Anda di halaman 1dari 30

TS 4151

MATERI :
LINGKUNGAN - KONSTRUKSI

Dr. Antono Damayanto, Ir., MMBAT


antono@ymail.com
http://www.mymodernmet.com/profiles/blogs/swimming-the-skyline-4-pics
• Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto,
2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam sebuah proses konstruksi sebagaimana dinyatakan
dalam berbagai hasil penelitian di banyak negara.
• Craven dkk. (1994) menyatakan bahwa kegiatan konstruksi menghasilkan
limbah sebesar kurang lebih 20% - 30% dari keseluruhan limbah di
Australia.
• Rogoff dan Williams (1994) menyatakan bahwa 29% limbah padat di
Amerika Serikat berasal dari limbah konstruksi. Ferguson dkk. (1995)
menyatakan lebih dari 50% dari seluruh limbah di United Kingdom berasal
dari limbah konstruksi.
• Anink (1996) menyebutkan bahwa sektor konstruksi yang terdiri dari tahap
pengambilan material, pengangkutan material ke lokasi proyek konstruksi,
proses konstruksi, operasional gedung, pemeliharaan gedung sampai
tahap pembongkaran gedung mengkonsumsi 50% dari seluruh
pengambilan material alam dan mengeluarkan limbah sebesar 50% dari
seluruh limbah.
Menurut Gavilan dan Bernold (1994):

1. Consumable material, merupakan material yang akan


menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya :
semen, pasir, kerikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-
lain.

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang


dalam proses konstruksi dan bukan merupakan bagian fisik
dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya
perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara
Tchobanoglous et al (1976) menyatakan sisa material konstruksi
yang timbul selama pelaksanaan konstruksi:

1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil


pembongkaran atau penghancuran bangunan lama

2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal


dari pembangunan atau renovasi bangunan milik pribadi, komersil
dan struktur lainnya. Sisa material tersebut berupa sampah yang
terdiri dari beton, batu bata, plesteran, kayu, sirap, pipa, dan
komponen listrik.
Menurut Farmoso et al., (2002) limbah konstruksi dapat digolongkan
menjadi dua kategori berdasarkan tipenya, yaitu :

1. Direct waste adalah sisa material yang timbul di proyek karena


rusak, hilang dan tidak dapat digunakan lagi.

2. Indirect waste adalah sisa material yang terjadi di proyek karena


volume pemakaian melebihi volume yang direncanakan, sehingga
tidak terjadi sisa material secara fisik di lapangan tetapi
mempengaruhi biaya secara tersembunyi (hidden cost).
Meningkatnya jumlah limbah konstruksi yang diakibatkan dari
peningkatan signifikan aktivitas konstruksi di dunia, maka diperlukan
tindakan nyata untuk meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan berupa pendekatan manejemen yang lebih baik responsif
dalam mengelola proyek konstruksi.

Proses konstruksi dapat berdampak negatif bagi manusia dan


lingkungan, di mana faktor tersebut merepresentasikan aspek sosial
dan aspek lingkungan

Du Plessis (2002) menyatakan bahwa bagian dari suistanable


construction adalah green construction yang merupakan proses holistik
yang bertujuan mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara
lingkungan alami dan buatan. USEPA (2010) mendefiniskan green
construction merupakan praktik membangun dengan menerapkan
proses yang memperhatikan lingkungan dan efisiensi sumber daya
sepanjang siklus hidup bangunan dari tapak perencanaan, konstruksi,
operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi.
Tata Guna Lahan Yang Tepat
Tata guna lahan meliputi pemanfaatan lingkungan yang maksimal, di sana termasuk kemudahan
akses ke fasilitas umum, penyediaan air bersih yang efisien, kemudahan akses jalan kaki dan
menata tata ruang hijau di sekitar lokasi bangunan, mengatur tata letak pendingin udara agar tidak
menimbulkan kenaikan suhu di sekitar bagi bangunan tinggi. Tujuan utama dari mengatur tata letak
tersebut adalah mereduksi penggunaan energi, seperti penggunaan BBM yang digunakan saat
melakukan perjalanan ke fasilitas umum di sekitar pemukiman atau di sekitar gedung yang ada.
Pemilihan Material Yang Tepat
Untuk pemilihan material sendiri diusahakan menggunakan material yang awet dan bebas racun
serta material daur ulang. Awet dalam artian kata tidak perlu penggantian berkala sehingga mampu
mereduksi produksi sampah. Pemilihan material yang tepat lainnya adalah menggunakan material
yang telah lakukan inovasi untuk ramah lingkungan seperti penggunaan baja ringan untuk kusen
dan atap dan lain sebagainya.
Mengatur Efisiensi Energi
Umumnya seseorang hanya mencari kemudahan, sehingga banyak yang terlena dengan cara yang
lama, yakni sepenuhnya tergantung pada energi PLN semata. Alangkah baiknya selain melakukan
penghematan, terapkan juga sumber energi alternatif lain yang bisa di perbaharui, seperti
menggunakan panel surya yang telah dijelaskan diatas tadi.
Menerapkan Manajemen Lingkungan
Salah satu dari sekian banyak konsep green building yang ada, menjaga dan memanajemen atau
kebersihan lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan. Bagaimana mungkin jika
bangunan menerapkan konsep green building tetapi lingkungan diabaikan, itu sama saja bohong.
Maksudnya disini adalah mengatur bagaimana agar manajemen lingkungan direncanakan dengan
baik. Berupa lokasi penampungan sampah dan membangun tempat daur ulang.
1. Reduce (mengurangi) limbah konstruksi dibagi menjadi dua cara, yaitu
• Prevention (pencegahan), usaha yang dilakukan untuk mencegah
penggunaan material yang dapat menghasilkan limbah kontruksi.
Misalnya dengan menggunakan beton pracetak, mengurangi
overordering, dan memakai halfslab pada desain.
• Minimalization (minimalisasi), usaha yang dilakukan untuk
mengurangi limbah konstruksi dengan cara mempersiapkan rencana
penanganan limbah konstruksi. Misalnya menjual dan membuang
limbah konstruksi ke tempat khusus.

2. Reuse (penggunaan ulang) adalah penggunaan kembali dari limbah


konstruksi yang masih bisa digunakan. Untuk memudahkan kontraktor
dalam penggunaan kembali, sebaiknya dilakukan pemisahan material
konstruksi berdasarkan jenis pekerjaannya. Misalnya pemisahan kayu
bekisting sisa pengecoran. Penggunaan kembali dapat menghemat
biaya pemakaian material baru baik dalam proyek yang sama ataupun
proyek proyek yang akan datang.
3. Recycle (daur ulang) merupakan proses pengolahan kembali limbah
konstruksi menjadi material konstruksi yang memiliki kualitas yang
hampir sama dengan material yang baru. Misalnya teknologi daur ulang
beton yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Badan Litbang PU.
No Aspek Parameter
1 Rencana Pencegahan dan Melakukan perencanaan untuk meminimalisir
Peminimalisiran Limbah terjadinya limbah
2 Penggunaan Bahan Bangunan Ramah Menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang
Lingkungan menggunakan bahan baku dan proses produksi
ramah lingkungan
3 Penyimpanan Material Terdapat tempat penyimpanan material yang
terhindar dari gangguan yang dapat merusak
material
4 Proses Reuse Material Memakai kembali material yang masih
memiliki nilai guna
5 Dokumentasi Limbah Konstruksi Melakukan pencatatan berat/volume limbah yang
dihasilkan
6 Pemilahan Limbah Konstruksi Terdapat pemilahan limbah sesuai kategori
7 Proses Recycle Material Menggunakan material hasil olahan material sisa
8 Pelatihan Manajemen Limbah Terdapat pelatihan manajemen limbah untuk
karyawan
9 Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pemantauan dan evaluasi sistem manajemen
Manajemen Limbah limbah secara rutin
10 Kerja sama dengan Pihak Ketiga Bekerja sama dengan pihak penumpul sampah
yang handal dalam menangani limbah konstruksi
BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT (BEM)
Sumber http://repository.its.ac.id/1971/1/3114106039-Undergraduate_Theses.pdf
Sumber http://repository.its.ac.id/1971/1/3114106039-Undergraduate_Theses.pdf
PROPER

• Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang disingkat PROPER
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong
penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
hidup melalui instrumen informasi. Adapun dasar hukum
pelaksanaan PROPER dituangkan dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 127 Tahun 2002
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).
TUJUAN PROPER

• Mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan;


• Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian
lingkungan;
• Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan;
• Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk menaati
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan;
• Meningkatkan penaatan dalam pengendalian dampak lingkungan
melalui peran aktif masyarakat;
• Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap lingkungan
SASARAN PROPER

• Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan


perundang-undangan;
• Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja
lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih
(cleaner production).
PROPER
• Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong
penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui
instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan
instrumen disinsentif reputasi/citra bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk.
• Sistem peringkat kinerja PROPER mencakupi pemeringkatan
perusahaan dalam 5 (lima) peringkat warna yang
mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara
keseluruhan, yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam.
• Perusahaan berperingkat merah dan hitam merupakan
perusahaan yang belum taat, perusahaan berperingkat biru
adalah perusahaan yang taat, sedangkan perusahaan hijau
dan emas adalah perusahaan yang pengelolaan lingkungan
lebih dari yang dipersyaratkan.
PERINGKAT HITAM
Aspek Indikator Dasar Peraturan
(PP/Kepmen/Kepdal
)

Pencemaran Air 1. Perusahaan tidak mempunyai IPAL (Ijin Pengolahan Air lImbah) (apabila Kepmen No. 51 tahun 1995
pasal 6
diperlukan),
2. Perusahaan tidak melakukan pengolahan air limbah,
3. Air limbah > 500% dari BMAL (izin).

Pencemaran Udara 1. Perusahaan tidak mempuyai alat pengendalian pencemaran udara (apabila Kepmen No. 13 tahun 1995
pasal 7
diperlukan),
2. Perusahaan tidak melakukan pengendalian pencemaran udara,
3. Emisi udara > 500 % dari BME (izin),

Pengelolaan Limbah 1. Perusahaan tidak mengelola limbah B3 dan mempunyai dampak terhadap PP No. 18/1999 jo PP No.
85/1999
B3 lingkungan dan kesehatan masyarakat,

AMDAL/UKL/UPL 1. Perusahaan tidak mempunyai dokumen AMDAL atau RKL/RPL yang disetujui PP. No. 27 /1999 pasal 7

instansi yang berwenang,


PERINGKAT MERAH
Aspek Indikator Dasar Peraturan
(PP/Kepmen/Kepdal)

Pencemaran Air 1.Perusahaan belum mempunyai izin pembuangan air limbah (apabila telah PP no. 82 /2001 pasal 38 dan pasal
40
diwajibkan),
2.Perusahaan melakukan pengambilan contoh dan analisis air limbah kurang
Kepmen. No. 51 / 1995 pasal 6 butir
dari sekali per bulan, (e)
3.Perusahaan belum melakukan pelaporan hasil pemantauan air limbah
sebagaimana yang dipersyaratkan (per 3 bulan) kepada instansi terkait, Kepmen. No. 51 / 1995 pasal 6 butir
4.Perusahaan belum mempunyai alat ukur debit atau alat ukur debit (h)
tidak berfungsi dengan baik,
5.Tidak dilakukan pengukuran debit harian, PP no. 82/2001 psl 38 ayat 1
6.Konsentrasi air limbah belum memenuhi BMAL atau yang persyaratan yang
ditetapkan di dalam izin,
7.Kualitas air limbah berdasarkan beban air limbah belum memenuhi BMAL
yang ditetapkan di dalam izin,

Pencemaran Air Laut 1.Perusahaan belum mempunyai izin untuk pembuangan limbah ke laut PP no. 19/1999

(dumping),

Pencemaran Udara 1.Stack yang mengeluarkan emisi belum dilengkapi dengan tempat Kepmen. No. 13 tahun 1995 pasal 7

pengambilan sample emisi udara dan peralatan pendukung lainnya,


2.Stack yang ada belum dilengkapi dengan alat pemantauan udara
sebagaimana yang dipersyaratkan (tergantung jenis industri),
3.Belum dilakukan pengukuran emisi udara untuk semua stack sebagaimana
yang dipersyaratkan dalam peraturan (harian atau setiap 6 bulan),
4.Perusahaan tidak melaporkan hasil pemantauan emisi udara kepada instansi
terkait sebagaimana mestinya,
5.Emisi udara yang dihasilkan belum memenuhi Baku Mutu Emisi Udara
sebagaimana yang dipersyaratkan,
Penilaian PROPER

Anda mungkin juga menyukai