Anda di halaman 1dari 44

Pengelolaan Lahan Rawa di

Indonesia
• Kuliah 12 Rekayasa Sungai dan Rawa
Pengertian Lahan Rawa
• Rawa = swamp, marsh, bog, flooded, waterlogged,
submerged land, wetland, dll
• Rawa Pasang Surut ( tidal swamps). Mendapat
pengaruh langsung atau tidak langsung oleh pasang
surut air laut atau sungai di sekitarnya
• Rawa Lebak (nontidal swamps, paya, lumo, lebung)
tidak dipengaruhi pasut, mendapat genangan > 3
bulan antara 25-50 cm
• Sebagian rawa terus ada airnya (stagnan)
• Umumnya rawa terairi saat musim hujan (bonorowo,
lebak)
Rawa Indonesia
• Rawa merupakan kekayaan alam Indonesia
• Suatu ekosistem yang kompleks dan unik
• Sumber air multi fungsi: mencegah intrusi air
asin dan banjir, proteksi alam dari erosi,
retensi sedimen, dll
• Pertemuan ekosistim dataran tinggi /
pegunungan dengan ekosistem pesisir/pantai
Data Rawa Indonesia
• Dari luas daratan Indonesia (198 juta ha) 20% adalah
rawa (33,4 juta ha terdiri dari rawa pasut 20 juta ha
dan lebak 13,4 juta ha)
• Rawa pasut: lahan gambut 10,9 juta ha, lahan sulfat
masam 6,7 juta ha, dan jenis tanah lainnya
• 1996 – 1994 telah dibuka 5 juta ha rawa,
mentransmigrasi 2 juta orang, ke 324 UPT
• Projek PLG Sejuta Ha: 5 triyun, proyek dihentikan.
2006 sebagian dilanjutkan.
Luas Rawa Indonesia sekitar 33,4 juta hektar

• Sumatera 10,9 juta Ha


• Kalimantan 10,5 juta Ha
• Sulawesi 1,5 juta Ha
• Irian Jaya 10,5 juta Ha
Rawa yang telah direklamasi untuk berbagai
keperluan persawahan, kebun, tambah, pemukiman,
oleh pemerintah, swasta maupun swadaya, sekitar
5,4 juta Ha baik rawa pasang surut maupun rawa
lebak
Sebaran rawa Indonesia
Rawa di Indonesia
Rawa Pasang Surut
• Hidrotopografi = hubungan elevasi topografi dengan
elevasi fluktuasi muka air sungai
• Berdasar kondisi hidrotopografi ; 4 kelompok rawa
pasang surut
Kategori
– 1 : selalu terluapi air pasang, padi –padi
– 2: tidak selalu terluapi, padi – polowijo
– 3 : tidak pernah terluapi, padi tadah hujan, palawija atau
tanaman keras yg ditanam di guludan
– 4 : air tanah lebih dalam dari 0,5 m, palawija, tanaman
keras
Ciri Khas Rawa Pasang Surut
• Merupakan tanah yang belum matang
(unriped soil)
• Di tempat tertentu mengandung pirit atau
tanah sulfat masam dan tanah gambut
• Permasalah utama: adanya air yang tersekap
pada periode yang lama (waterlogged) yang
bersifat racun dan menghambat terjadinya
proses pematangan/ameliorasi tanah.
Rawa Lebak
Berdasar kondisi hidrotopografi ada 3 (tiga)
kelompok rawa lebak
1. Lebak Pematang (genangan air relatif dangkal dengan
periode waktu pendek)
2. Lebak Tengahan (genangan air relatif agak dalam dengan
periode waktu agak lama)
3. Lebak Dalam (genangan air relatif dalam dengan periode
waktu lama dan terus menerus)
Reklamasi diprioritaskan pada lebak pematang dan lebak
tengahan (lebak dalam dalam dipertahankan seperti
keadaan alami)
Tipologi lahan rawa
Berdasar Kesulitan Berdasar Tinggi Berdasar Jenis
dalam Rendahnya
Pengelolaan Tanah
Luapan Air
Pertanian (Hidrotopografi)
• Tanah Gambut
• Lahan Potensial (peat soil)
• Lahan Sulfat • Pasang surut
• Tanah Marin
Masam (A, B, C, dan D)
Sulfat Asam
• Lahan Gambut • Lebak ( dangkal, (acid sulphate
• Lahan Salin tengahan, dalam) soil)
• Lahan Lebak • Tanah Aluvial
Non Sulfat Asam
Tipologi lahan rawa
1 Lahan potensial Jenis tanah sulfat masam dgn kadar pirit < 2% dan
berada pada > 50 cm dari muka tanah. Kendala produksi
kecil, mutu tanah tidak bermasalah.
2 Lahan suflat Lapisan pirit berada kurang dari 50 cm dari muka
masam tanah. Kendala produksi sedang sampai berat
3 Lahan Gambut Terbentuk dari bahan organik. Berdasar ketebalan
gambut dibedakan lahan gambut dangkal, sedang,
dalam, dan amat dalam. Kendala produksi sedang
sampai sangat berat
4 Lahan salin, Lahan rawa yang terkena pengaruh penyusupan air laut.
lahan yang Kendala produksi sedang sampai berat
bersifat payau

5 Lahan lebak , Mengalami genangan minmal 25-50 cm selama minimal


rawa non pasang 3 bulan dalam setahun. Kendala produksi sedang
surut sampai berat terutama dalam pengendalian air saat
musim hujan
Klasifikasi rawa
Tanah Sulfat Masam (cat clay)
• Cat clay (Inggris), katteklei (Belanda)=
lempung yang warnanya seperti bulu kucing –
kelabu bercak kuning pucat-
• Pirit (bahan sulfida) yang teroksidasi
mengahsilkan asam sulfat akibatnya tanah
menjadi masam (pH 2 – 3)
• Tanah sulfat masam potensial lapisan pirit >
50 cm dari permukaan tanah, pH sekitar 4
Klasifikasi lahan sulfat masam
Tipe A Kategori I Selalu mendapat luapan pasang, serta mengalami
pematusan (drain) secara harian. Umumnya
berada di pesisir pantai dan di sepanjang sungai

Tipe B Kategori II Mendapat luapan saat pasang tunggal (purnama)


pengatusannya harian. Meliputi wilayah sejauh <
50-100 km dari tepian sungai

Tipe C Kategori III TIdak mengalami luapan, mengalami pematusan


secara permanen. Pengaruh ayunan pasang
melalui resapan (seepage) muka air tanah < 50 cm
dari muka tanah
Tipe D Kategori IV TIdak mengalami pengaruh pasut, mengalami
pematusan secara terbatas. Muka air tanah > 50
cm dari muka tanah
Data Indonesia
• Jumlah penduduk 208 juta (th 2000)
diperkirakan 239 juta (th 2010) laju
pertumbuhan 1,5%, 3 juta per tahun
• Laju alih fungsi lahan pertanian 30 – 50 ha per
tahun
• Memerlukan tambahan pangan sekitar 1 juta
ton gabah kering giling (GKG) per tahun
Masalah:
Berkurangnya luasan lahan
sawah produktif
produksi beras menurun
Bertambahnya jumlah
penduduk
kebutuhan beras meningkat
Permasalahan
• Kurang beras, th 1977 importir beras utama
dunia 2 juta ton
• Swasembada 1984 -1989
• Impor lagi rata-rata 2 juta ton/th, th 1998
hampir 5 ton
• Impor besar melemahkan ketahanan petani
Meningkatkan produksi beras

• Intensifikasi : sistem pengairan, varitas


tanaman, pupuk, teknologi pasca panen,
proteksi hama, dll yang lebih baik.

• Ekstensifikasi : menambah luas lahan


persawahan
Mengapa Reklamasi
Rawa?
• Swamp is our future
• Budidaya rawa memberi dukungan pada
1. Pengembangan produksi pertanian
2. Mendukung transmigrasi
3. Pengembangan wilayah produktif
4. Mendukung Hankamnas
Peraturan Pemerintah No. 73/2013 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 73/2013 tentang Rawa
Pengelolaan Rawa
Perencanaan Pengelolaan Rawa

kuliah S1 2009/2010
Memperluas Sawah dengan
Mengembangkan Rawa
• Mahal • Jangan dilakukan, bila
• Kegagalan relatif tinggi ada pilihan lain
• Produksi rendah misalnya intensifikasi,
menjadikan sawah
• Risiko teknis
• Lingkungan • Masih adalah lahan
lain?
• Desain yang cermat
Syarat Utama

• Sistem Tata Air: Keadaan tata air di daerah rawa


biasanya kurang baik : Sistem tata air yang baik,

• Kualitas tanah, akibat air rawa yang selalu


menggenang dan membusuk mengakibatkan
rendahnya tingkat keasaman sehingga tanaman
tidak mungkin tumbuh dengan baik: Kualitas tanah
sangat perlu perbaikan
Permasalahan Reklamasi Rawa untuk
Persawahan
Adalah rendahnya hasil pertanian yang diperoleh,
karena……
1. keadaan tanahnya yang relatif belum matang
(belum cocok/sesuai ) untuk tanaman tertentu,
2. keadaan tata air yang belum stabil, dan
3. gangguan hama dan penyakit pada tanaman
4. kesiapan tenaga
Kualitas Tanah
Ada tanah rawa yang subur (endapan lumpur sungai).
Banyak yang kurang baik.
• tanah sulfat asam, tanah gambut, tanah salinitas
dengan kadar garam yang tinggi dan tanah yang
ditumbuhi rumput-rumputan
• Tanah sulfat-asam menimbulkan masalah bila
mengandung pirit
• Tanah gambut, perubahan bentuk dan sifat drainasi.
Perbaikan tanah gambut :

(a) teknologi hidrolika dengan pengaturan drainasi,


pemberian irigasi, kolmatasi dan lain-lain,
(b) teknologi kimia melalui penambahan kapur,
pemupukan, dan lain-lain,
(c) teknologi fisika/mekanis dengan melakukan
pembakaran untuk menambah unsur hara,
penurunan kadar air, pengolahan tanah dan lain-
lain, dan
(d) teknologi biologi melalui pelapukan dan
penghancuran bahan organik.
• Mempercepat pencucian dengan gerakan air
pasang surut
1. Sistem tata air :
2. Sistem Handil, Sistem Garpu
3. Sistem Garpu dengan Kolam,
4. Sistem Jaringan Kanalisasi
5. Sistem Polder
• sukses tidaknya reklamasi daerah rawa
pasang surut sangat ditentukan oleh faktor
pengaturan air atau faktor tata saluran.
Klasifikasi Reklamasi Rawa
Saluran drainasi saja
Sederhana Pembagian air belum ada
Tidak ada bangunan tata air permanen

Pembagian dan pemberian air kurang akurat


Setengah Ada tanggul-tanggul di sekeliling atau sebagian
teknis Ada saluran dan bangunan air permanen

Pembagian dan pemberian air akurat


Teknis Ada pompa, pintu, saluran dan bangunan air permanen
Polder yang lengkap
Pemasukan dan pengeluaran debit dapat diatur
Saluran pembuang terpisah dengan pembawa
Ada tanggul keliling yang mengisolasi daerah
Terletak di daerah rawa dipengaruhi pasut
Rawa Pemberian / pembuangan air memanfaatkan mekanisme
Pasang pasut
Saluran pembawa pembuang dapat terpisah atau menjadi
Surut satu.
Teknologi Reklamasi Rawa
Teknologi Membangun jaringan saluran agar
Hidrolika terjadi proses pematangan serta
konsolidasi tanah
Teknologi Mengeringkan dan menimbung
Fisika / tanah
Mekanis
Teknologi Memberikan zat-zat kimia
Kimia tambahan untuk proses
pematangan tanah
Teknologi Memilih tanaman dengan varitas
Biologi yang cocok dan yang dapat
mempercepat pematangan tanah
kuliah S1 2009/2010
Manfaatkan Pasang Surut
• Manfaatkan mekanisme
pasang-surut !
• Mekanisme pasang dan
surut digunakan untuk:
• Membuang air waktu air
surut.
• Mengairi dengan air pasang
yang berasal dari sungai
Sejarah pengembangan daerah rawa
• Sejak ratusan tahun, petani Bugis (Sulsel) dan Banjar (Kalsel) telah memanfaatkan
sumberdaya lahan rawa (disekitar sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Musi,
Batanghari, Indragiri, Rokan, Siak, Kampar)
• Dengan cara tradisional, hamparan terbatas, tata pengairan berupa parit (handil)
sepanjang 1 km sampai 2 km yang berhubungan langsung dengan sungai yang
dipengaruhi pasang surut
• 1924 – 1934 dibangun proyek rawa pasang surut Sisir Gunting (Sumut) dan
Purwasari (Kalsel) dengan sistem POLDER
• 1996 – 1994 telah dibuka 5 juta ha rawa, mentransmigrasi 2 juta orang, ke 324
UPT
• Projek PLG Sejuta Ha: 5 triyun, proyek dihentikan, lemah konsep, dukungan
kurang, kebijakan politik, 2006 sebagian dilanjutkan.
Lahan Rawa
INDONESIA

kuliah S1 2009/2010
• 1950 – 1960 mulai upaya reklamasi rawa nono
pasang surut: Polder Alabio, Kalsel (6 ribu Ha) dan
Mentaren Kalteng (2,3 ribu Ha)
• Program kanalisasi : Anjir Tamban, Serapat, Besarang,
Kelampan dan Marabahan (Kalsel dan Kalteng) :
sarana transportasi air dan mendorong pemanfaatan
rawa di sekitarnya.
• PJP 1 1,2 juta Ha rawa pasut kalimantan dan
sumatera. Kombinasi sistem kanalisasai dan sistem
parit/handil skala kecil (5-30 ribu Ha) masing-masing
unit terpisah.
• PJP 2 pengembangan rawa terpadu lintas
sektoral, di Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalbar.
Menerapkan pendekatan zona pengelolaan air
(water management zone)
• 1996 dimulai Proyek Pengembangan Lahan
Gambut 1 juta Ha di Kalteng, memakai prinsip
konservasi, jaringan tata air tertutup dan
terkendalai melalui sistem jaringan pengairan
yang mengintegrasikan fungsi drainasi, suplisi,
dan pengamanan banjir.
Perencanaan
sistem tata air
Keberhasilan Pengembangan Rawa

• Dukungan kebijakan pemerintah pusat/daerah


• Program kerja dan wewenang yang jelas
• Ketepatan pengelolaan tata air dan lahan
• Dukungan teknologi usaha tani
• Dukungan infra structrure
• SDM yang mencukupi
• Kondisi sosial/ekonomi/budaya yang
memungkinkan
Pertanian Padi
• di Indonesia, beras = makanan pokok.
• produksi beras dunia (2007) sekitar 645 juta
ton, 90% dihasilkan di Asia, terutama di India dan China.
• luas lahan pertanian Indonesia keenam
terendah di Asia Tenggara, 531m2/kapita
(tahun 2002)
• Thailand 1.606 , Vietnam 929 dan Kamboja
1.783 m2/kapita.
Pertanian Padi
• lahan pertanian Indonesia makin berkurang
• alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis 80 ribu
hektar per tahun .
• kemampuan cetak sawah nasional di bawah laju alih
fungsi tersebut.
• di jawa kepemilikan hanya 0,3 hektar/KK, di luar Jawa
1 hektar/KK.
• padalah, luas lahan ekonomis minimal 2 hektar di
Jawa dan lebih dari 10 hektar di luar Jawa
Pertanian Padi
• Indonesia konsumen beras tertinggi dunia ( tahun 2007
mencapai 139,15 kg/kapita/tahun).

• konsumsi (kapita/tahun) di Jepang hanya 60kg,


Malaysia 80 kg, Thailand 90 kg, rata-rata konsumsi
beras dunia sekitar 60 kg/kapita/tahun.
• Menurut ”pola pangan harapan PPH” angka ideal
konsumsi beras Indonesia 87 kg/kapita/tahun.
Pertanian Padi
• Jika tidak ada koreksi terhadap perubahan
Rencana Tata Ruang Wilayah, maka akan
mengorbankan lahan sawah subur 3,1 juta
hektar,
• di antaranya 1,67 juta hektar terjadi di Jawa
dan Bali.
• kontribusi produksi padi yang saat ini
mencapai 60% dipastikan akan terganggu.

Anda mungkin juga menyukai