FAKULTAS TEKNIK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, Tugas Besar mata kuliah Perancangan Jalan Rel dapat
diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hermanto Dwiatmoko, Dr,MSTr.,IPU dan Bapak Aditia Kesuma Negara Dalimunte, ST
yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada kami tentang perancangan jalan rel.
Segala hambatan dan rintangan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah
tugas besar ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami untuk meningkatkan kinerja
dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga makalah ini diharapkan dapat menjadi
makalah yang baik.
Kami harapkan makalah ini dapat membantu para pembaca dan serta kami sebagai
anggota kelompok untuk mengerti tentang Perancangan Jalan Rel. kami juga menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan kesempurnaan hanyalah milik
Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami selalu menerima kritik dan saran membangun
bagi kebaikan tugas atau laporan selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan apabila terdapat banyak kekurangan kami
mohon maaf yang setulusnya.
Kelompok 15
1.1.1.
PENDAHULUAN
Kereta api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien. Hal
ini dibuktikan dengan daya angkutnya yang baik berupa manusia maupun barang yang
lebih besar disbanding moda transportasi lain, kereta api lebih ekonimis, tertib, tepat
waktu , dan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat.
Kereta api sekarang ini sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena dirasa
lebih aman nyaman dan ekonomis. Dan semakin meningkatnya kebutuhan daya angkut,
sarana transportasi harus lebih ditingkatkan demi berkembangnya perkereta apian di
Indonesia
Kereta api merupakan salah satu alternative transportasi yang diminati sebagian
besar masyarakat terutama di Pulau Jawa. Jumlah kecelakaannya pun lebih kecil. Perlu
adanya pengembangan terhadap fasilitas perkereta apian Indonesia baik segi mutu
pelayanan dan kualitas gerbong serta jalan rel yang memadai
Alinemen jalan rel merupakan arah dan posisi sumbu rel yang terdiri dari bagian
lurus, alinemen horisontal dan alinemen vertikal. Kriteria perencanaan alinemen yang
baik mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
1. Fungsi jalan rel
Alinemen jalan rel harus memenuhi tujuan dari penggunaannya. Secara umum jalan
tersebut berfungsi sebagai pelayanan transportasi/pergerakan orang atau barang yang
menghubungkan tempat-tempat pusat kegiatan.
2. Keselamatan
Jalan rel dirancang untuk menghindari adanya kecelakaan, baik keselamtan yang terjadi
pada lalu lintas kereta api dan interaksi terhadap jalan raya.
3. Ekonomi
Jalan rel dibangun dengan mempertimbangkan biaya pembangunan, pemeliharaan dan
operasi, manfaat dari pembangunan jaln rel baik secara makro maupun mikro.
4. Aspek Lingkungan
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kriteria yang perlu diperhatikan untuk merencanakan geometric jalan rel.
2. Mengetahui teknik dan peraturan untuk merencanakan geometrik jalan rel yang
digunakan di Indonesia.
3. Memahami dasar-dasar, kriteria dan ketentuan umum perencanaan alinemen jalan rel
yang baik sesuia dengan Peraturan Dinas No.10 tahun 1986.
4. Merencanakan alinemen horisontal geometrik jalan rel secara lengkap dan memahami
hubungan diantara komponen jari-jari lengkung, peninggian rel dan kecepatan kereta
api di lengkung.
Pada saat kereta api melalui lengkung horizontal, kedudukan kereta/ gerbong lokomotif,
gaya berat kereta, gaya sentrifugal yang timbul dukungan komponen struktur jalan rel dapat
digambarkan sebagai berikut.
keterangan :
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
Pada kedudukan seperti diilustrasikan pada gambar, untuk berbagai kecepatan yang akan
direncanakan jari-jari minimum yang digunakan perlu ditinjau dari dua kondisi, seperti :
• gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh berat dan kemampian dukung
komponen struktur jalan rel.
Suatu kondisi dimana gaya sentrifugal yang timbul, tidak didukung oleh gaya-gaya lainnya.
Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut :
c= m.V2/R
dengan
c= gaya sentrifugal
sehingga h= w.V2/g.R2
w : jarak antara kedua titik kontak roda dan rel, sebesar 1120 mm,
diketahui
h= 8,8.V 2/R
sehingga
R= 8,8.V 2/h
maka
R= 8,8 . V2/110
Rmin = 0,08. V2
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat dan Kemampuan Dukung
Komponen Struktural Jalan Rel
Kemampuan dukung komponen struktur jalan rel yang dimaksud di sini ialah kemampaun
dukung total yang dapat diberikan oleh komponen struktur jalan rel, yaitu : rel, sambungan
rel, penambat rel, bantalan dan balas.
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan dukung komponen
jalan rel, sehingga menimbulkan persamaan sebagai berikut:
Gtana= m.V2/R - D)
D = m.a
dimana :
m = massa (kg)
• Indonesia menggunakan lebar sepur (track) 1067 mm (3 feet 6 inch) yang tergolong pada
sepur sempit (jarak terpendek rel yang satu sampai sisi dalam rel lainnya).
• Pada jalur lurus, besarnya lebar sepur tetap yaitu 1067 (Indonesia) seperti diilustrasikan
pada gambar. Lebar sepur dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut :
S = r + 2.f + 2.c
dengan ketentuan :
x 2−x 1
Azimuth (a) = arc Tan
y 2− y 1
6597.5−3300
Azimuth (aA) = arc Tan
7200−6100
Azimuth (aA) =71° 33’ 7.27” ~ 157°27’0”
71° 33’ 7.27” dikonversikan menjadi 157,45° (Sesuai ketentuan tugas ) atau senilai
157°27’0”, jadi rumus perhitungan azimuth selanjutnya adalah
x 2−x 1
Azimuth (a) = arc Tan + (157°27’0”-71° 33’7.27”)
y 2− y 1
x 2−x 1
Azimuth (a) = arc Tan + 85°53’52.73”
y 2− y 1
x 2−x 1 α1 =103°9’29.23”
α1 = arc Tan + 85°53’52.73”
y 2− y 1
x 2−x 1
α2 = arc Tan + 85°53’52.73”
7362−6597.5 y 2− y 1
α1 = arc Tan +
8205−7200
85°53’52.73” 8700−7362
α2 = arc Tan + 85°53’52.73”
8790−8205
α1 = 37°15’36.5”+ 85°53’52.73”
K = x – R . Sinθs
= 113.226 – 700.sin(4.64)
= 56,609
P = y – R (1 – cosθs)
= 3,056 – 700 (1 – cos(4,64))
= 0,763 m
Et = (R + P) sec(∆1 /2)- R
= (700 + 0,763) sec(54°17’30.77”/2) – 700
= 87.51 m ~ 88 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (700+ 0.763) tan(54°17’30.77”/2) + 56.609
= 415.917 m ~ 416 m
L total = LC + 2 LS
= 549.664 + 2 x 113.3
= 776.264 m
Perhitungan pada tikungan 1 (track 1)
a) Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
R min = 0,054 x V2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
R rencana = 700 – 2
= 698 m
b) Perancangan peninggian rel
h = 5.95 x Vmaks2/Rrencana
= 5.95 x 1102/698
= 103.145 mm
h min = 8,8 x Vmaks2/R – 53.54
= 8.8 x 1102/698 – 53.54
= 99.01 mm
h min < h , sehingga digunakan peninggian rel sebesar h = 104 mm
= 87.281 m ~ 87.3 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (698+0.78).tan(54°17’30.77”/2) + 57.16
= 415.45 m ~ 415 m
L total = LC + 2 LS
= 546.67 + 2 x 114.4
= 775.47 m
Perhitungan pada tikungan 1 (track 2)
a) Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
R min = 0,054 x V2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
R rencana = 700 + 2
= 702 m
b) Perancangan peninggian rel
h = 5.95 x Vmaks2/Rrencana
= 5.95 x 1102/702
= 102.557 mm
h min = 8,8 x Vmaks2/R – 53.54
= 8.8 x 1102/702 – 53.54
= 98.141 mm
h min < h , sehingga digunakan peninggian rel sebesar h = 103 mm
c) Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h x Vmaks
= 0,01 x 103 x 110
= 113.3 m
d) Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360. Ls
θs =
4. π . R
360.113,3
=
4. π .702
= 4.626°
θc = ∆1 – 2.θs
= 54°17’30.77”– 2x4.626°
= 45°2’23.93”
e) Panjang lengkung lingkaran
Lc = θc/360 x 2 π R
= 45°2’23.93”/360° x 2.π.702
= 551.558 m
3
Ls
x = Ls−( )
40. R2
113.33
= 113.3−( 2
)
40.702
= 113.226 m
y = 𝐿𝑠2/6R
= 113.32/6 x 702
= 3.048 m
K = x – R . Sinθs
= 113.227 – 702.sin(4.626)
= 56.61
P = y – R (1 – cosθs)
= 3.048 – 702 (1 – cos(4.626))
= 0.761 m
Et = (R + P) sec(∆1 /2)- R
= (702 + 0,761) sec(54°17’30.77”/2) – 702
= 87.75 m ~ 88 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (702+0.761).tan(54°17’30.77”/2) + 56.61
= 416.941 m ~ 417 m
L total = LC + 2 LS
= 551.558 + 2 x 113.3
= 778.158 m
3
Ls
x = Ls−( )
40. R2
113.33
= 113.3−( 2
)
40.700
= 113.226 m
y = 𝐿𝑠2/6R
= 113.32/6 x 700
= 3.056 m
K = x – R . Sinθs
= 113.226 – 700.sin(4.64)
= 56,609
P = y – R (1 – cosθs)
= 3,056 – 700 (1 – cos(4,64))
= 0,763 m
Et = (R + P) sec(∆1 /2)- R
= (700 + 0,763) sec(49°7’26.25”/2) – 700
= 70.48 m ~ 70.5 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (700+ 0.763) tan(54°17’30.77”/2) + 56.609
= 376.881 m ~ 377 m
L total = LC + 2 LS
= 486.558 + 2 x 113.3
= 713.158 m
Perhitungan pada tikungan 2 (track 1)
a) Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
R min = 0,054 x V2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
R rencana = 700 – 2
= 698 m
K = x – R . Sinθs
= 114.323 – 698.sin(4.7)
= 57.158
P = y – R (1 – cosθs)
= 3,125 – 698 (1 – cos(4,7))
= 0,78 m
Et = (R + P) sec(∆1 /2)- R
= (700 + 0,78) sec(49°7’26.25”/2) – 698
= 70.3 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (700+ 0.78) tan(49°7’26.25”/2) + 56.609
= 376.524 m ~ 377 m
L total = LC + 2 LS
= 486.744 + 2 x 114.4
= 712.544 m
Perhitungan pada tikungan 2 (track 2)
a) Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
R min = 0,054 x V2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
R rencana = 700 + 2
= 702 m
b) Perancangan peninggian rel
h = 5.95 x Vmaks2/Rrencana
= 5.95 x 1102/702
= 102.557 mm
h min = 8,8 x Vmaks2/R – 53.54
= 8.8 x 1102/702 – 53.54
= 98.14 mm
h min < h , sehingga digunakan peninggian rel sebesar 103 mm
= 70.68 m ~ 71 m
Tt = (R + P) tan ∆1/2 + K
= (700+ 0.763) tan(54°17’30.77”/2) + 56.609
= 377.794 m ~ 378 m
L total = LC + 2 LS
= 486.272 + 2 x 113.3
= 714.872 m
= 13.060,22
SC 1 = Stasioning TS 1 + LS 1
= 13.060,22 + 113,3
= 13.173,52
CS 1 = Stasioning SC1 + LC 1
= 13.173,52 + 549,66
= 13.723,18
ST 1 = Stasioning CS 1 + LS 1
= 13.723,18 + 113,3
= 13.836,48
= 14.306,41
SC 2 = Stasioning TS 2 + LS 2
= 14.306,41 + 113,3
= 14.419,71
CS 2 = Stasioning SC 2 + LC 2
= 14.419,71 + 486.56
= 14.906,27
ST 2 = Stasioning CS 2 + LS 2
= 14.906,27 + 113,3
= 15.019,57
= 13.173,52 + (549,66 / 2)
= 13.448,35
= 14.419,71 + ( 486,56 / 2)
= 14.662,99
B = Stasioning ST 2 + (dB2 – Tt 2)
= 16.476,25
a) Titik A
b) Titik TS1
c) Titik SC1
d) Titik TS 2
e) Titik SC 2
f) Titik B
a) Tanah Dasar
Tanah dasar tidak dapat dihitung karena pada data kontur yang diberikan tidak ada data
elevasi tanah.
b) Bantalan
6.199,16
: x2
0,6
: 20.664 Bantalan
c) Rel
: 6.199,16 x 4
: 24.796,64 = 24.797 m
d) Batu Balas
Area : 1.9052 m2
Tebal : 30cm
0,02
: x 3.476,13
0,12
: 579,355 m
Volume Balas : (Panjang track total – panjang jembatan) x Luas Area Balas
: 10.706,85 m3
Note : Volume dikurangi panjang jembatan karena pada struktur jembatan rel tidak
menggunakan balas
e) Base Course
Area : 5,025 m2
Tebal : 35cm
0.02
: x 3476.13
0.12
: 579,355 m
Vol. Base Course : (Panjang track total – panjang jembatan) x Luas Area Balas
: 28.239,52 m3
Note : Volume dikurangi panjang jembatan karena pada struktur jembatan rel tidak
menggunakan balas
1.1.4.
PENUTUP
Kereta api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien. Hal ini
dibuktikan dengan daya angkutnya yang baik berupa manusia maupun barang yang lebih
besar disbanding moda transportasi lain, kereta api lebih ekonimis, tertib, tepat waktu , dan
konsumsi bahan bakar yang lebih hemat.
Alinemen jalan rel merupakan arah dan posisi sumbu rel yang terdiri dari bagian
lurus, alinemen horisontal dan alinemen vertikal. Kriteria perencanaan alinemen yang baik
mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
Perencanaan geometri jalan rel merupakan bagian dari perencanaan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan
rel. Geometri jalan rel baik pada arah memanjang maupun arah melebar, meliputi : lebar
sepur, kelandaian, tikungan horizontal dan lengkung vertikal, peninggian rel, pelebaran
sepur. Geometri jalan rel direncanakan dan dirancang agar mencapai hasil yang efektif,
efisien, aman, nyaman, selamat, dan ekonomis.