Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS BIAYA SISA MATERIAL PROYEK KONTRUKSI BANGUNAN

GEDUNG
(Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas 3 RSUD Tabanan)

Gede Aditya Premana(1), Putu Dana Pariawan Salain(2), I GA Istri Mas Pertiwi(3)
(1)
Mahasiswa Program Studi D-IV Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali,
Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali - 80364
E-mail : adityapremana028@gmail.com
(2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali,
Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali - 80364
E-mail : pdpsalain@yahoo.com
(3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali,
Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali - 80364
E-mail : maspertiwi72@yahoo.co.id

Abstrak: Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang
diisyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak
dapat digunakan lagi sesuai fungsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kuantitas sisa
material pada proyek, berapa biaya yang ditimbulkan oleh sisa material tersebut dan mengetahui solusi yang tepat
untuk mengurangi terjadinya sisa material yang akan terjadi. Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan
gedung rawat inap kelas 3 RSUD Tabanan). Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan
penentuan jenis material tidak tercampur terlebih dahulu kemudian dilakukannya perhitungan manual untuk
menghitung kuantitas sisa material dan memnentukan material yang dominan menggunakan metode diagram
pareto. Setelah itu dilakukan analisis biaya yang diawali dengan perhitungan wastage level kemudian mencari
perhitungan waste cost dan diakhiri dengan penentuan solusi yang efektif dengan tahapan waste heirarchy. Hasil
analisis data menunjukan bahwa terdapat 17 jenis material yang tidak tercampur dan kuantitasnya. Untuk material
yang dominan terdapat 3 material yaitu material besi pokok ø16, ø10, ø13. Untuk wastage level yang tertinggi
adalah material besi pokok ø13 dengan volume waste 4001,20 Kg dan wastage level 5,61% dan waste cost yang
tertinggi besi pokok ø16 dengan total waste cost sebesar Rp. 77.723.336,50. Sedangkan untuk hasil waste index
hasil yang diperoleh adalah 0,48, dan menggunakan patokan dari materi buku Australian Government yang
berjudul “Construction and Demolition Waste Guide - Recycling and Re-use Across The Supply Chain” dan
tahapan waste heirarchy sebagai solusi efektif untuk meminimalisirkan timbulnya sisa material yang berlebihan.

Kata Kunci : Sisa material, Diagram pareto, Wastage level, Waste cost, Waste index, Waste heirarchy

Abstract : The waste materials of the construction is defined as something that is in excess of the
requirements either in the form of work results or the remaining / scattered / damaged construction material so
that it cannot be used again according to its function. The purpose of this research is to find out the type and
quantity of the waste material in the project, how much the costs incurred by the waste material and to find the
right solution to reduce the occurrence of the waste material that will occur. The study was conducted on a class
3 inpatient building construction project at RSUD Tabanan). The method used to analyze the data is by
determining the type of material not mixed too first then doing a manual calculation to calculate the waste quantity
of material and determine the dominant material using the Pareto diagram method. After that the cost analysis is
carried out which begins with the calculation of wastage level then looks for the calculation of waste cost and
ends with the determination of an effective solution with the comcept of waste heirarchy. The results of data
analysis show that there are 17 types of material that are not mixed and their quantity. For the dominant material
there are 3 materials, namely the main iron material ø16, ø10, ø13. The highest wastage level is ø13 principal
iron material with waste volume of 4001.20 Kg and wastage level of 5.61% and the highest waste cost of ø16
principal iron with a total waste cost of Rp.77,723,336.50. As for the waste index results the results obtained are
0,48, and use the benchmark from the Australian Government book material titled "Construction and Demolition
Waste Guide - Recycling and Re-use Across the Supply Chain" and the waste heirarchy stages as effective solutions
to minimize the emergence of residual excessive material.

Keywords : Waste Material, Pareto diagram, Wastage level, Waste cost, Waste index, Waste heirarchy

1
I. Pendahuluan pengumpulan data baik dari referensi tertulis
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi maupun observasi langsung di lapangan.
bangunan, tidak akan dapat dihindari dengan Melakukan pengolahan dan interpretasi data sampai
penarikan kesimpulan atas permasalahan yang
munculnya sisa material konstruksi atau biasa
diteliti. Penelitian ini dimulai dari permasalahan lalu
disebut dengan Waste Materials. Sisa material melakukan kajian pustakan dan pengumpulan data
konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang yaitu data primer dan data sekunder. Dimana untuk
sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu data primer, penulis melakukan wawancara kepada
berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi orang yang bersangkutan di proyek. Sedangkan data
yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat sekundernya dilakukan dengan metode literatur
digunakan lagi sesuai fungsinya. Banyak faktor yang dengan pengumpulan dokumen-dokumen proyek
seperti RAB (Rencana Anggaran Biaya), Shop
menjadi sumber terjadinya sisa material konstruksi,
Drawing, As Built Drawing, Laporan Harian Setelah
antara lain desain, pengadaan material, penanganan data terkumpul, yang dilakukan selanjutnya adalah
material, pelaksanaan, residul dan lain-lain misal menganalisis waste material yang paling dominan
pencurian.[1] Material sebagai salah satu komponen menggunakan metode diagram pareto yang
penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan dilanjutkan dengan menganalisis berapa banyak
biaya suatu proyek, sehingga dengan adanya sisa biaya yang ditimbulkan oleh waste yang paling
material konstruksi yang cukup besar dapat dominan tersebut dan kemudian mencari solusi
efektif untuk mengatasi sisa material konstruksi
dipastikan terjadi pembengkakan pada sektor
yang terjadi. Hasil yang didapat dari rencana
pembiayaan. penelitian ini adalah mengetahui waste yang paling
Material adalah salah satu komponen penting dominan diproyek, dapat meminimalisrkan biaya
yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya yang ditimbulkan pada waste yang paling dominan
suatu proyek, maka dengan adanya sisa material dan mendapatkan solusi yang efektif untuk
konstruksi yang cukup besar dapat dipastikan terjadi mengatasi sisa material kontruksi yang terjadi.
pembengkakan pada sektor pembiayaan. Salah satu
implementasinya adalah sustainable building
dimana dalam penerapan kebijakannya berintegrasi
dengan lingkungan, ekonomi dan sosial. Integrasi
ketiganya terjadi saat proses perencanaan,
pelaksanaan konstruksi dan operasi pemeliharaan
suatu lingkungan terbangun [2].Material merupakan
salah satu komponen penting yang memiliki
pengaruh cukup erat dengan biaya suatu proyek,
maka dengan adanya sisa material konstruksi yang
cukup besar dapat dipastikan terjadi pembengkakan
pada sektor pembiayaan [3]. Sebuah studi terdahulu
menemukan bahwa penyebab utama dari adanya
waste saat fase desain adalah perubahan pada menit
– menit akhir tentang kebutuhan klien sehingga
desain yang sudah ada harus diperbaiki. Sedangkan
penyebab yang utama adanya waste pada fase
konstruksi adalah tentang pemotongan material.
Pengaruh dari cuaca menjadi faktor yang
dominan dan berpengaruh dalam waste konstruksi.
Hujan yang sangat deras dengan diiringi badai akan
mengacaukan material konstruksi yang ada di site,
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
seperti patahnya bekisting, mix beton akan menjadi
encer [4]. III. Hasil dan Pembahasan
3.1. Gambaran Umum Proyek
II. Metode Penelitian Proyek “Proyek Pembangunan Gedung
Metodologi penelitian adalah langkah- Rawat Inap Kelas 3 RSUD Tabanan”. Luas
langkah dan rencana dari proses berpikir dan Bangunan sebesar 325 m². Proyek pelaksanaan
memecahkan masalah, mulai dari penelitian proyek ini selama 180 kalender. Gedung ini
pendahuluan, penemuan masalah, pengamatan, dibangun dengan pondasi jenis bore pile. Dengan

2
niali kontrak Rp. 14.004.045.247,50- (Empat Belas
Miliar Empat Juta Empat Puluh Lima ribu Dua Ratus
Empat Puluh Tujuh Koma Lima Rupiah)

3.2. Jenis dan Kuantitas Sisa Material


Untuk penentuan jenis-jenis material ini
dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
pihak instansi proyek, dimana pertanyaan-
pertanyaan menyangkut tentang beberapa jenis
material yang ada di proyek tersebut serta
menanyakan juga tentang pengelolaan sisa material
pada proyek tersebut. Sehingga diperoleh 17 jenis
material yang tidak tercampur dengan material.
untuk perhitungan volume sisa material dapat dilihat
pada tabel 1. Gambar 2. Diagram Pareto

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Volume Sisa Material Dari gambar dan tabel diatas diketahui bahwa
Volume Material
material yang domina masuk dalam konsep Pareto’s
NO. MATERIAL SATUAN
Perencanaan Lapangan
VOLUME SISA MATERIAL Law 20-80 yakni yang nilainya masuk dalam
1 2 3 4 5 6 = (4 - 5) kumulatif 80% antara lain besi pokok ø16, besi
1 Kayu bekisting m3 10.84 9.25 1.59 pokok ø10, dan besi pokok ø13, dengan volume sisa
2 Kayu papan 3/20 klas 2 m3 0.54 0.52 0.02
3 Jaring kawat baja dilas kg 18021.26 17916.26 105.00 material pada ketiga jenis material yang dominan
4 Besi Pokok ø 16 kg 696512.54 689753.99 6758.55 tersebut adalah 15.828,69 Kg dengan biaya sisa
5 Besi Pokok ø 13 kg 71304.97 67303.78 4001.20
6 Besi Pokok ø 10 kg 193769.73 188700.79 5068.94
material sebesar Rp. 180.029.885,90 .
7 Besi Pokok ø 6 kg 567.73 540.01 27.72
8 Kawat beton kg 13749.25 13710.65 38.60
9 Sengkang besi ø 8 Kg 502.82 500.97 1.85
3.4. Wastage Level
10 Besi angker diameter 8 kg 5392.96 5236.86 156.10 Wastage Level memiliki tujuan untuk
11 Paku 5 - 10 cm kg 53.31 51.51 1.80
12 Kayu kelas III m3 177.74 174.15 3.59
mengetahui volume sisa material yang dilihat dari as
13 kayu meranti usuk m3 69.32 67.74 1.58 built drawing pada sisa material yang dominan dari
14 kayu kruing balok m3 0.61 0.60 0.01
15 Plywood tebal 9 mm Lbr 1603.91 1568.33 35.58 hasil analisa diagram pareto. Wastage level ini
16 Dolken kayu ø 8 - 10cm - panjang 4 m Batang 15354.17 15083.92 270.25
17 Paku 5 - 12 cm kg 1821.02 1780.53 40.50
dihitung menggunakan metode pendekatan dengan
rumus umum [5]:
Sumber : Analisis, 2019
Volume Sisa Material / Volume Kebutuhan Bahan
Hasil yang diperoleh dari tabel diatas Keterangan:
menghasilkan 17 jenis material yang tidak tercampur Vol. waste = Vol. material terpakai – Vol. material
dan menghasilkan perhitungan volume sisa material terpasang
yang paling tinggi berdasarkan volumenya adalah Vol. kebutuhan material = Vol. kebutuhan material
besi pokok ø16 yang ditinjau
Untuk perhitungan wastage level bisa dilihat pada
3.3. Analisis Sisa Material yang Paling tabel 3.
Dominan
Untuk menganalisis sisa material yang Tabel 3. Rekapitulasi RAP Bahan Setengah Jadi
dominan pada penelitian ini, digunakan Metode
Vol. Material Vol. Material Wastage Level
Pareto. Untuk perhitungan dengan metode diagram No Material Satuan Vol. Waste
Terpakai Terpasang (%)
pareto dapat dilihat pada tabel 2, dan pada gambar 2.
1 2 3 4 5 6 = ( 4 - 5 ) 7 = ( 6 / 4)
Tabel 2. Rekapitulasi Perhtiungan Diagram Pareto 1 Besi Pokok ø 13 Kg 71304.97 67303.78 4001.20 5.61%
NO. MATERIAL
Biaya Sisa
Persentase (%) Persensatse Komulative
2 Besi Pokok ø 10 Kg 193769.73 188700.79 5068.94 2.62%
Material
1 Besi Pokok ø 13 77.72 38.81% 38.81%
3 Besi Pokok ø 16 Kg 696512.54 689753.99 6758.55 0.97%
2 Besi Pokok ø 16 58.29 29.10% 67.91% Sumber : Analisis, 2019
3 Besi Pokok ø 10 23.03 11.50% 79.41%
4 Kayu kelas III 13.69 6.84% 86.24%
5
6
Dolken kayu ø 8 - 10cm - panjang 4 m
kayu meranti usuk
8.40
6.25
4.19%
3.12%
90.44%
93.56%
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material
7
8
Plywood tebal 9 mm
Jaring kawat baja dilas
4.82
3.15
2.41%
1.57%
95.97%
97.54%
yang memiliki presentase wastage level terbesar
9 Besi angker diameter ø 8 1.97 0.98% 98.52% adalah besi pokok Ø13 dengan volume waste sebesar
10 Kawat beton 1.40 0.70% 99.22%
11 Paku 5 - 12 cm 1.00 0.50% 99.72% 4001.20 Kg dan wastage level sebesar 5,61%.
12
13
Besi Pokok ø 6
Kayu papan 3/20 klas 2
0.31
0.15
0.15%
0.07%
99.87%
99.95%
Sedangkan material yang memiliki presentase
14 Paku 5 - 10 cm 0.04 0.02% 99.97% wastage level terkecil adalah besi pokok Ø16 dengan
15 kayu kruing balok 0.04 0.02% 99.99%
16 Sengkang besi ø 8 0.02 0.01% 100% volume waste sebesar 6758.55 kg dan wastage level
17 Kayu bekisting
£
0.001
200.28
0.00% 100%
sebesar 0,97%.
Sumber : Analisis, 2019

3
tersebut dilakukan perhitungan waste index
3.5. Waste Cost dirumuskan sebagai berikut:
Perhitungan waste cost dilakukan karena
ingin mengetahui apakah volume waste yang besar Waste Index = Wproyek
juga menghasilkan waste cost yang besar pula. GFA
Untuk perhitungan biaya waste tidak dilakukan Keterangan :
sampai menghasilkan true cost waste, tetapi hanya Wproyek= total waste keseluruhan dari proyek (m3)
untuk mengetahui kerugian dari biaya pembelian = VxN
saja. Karena untuk mendapatkan true cost waste V = volume truk (m3)
sangat sulit mengingat penerapan Management N = jumlah total banyak truk
Waste Plant belum terlaksana dengan sempurna. GFA = luas area proyek (m2)
Sehingga untuk mendapatkan data yang akurat dan
tepat sangat sulit. Perhitungan ini dilakukan karena 6 m3 x (3 x 3 x 6 )
ingin mengetahui apakah volume waste yang besar Waste Index = 663 m2
juga menghasilkan waste cost yang besar pula.
Perhitungan dilakukan dengan rumus pendekatan
sebagai berikut [6]:
Wastage Level x % Bobot Pekerjaan x Total Nilai Waste Index = 324 m3
Kontrak 663 m2
Keterangan : Waste Index = 0,48
Wastage level = volume waste pada perhitungan(%) Perhtiungan waste index yang dilakukan di
Bobot pekerjaan = jumlah harga material Surabaya antara lain pada gedung kuliah UBAYA
dibandingkan total nilai kontrak 0,25, proyek KKCC 0,08 dan proyek Royal Plaza
Total nilai kontrak = Rp. 14.004.045.247,50 0,12. Sedangkan yang diluar indonesia seperti di
Untuk perhitungan waste cost dapat dilihat pada Hongkong menghasilkan waste index pada proyek A
tabel 4. sebesar 0,21 dan pada proyek B sebesar 0,142.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Tabel 4. Perhitungan Waste Cost proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas 3
Vol. Material Vol. Material Wastage Level Bobot RSUD Tabanan memiliki waste index yang cukup
No Material Satuan Vol. Waste Harga Satuan Jumlah Harga Waste Cost
Terpasang Terpakai (%) Pekerjaan tinggi dibanding dengan proyek yang dijadikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 pembanding. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukan
1 Besi Pokok ø 13 Kg 67303.78 71304.97 4001.20 5.61% Rp 11,500.00 Rp 820,007,197.74 0.1 Rp 46,013,781.75 bahwa management pengoptimalan material proyek
2 Besi Pokok ø 10 Kg 188700.79 193769.73 5068.94 2.62% Rp 11,500.00 Rp 2,228,351,874.23 0.2 Rp 58,292,767.68 ini tidak maksimal, dibutuhkannya penelitian lebih
3 Besi Pokok ø 16 Kg 689753.99 696512.54 6758.55 0.97% Rp 11,500.00 Rp 8,009,894,243.03 0.6 Rp 77,723,336.50 lanjut beserta data pendukung lainnya yang lebih
Sumber : Analisis, 2019 lengkap untuk memutuskan suatu proyek telah
menerapkan pengoptimalan material atau belum.
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa
material yang memiliki waste cost terbesar adalah 3.7. Solusi Efektif untuk Pengelolaan Sisa
besi pokok Ø16 dengan total waste cost sebesar Rp. Material
77.723.336,50 Sedangkan pada tabel 4.4 yang Setelah dilakukannya semua analisis
menunjukkan ranking dari persentase waste level ditemukannya hasil material yang memiliki waste
yang terbesar adalah material besi pokok Ø13 material, volume material, dan biaya material yang
sebesar 5,61 %. paling tinggi adalah pada material besi. Oleh karena
itu penentuan materi yang digunakan untuk
3.6. Waste Index menentukan solusi efektif untuk pengelolaan sisa
Waste Index bertujuan untuk mengantisipasi material yang dominan agar tidak timbul adanya sisa
kuantitas dari waste yang mungkin dihasilkan dalam material yang berlebihan adalah pada pedoman buku
usaha meningkatkan kesadaran akan pentingnya Australian Government yang berjudul “Construction
manajemen waste, untuk meningkatkan rencana and Demolition Waste Guide – Recycling and Re-use
yang baik dalam manajemen sumber daya dan Across The Supply Chain”.
lingkungan dan untuk mengurangi waste yang a. Pra Konstruksi
dihasilkan selama proyek konstruksi berlangsung Tahap pra-konstruksi pembangunan adalah
disemua aspek proyek. waktu untuk meletakkan sisa material
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa di konstruksi rencana manajemen.
proyek ini untuk membuang waste yang dihasilkan b. Selama Konstruksi
di lokasi proyek menggunakan jenis pengangkut truk Kegiatan di lokasi selama konstruksi sangat
yang berukuran 6 m3 dan menggunakan jumlah penting dalam mencapai tujuan pengelolaan
pengangkut 6 buah, pembuangannya dilakukan limbah rencana.
secara rutin 3 kali setelah pekerjaan struktur selesai, c. Pasca Konstruski
kira-kira setiap tiga bulan. Sehingga dari informasi

4
Evaluasi: setelah proyek selesai mengevaluasi 2. Pihak perusahaan diharapkan agar lebih
perkiraan dalam Rencana terhadap pemborosan mempunyai perencanaan penanganan sisa
aktual dihasilkan dan pertimbangkan umpan material pada proyeknya agar tidak
balik dari personel. menimbulkan banyak biaya yang terbuang
Adapun cara-cara penanganan terhadap sisa hanya untuk sisa material saja.
material konstruksi jika tahap perencanaannya 3. Untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan
tidak sesaui dengan rencana salah satunya terhadap proyek keseluruhan sehingga dapat
dengan waste hierarcy. Waste hierarchy menyimpulkan waste index yang lebih pasti.
mengarah pada konsep 3R yaitu Reduce
(mengurangi), Reuse (penggunaan ulang),
Recycle (daur ulang). Pada tahap pasca DAFTAR PUSTAKA
konstruksi ini hanya menggunakan konsep
Reuse (penggunaan ulang) dan Recycle (daur
ulang). [1] Devia, Y.P., S. El Unas, and W.J.R.S. Nariswari,
Identifikasi Sisa Material Konstruksi dalam
IV. Kesimpulan upaya memenuhi bangunan berkelanjutan.
Berdasarkan dari hasil dari pembahasan bab IV 2012. 4(3): p. 195-203.
maka penulis dapat menyimpulkan : [2] Li, W., S.Y. Putra, and P.P. Yang. GIS analysis
1. Jenis material yang tidak tercampur adalah 17 for the climatic evaluation of 3D urban
jenis dan jumlah kuantitasnya masing-masing geometry. in The Development of GIS
yang telah dianalisis dengan diagram pareto Analytical Tools for Sky View Factor,
mendapatkan 3 jenis dan kuantitas sisa material GISDECO: Roceedings of the 7th
yaitu Besi pokok Ø16 dengan volume sisa International Conference on GIS for
material 6758,55 Kg ,Besi pokok Ø10 dengan Developing Countries, Johor, Malaysia.
volume sisa material 4001,20 Kg, Besi pokok 2004.
Ø13 dengan volume sisa material 5068,94 Kg [3] Putra, B.F., Analisis Faktor Penyebab dan
2. Hasil analsis biaya yang pertama menggunakan Mitigasi Waste pada Proyek Konstruksi
metode wastage level, hasil wastage level Gedung di Kota Surabaya. 2018, Institut
terbesar adalah besi pokok Ø13 dengan volume Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
waste sebesar 4001.20 Kg dan wastage level [4] Anggoro, A. S. (2008). Analisis
sebesar 5,61%. Hasil analisis yang kedua Perencanaan Cash Flow Optimal. Jurnal
adalah dengan menggunakan metode waste Sipil Statik, 1-94.
cost, yang menghasilkan waste cost terbesar [4] Intan, S., R.S. Alifen, and L.S.J.C.E.D. Arijanto,
adalah besi pokok Ø16 dengan total waste cost ANALISA DAN EVALUASI SISA
sebesar Rp. 77.723.336,50, dengan hasil waste MATERIAL KONSTRUKSI SUMBER
index yang diperoleh sebesar 0,48m. PENYEBAB KUANTITAS DAN BIAYA.
3. Solusi efektif yang digunakan untuk 2005. 7(1): p. 36-45.
meminimalisir terjadinya sisa material yang [5] Poon, C. S., Yu, A. T. W, Wong, S. W ., Cheung
berlebihan terjadi pada penelitian skripsi ini , Esther. 2004. Management of
berpatokan pada sumber buku Australian Construction Waste in Public Housing
Government yang berjudul “Construction and Project in Hongkong.
Demolition Waste Guide – Recycling and Re- [6] Branz. 2002. Easy Guide to Reducing
use Across The Supply Chain” dengan Construction Waste, New Zaeland.
dilakukannya beberapa tahapan-tahapan yang
diawali dengan pra-konstruksi, selama
konstruksi dan yang terakhir tahapan pacsa
konstruksi dan juga dilakukannya cara Waste
Hierarchy dengan konsep 3R yaitu Reduce
(mengurangi), Reuse (penggunaan ulang),
Recycle (daur ulang).

V. Saran-saran
Berdasarkan hasil dan analisa pembahasan,
maka ada beberapa hal penulis sarankan yaitu :
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
material yang diteliti sebaiknya lebih banyak
agar mendapatkan hasil yang lebih pasti dan
meyakinkan bahwa proyek tersebut
menghasilkan sisa material berapa pada
keseluruhan item pekerjaan pada proyek.

Anda mungkin juga menyukai