:287x100= 0,3%
D-E 19-17=2 22,8 x 10=228 2:228x100= 0,8%
E-F 25-19=6 34,2 x 10=342 6:342x100= 1,7%
F-G 28-25=3 17,5 x 10=175 3:175x100= 1,7%
G-H 34-28=6 23,7 x 10=237 6:237x100= 2,5%
H-I 40-34=6 26,5 x 10=265 6:265x100= 2,2%
PETA LAYOUT JALAN – SURFER
PETA LAYOUT JALAN – GOOGLE EARTH

Anda mungkin juga menyukai