Anda di halaman 1dari 11

MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material (1)

Struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding pada
bangunan sama sekali tidak menggunakan material bekas. Namun sisa-sisa
material dari proyek yang sama digunakan kembali sebagai material bagian
furniture dan ornament ruang atau didaur ulang dengan bekerja sama dengan
pihak ketiga.

Selain itu, sebagian material yang digunakan merupakan material yang


dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Contohnya sun shading menggunakan
material ACP (Aluminim Composite Panel) yang dapat didaur ulang dan rangka
baja ringan yang dapat digunakan kembali.

MRC 2 Material Ramah Lingkungan (2)

Sebagian besar material bangunan berasal dari perusahaan yang sudah


memiliki sertifikat SNI ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan pada proses
produksinya sehingga dapat mengurangi jejak ekologi dari proses produksi
material.

Bangunan menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari


sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun).

MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (1)

Sistem pendingin gedung menggunakan AC VRV 30PK. Pendingin udara


jenis VRF (Variable Refrigerant Flow) sangat ramah lingkungan karena telah
mengaplikasikan teknologi ozone free dengan penggunaan refrigerant freon
R410A. Tidak seperti pendingin udara konvensional yang menggunakan
refrigerant freon R22 yang dapat merusak lapisan ozon bila terjadi kebocoran,
pendingin udara VRF tidak akan menyebabkan kerusakan ozon yang dapat
memicu pemanasan global.

MRC 4 Kayu Bersertifikat


Pada furnitur kantor seperti meja kursi, dan lemari kebanyakan menggunakan
kayu mdf. Kayu jenis laminate parquet digunakan untuk lantai pada lobby,
plafond perpustakaan dan beberapa ruang kantor. Jenis kayu ini biasa untuk lantai
dengan menggunakan 100% kayu original dengan menggunakan kayu jati.
Pembelian kayu berasal dari PT Sinar Wijaya Plywood Industries yang telah
memenuhi persyaratan CoC (Chain of Custody) dari FSC (Forrest Stewardship
Council). Pengambilan kayu dari hutan yang telah bersertifikat, yang berarti
adanya perilaku tanggung jawab atas penebangan pohon – pohon tersebut.

MRC 5 Material Prafabrikasi

Terdapat tiga macam kontruksi prafabrikasi, yaitu; a) pembuatan didalam pabrik,


dimana komponen-komponen mudah untuk dibuat dan nyaman untuk
pengangkutan, b) pembuatan pada site dengan menggunakan alat – alat mekanik,
c) rangkaian dari komponen dirakit de dalam komponen – komponen yang lebih
luas. Pada kondisi tapak berada di tengah kota, dan tapak tidak berada di jarak
kurang lebih 200 km dari pabrik perakitan bangunan, seperti pembuatan beton,
maka proses pembuatan berada di site dengan alat mekanik. Komponen pracetak
dari struktur berupa bagian pondasi yaitu tiang pancang beton dan sistem
sambungannya. Sedangkan sistem strukturnya menggunakan sistem bresphaka.
Terlihat dari komponen kolom dan balok menggunakan beton ringan yang berasal
dari agregat kasar terbuat dari bahan abu terang. Penggunaan material prafabrikasi
mampu mengehemat waktu pengerjaan dan jumlah material.

MRC 6 Material Regional

Bahan baku utama dari proses kontruksi yaitu batu bata, tanah liat, batu, kayu,
semen, metal, kaca dan pipa. Batu bata merah didapatkan dari Dusun Jetak, Desa
Suruh Kalang, Karanganyar yang hanya berjarak sekitar 11.5 m dari lokasi tapak.
Kayu konstruksi berasal dari toko bangunan Kondang Murah yang berada di Jalan
K. H. Wachid Hasyim yang hanya berjarak sekitar 5 m. Semen didapatkan dari
Kendeng.
MRC 1

Tujuan Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari


tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah yang
baru, sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan
akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan
material.

Tolak 1 Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan


Ukur lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad,
plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10%
dari total biaya material.
2 Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan
lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad,
plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20%
dari total biaya material.
Poin 1
Analisis Struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan
dinding pada bangunan sama sekali tidak menggunakan
material bekas. Namun sisa-sisa material dari proyek yang
sama digunakan kembali sebagai material bagian furniture dan
ornament ruang atau didaur ulang dengan bekerja sama dengan
pihak ketiga.
Selain itu, sebagian material yang digunakan merupakan
material yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali.
Contohnya sun shading menggunakan material ACP
(Aluminim Composite Panel) yang dapat didaur ulang dan
rangka baja ringan yang dapat digunakan kembali.
MRC 2 Material Ramah Lingkungan

Tujuan Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah


dan proses produksi material.

Tolak 1 Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem


Ukur manajemen lingkungan pada proses produksinya minimal
bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila
masih berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam
konstruksi berjalan.
2 Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur
ulang minimal bernilai 5% dari total biaya material.
3 Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari
sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka
pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya
material.
Poin 2
Analisis Sebagian besar material bangunan berasal dari perusahaan
yang sudah memiliki sertifikat SNI ISO 14001 Sistem
Manajemen Lingkungan pada proses produksinya sehingga
dapat mengurangi jejak ekologi dari proses produksi material.
Bangunan menggunakan material yang bahan baku utamanya
berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen
jangka pendek (<10 tahun).

MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP

Tujuan Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak


ozon.

Tolak Ukur Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem
pendingin gedung
Poin 1
Analisis Sistem pendingin gedung menggunakan AC VRV 30PK.
Pendingin udara jenis VRV (Variable Refrigerant Flow) sangat
ramah lingkungan karena telah mengaplikasikan teknologi
ozone free dengan penggunaan refrigerant freon R410A. Tidak
seperti pendingin udara konvensional yang menggunakan
refrigerant freon R22 yang dapat merusak lapisan ozon bila
terjadi kebocoran, pendingin udara VRV tidak akan
menyebabkan kerusakan ozon yang dapat memicu pemanasan
global.

MRC 4

Tujuan Menggunakan bahan baku kayu yang dapat


dipertanggungjawabkan asal – usulnya untuk melindungi
kelestarian alam.
Tolak 1 Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu
Ukur olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari
perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu.
2 Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC).

Poin 2
Analisis Pada furnitur kantor seperti meja kursi, dan lemari kebanyakan
menggunakan kayu mdf. Kayu jenis laminate parquet
digunakan untuk lantai pada lobby, plafond perpustakaan dan
beberapa ruang kantor. Jenis kayu ini biasa untuk lantai dengan
menggunakan 100% kayu original dengan menggunakan kayu
jati. Pembelian kayu berasal dari PT Sinar Wijaya Plywood
Industries yang telah memenuhi persyaratan CoC (Chain of
Custody) dari FSC (Forrest Stewardship Council).
Pengambilan kayu dari hutan yang telah bersertifikat, yang
berarti adanya perilaku tanggung jawab atas penebangan pohon
– pohon tersebut.

MRC 5
Tujuan Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan
mengurangi sampah konstruksi.
Tolak Ukur Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi
(tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya
material.
Poin 3
Analisis Terdapat tiga macam kontruksi prafabrikasi, yaitu; a)
pembuatan didalam pabrik, dimana komponen-komponen
mudah untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan, b)
pembuatan pada site dengan menggunakan alat – alat mekanik,
c) rangkaian dari komponen dirakit de dalam komponen –
komponen yang lebih luas. Pada kondisi tapak berada di tengah
kota, dan tapak tidak berada di jarak kurang lebih 200 km dari
pabrik perakitan bangunan, seperti pembuatan beton, maka
proses pembuatan berada di site dengan alat mekanik.
Komponen pracetak dari struktur berupa bagian pondasi yaitu
tiang pancang beton dan sistem sambungannya. Sedangkan
sistem strukturnya menggunakan sistem bresphaka. Terlihat
dari komponen kolom dan balok menggunakan beton ringan
yang berasal dari agregat kasar terbuat dari bahan abu terang.
Penggunaan material prafabrikasi mampu mengehemat waktu
pengerjaan dan jumlah material.

MRC 6

Tujuan Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk


distribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam energi
Tolak 1 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
Ukur pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi
proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material.
2 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia
bernilai minimal 80% dari total biaya material.
Poin 2
Analisis Bahan baku utama dari proses kontruksi yaitu batu bata, tanah
liat, batu, kayu, semen, metal, kaca dan pipa. Batu bata merah
didapatkan dari Dusun Jetak, Desa Suruh Kalang, Karanganyar
yang hanya berjarak sekitar 11.5 m dari lokasi tapak. Kayu
konstruksi berasal dari toko bangunan Kondang Murah yang
berada di Jalan K. H. Wachid Hasyim yang hanya berjarak
sekitar 5 m. Semen didapatkan dari Kendeng.

Kesimpulan :

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan


bahwa bangunan Kantor Stasiun Televisi dikatakan seusuai dengan konsep green
building pada kategori penggunaan sumber dan siklus material. Terdapat enam
penilaian yang telah dilakukan,yaitu;

a. Penggunaan gedung dan material: mendapat 1 poin dan dapat menghemat


sekitar 10% dari total biaya material
b. Material ramah lingkungan: mendapat 2 poin, memenuhi tolak ukur
pertama dan kedua, serta dapat menghemat sekitar 16% dari total biaya
material.
c. Menggunakan refrigerant tanpa ODP: mendapat 2 poin
d. Kayu bersertifikat: mendapat 2 point dengan menggunakan material kayu
bersertifikat COC
e. Material prafabrikasi: mendapat 3 point, karena dapat menghemat sekitar
30% dari total biayan material
f. Material regional: mendapat 2 point, bahan baku bangunan berasal dari
daerah yang dekat dan di dalam wilayah Solo.

Saran
Diharapkan bangunan yang telah memiliki nilai tinggi pada penilaian Green
Bulding menjadi objek kesadaaran masyarakat untuk lebih peduli akan
lingkungan.

Tinjauan Teori

Kontruksi Prefabrication

Prefabrication (prefabrikasi) adalah industrialisasi metodekonstruksi di mana


komponen!komponennya diproduksi secara missaldirakit (assemble) dalam
bangunan dengan bantuan crane dan alat!alatpengangkat dan penanganan yang
lain.

Ada tiga macam konstruksi prafabrikasi:

a. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen!komponen mudah


untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan
b. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat mekanik
c. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang
lebih luas

Terdapat klasifikasi sistem pracetak beton. Sistem pracetak dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:

a. Sebagai komponen struktur


- Tiang pancang beton dan system sambungan: ada beberapa bentuk dari
tiang pancang &entuk yang paling umum adalah persegi massif,
karena paling mudah dibuat. Varian lain adalah bentuk bulat berongga
(spinning) dalam cetakan yang berbentuk bulat.
- Pekat lantai pracetak: pada tahun 1984, komponen pracetak lantai
mulai dikenal di Indonesia pada bangunan menara BDNI. Bentuk yang
umum digunakan adalah pelat prategang berongga (hollow core slab).
- Girder jembatan dan jalan laying: komponen ini sangat popular karena
jelas lebih mudah dibandingkan struktur baja. Varian pertama
berbentuk void slab, dengan system prategang pratarik, varian
berbenetuk I, dengan system prategangpascatarik, varian berbentuk Y,
varian berbentuk box dengan system prategang pascatarik
- Turap: adalah struktur geoteknik yang fungsinya menanam perbedaan
tinggi tanah, misalnya pada struktur galian, kolam atau timbunan.
- Bantalan rel: sejak jaman Belanda bahan kayu popular digunakan
untuk bantalan sel
b. Sebagai system struktur
- System waffle crete (1995): system ini termasuk katagori system
dinding pemikul dengan komponen pracetak berupa panel lantai dan
panel dinding beton bertulang yang disambung dengan baut baja
- System column-slab (1996): keunggulan system ini terletak pada
perencanaan struktur elemen dan kepraktisan pemasangannya.
Pemasangan ini sangat cepat yaitu dua hari perlantai bangunan.
- System L shape wall (1996): komponen utamanya adalah dinding
pracetak beton bertulang L yang berfungsi juga sebagai dinding
pemikul
- System all load bearing wall (1997): komponen pracetaknya adalah
komponen dinding dan lantai beton bertulangmassif setebal 20 cm,
merupakan system dindign pemikul
- System bangunan jasubakim (1998): system ini termasuk kategori
system pracetak komposit hybrid berbentuk langka. System ini
mengkombinasikan monolit konversional, formwork dan pracetak ini
selain bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah
utnuk beton cor di tempat.
- System bresphaka (1999): ciri khas system ini adalah menggunakan
bahan beton ringan untuk komponen kolom dan balok. Bahan beton
ringan utamanya adalah agregat kasar yang terbut dari bahan abu
terang. Siri khas yang lain adalah kolom bententuk T serta komponen
lainnya adalah balok dan pelat.
- System, cerucuk matras beton: solusinya dengan menggunakan
cerucuk matras beton yang dapat dipaang sedalam yang direncanakan
dengan melakukan penyambungan, sehingga dapat diperoleh daya
dukung, penurunan dan tingkat kestabilanyang diinginkan.

Trifad Aong. PRINSIP DAN GAMBARAN UMUM KONSTRUKSI


PREFABRIKASI. https://www.academia.edu

Sertifikat COC

Sertifikasi lacak balak atau Chain of Custody merupakan sistem sertifikasi yang
dikembangkan oleh FSC untuk memverifikasi asal usul bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi, berasal dari sumber yang bertanggung jawab,
kita memerlukan mekanisme yang dapat menelusuri asal usul bahan baku hasil
hutan sekaligus memastikan aman dari pencampuran bahan baku yang tidak
tersertifikasi. Karena berkaitan dengan produk maka sertifikasi chain of custdy
diterapkan pada seluruh pelaku rantai supply mulai kayu diolah, dibentuk,
dikemas, dan diangkut sampai ke tangan konsumen.

Sertfikat chain of custody dapat diberikan jika lembaga sertifikasi dapat


memverifikasi asal usul kayu yang digunakan dalam produksi berasal dari sumber
yang bersertifikat FSC, selain itu dalam produksi, penanganan, pengemasan,
penyimpanan hingga sampai tangan konsumen tidak tercampur dengan bahan
baku lain yang tidak bersertifikat. Produk yang diproduksi oleh perusahaan yang
sudah bersertifikat CoC dapat menggunakan label FSC pada produknya.

Penggunaan label FSC berguna untuk memberi tanda yang membedakan dari
produk lain yang tidak berasal dari sumber yang bertanggung jawab. Konsumen
yang ecosensitif memerlukan tanda yang memberikan informasi produk yang
dikonsumsinya berasal dari sumber yang bertanggung jawab. Selain itu juga
memberikan insentif kepada produsen bahwa produsen memiliki kesadaran
lingkungan yang tinggi sehingga menaikkan imagenya di mata konsumen yang
sadar lingkungan.

Di negara-negara ecosensitif seperti Eropa dan Amerika tanda ekolabel memiliki


arti yang cukup signifikan karena menunjukkan keberpihakan perusahaan pada
lingkungan dan upaya perusahaan dalam mentaati kebijakan pemerintah yang
mewajibkan digunakannya sumber yang bertanggung jawab. Seperti misalnya
Lacey Act, EU Ecolabel, US Green Building Leadership in Energy and
Environmental Design (LEED)

Anda mungkin juga menyukai