Anda di halaman 1dari 7

“Limbah Kontruksi dari Pembangunan Pasar Tradisional”

Tuga sini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan
Dosen Pengampu : Dicky Nurmayadi, S.T,.M.T.

Disusun oleh :
Nama : RIDA HIRMILENI
NIM : 2003020056
Kelas : Teknik Sipil B

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA


Jl. Peta No.177, Kahuripan, Kec. Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Telp. (0265) 326058 Website : https://unper.ac.id/
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelasaikan Makalah tentang “Limbah
Kontruksi dari Pembangunan Pasar Tradisional”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa
Lingkungan. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari pihak yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada Dicky Nurmayadi, S.T,.M.T. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Rekayasa Lingkungan.

Tak lupa penulis juga berterimakasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan, moril dan kepercayaan yang sangat berarti. Tentunya makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.

Tasikmalaya, 4 Januari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pada proyek konstruksi akan menimbulkan limbah, baik itu berupa limbah padat,
cair, ataupun gas. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya limbah konstruksi.
Apabila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kegiatan
pada proyek konstruksi itu sendiri serta lingkungan di sekitar proyek.

proyek konstruksi diprediksi kedepan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan
pembangunan di Indonesia. Pada pelaksanaan proyek konstruksi kan selalu memberikan
dampak baik positif maupun negatif, salah satu dampak negatif yang muncul adalah
dihasilkannya limbah proyek konstruksi (construction waste). Peningkatan jumlah proyek
konstruksi secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah limbah yang
dihasilkan selama proses pembangunan proyek konstruksi. limbah konstruksi didefinisikan
sebagai suatu bahan yang tidak digunakan dan merupakan hasil dari proses konstruksi.

Penanganan dari limbah konstruksi di Indonesia masih sangat minim, hal tersebut terjadi
karena para pihak yang terkait beranggapan bahwa limbah konstruksi yang terjadi akan
menjadi sampah yang tidak berguna sehingga terkadang diabaikan tanpa adanya tindakan
penanganan untuk memanfaatkan atau mengurangi volume material yang tak terpakai dengan
cara-cara tertentu. Karena pada dasarnya limbah konstruksi haruslah melewati tahapan
reduce, reuse, dan recycle terlebih dahulu sebelum akhirnya limbah konstruksi dapat dibuang
pada tempat pembuangan akhir (disposal).

Dari kesedahan mengenai limbah kontruksi maka diperlukan suatu kajian untuk meninjau
sejauh mana pengelolaan limbah konstruksi yang sudah dilakukan serta faktor apa yang
menyebabkan timbulnya limbah konstruksi yang ada pada proyek pembangunan khususnya
Pasar Tradisional yang menjadi fokus dan isi makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas , didapat beberapa permasalahan diantaranya :

1. Limbah konstruksi (alat, bahan, dan sisa-sisa material),


2. Limbah yang ditimbulkan oleh tenaga kerja,
3. Dampak terhadap lingkungan selama proses konstruksi berlangsung.
4. Rencanakan Pengelolaan Lingkungan yang memungkinkan untuk mengurangi
dampak yang mungkin ditimbulkan.
C. Tujuan

Dari rumusan permasalahan diatas diperoleh tujuan yang penulis harapkan dari analisis
yang dilakukan yaitu untuk merencanakan hal apa yang bisa dilakukan untuk bisa
meminimalisir dampak negatif dari renovasi Pasar yang mungkin ditimbulkan yang mengacu
pada rumusan masalah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut KBBI Renovasi adalah pembaharuan, peremajaan, penyempurnaan(tentang


gedung bangunan dan sebagainya). Dalam dunia pembangunan sendiri renovasi adalah proses
merombak, memperbarui, meremajakan, memperbaiki, atau menyempurnakan struktur atau
bentuk, atau memberi desain tambahan pada bangunan. Renovasi suatu bangunan bisa juga
merupakan project untuk mengembangkan dan memperbarui interior bangunann yang ada
(termasuk mekanikal dan elektrikal), eksterior (misalnya, dinding, atap), atau perbaikan
lainnya pada suatu lahan (misalnya penambahan fasilitas). Akan tetapi dari proses renovasi
ini ada beberapa permaslaahan yang timbul diantaranya adalah limbah konstruksi dan
permasalahan lingkungan yang lainnya.

1. Limbah Konstruksi

Limbah konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu bahan yang tidak digunakan dan
merupakan hasil dari proses konstruksi yang berjumlah besar sehingga menimbulkan dampak
negatif pada lingkungan sekitar . bahan tersebut bisa berupa batu,beton,batu bara,
atap,instalasi listrik dan lain sebaginya. Dampak limbah konstruksi mempunyai dampak yang
signifikan terhadap lingkungan yang disebabkan oleh proses pembangunan dan
pembongkaran sebuah konstruksi.(Firmawan). Menurut Suryanto (2005), Andiani (2011),
dan Waluyo (2017) penyebab limbah konstruksi pada pelaksanaan konstruksi adalah sebagai
berikut: Sisa pemotongan/kelebihan material,Tidak ada perencanaan pemotongan
material,Kualitas material yang digunakan kurang baik sehingga mudah mengalami
kerusakan, Perilaku pekerja dilapangan yang keberatan memakai potongan-potongan sisa
material., Kesalahan/kecerobohan pekerja pada saat pelaksanaan di lapangan, Material yang
rusak/patah/tercecer, Tidak adanya sistem manajemen limbah yang diterapkan pada proyek,
Alat yang digunakan tidak berfungsi, Ketidakcakapan kontraktor dalam mengelola material
yang tersedia, Metode kerja yang kurang baik akibat pengetahuan yang dimiliki sangat
minim, Kemampuan tenaga kerja yang kurang dalam mengoperasikan alat, Tidak ada tempat
penyimpanan material, Tenaga kerja yang kurang terampil dan ahli, Tenaga kerja yang tidak
berpengalaman, Kesalahan dalam pencampuran material, Kerusakan material konstruksi
akibat disengaja, Ketidaksesuaian antara material dengan metode penyimpanannya,
Pemindahan material dari gudang ke lokasi proyek yang kurang baik, Kurangnya pengawasan
yang ketat dan berkala, Perbedaan ukuran material yang disiapkan dengan ukuran material
yang dibutuhkan, Kondisi cuaca yang buruk, Kedatangan material yang tidak dikoordinasikan
dengan baik, dan Kondisi gudang yang lembab sehingga mengakibatkan material lebih cepat
rusak. Tentunya keberadaan limbah tersebut sangat tidak di inginkan dan perlu adanya
penanganan supaya limbah tersebut tidak menjadi permasalahan yang berdampak terhadap
lingkungan.

Proyek konstruksi diartikan sebagai suatu kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, serta pengawasan yang mencakup pekerjaan sipil, arsitektural, mekanikal, dan
tata lingkungan yang bersifat kompleks. Sumber daya material di proyek berpengaruh besar
terhadap lingkungan, baik itu pengaruh yang positif maupun negatif. Aktivitas dalam
pelaksanaan proyek konstruksi menimbulkan dampak negatif pada lingkungan yang kurang
mendapat perhatian dari para pelaku jasa konstruksi. Pada setiap pelaksanaan sebuah proyek
konstruksi tidak dapat dihindari munculnya limbah konstruksi, baik yang masih bisa didaur
ulang ataupun yang sudah tidak dapat diolah kembali, sehingga dapat dikatakan proyek
konstruksi sangat erat kaitannya dengan limbah konstruksi yang dihasilkan.

Limbah kontruksi bisa didefinisikan sebagai suatu bahan yang tidak digunakan dan
merupakan hasil dari proses konstruksi. Sumber limbah konstruksi bisa dalam bentuk padat,
cair, gas, atau kombinasi dari semua bentuk tersebut. Limbah kontruksi bisa berupa limbah
dari alat, bahan, maupun sisa – sisa material.

Dilihat dari komposisinya, European Catalogue of Waste (Directive 75/442/CEE


dan 94/904/CE) mengklasifikasikan pembangunan dan pembongkaran limbah menjadi
delapan kelompok:

1. Campuran beton, batu bata, ubin dan keramik,


2. Kayu, kaca dan plastik,
3. Campuran beraspal, tar makadam dan produk tar lainnya,
4. Logam (termasuk paduan logam),
5. Tanah (termasuk yang digali dari daerah yang terkontaminasi), batu dan
penggalian tanah,
6. Bahan insulation dan bahan konstruksi yang mengandung asbes,
7. Gipsum berbasis material,
8. Campuran bahan pembangunan dan pembongkaran. Limbah pembangunan dan
pembongkaran biasanya meliputi limbah organik, seperti sisa makanan dan
bungkus yang dibuang di lokasi tersebut oleh pekerja konstruksi.

Sedangkan Berdasarkan Nabil Kartam dkk (2004), material dari limbah konstruksi
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang dijelaskan di bawah ini;

1. Material galian baik yang terkontaminasi atau tidak terkontaminasi


2. Puing-puing konstruksi jalan
3. Limbah konstruksi bangunan, yang mencakup semua bahan dari konstruksi
bangunan, renovasi atau pembongkaran (termasuk beton, kayu, plastik, kertas,
logam dll).
4. Produksi bahan bangunan, misalnya, semen, beton jadi, baja, kayu, jendela, pintu
dll

2. Limbah yang Ditimbulkan oleh Tenaga Kerja

Limbah yang Ditimbulkan tenaga kerja merupakan limbah yang dihasilkan atau hasil
dari kegiatan para tenaga kerja yang secara langsung maupun tidak secara langsung
berkaitan dengan proses kontruksi. Limbah yang ditimbulkan bisa berupa kelalaian tenaga
kerja. Kelalaian tenaga kerja akibat kesalahan pembacaan gambar material yang berlebihan
ataupun perubahan turut berperan dalam timbulnya limbah kontruksi dan belum banyak
kontraktor yang melaksanakan pengelolaan limbah kontruksi dari perkerjaan beton dengan
baik.

Limbah dari konsumsi para tenaga kerja seperti kategori sampah plastik sisa makanan
petugas yang dibuang di sekitar lingkungan kontruksi, kategori bahan kimia seperti bahan
water tropping dan bahan organik yang dihasilkan dari kantin para pekerja.

3. Dampak terhadap lingkungan selama proses konstruksi berlangsung.


Dampak yang diberikan oleh limbah konstruksi terhadap lingkungan, membuat perlu
adanya suatu pengelolaan limbah guna mengurangi dan meminimalisasi dampak yang
dihasilkan tersebut. Adapun hierarki pengelolaan limbah menurut Chun-li Peng (1994) dalam
Suprapto dan Wulandari (2009), terdapat empat hal penting yang harus dilakukan dalam
manajemen limbah konstruksi, diantaranya:

1. Reduction artinya meminimalisasi pemakaian material-material yang akan


menghasilkan limbah atau dapat juga menggunakan material secara efisien, sehingga secara
langsung akan mengurangi limbah yang dihasilkan. Contohnya adalah perencanaan dimensi
ruang serta bangunan yang memperhatikan dimensi material yang akan dipakai, misalnya
pada pekerjaan lantai, plafond, dan struktur bangunan lainnya.

2. Reuse artinya bahwa pada pelaksanaan proyek konstruksi material-material yang


masih dapat digunakan agar digunakan kembali selama kondisinya masih memungkinkan.
Contohnya penggunaan bekisting yang digunakan lebih dari sekali.
3. Recycling adalah menggunakan kembali sisa material yang ada dengan
mengolahnya menjadi suatu barang yang dapat digunakan kembali. Contohnya penggunaan
kayu dan triplek sisa sebagai bahan untuk membuat bekisting.

4. Landfilling adalah pilihan terakhir yang dilakukan dalam pengelolaan limbah yakni
pembuangan limbah tersebut ketempat pembuangan akhir. Landfilling dilakukan apabila
alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai