Struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding pada
bangunan sama sekali tidak menggunakan material bekas. Namun sisa-sisa
material dari proyek yang sama digunakan kembali sebagai material bagian
furniture dan ornament ruang atau didaur ulang dengan bekerja sama dengan
pihak ketiga.
Bahan baku utama dari proses kontruksi yaitu batu bata, tanah liat, batu, kayu,
semen, metal, kaca dan pipa. Batu bata merah didapatkan dari Dusun Jetak, Desa
Suruh Kalang, Karanganyar yang hanya berjarak sekitar 11.5 m dari lokasi tapak.
Kayu konstruksi berasal dari toko bangunan Kondang Murah yang berada di Jalan
K. H. Wachid Hasyim yang hanya berjarak sekitar 5 m. Semen didapatkan dari
Kendeng.
MRC 1
Tolak Ukur Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem
pendingin gedung
Poin 1
Analisis Sistem pendingin gedung menggunakan AC VRV 30PK.
Pendingin udara jenis VRV (Variable Refrigerant Flow) sangat
ramah lingkungan karena telah mengaplikasikan teknologi
ozone free dengan penggunaan refrigerant freon R410A. Tidak
seperti pendingin udara konvensional yang menggunakan
refrigerant freon R22 yang dapat merusak lapisan ozon bila
terjadi kebocoran, pendingin udara VRV tidak akan
menyebabkan kerusakan ozon yang dapat memicu pemanasan
global.
MRC 4
Poin 2
Analisis Pada furnitur kantor seperti meja kursi, dan lemari kebanyakan
menggunakan kayu mdf. Kayu jenis laminate parquet
digunakan untuk lantai pada lobby, plafond perpustakaan dan
beberapa ruang kantor. Jenis kayu ini biasa untuk lantai dengan
menggunakan 100% kayu original dengan menggunakan kayu
jati. Pembelian kayu berasal dari PT Sinar Wijaya Plywood
Industries yang telah memenuhi persyaratan CoC (Chain of
Custody) dari FSC (Forrest Stewardship Council).
Pengambilan kayu dari hutan yang telah bersertifikat, yang
berarti adanya perilaku tanggung jawab atas penebangan pohon
– pohon tersebut.
MRC 5
Tujuan Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan
mengurangi sampah konstruksi.
Tolak Ukur Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi
(tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya
material.
Poin 3
Analisis Terdapat tiga macam kontruksi prafabrikasi, yaitu; a)
pembuatan didalam pabrik, dimana komponen-komponen
mudah untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan, b)
pembuatan pada site dengan menggunakan alat – alat mekanik,
c) rangkaian dari komponen dirakit de dalam komponen –
komponen yang lebih luas. Pada kondisi tapak berada di tengah
kota, dan tapak tidak berada di jarak kurang lebih 200 km dari
pabrik perakitan bangunan, seperti pembuatan beton, maka
proses pembuatan berada di site dengan alat mekanik.
Komponen pracetak dari struktur berupa bagian pondasi yaitu
tiang pancang beton dan sistem sambungannya. Sedangkan
sistem strukturnya menggunakan sistem bresphaka. Terlihat
dari komponen kolom dan balok menggunakan beton ringan
yang berasal dari agregat kasar terbuat dari bahan abu terang.
Penggunaan material prafabrikasi mampu mengehemat waktu
pengerjaan dan jumlah material.
MRC 6
Kesimpulan :
Saran
Diharapkan bangunan yang telah memiliki nilai tinggi pada penilaian Green
Bulding menjadi objek kesadaaran masyarakat untuk lebih peduli akan
lingkungan.
Tinjauan Teori
Kontruksi Prefabrication
Terdapat klasifikasi sistem pracetak beton. Sistem pracetak dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
Sertifikat COC
Sertifikasi lacak balak atau Chain of Custody merupakan sistem sertifikasi yang
dikembangkan oleh FSC untuk memverifikasi asal usul bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi, berasal dari sumber yang bertanggung jawab,
kita memerlukan mekanisme yang dapat menelusuri asal usul bahan baku hasil
hutan sekaligus memastikan aman dari pencampuran bahan baku yang tidak
tersertifikasi. Karena berkaitan dengan produk maka sertifikasi chain of custdy
diterapkan pada seluruh pelaku rantai supply mulai kayu diolah, dibentuk,
dikemas, dan diangkut sampai ke tangan konsumen.
Penggunaan label FSC berguna untuk memberi tanda yang membedakan dari
produk lain yang tidak berasal dari sumber yang bertanggung jawab. Konsumen
yang ecosensitif memerlukan tanda yang memberikan informasi produk yang
dikonsumsinya berasal dari sumber yang bertanggung jawab. Selain itu juga
memberikan insentif kepada produsen bahwa produsen memiliki kesadaran
lingkungan yang tinggi sehingga menaikkan imagenya di mata konsumen yang
sadar lingkungan.