Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI CONSTRUCTION MATERIAL WASTE

PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG


(STUDI KASUS : RUMAH JABATAN REKTOR UNTAN PONTIANAK)

Arasy Satya Perdana ), Muhammad Indrayadi , Riyanny Pratiwi


arasy.satyaperdana@gmail.com

Abstrak
Sisa material merupakan salah satu masalah yang serius pada konstruksi bangunan. Usaha
minimalisasi sisa material konstruksi akan membantu kontraktor untuk meningkatkan
keuntungan dan mengurangi dampak lingkungan. Pada proyek Pembangunan Rumah Jabatan
Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, banyak dijumpai sisa material proyek. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste,
mengidentifikasi penyebab waste menggunakan fishbone diagram sehingga dapat disusun
strategi meminimalkan waste, agar waste serupa tidak muncul lagi pada proyek selanjutnya.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan waste
yang tepat untuk setiap sisa material yang ada dengan menggunakan metode waste hierarchy.
Dari hasil analisa Pareto, maka material yang berpotensi menjadi waste dan memiliki waste
cost terbesar yaitu : papan triplek (lantai, kolom, balok) dengan total waste cost sebesar Rp
323.937.789,03, dengan volume waste sebesar 2532 dan waste level sebesar 78,051%.
Faktor penyebab terjadinya waste material pada Pembangunan rumah Jabatan Rektor
Universitas Tanjungpura Pontianak adalah faktor man, measure, dan management yang
dilaksanakan kurang baik. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalkan waste
antara lain, yaitu : Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja,
koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan, bekerja sama
dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai.

Kata kunci : Waste Material, Fishbone Diagram, Waste Hierarchy.

1. PENDAHULUAN dapat diidentifikasi maka pemborosan (waste)


1.1. Latar Belakang yang terjadi selama berlangsungnya proyek
Pada masa sekarang ini telah kita rasakan konstruksi dapat dikurangi, sehingga tujuan
bersama perkembangan dalam bidang dari sebuah proyek konstruksi, yaitu
konstruksi, baik itu perumahan, perkantoran, kesuksesan yang memenuhi kriteria waktu,
jembatan, jalan raya, bendungan, pelabuhan, biaya, dan mutu dapat tercapai dengan baik.
dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari Pada proyek Pembangunan Rumah
material bahan konstruksi. Material sebagai Jabatan Rektor Universitas Tanjungpura
salah satu komponen yang penting dalam Pontianak banyak dijumpai sisa material
menentukan besarnya biaya suatu proyek dan proyek. Salah satu penyebabnya adalah proses
mempunyai konstribusi sebesar 40-60 % dari bongkar muat yang tidak sempurna sehingga
biaya proyek, sehingga secara tidak langsung menyebabkan penumpukkan material yang
memegang peranan penting dalam menunjang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat
keberhasilan proyek. digunakan kembali. Sisa material ini bila tidak
Pelaksanaan sebuah proyek konstruksi direncanakan pengendalian atau
bangunan, tidak akan dapat dihindari pemanfaatannya akan merugikan proyek dan
munculnya sisa material konstruksi atau biasa kelestarian lingkungan di sekitarnya. Oleh
disebut construction waste. Sisa material karena itu penelitian ini mengambil proyek
konstruksi tidak hanya penting dari sudut tersebut sebagai studi kasus untuk
pandang efisiensi, tetapi juga berpengaruh pada mengidentifikasi material yang berpotensi
lingkungan. Apabila faktor-faktor penyebabnya

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN 1
memberikan kontribusi terbesar terhadap waste 1.5. Hipotesis Penelitian
material. Terjadinya sisa material konstruksi
dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi
1.2. Perumusan Masalah dari beberapa sumber dan penyebabnya.
Pada proyek Pembangunan Rumah Gavilan dan Bernold (1994), membedakan
Jabatan Rektor Universitas Tanjungpura sumber-sumber sisa material konstruksi atas
Pontianak, banyak dijumpai sisa material enam kategori : (1) Desain; (2) Pengadaan
proyek. Salah satu penyebabnya adalah proses Material; (3) Penanganan Material; (4)
bongkar muat yang tidak sempurna sehingga Pelaksanaan; (5) Residual; (6) Lain-lain.
menyebabkan kerusakan atau tidak dapat
digunakannya kembali material tersebut. Selain 2. TINJAUAN PUSTAKA
itu, luas areal proyek gedung yang terbatas 2.1. Umum
menyebabkan kontraktor kesulitan dalam Secara umum menurut Alarcon (1994),
penyimpanan material yang akan dipakai, Koskela (1992), dan Love, dkk. (1997),
sehingga menyebabkan penumpukan material waste didefinisikan sebagai semua aktifitas
yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak yang memerlukan biaya, secara langsung
dapat digunakan kembali. Itu artinya material maupun tidak langsung, dan memerlukan
tersebut akan menjadi construction waste. waktu, sumber daya atau membutuhkan
Usaha penanggulangan maupun pengurangan persediaan yang tidak memberikan nilai
sisamaterial konstruksi dapat dilakukan dengan tambah pada produk akhir. Waste dapat juga
berbagai macam metode, yaitu daur digambarkan sebagai segala aktifitas manusia
ulang(recycling) sisa material, penggunaan yang menyerap sumber daya dalam jumlah
kembali (reuse), dan mencari cara mengurangi tertentu tetapi tidak menghasilkan nilai
(reduce) selama proses konstruksi. tambah, seperti kesalahan yang
membutuhkan pembetulan, hasil produksi
1.3. Tujuan Penelitian yang tidak diinginkan oleh pengguna, proses
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian atau pengolahan yang tidak perlu, pergerakan
ini adalah mengidentifikasi material yang tenaga kerja yang tidak berguna dan
berpotensi memberikan kontribusi waste menunggu hasil akhir dari kegiatan-kegiatan
terbesar pada proyek ini, mengetahui faktor- sebelumnya. (Womack and Jones, 1996).
faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya
construction material waste pada proyek ini, 2.2. Waste Cost
mengetahui cara mengurangi construction (Branz, 2002 dalam Gatu, 2011),
material waste pada proyek ini, menghitung memberikan metode pendekatan waste cost,
nilai persentase construction material waste dengan rumus :
yang terjadi pada proyek ini.
Waste Cost = Waste Level x % Bobot
1.4. Pembatasan Masalah Pekerjaan x Total Nilai kontrak
Untuk mendapatkan hasil analisa yang
lebih mengarah, maka permasalahan di dalam
tulisan ini dibatasi pada hal-hal berikut : 2.3. Waste Level
Mengidentifikasi material yang berpotensi Waste level ini dihitung untuk
memberikan kontribusi waste terbesar, mengetahui volume waste dari masing-
mengetahui faktor-faktor yang sering menjadi masing item material yag diteliti. Waste level
penyebab terjadinya waste, mengetahui cara ini dihitung menggunakan metode
mengurangi construction material waste, pendekatan dengan rumus umum :
menghitung nilai construction material waste
yang terjadi pada proyek Pembangunan Rumah Volume Waste = Volume Material Terpakai –
Jabatan Rektor Untan. Volume Material Terpasang

2
2.4. Waste Hierarchy Pengamatan ini bertujuan untuk
Pada setiap proyek jenis material yang mengetahui kuantitas sisa material yang
digunakan bermacam-macam. Dan hal itu terjadi di lapangan baik dalam bentuk direct
berpengaruh pada sisa maetrial yang dihasikan. waste maupun indirect waste, faktor-faktor
Adapun cara-cara penanganan terhadap sisa penyebab timbulnya sisa material yang
material konstruksi salah satunya dengan waste bersumber dari disain, pengadaan,
hierarchy. Waste hierarchy mengarah pada penanganan material, pelaksanaan, residual
konsep 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (sisa), dan lain-lain serta pengambilan
(penggunaan ulang), recycle (daur ulang). dokumentasi sebagai data aktual di
a. Reduce lapangan.
Reduce (pengurangan) material
konstruksi dalam hal ini dibagi menjadi 3.3 Data Primer
2 cara, yaitu : Preventition (pencegahan) Berupa wawancara terstruktur
dan Minimalization (minimalisasi). dengan Site Manager, Kepala Logistik,
b. Reuse Pelaksana struktur, penanggung jawab alat
Reuse (penggunaan ulang) merupakan dan data-data proyek yang dapat menunjang
proses penggunaan ulang dari sisa perhitungan. Data primer adalah data-data
material konstruksi yang masih bisa proyek yang dapat menunjang perhitungan
digunakan. Untuk mempermudahkan seperti:
kontraktor dalam penggunaan ulang  Laporan bulanan dari logistik
berdasarkan tujuannya perlu dilakukan dimana tercantum jumlah material
melakukan pemisahan sisa material yang masuk, jumlah material yang
konstruksi berdasarkanenis terpakai, dan harga material pada
pekerjaannya. bulan tersebut untuk menghitung
c. Recycle volume material terpakai selama
Recycle (daur ulang) merupakan proses masa penelitian pada proyek
pengelolaan sisa material konstruksi pembangunan Rumah Jabatan
menjadi material konstruksi yang Rektor Universitas Tanjungpura
memiliki kualitas yang hampir Pontianak
samadengan material yang baru.  Data spesifikasi proyek, berupa luas
area dapat diperoleh dari data
3. METODOLOGI PENELITIAN spesifikasi proyek, sedangkan untuk
3.1 Diagram Alir Penelitian total nilai kontrak bisa diketahui dari
RAB pada proyek pembangunan
Rumah Jabatan Rektor Universitas
Tanjungpura Pontianak. Total nilai
kontrak diperlukan untuk
mengetahui waste cost yang
disebabkan dari kerugian pada harga
pembelian yang terjadi diproyek
pembangunan Rumah Jabatan
Rektor Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Gambar 1. Diagram alir penelitian  Satuan Harga Standar Dasar
material diperlukan untuk
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian melakukan analisa Pareto.
Penelitian ini dilakukan melalui  Bill Of Quantity diperoleh dari
pengamatan secara langsung dari bulan Juli dokumen bill of quantity proyek
2017 sampai dengan bulan Desember 2017 tersebut untuk mengidentifikasi
pada proyek pembangunan Rumah Jabatan material-material trading.
Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak  As Built Drawing diperoleh dari
di Jl. Daya Nasional Pontianak. drafter yang ada pada proyek

3
pembangunan Rumah Jabatan wastage level dari setiap item material yang
Rektor Universitas Tanjungpura dianalisa. Hasil perhitungan wastage level
Pontianak, diperlukan untuk dan rangkingnya dapat dilihat pada tabel 4
menghitung volume material berikut ini :
terpasang pada proyek ini. Pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa material yang memiliki presentase
4. HASIL DAN PEMBAHASAN waste level terbesar adalah papan triplek
4.1 Identifikasi Material yang berbiaya Besar dengan volume waste sebesar 2532 dan
dan Berpotensi Menimbulkan Waste waste level sebesar 78,051%. Sedangkan
Identifikasi ini bertujuan untuk material yang memiliki presentase waste
mengetahui material potensial waste dan level terkecil adalah ulir D10 mm dengan
untuk menentukan material yang akan diteliti volume waste sebesar 63 dan waste
pada penelitian ini. Untuk material potensial levelsebesar 90%. Dari tabel juga dapat
waste dipilih material trading, yaitu dilihat bahwa material yang memiliki
merupakan material yang dibeli kemudian volume waste tinggi tidak selalu memiliki
dapat secara langsung dipakai tanpa harus waste level yang tinggi juga karena waste
mencampur dengan material lain. Setelah level dipengaruhi bukan hanya oleh volume
material trading sudah terpilih, maka volume waste tetapi rasio volume waste dengan
material tersebut dikalikan dengan harga kedatangan logistik.
satuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
total harga dari setiap material trading 4.1.1 Temperatur
tersebut. kemudian dilakukan analisa Pareto Perhitungan ini dilakukan karena ingin
untuk mengetahui material yang berbiaya mengetahui apakah volume waste yang besar
tinggi, sehingga penelitian hanya juga menghasilkan waste cost yang besar pula.
menganalisa material yang signifikan saja Perhitungan dilakukan dengan rumus
(volume dan harga satuannya yang besar), pendekatan sebagai berikut :
karena memiliki potensial kontribusi besar
terhadap waste cost. Waste Cost = Waste Level x Bobot Pekerjaan x
Untuk volume material terpakai dapat Total nilai kontrak
diketahui melalui laporan bulanan logistik.
Sedangkan volume material terpasang Waste level = Volume waste pada
dihitung pada gambar As Built Drawing. perhitungan (%)
Berdasarkan tabel 3 di bawah, maka dapat Bobot pekerjaan = Jumlah harga material
diketahui dari total biaya terdapat pada dibandingkan total nilai kontrak
material : Total nilai kontrak = Rp 3.425.236.000,00
 Besi Beton Ulir D16 mm
 Besi Beton Ulir D10 mm  Perhitungan untuk papan triplek (Lantai, balok,
 Besi Beton Polos Ø8 mm kolom):
 Papan Triplek (Lantai, Balok, dan  Waste Level = 78,05 %
Kolom)  Bobot Pekerjaan = Rp 415.029.300,00 /
 Batako Press Rp 3.425.236.000,00 = 0,121
 Waste Cost = 0,7805 x 0,121 x Rp
Volume Waste = Volume Material Terpakai 3.425.236.000,00 = Rp 323.481.000,00
– Volume Material Terpasang.
 Perhitungan untuk Besi Ulir D16 mm :
Dari kedua volume ini dapat dicari Waste Level = 17,23 %
volume waste untuk material yang dianalisa.  Bobot Pekerjaan = Rp 197.740.872,00 /
Setelah volume waste diketahui, maka akan Rp 3.425.236.000,00 = 0,057
mudah untuk mengetahui wastage level,  Waste Cost = 0,1723 x 0,057 x Rp
yaitu dengan membandingkan volume waste 3.425.236.000,00 = Rp 33.639.585,00
dengan volume terpakainya dan kemudian
hasil dari perbandingan tersebut dikalikan
dengan 100 % untuk mengetahui persentase

4
 Perhitungan untuk Besi Ulir D10 mm : 100
Waste Level = 90 % 100
Bobot Pekerjaan = Rp 197.740.872,00 / 50
Rp 3.425.236.000,00 = 0,057 50
Waste Cost = 0,9 x 0,057 x Rp
3.425.236.000,00 = Rp 175.714.607,00 0 0
1 2 3 4 5

 Perhitungan untuk Besi Polos Ф8 Series2 Series1


mm :
Waste Level = 41,75 %
Bobot Pekerjaan = Rp
84.485.710,00 / Rp 100 100
99,78 %
3.425.236.000,00 = 0,024 1 90,36 % 80
Waste Cost = 0,4175 x 0,024 x 68,31 %
Rp 3.425.236.000,00 = Rp 60
34.320.864,00 0,5 46,27 %
40

 Perhitungan untuk Batako Press : 20


Waste Level = 24,50 %
0 0
Bobot Pekerjaan = Rp 1.922.298,00 Series2 Series1
1 2 3 4 5
/ Rp 3.425.236.000,00 = 0,0005
Waste Cost = 0,245 x 0,0005 x Rp
3.425.236.000,00 = Rp 419.591,00 Gambar 2. Hasil Analisa Diagram Pareto

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa Berdasarkan hasil analisa Pareto maka
material yang memiliki waste cost terbesar material pada Proyek Gedung Rumah Jabatan
adalah papan triplek (lantai, kolom, balok) Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak yang
dengan total waste cost sebesar Rp. berpotensi memberikan kontribusi terbesar
323.937.789,03. Sedangkan pada tabel 4 terhadap waste cost yaitu papan triplek (lantai,
yang menunjukkan ranking dari persentase balok, kolom) dengan waste cost sebesar = Rp
waste level yang terbesar adalah material 323.481.000,00.
besi ulir D10 mm sebesar 90 %. Dengan
demikian membuktikan bahwa material
dengan persentase waste level yang besar 4.2 Mengetahui faktor penyebab terjadinya
tidak memiliki waste cost yang besar. construction material waste
Mengidentifikasi penyebab waste dalam
4.1.2 Diagram Pareto penelitian ini menggunakan fishbone diagram,
Diagram Pareto adalah grafik batang sehingga dapat diketahui akar permasalahan
yang menunjukkan masalah berdasarkan yang menjadikan material waste dan disusun
urutan banyaknya jumlah kejadian. strategi meminimalkan waste, agar waste serupa
Urutannya mulai dari jumlah permasalahan tidak muncul lagi pada proyek selanjutnya.
yang paling banyak terjadi sampai yang Disusun strategi meminimalkan waste, agar
paling sedikit terjadi. Dalam grafik, waste serupa tidak muncul lagi pada proyek
ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi selanjutnya. Dalam proyek Pembangunan
(paling kanan) hingga grafik terendah Gedung Rumah Jabatan Rektor UNTAN ada
(paling kiri). Bermanfaat dalam menentukan beberapa faktor yang mempengaruhi waste
dan mengidentifikasikan prioritas material, yaitu :
permasalahan yang akan diselesaikan.
Permasalahan yang paling banyak dan sering
terjadi adalah prioritas utama kita untuk
melakukan tindakan.

5
Sedangkan hasil penelitian dengan
menggunakan konsep Bossink dan Browers
[10], faktor penyebab waste, yaitu :

a. Disain
 Perubahan disain
 Memilih spesifikasi produk
 Kurangnya memperhatikan ukuran
dari produk
b. Pengadaan
Gambar 3. Diagram Fishbone
 Kesalahan pemesanan, kelebihan,
a. Man kekurangan material
 Kurangnya pengetahuan dan  Pesanan tidak dapat dilakukan dalam
pengalaman kerja jumlah kecil
 Membuang atau melempar material  Kemasan kurang baik, menyebabkan
terjadi kerusakan
 Menangani material tidak hati-hati
c. Penanganan
pada saat pembongkaran untuk
dimasukkan ke dalam gudang  Membuang atau melempar material
 Memasang material tidak sesuai  Penangan material yang tidak hati-hati
gambar sehingga perlu diganti  Penyimpanan material yang tidak benar
karena material tidak bisa dipakai
lagi. d. Pelaksanaan
 Kesalahan pada pemotongan  Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga
material yang mengakibatkan sisa kerja
potongan material tidak dapat  Cuaca yang kurang baik
dipakai lagi  Penggunaan material yang salah dan
perlu diganti
b. Measure
 pengukuran dilapangan tidak tepat, e. Residual
jauh lebih besar dari pada apa yang  Sisa pemotongan material tidak dapat
dibutuhkan, sehingga menimbulkan dipakai lagi
waste .  Kesalhan pada saat pemotongan
material
c. Management f. Lain-lain
 Pesanan tidak dapat dilakukan  Kehilangan akibat pencurian
dalam jumlah kecil  Kurangnya pengontrolan material di
 Kondisi penerimaan kurang baik : proyek
 Material tidak dikemas
dengan baik 4.3 Mengetahui cara mengurangi construction
 Kerusakan material akibat material waste pada pada proyek ini
transportasi ke/di lokasi Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
proyek langkah-langkah dalam mengatasi waste
 Penyimpanan material yang tidak dilakukan tanya jawab dengan pelaku proyek,
benar akhirnya menyebabkan dalam hal ini pelaku proyek yang dimaksud
kerusakan sehingga tidak bisa dipakai adalah site manager proyek. Langkah-langkah
lagi; yang dihasilkan yaitu bersifat opini pelaku
proyek yang berasal dari pengalaman-
pengalaman dilapangan dan pengalaman
khususnya dari pelaksanaan proyek
Pembangunan Rumah Jabatan Rektor
Universitas Tanjungpura Pontianak. Secara

6
umum langkah-langkah meminimalkan waste b. Reuse
berdasarkan materialnya adalah sebagai berikut: Reuse (penggunaan ulang) merupakan
a. Man proses penggunaan ulang dari sisa material
 Melakukan pengawasan dan konstruksi yang masih bisa digunakan. Untuk
pembimbingan/arahan kepada pekerja. mempermudah kontraktor dalam penggunaan
 Memilih mandor yang berintegritas ulang berdasarkan tujuannya perlu dilakukan
pemisahan sisa material konstruksi berdasarkan
b. Measure jenis pekerjaannya.
 Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan
procurement harus intens dilaksanakan. c. Recycle
Recycle (daur ulang) merupakan proses
 Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum
pengolahan sisa material konstruksi menjadi
pendatangan material bila dirasa perlu.
material konstruksi yang memiliki kualitas yang
hampir sama dengan material yang baru.
c. Management
 Bekerja sama dengan proyek lain untuk
mengalihkan material yang tidak 4.4 Pengelolaan Sisa Material Konstruksi
terpakai. a. Besi
 Membuat kesepakatan akan kedatangan  Digunakan pada pekerjaan pembesian
material antara supplier dan kontraktor . selanjutnya.
Contoh: bila bata ringan terjadi  Dibuat sebagai penunjang pekerjaan
kerusakan 5 buah maka tanggu jawab lainnya
kontraktor, tapi kalau 5 buah maka  Kebanyakan besi tersisa dengan panjang
tanggung jawab supplier, supplier harus kecil dibuat ring balok, dudukan sloop
mengganti. dll.
 Pembuatan program penyimpanan  Dikirim ke proyek lain yang masih satu
material yang baik. Sistem perencanaan kontraktor ataupun dijual.
penyimpanan material yang baik akan
sangat berpengaruh terhadap Material besi ini termasuk material
peminimalisiran waste. “good waste” yang artinya dapat digunakan
 Menambah tim QA/QC dan pengawas di kembali pada pekerjaan. Selanjutnya dan ada
lapangan. yang dijual. Sisa material besi beton termasuk
direct waste karena secara fisik sisa dari
Pada setiap proyek jenis material yang material ini terlihat dan mempengaruhi
digunakan bermacam-macam. Dan hal itu lingkungan. Namun pada proyek besar
berpengaruh pada sisa material yang dihasilkan. pengolahan pembesian dilakukan lebih
Adapun cara-cara penanganan terhadap sisa profesional dengan tujuan efisiensi pemakaian,
material konstruksi salah satunya dengan waste contohnya dengan alat pengolah besi beton yaitu
hierarchy. Waste hierarchy mengaruh pad stirup bender.
konsep 3R, yaitu : Reduce (mengurangi), Reuse
(penggunaan ulang), dan Recycle (daur ulang).

a. Reduce
Reduce (pengurangan) material
konstruksi dalam hal ini dibagi menjadi 2 cara,
yaitu :
 Prevention (pencegahan), usaha yang
dilakukan untuk mencegah penggunaan
material yang dapat menghasilkan sisa
material konstruksi.
 Minimalization (minimalisasi), usaha
yang dilakukan untuk mengurangi sisa
material konstruksi.

7
5. KESIMPULAN DAN SARAN  Kondisi penerimaan kurang baik :
5.1 Kesimpulan  Material tidak dikemas dengan baik
Dari hasil penelitian dan analisis data yang  Kerusakan material akibat
telah dilakukan terhadap sisa material-material transportasi ke/di lokasi proyek
di lokasi proyek Pembangunan Gedung Rumah  Penyimpanan material yang tidak
Jabatan Rektor Universitas Tanjungpura benar akhirnya menyebabkan
Pontianak yang dihasilkan dari identifikasi kerusakan sehingga tidak bisa
construction material waste, maka dapat dipakai lagi;
disimpulkan beberapahal sebagai berikut:
d. Cara mengurangi construction
a. Material yang berpotensi memberikan material waste yang terjadi pada
kontribusi besar terhadap waste cost proyek iniberdasarkan materialnya
adalah material : adalah sebagai berikut:
 Papan triplek dengan waste cost Man
sebesar Rp 323.481.000,00  Melakukan pengawasan dan
 Besi ulir D10 mm dengan waste cost pembimbingan/arahan kepada
sebesar Rp 175.714.607,00 pekerja.
 Besi polos ɸ8 mm dengan waste cost  Memilih mandor yang berintegritas
sebesar Rp 34.320.864,00 Measure
 Besi ulir D16 mm dengan waste  Koordinasi tim lapangan, tim
costsebesar Rp 33.639.585,00 teknik dan procurement harus
 Batako press dengan waste cost intens dilaksanakan.
sebesar Rp 419.519,00  Pengecekan/ pengukuran ulang
sebelum pendatangan material bila
b. Berdasarkan kategori sisa material, dirasa perlu.
prosentase direct waste lebih besar dari Management
indirect waste, kecuali material pasir dan
 Bekerja sama dengan proyek lain
batu pecah dimana sebagian besar sisa untuk mengalihkan material yang
material yang terjadi mempengaruhi biaya tidak terpakai.
secara tersembunyi (hiddencost), sehingga
 Pembuatan program penyimpanan
kurang berpengaruh terhadap lingkungan.
material yang baik. Sistem
perencanaan penyimpanan material
c. Sumber dan faktor penyebab utama yang
yang baik akan sangat berpengaruh
mempengaruhi sisa material di lapangan
terhadap peminimalisiran waste.
adalah:
e. Berdasarkan kategori sisa material,
Man
prosentase direct waste lebih besar
 Memasang material tidak sesuai dari indirect waste, kecuali
gambar sehingga perlu diganti karena material pasir dan batu pecah
material tidak bisa dipakai lagi. dimana sebagian besar sisa
 Kesalahanm pada pemotongan material yang terjadi
material yang mengakibatkan sisa mempengaruhi biaya secara
potongan material tidak dapat dipakai tersembunyi (hiddencost),
lagi sehingga kurang berpengaruh
terhadap lingkungan.
Measure
 Kesalahan pada pemotongan material
yang mengakibatkan sisa potongan
material tidak dapat dipakai lagi

Management
 Pesanan tidak dapat dilakukan dalam
jumlah kecil

8
5.2 Saran Bossink, B. A. G., and Brouwers, H. J. H.,
Adapun saran-saran yang dapat Construction waste: Quantification and
penulis berikan yang berhubungan dengan source evaluation, Journal of
penulisan skripsi ini adalah: Construction Engineering and
a. Meskipun waste tidak dapat Management, March 1996. pp. 55–60.
sepenuhnya dihindari dalam
pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, Ervianto, W. I. (2004). Manajemen Proyek
usaha-usaha untuk mengurangi atau Konstruksi. Yogyakarta: Andi Offset.
mengeliminasi terjadinya waste
terutama pada waste yang sering terjadi Farmoso, C.T., et al., Material waste in building
harus dilakukan mengingat dampak industry: Main causes and prevention,
yang diakibatkan terhadap pelaksanaan Journal of Construction Engineering and
proyek konstruksi. Hasil penelitian ini Management, Agustus 2002, pp.316–325.
diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi pihak- Gavilan, R. M., and Bernold, L. E., Source
pihak yang terlibat dalampelaksanaan evaluation of solid waste in Building
proyek konstruksi dalam usaha construction, Journal of Construction
mengurangi dampak yang ditimbulkan Engineering and Management, September
oleh waste yang terjadi dalam 1994. pp.536 – 552
pelaksanaan proyek konstruksi
b. Perhitungan sisa material yang bisa Hartono, W., Sugiyarto, & Purba, D. H. (2015).
dimanfaatkan kembali dengan pola 3R Analisis dan Pengelolaan Sisa Material
(Reduce, Reuse dan Recycle) dalam Konstruksi dan Faktor Penyebab 3
rangka meminimasi pemborosan serta proyek Kelurahan Dintinjau Bagian
mengurangi dampak construction waste Pondasi Menggunakan Root Cause
terhadap lingkungan. Analysis (RCA).
c. Meskipun waste tidak dapat
sepenuhnya dihindari dalam Illingworth, J.R. 1998. Waste in the construction
peleksanaan sebuah proyek konstruksi, process.
usaha-usaha untuk mengurangi atau
mengeliminasi terjadinya waste Ismail. 2010. Penyebab Waste Material Pada
terutama pada waste yang sering terjadi Saat Pelaksanaan Pembangunan
harus dilakukan mengingat dampak Konstruksi Bangunan Gedung.
yang diakibatkan terhadap pelaksanaan
proyek konstruksi. Ritz, George, Total construction Project
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat management, McGraw-Hill Book
memberikan informasi yang berguna Company. 1994.
bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek konstruksi dalam Skoyles, E.F., Material wastage: A misuse of
usaha mengurangi dampak yang resources, Building Research and
ditimbulkan oleh waste yang terjadi Practice, July/April 1976, pp. 232–243.
dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Santoso, R. (2004). Tingkat Kepentingan dan
Alokasi Risiko pada Proyek Konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S, Hampson, K, Mohammed, Soeharto, I. (1999). Manajemen Proyek (dari
S.2004.Waste in The Indonesian Konseptual sampai Operasional). Jakarta:
Construction Projects Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai