Anda di halaman 1dari 64

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
www.umy.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
2015/2016
ii |

ii |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga Buku
Pedoman Praktikum Perancangan Jalan dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Modul ini dibuat bertujuan sebagai referensi dan panduan pemahaman dalam teori
perancangan jalan. Buku ini berisi tentang tahap tahap perencanaan proyek suatu jalan raya dimulai
dari pembuatan geometrik, perhitungan tebal perkerasan jalan hingga Rencana Anggaran Biaya
(RAB).Isi buku ini disusun berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya, dan juga aturan dari Direktorat Jendral Bina Marga.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
akan diterima dengan senang hati.
Akhirnya diucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya buku panduan ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,

Maret 2016

Tim penyusun

ii |

ii |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


TIM PENYUSUN

NAMA

NIP/NIK

Posisi

197010032005012002

Koordinator

Sri Atmaja P, S.T., M.Sc.(Eng)., Ph.D., P.Eng.

19780415200004123046

Anggota

Ir. Mandiyo Priyo, M.T.

19550218199409123016

Anggota

Anita Rahmawati, S.T., M.Sc.

19770612201010123058

Anggota

Ir. Wahyu Widodo., M.T.

19196311281992031002

Anggota

Muchlisin, S.T., M.Sc.

19850715201507123081

Anggota

Emil Adly, S.T., M.Eng.

19820612201604123098

Anggota

Dian Setiawan. M., S.T., M.Sc., Sc.

19880730201604123095

Anggota

Dr. Noor Mahmudah, S.T., M.Eng.

iii |

ii |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... .................................... ii
TIM PENYUSUN ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iv
NOTASI .......................................................................................................................................... v
BAB I. Ketentuan Jalan ................................................................................................................. 1
BAB II. Perencanaan Alinemen horisontal .....................................................................................2
A. Perhitungan Klasifikasi Medan .............................................................................. 2
B. Perhitungan Koordinat dan Jarak .......................................................................... 3
C. Perhitungan Sudut ................................................................................................. 4
D. Perhitungan Tikungan .......................................................................................... 4
E. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting ..........................................................10
F. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan ..................................................................11
G. Perhitungan Jarak Pandang Horisontal ................................................................ 12
H. Kebebasan Samping ..............................................................................................12
BAB III. Perencanaan Alinemen Vertikal .................................................................................... 14
A. Umum .................................................................................................................... 14
B. Perhitungan Kelandaian Jalan............................................................................... 14
C. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting .......................................................... 15
D. Perhitungan Lengkung Vertikal ......................................................................... 15
E. Gambar Penampang Melintang Pada Tikungan .................................................. 19
F. Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukaan Jalan............. 20
BAB IV. Perhitungan Galian dan Timbunan .............................................................................. 22
A. Perhitungan Luas Tampang Potongan Galian dan Timbunan .............................. 22
B. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan ....................................................... 22
BAB V. Desain Perkerasan Jalan ............................................................................................... 24
A. Umum ................................................................................................................. 24
B. Dasar teori .......................................................................................................... 24
C. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur ................................................................ 41
BAB VI. Rencana Angaran Biaya (RAB) .................................................................................... 45
A. Umum ................................................................................................................. 45
B. Dasar teori .......................................................................................................... 45
C. Bagan Alir Perhitungan RAB ............................................................................. 47
D. Perhitungan RAB ............................................................................................... 48

iii |

ii |

TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

NOTASI
Vr

= Kecepatan Rencana

= Sudut Belok

= Waktu tempuh pada Lengkung Peralihan

emaks

= Superelevasi Maksimum

en

= Superelevasi Normal

re

= Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan

fmaks

= Koefisien Gesekan Maksimum

Dmaks = Nilai Derajat Lengkung Maksimum


ed

= Superelevasi Desain

Rd

= Jari-jari Rencana (m)

= Perubahan percepatan 0.3-1.0, disarankan 0.4 (m/det3)

Ls

= Panjang Lengkung Peralihan

P1

= Sudut Belok Tikungan P1 ()

= Sudut Lengkung Peralihan/Spiral ()

= Sudut Lengkung Lingkaran/Circle ()

Lc

= Panjang Lengkung Lingkaran/Circle

= lebar lintasan kendaraan truk pada tikungan

= lebar tambahan akibat kelelahan pengemudi

Td

= Lebar tambahan akibat adanya tonjolan depan

Wc

= Lebar perkerasan yang diperlukan ditikungan

Fp

= koefisien gesek antara roda dengan jalan

= kelandaian jalan

Jh

= Jarak pandang henti

Jd

= Jarak pandang menyiap

= Kebebasan samping

Lv

= Panjang lengkung vertikal (m)

= Perbedaan kelandaian (tanpa satuan %, merupakan nilai mutlak)

PPV

= Pusat Perpotongan vertikal

PLV

= Permulaan Lengkung Vertikal

PTV

= Permulaan Tangen Vertikal

EV

= Pergeseran Vertikal PPV, Ke permukaan jalan rancana (m)

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB I
KETENTUAN JALAN
Penentuan kriteria dan klasifikasi jalan yang akan direncanakan ditentukan berdasarkan ketentuan
pokok dan dasar perencanaan. Kriteria dan klasifikasi tersebut adalah:
1.

Kriteria: Kelas jalan, Stationing titik A, Koordinat titik A, Azimuth titik A, dan Elevasi
muka jalan di titik A.

2.

Klasifikasi jalan ditentukan berdasarkan kelas jalan dan parameter-parameter berikut:

1|

a.

Kecepatan rencana (Vr)

b.

Lebar ROW

c.

Lebar perkerasan ( lebar perkerasan = B ; lebar normal = Wn)

d.

Jumlah lajur (n)

e.

Lebar bahu

f.

Lereng melintang perkerasan

g.

Lereng melintang bahu

h.

Kemiringan tikungan max

i.

Jari-jari lengkung minimal (R min)

j.

LHR

k.

Landai relatif (1/m)

1|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB II
PERENCANAAN ALINEMEN HORISONTAL
Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang
kertas (peta) yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung horisontal adalah
bagian yang lengkung dari jalan yang ditempatkan di antara dua garis lurus untuk mendapatkan
perubahan jurusan yang bertahap. Dalam merencanakan garis lengkung perlu diketahui hubungan
antara kecepatan rencana dengan lengkung dan hubungan keduanya dengan superelevasi.
A. Perhitungan klasifikasi medan
Terdapat dua macam klasifikasi medan yang harus dihitung dan dirata-rata untuk
menentukan jenis klasifikasi medan, yaitu:
1. Terhadap as jalan atau trase jalan yang direncanakan
D
B
y
y x C

Muka tanah asli

y
x

E
x
Gambar 2.1. Gambar Kemiringan Memanjang Trase Jalan
Keterangan
x: jarak horisontal
y: elevasi
Besar elevasi AB adalah:
y
= *100 %
iab x
Besarnya elevasi terhadap kemiringan memanjang as jalan adalah rata-rata dari elevasi
AB, BC, CD, dan DE
iab +ibc +icd +ide
Irata-rata kemiringan memanjang =
4
2. Terhadap potongan melintang jalan yang direncanakan
Tentukan beberapa titik potongan rencana jalan sesuai gambar atau pada daerah yang
ekstrim.
2
c
1
b
d3
a A
gB
f5
e4

Gambar 2.2. Gambar Trase Rencana Jalan


Potongan melintang jalan
Muka tanah asli

2|

2|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Besar elevasi adalah:

Besarnya elevasi terhadap potongan melintang jalan adalah rata-rata dari elevasi A, 1, 2,
3, 4, 5, B

3. Elevasi Keseluruhan
Perhitungan elevasi keseluruhan adalah rata-rata dari penjumlahan elevasi terhadap as
jalan dan elevasi potongan melintang jalan, yaitu:

Berdasarkan hasil perhitungan elevasi keseluruhan, maka dapat ditentukan jenis medan
sesuai tabel klasifikasi medan (Tabel II.1), berikut ini:
Tabel 2.1. Klasifikasi medan dan besar lereng melintang

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997
B. Perhitungan koordinat dan jarak
I

x
2

d1
A
x1

y1
d2

y2
II

x3
y3
d3
B

Keterangan:
: besar x bertambah (x +)
: besar x berkurang (x -)
: besar y bertambah (y +);

3|

: besar y berkurang (y -)

3|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Perhitungan koordinat:
1. Koordinat titik A sebagai patokan (diketahui pada soal)
2. Koordinat titik I dihitung dengan rumus:
Koordinat I = Koordinat A (xa;ya) + (x1;y1)
= (xa+x1);(ya+y1) = (x;y)
3. Untuk koordinat II dan B juga dapat dihitung dengan cara yang sama tergantung besarnya
penambahan atau pengurangan dari x dan y.
4. Perhitungan jarak d1 adalah:
Untuk perhitungan jarak selanjutnya juga sama tergatung nilai x dan y.
Jarak total = d1 + d2 + d3
C. Perhitungan sudut
Lihat Gambar 2.4 dan Gambar 2.5,

Disajikan dalam bentuk tabel.2.2. berikut


Titik
Kordinat
Jarak
(m)
X
Y
A
?
?
?
I
?
?
?
II
?
?
?
B
?
?

Sudut
()

?
?

D. Perhitungan tikungan
Kecepatan Rencana (Vr);
Sudut Belok ();
Waktu tempuh pada Lengkung Peralihan, ditetapkan (T) 3 detik; Superelevasi
Maksimum (emaks) = 10% = 0.1;
Superelevasi Normal (en) = 2% = 0.02;
Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
(m/m/detik) (re) =
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
1. Hitung Koefisien Gesekan Maksimum (f maks):
Jika VR < 80 km/jam, maka

4|

4|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Jika VR 80-112 km/jam, maka fmaks = 0.24 (0.00125 x VR)
2. Hitung Nilai Derajat Lengkung Maksimum (Dmaks):

3. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 1):


Menyesuaikan Jari-jari rencana (Rd) hasil hitungan sebelumnya dengan
hubungan antara VR dengan Nilai Rmin pada Tabel II.18 TPGJAK1997 (Syarat
Jari-jari minimum untuk Tikungan F-C).
Jika Rd < Rmin (di table sesuai VR), maka jenis F-C tidak bisa digunakan.
Tabel 2.3. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan
VR (Km/Jam)

120

100

80

60

50

40

Rmin (m)

25000

1500

900

500

350

250

Sumber:

TPGJAK1997 (Syarat Jari-jari minimum untuk Tikungan F-C).

30

20

130

60

4. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 2):


Menentukan Superelevasi Desain (ed):

5. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 2):


Dengan menghitung panjang Lengkung Peralihan dari 3 persamaan:
Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan =
dimana:

VR = Kecepatan Rencana (km/jam)


T = Waktu Tempuh di Lengkung Peralihan (Ls) = 3 meter

Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal =

dimana:
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
ed = Superelevasi Desain (%)
Rd = Jari-jari Rencana (m)
C = Perubahan percepatan 0.3-1.0, disarankan 0.4 (m/det3)
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian =

5|

5|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

dimana:
em
= Superelevasi Maksimum (%)
en
= Superelevasi Normal (%)
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
re
= Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan (m/m/detik)
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
Dari perhitungan 3 persamaan tersebut, diambil nilai LS terbesar dan
dibulatkan ke atas.

6. Menghitung Pcheck:

Jik Pcheck < 0.25, maka jenis tikungan adalah F-C dan tidak memerlukan
Lengkung Peralihan.
Jika Pcheck > 0.25, maka jenis tikungan memiliki Lengkung Peralihan (SCS atau S-S).
7. JIKA TIKUNGAN BUKAN F-C (MELAINKAN S-C-S or S-S)
Menentukan Sudut Lengkung Peralihan/Spiral (s):

dimana:
Ls = Panjang Lengkung Peralihan yang digunakan (m)
= 3.14
Rd = Jari-jari rencana (m)
Menentukan Sudut Lengkung Lingkaran/Circle (c):

dimana:
P1 = Sudut Belok Tikungan P1 ()
s = Sudut Lengkung Peralihan/Spiral ()
Menentukan Panjang Lengkung Lingkaran/Circle (LC):

dimana:
c =Sudut Lengkung Lingkaran/Circle ()
= 3.14

6|

6|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Rd = Jari-jari rencana (m)
8. CHECK Apakah Tikungan Berjenis S-C-S atau S-S:
Syarat tikungan S-C-S jika c > 0, dan Lc > 20 meter.
Jika salah satu tidak terpenuhi, maka tikungan berjenis S-S.
9. Jika Tikungan Berjenis S-C-S:
Syarat tikungan S-C-S jika c > 0, dan Lc > 20 meter.

HITUNG = 2 x Tt
Jika 2 x Tt > L Total, maka jenis tikungan yang digunakan S-C-S,
Jika 2 x Tt < L Total, maka masuk ke perhitungan jenis tikungan S-S
10. Jika Tikungan Berjenis S-S:
Syarat tikungan S-C-S jika Lc < 20 meter.
Hitung ulang s = x Sudut Belok Tikungan (P1).
Lc = 0.
Hitung ulang Ls menggunakan rumus s sebelumnya:

s = Ls x 90 / x Rd, maka:

Rumus Perhitungan P, K, Ts, dan Es sama dengan perhitungan S-C-S.


11. CHECK = Ts > Ls (OK S-S!!)

7|

7|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


12. Menggambar tikungan dan diagram super elevasi

Gambar 2.7. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke Kanan


Tipe F-C

8|

8|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 2.9. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke Kanan


Tipe S-C-S

9|

9|

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 2.11. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke


Kanan Tipe S-C-S

E. Perhitungan stationing titik-titik penting


Stationing dilakukan untuk menentukan titik-titik penting dalam trase yang akan dibangun.
Dalam hal ini, titik-titik tersebut adalah elemen-elemen tikungan yang telah dihitung
sebelumnya.

Gambar 2.12. Gambar Trase Rencana Jalan dan Tikungan

10 |

10 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Perhitungan stationing titik-titik penting, data-data yang sudah harus diketahui
sebelumnya adalah: Sta A, d1 (dA-1), d2 (d1-4), dan d3 (d4-B), sedang data hitungan tikungan
yaitu: Tt, Ls, danLc.
Cara perhitungan:
Sta TS = Sta A + (d1 Tt)
Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta CS + Ls
Sta ST = Sta SS + Ls
Pada perhitungan Sta selanjutnya juga sama, dimana hasil perhitungan Sta sebelumnya
menjadi patokan.
F. Pelebaran Perkerasan pada tikungan
Data yang harus diketahui adalah data kendaraan rencana yang diambil sebagai
perwakilan, yaitu Truk (ketetapan), dengan:
Jarak gandar (p)
= 6,09 m
Tojolan depan (A)
= 1,218 m
Kebebasan Samping (c)
= 0,609 m
Lebar kendaraan (M)
= 2,436 m
Untuk data jalan yaitu:
Jumlah jalur (n)
Lebar perkerasan normal (Wn)
1. Perhitungan pelebaran tikungan
Data sebelumnya: Rd, Vr (km/jam), W (m), dan n.
2. b = b + b
3. Perhitungan lebar lintasan kendaraan truk pada tikungan (V)
b = Rd - Rd 2 - p2
4. Perhitungan lebar tambahan akibat kelelahan pengemudi (Z)
Vr
Z = 0,105
R
5. Lebar tambahan akibat adanya tonjolan depan (Td)
Td =

Rd 2 + A(2p + A) - Rd

6. Lebar perkerasan yang diperlukan ditikungan (Wc)


Wc = n(b + c) + (n + 1) Td + Z
Jika jarak Wc > Wn maka ada tambahan pelebaran pada tikungan, sebesar: Tambahan pelebaran
= Wc - Wn

11 |

11 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

G. Perhitungan jarak pandang


1. Jarak pandang henti (Jh)
Data yang harus diketahui sebelumnya: Vr, waktu tanggap (T = 2,5 dt), dan koefisien
gesek antara roda dengan jalan (fp = 0,35-0,5), kelandaian jalan (L) dibagi 100
Rumusnya:
Untuk jalan datar :

Untuk jalan dengan kelandaian tertentu :

2. Jarak pandang menyiap (Jd)


Data yang harus diketahui sebelumnya: Vr, dan M (15 km/jam)
Perhitungannya:
a = 2,052 + 0,0036Vr
t1 = 2,12 + 0,026Vr
t 2 = 6,56 + 0,048Vr

d 2 = 0,278Vr * t2
d 3 = 30 - 100

d = d1 + d 2 + d 3 + d 4
Tabel 2.4. Jarak pandang henti (Jh) minimum (satuan meter)

Sumber: Peraturan Bina Marga No 038_TBM_1997

H. Kebebasan samping
1. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang henti
Data yang harus diketahui sebelumnya: R, Jh, dan panjang tikungan (Lt) = Lc + 2Ls
untuk S-C-S atau (Lt) = 2Ls ntuk S-S.
Jh < panjang tikungan atau (Lt), maka dipakai rumus:

12 |

Jh > panjang tikungan atau (L), maka dipakai rumus:

12 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

2. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang menyiap


Data yang harus diketahui sebelumnya: R, Jd, dan panjang tikungan (Lt) = Lc + 2Ls
untuk S-C-S atau (Lt) = 2Ls ntuk S-S.
Jd < panjang tikungan atau (Lt), maka dipakai rumus:

13 |

13 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB III
PERENCANAAN ALINEMEN VERTIKAL
A. Umum
Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu
jalan dengan bidang rencana permukaan jalan. Pada alinemen vertikal dapat ditunjukkan
ketinggian bagian penting dari jalan. Keadaan ideal penampang memanjang suatu jalan
adalah Datar (landai 0 %).
B. Perhitungan Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara
vertikal dalam satuan jarak horisontal, pada umumnya dinyatakan dalam %. Berdasarkan
kesepakatan gambar jalan dibaca dari kiri ke kanan.
Turun

Naik
(-)

(+)
Gambar 3.1. Lengkung vertikal jalan

Sewaktu merencanakan Alinemen Vertikal, terlebih dahulu ditetapkan kelandaian jalan yang
direncanakan. Penetapan kelandaian jalan harus mengacu pada Standar Perencanaan
Geometrik Jalan, yaitu tidak boleh melebihi kelandaian maksimum yang disyaratkan.
Kelandaian maksimum ditetapkan berdasarkan:
Kelas jalan
Kondisi medan
Kecepatan rencana
Tabel 3.1. Klasifikasi menurut medan jalan

(Sumber: Peraturan Bina Marga No 038_TBM_1997)


EA

id

dn

14 |

E1

E1- EA
iA-1 =
dn

x 100%

Notasi : iA-1 = kelandaian


E1 = Elevasi pada titik 1
EA = Elevasi pada titik A
dA-1 = Jarak antara A dan 1

14 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Contoh :
38,9

48,5

i1

d1=500 m

i2

d2=450 m

35 i3

35

d3=300 m

Kelandaian pada ruas i1:

Kelandaian pada ruas i2 :

Kelandaian pada ruas i3 :

C. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting


Titik penting yang dimaksud adalah Sta PPV (Pusat Perpotongan Vertikal), dan cara
perhitungannya adalah:
Sta A
= Ketentuan dari soal
Sta PPV1
= Sta A + dA-1
Sta PPV2
= Sta PPV1 + d1-2, dan seterusnya sampai titik B
D. Perhitungan Lengkung Vertikal
Bentuk Lengkung Vertikal:
Cembung

Cekung

Kelandaian menaik (pedakian) diberi tanda (+), sedangkan kelandaian menurun


(penurunan) diberi tanda (-).
Untuk X = L
Y = Ev

15 |

15 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


1. Lengkung Cembung
Sifat : Pergeseran vertikal setiap titik pada lengkung terhadap tangen adalah
sebanding dengan kuadrat jarak horisontal yang diukur dari ujung lengkung.
PPV
x

EV

PLV

PTV
Lv
Gambar 3.2. Lengkung vertikal cembung

Notasi :
PPV :
PLV :
PTV :
EV
:
A
:
a.

Pusat Perpotongan vertikal


Permulaan Lengkung Vertikal
Permulaan Tangen Vertikal
Pergeseran Vertikal PPV, Ke permukaan jalan rancana (m)
Perbedaan Aljabar Landai (%)

Panjang L berdasarkan Jh.


1. jika Jh < Lv

bila Jh < Lv, maka Lv memenuhi.


2. jika Jh > Lv

bila Jh > Lv, maka Lv memenuhi.


b. panjang minimum lengkung vertical
Lv = A Y
Jh2
di mana :
Lv
= Panjang lengkung vertikal (m),
A
= Perbedaan kelandaian (tanpa satuan %, merupakan nilai mutlak),
Jh
= Jarak pandangan henti (m),
Jd
= Jarak pandangan mendahului (m),
Y
= Faktor penampilan kenyamanan, didasakan pada tinggi obyek 10
cm dan tinggi mata 120 cm (sesuai Tabel 3.2)
Tabel 3.2. Penentuan faktor penampilan kenyamanan, Y.

Sumber: Peraturan Bina Marga No 038_TBM_1997

16 |

16 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


Panjang Lengkung Minimum
Panjang lengkung minimum adalah panjang yang diperlukan
sehingga lengkung tersebut dapat menyediakan jarak pandang sesuai
dengan syarat yang telah ditentukan. Kemungkinan yang timbul :
Panjang jarak pandang (Jh) seluruhnya ada di dalam daerah
lengkungan (Lv) = Jh < Lv
Panjang jarak pandangan (Jh) melampaui panjang lengkung (Lv) = Jh > Lv

2. Lengkung Vertikal Cekung


Panjang lengkung minimum ditentukan berdasarkan :
Jarak pandangan pada malam hari, yaitu dihitung berdasarkan jarak
penyinaran lampu besar kendaraan dengan tinggi lampu 0,75 m dan
berkas sinar menyebar ke atas sebesar 1.
Jarak pandang yang ditentukan bila melewati underpass, dengan
mempertimbangkan tinggi ruang bebas minimum serta tinggi lampu
belakang kendaraan.
Jika :
a. Jh < Lv Lv =
b.

A Jh 2
150 + 3,5 Jh

Jh > Lv Lv = 2Jh

150 + 3,5 J h
A

c. Panjang Lv untuk Kenyamanan mengemudi.


A.Vr2
Lv =
390

17 |

17 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Pertimbangan Keamanan
Kendaraan yang berjalan di sepanjang alinemen vertikal di lengkungan akan
mengalami seolah-olah terjadi kehilangan atau penambahan berat kendaraan. Hal ini akan
dirasakan oleh pengemudi sebagai gaya sentrifugal yang bekerja searah atau berlawanan
arah dengan gaya gravitasi bumi. Untuk itu panjang lengkung vertikal juga sebaiknya
ditentukan dengan mempertimbangkan adanya kenyamanan yang cukup.
Untuk perhitungan alinemen vertikal, LV dari Grafik Panjang Lengkung Vertikal,
diusahakan menggunakan LV yang panjang.
Contoh perhitungan Sta dan Elevasi Alinemen Vertikal.
PPV A
1,9%

EV

PLV

-3%

PTV
Lv

B
500
PPV1 (Lengkung cembung)
Sta B
: 20+ 300
Sta PPV
: 20+800
A
: 4,9%
Elevasi B : 38,9 m
LV
: 607,6 m
: A. LV
EV
800
4,9 . 607,6 = 3,72
:
800

18 |

18 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Sta PLV1 = Sta PPV - LV


= 20+800 303,8
= 20+496,2
Sta PTV1 = Sta PPV + LV
= 20+800 + 303,8
= 21+103,8
El PPV

= El B + id . 500-Ev
= 38,9 + (1,9% * 500) 3,72
= 44,68 m

El PLV

= El PPV-id * LV

= 44,68 ( 1,9% * * 607,6)


= 38,91 m
El PTV = El PPV id . LV
= 44,68 3% * * 607,6
= 35,56 m
E. Gambar Penampang Melintang pada Tikungan
Contoh Perhitungan:
Sta 16+376,7m

Sta 16+476,6 m

+7,1%
+0,00%
-3%
-7,1%

Ls

Lc

Sta 16+512,89 m

Ls

Gambar 3.3. Penampang melintang pada tikungan


Sta 16+476,7;

x = 16512,89 16476,6 = 36,19

10,1 %

Ls = 50m

Gambar Tikungan:
-3%
+7,1%
+4,3%

-3%

-7,1%
-4,3%

19 |

Sta 16+512,89 m

Sta 16+376,7m
Sta 16+476,6 m

19 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016


F. Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukaan Jalan.
Karena permukaan tanah tidak selalu datar atau rata, dan juga tuntutan dari rancangan
suatu proyek jalan, maka pekerjaan galian dan timbunan akan selalu ada. Oleh karena itu
pekerjaan galian dan timbunan perlu diperhitungkan sedemikian rupa sehingga masalahmasalah yang berhubungan dengan geometrik jalan tidak akan menjadi suatu hambatan yang
berarti.

Gambar 3.4. Galian dan timbunan

1
2

Gambar 3.5. Potongan galian dan timbunan

Superelevasi Perkerasan dan Bahu Jalan

Gambar 3.6. Kemiringan Melintang jalan Normal

20 |

20 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 3.7. kemiringan bahu jalan

21 |

21 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB IV
PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Hal-hal yang perlu diketahui sebelum menghitung galian dan timbunan adalah:
data titik stationing,
elevasi as jalan pada permukaan jalan rencana, dimana untuk jalan lurus diambil setiap
100 meter, sedangkan tikungan diambil setiap 50 meter, dan
elevasi tanah asli selebar ROW diambil sesuai pengambilan elevasi pada permukaan jalan
rencana.
Setelah elevasi diketahui maka digambarkan profil dari setiap potongan melintang jalan per jarak
yang telah ditentukan..
A. Perhitungan Luas Tampang Potongan Galian dan Timbunan
Perhitungan untuk mengetahui luas tampang potongan dilakukan secara pendekatan
(secara kasar). Hal ini dikarenakan bentuk dari luasan yang tidak teratur. Berikut contoh dari
salah satu perhitungan luas tampang potongan:
Muka tanah asli
I
III

III
Permukaan jalan

II

IV

IV

Permukaan jalan

2
1 III

IV

IV

II

III
I
Muka tanah asli

Gambar 4.1. Potongan melintang untuk luas tampang jalan


Bidang I, III, dan IV dikategorikan ke bentuk segitiga
Bidang II dikategorikan ke bentuk persegi panjang
B. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan
Perhitungan untuk mengetahui volume galian dan timbunan dilakukan secara pendekatan
juga. Hal ini karena bentuk dari luasan yang tidak teratur. Menghitung volume galian
timbunan adalah:
A pot I

A pot II

jarak potongan ( )
Rumus:

22 |

22 |

TST 6706

TST 6706

Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2014/2015Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Dengan:
Apot I = luas potongan I
Apot II = luas potongan II

= jarak potongan yang ditinjau (m)

Contoh Tabel Perhitungan Galian dan Timbunan

Titik
A
1
2
3
4
5
6
7
8

23 |

Jarak
(m)

A (m )

Galian
A rata2

Volume
(m3)

3,84
50

3,84

384

12,47

1247

11,18

1118

1,2

600

3,84
100
21,16
100
1,2
25
1,2

Timbunan
A (m ) A rata2 Volume
(m3)
0
0
0
0
0
0
0
21,7
2170
43,39
37,71
37,71
32,02
2

23 |

TST 6706
24
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB V
DESAIN PERKERASAN JALAN
A.

Umum
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :

Perkerasan lentur (flexible pavement) dan

Perkerasan kaku (rigid Pavement)

Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(composite pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan anatara perencanaan
untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan, dapat dilakukan den- gan banyak
cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika), Road Note
(Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina Marga (Indonesia).
Dalam praktikum ini, akan direncanakan sebuah jalan baru dengan perkerasan
lentur. Metoda perencanaan untuk perkerasan lentur yang digunakan adalah Bina
Marga, dengan Metoda Analisa Komponen SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 17321989-F.

B. Dasar Teori
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud
perencanaan perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan
yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka panjang
yang umumnya memperhitungkan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan
ulang. Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan dan sifat
penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di
bawahnya serta menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan lapis
pondasi bawah.
Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah dasar, maka secara
keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat

24

TST 6706
25
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan adalah tanah
dasar yang berasal dari lokasi setempat atau dengan tambahan timbunan dari lokasi
lain yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu, sehingga mempunyai
daya dukung yang mampu mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung
tanah dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan
perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu nilai
yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada proses
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai
lapisan

dibawahnya.

Perkerasan

lentur

jalan

dibangun

dengan

susunan

sebagai berikut:
1. Lapis permukaan (surface course), yang berfungsi untuk:
a. Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan yang melintas diatasnya,
b. Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran dari beban roda, sehingga
harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan
c. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan di bawahnya
d. Sebagai lapisan aus.
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi untuk:
a. Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan gaya geser dari beban roda,
dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
b. Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan terhadap lapisan
permukaan
c. Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah

25

TST 6706
26
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

3. Lapis pondasi bawah (subbase course), yang berfungsi untuk:


a. Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah,
b. Mengurangi tebal lapis pondasi atas yang menggunakan material berkualitas
lebih tinggi sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan lebih efisien,
c. Sebagai lapis peresapan air,
d. Mencegah masuknya tanah dasar yang berkualitas rendah ke lapis pondasi
atas,
e. Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan perkerasan jalan.
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan perkerasan lentur
jalan adalah:

Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C),

Angka ekuivalen sumbu kendaraan (E),

Lalu lintas harian rata-rata

Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)

Faktor regional

Indeks Permukaan (IP)

Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)

Tebal Minimum Lapis Perkerasan

1. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C) untuk menghitung lalu lintas
ekuivalen sesuai dengan Petunjuk perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya dengan Metode Analisa Komponen (SKBI 2.3.26.1987)
Tabel 5.1 : Tabel Koefisien Distribusi Arah Kendaraan
Kendaraan Ringan*
Kendaraan Berat**
Jumlah
1 Arah
2 Arah
1 Arah
2 Arah
Lajur
1 lajur
1.00
1.00
1.00
1.00
2 lajur

0.60

0.50

0.70

0.50

3 lajur

0.40

0.40

0.50

0.475

4 lajur

0.30

0.45

0.425

Sumber SKBI 2.3.26. 1987/SNI 03-1732-1989

5 lajur

0.25

* berat total < 5 Ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran

6 lajur

0.20

** beart total 5 Ton, misalnya : bus, truck, traktor, semi triler, trailer

26

0.40

TST 6706
27
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

2. Angka ekuivalen sumbu kendaraan (E)


Angka ekuivalen masing-masing golongan beban sumbu untuk setiap
kendaraan ditentukan dengan rumus:
a. Untuk sumbu tunggal
E = ( Beban satu sumbu tunggal dalam Kg )4
8160
b. Untuk sumbu ganda
E = 0,086 ( Beban satu sumbu ganda dalam Kg )4
8160
c. Untuk sumbu triple
E = 0,053 ( beban satu sumbu triple dalam Kg )4
8160
Selain dengan rumus diatas, angka Ekivalen beban sumbu kendaraan dapat
ditentukan dengan menggunakan table dibawah ini :
Tabel 5.2 Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

27

TST 6706
28
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
3. Lalu lintas harian rata-rata
a.

Lalu lintas harian rata-rata setiap jenis

kendaraan ditentukan pada awal

umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau
masing-masing arah pada jalan dengan median.

b. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung dengan rumus:


LEP = LHRj x Cj x Ej
Dimana :
Cj
j

= koefisien distribusi arah


= masing-masing jenis kendaraan

c. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang dihitung dengan rumus:


LEA = LHRj (1+i)UR x Cj x Ej
Dimana :
i
= tingkat pertumbuhan lalu lintas
j
= masing-masing jenis kendaraan
UR = umur rencana
d. Lintas Ekuivalen Tengah, yang dihitung dengan rumus:
LET = LEP + LEA
2
e. Lintas Ekuivalen Rencana, yang dihitung dengan rumus:
LER = LET X FP
Dimana :
FP
= faktor Penyesuaian
FP
= UR
10
4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
CBR merupakan perbandingan beban penetrasi pada suatu bahan dengan
beban

standar

pada

penetrasi

dan

kecepatan

pembebanan

yang sama.

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya,CBR dapat dibagi atas:


a)

CBR lapangan, disebut juga CBRinplace atau field CBR.


Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai
dengan kondisi tanah saat itu dimana tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan saat kadar air tanah tinggi atau dalam
kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

28

TST 6706
29
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

b)

CBR lapangan rendaman / Undisturb saoked CBR


Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapngan pada
keadaan jenuh air, dan tanah mengalami pengembangan maksimum.
Pemeriksanaan dilaksanakan pada kondisi tanah dasar tidak dalam keadaan
jenuh air. Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di
daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak
di daerah yang badan jalanya sering terendam air pada musim hujan dan
kering pada musim kemarau. sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim
kemarau.

c)

CBR rencana titik / CBR laboratorium / design CBR


Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru merupakan tanah
asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai
kepadatan 95% kepadatan

maksimum. Dengan demikian daya dukung

tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul


beban setelah tanah tersebut di padatkan. CBR laboratorium dibedakan
atas 2 macam yaitu soaked design CBR dan unsoaked design CBR.

Data CBR yang digunakan adalah harga-harga CBR dari pemeriksaan


lapangan dan uji laboratorium.dari data CBR ditentukan nilai CBR terendah,
kemudian ditentukan harga CBR

yang mewakili atau CBR segmen. Dalam

menentukan CBR segmen terdapat 2 cara yaitu :


a) Secara analitis
CBRsegmen = CBRrata-rata (CBRmaks CBRmin) / R
Dimana harga R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam satu
segmen, dan besarnya nilai R sebagai berikut :

29

TST 6706
30
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 5.3. Nilai R berdasrkan jumlah titik pengamatan


Jumlah Titik Pengamatan

Nilai R

1,41

1,91

2,24

2,48

2,67

2,83

2,96

3,08

> 10

3,18

b) Secara Grafis
Tentukan data CBR yang sama dan lebih besar dari masing- masing nilai
pada data CBR. Angka dengan jumlah terbanyak din- yatakan dalam angka
100 %, sedangkan jumlah lainnya merupakan prosentase dari angka 100 %
tersebut.dari

agka-angka tersebut dibuat grafik hubungan antara harga CBR

dan angka prosentasenya. Ditarik garis

dari angka

prosentase 90 %

menuju grafik untuk memperoleh nilai CBR segmen.


Dari nilai CBR segmen yang telah ditentukan dapat diperoleh nilai DDT
dari grafik kolerasi DDT dan CBR, dimana grafik DDT dalam skala linier,
dan grafik CBR dalam skala logaritma. Hubungan tersebut digambarkan pada
Gambar 5.1 sebagai berikut:

30

TST 6706
31
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.1 Korelasi antara DDT dan CBR


Selain menggunakan grafik tersebut, nilai DDT dari suatu Harga CBR
juga dapat ditentukan menggunakan rumus :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
Dimana hasil yang diperoleh dengan kedua cara tersebut relatif sama.
untuk menentukan nilai CBR segmen dan Nilai DDT digunakan cara grafis
sesuai dengan Metoda Analisa Komponen SKBI- 2.3.26.1987/SNI NO :
17321989-F
5. Faktor regional
Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup permeabilitas tanah,
perlengkapan drainase, bentuk alinemen, prosentase kendaraan berat dengan MST
13 ton dan kendaraan yang berhenti, serta iklim. Peraturan Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya menentukan bahwa faktor yang menyangkut
permeabilitas tanah hanya dipengaruhi oleh alinemen, prosentase kendaraan
berat dan kendaraan yang berhenti, serta alinemen. Untuk kondisi tanah pada

31

TST 6706
32
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR yang diperoleh dari tabel
5.4 ditambahkan 1.
Tabel 5.4 : Faktor Regional (FR)
Kelandaian I ( < 6 % )

Kelandaian II ( 6-10%)

Curah hujan

Kelandaian III ( > 10 % )

% Kendaraan Berat
30%

Iklim I < 900


mm
Iklim II >
/900
th mm /
th

30%

30%

30%

30%

30%

0,5

1,0 - 1,5

1,0

1,5 - 2,0

1,5

2,0 - 2,5

1,5

2,0 - 2,5

2,0

5,5 - 3,

2,5

3,0 - 3,5

Sumber : SKBI - 2.3.26.1987


6. Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang
lewat. Nilai indeks permukaan awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis permukaan
dan nilai indeks permukaan akhir (IPt) ditentukan dari nilai LER. Adapun nilai
IPo dari masing-masing jenis lapis permukaan disajikan dalam tabel 5.5 berikut.
Sedangkan IPt ditentukan dalam Tabel 5.6
Tabel 5.5. IPo terhadap Jenis Lapis Permukaan
Jenis Lapis Permukaan
Laston

Roughness ( mm/km )

1000

3,9 3,5

<1000

3,9 - 3,5

2000

3,4 3,0

>2000

3,9 - 3,5

2000

3,4 3,0

>2000

Burda

3,9 - 3,5

2000

Burtu

3,4 - 3,0

2000

3,4 - -3,0

3000

2,9 - 2,5

>3000

Lasbutag
HRA

Lapen
Latasbum

2,9 - 2,5

Buras

2,9 - 2,5

Latasir

2,9 - 2,5

Jalan Tanah

2,4

Jalan Kerikil

2,4

Sumber : SKBI 2.3.23.1987

32

Ipo

TST 6706
33
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 5.6. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt )


Klasifikasi Jalan
LER
< 10
10 100
100 1000
> 1000

Lokal

Kolektor

Arteri

Tol

1,0 - 1,5

1,5

1,5 - 2,0

1,5

1,5 - 2,0

2,0

1,5 - 2,0

2,0

2,0 - 2,5

2,0 - 2,5

2,5

2,5

Sumber : SKBI 2.3.23.1987

Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam kondisi
rusak berat dan amat mengganggu lalu lintas kendaraan yang mele- watinya.
Tingkat pelayanan jalan terendah masih mungkin dilakukan dengan nilai IPt
sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan masih cukup mantap dinyatakan dengan nilai
IPt sebesar 2,0. sedangkan nilai IPt sebesar 2,5 menyatakan per- mukaan jalan
yang masih baik dan cukup stabil.
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan
mempergunakan nilai-nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama
umur rencana, nilai DDT, dan FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar
grafik nomogram untuk masing-masing nilai IPt dan IPo.

33

TST 6706
34
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.2 Nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IPo 4

Gambar 5.3 Nomogram 2 untuk

34

IPt =2,5 dan IPo= 3,9 3.5

TST 6706
35
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.4 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo

Gambar 5.5 Nomogram 4 untuk

35

ITp = 2 dan IPo = 3,9 3,5

TST 6706
36
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.6 Nomogram 5 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 3,9 3,5

Gambar 5.7 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 3,0

36

TST 6706
37
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.8 Nomogram 7 untuk IPt = 1,5 dan IPo 2,9 2,5

Gambar 5.9 Nomogram 8 Untuk Ipt = 1 dan IPo = 2,9 2,5

37

TST 6706
38
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Gambar 5.10 Nomogram 9 untuk ITp = 1 dan IPo = 2,4


8. Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)
Koefisien kekuatan relatif bahan-bahan yang digunakan sebagai lapis
permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah disajikan dalam tabel berikut.

38

TST 6706
39
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien Kekuatan Relatif
a1
0,40

a2

a3

Kekuatan Bahan
MS ( Kg )

0,35

744

0,32

590

0,30

454

Kt ( kg/cm2)

CBR ( % )

Jenis Bahan

LASTON

340
0,35
0,31

744

0,28

590

0,26

454

LABUSTAG

340
0,30
0,26

340

0,25

340

Hot Rolled Asphalt


Aspal Makadam

0,20

LAPEN mekanis
LAPEN manual

590
0,28
0,26

LASTON ATAS

454
340

LAPEN mekanis

0,24

LAPEN manual

0,23
0,19
Stabilitas Tanah dengan
semen

Sumber : SKBI 2.3.23.1987


0,15
22
0,13

9. Tebal Minimum Lapis Perkerasan

18

Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel batas minimum


dengan lapis
lapis permukaan dan lapis pondasi dibawah ini. SedangkanStabilitas
tabel tanah
minimum

0,15

pondasi bawah untuk setiap nilai ITP ditentukan


sebesar 10 cm.
22

kapur

0,13
18

39

Batu Pecah kelas

0,14
100

TST 6706
40
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Tabel 5.8 Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal Minimum
ITP

( cm )

< 3,00

3,00 - 6,70

6,71 - 7,49

7,5

Laston / Aspal Macadam / HRA /Lasbutag /

7,50 - 9,99

7,5

Laston Lapen / Aspal Macadam / HRA /

> 10,00

10

Lasbutag / Laston Lasbutag / laston

Bahan
Lapis pelindung ( Buras/ Burtu/
Burda )

Sumber : SKBI 2.3.23.1987

Laston

Tabel 5.9 Batas Minimum Tebal Lapis Pondasi


Tebal Minimum
ITP

( cm )

< 3,00

15

3,00 - 7,49

20

7,50 - 9,99

20

Bahan
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

10,00 -12,14

20

stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,


lapen, laston atas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

> 12,25

25

stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,


lapen, laston atas

Sumber : SKBI 2.3.23.1987

Dari parameter - parameter tersebut kemudian diperoleh nilai ITP dan nilai
koefisien kekuatan relative untuk masing-masing bahan perkerasan. Tebal masingmasing bahan perkerasan untuk masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi,
dan lapis pondasi bawah dapat dihitung dengan rumus :
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
Dimana :
a1,a2,a3 = koefisien kekuatan relatif bahan untuk masing-masing lapisan
perkerasan
D1,D2,D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan

40

TST 6706
41
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
C.

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur


Ada banyak cara dalam menentukan tebal perkerasan, dan hampir tiap Negara
mempunyai cara tersendiri. Di Indonesia metode yang digunakan untuk me- nentukan
tebal perkerasan lentur adalah metode Bina Marga yang bersumber dari AASHTO
1972 dan dimodifikasi sesuai denagan kondisi jalan di Indonesia.
Pada gambar 5.11 diberikan bagan alir dari metode perancangan tebal
perkerasan lentur Bina Marga metode Analisia komponen SKB>2.3.26.1987 UDC:
525.73(25).

START

Kekuatan Tanah
Dasar

Input parameter
perencanaan

Faktor Regional (FR)


Intensitas Curah
Hujan

Konstruksi
Bertahap

- Kelandaian Jalan
- %kendaraan
Berat
Beban Lalulintas
LER pada lajur

rencana
Konstruksi
Bertahap atau
tidak dan
Indeks Permukaan
Awal IPo

Tentukan ITP
selama UR

Tentukan ITP1
tahap I

Tentukan ITP1+2
tahap I dan tahap II

Akhir IPt

Jenis Lapisan
Perkerasan

Koefisien
Kekuatan Relatif

Tentukan tebal
lapis perkerasan

FINISH
Gambar 5.11 Bagan Alir Metode Analisa Komponen

41

TST 6706
42
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan
metode Bina Marga adalah :
1. Menentukan daya dukung tanah dasar (DDT) dengan cara menggunakan
pemeriksaan CBR. Nilai DDT diperoleh dari konversi nilai CBR tanah dasar
dengan menggunakan :
a. grafik korelasi nilai CBR dan DDT
b.

persamaan :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR) ....................................... .. (1)

2. Menentukan umur rencana (UR) dari jalan yang hendak direncanakan.


Pada perencanaan jalan baru umumnya menggunakan umur rencana 20 tahun.
3. Menentukan faktor pertumbuhan lalulintas (i%) selama masa pelaksanaan
dan selama umur rencana
4. Menentukan faktor regional (FR). Hal-hal yang mempengaruhi nilai FR antara
lain adalah:
a. Prosentase kendaraan berat.
b. Kondisi iklim dan curah hujan setempat.
c. Kondisi persimpangan yang ramai.
d. Keadaan medan.
e. Kondisi drainase yang ada.
f. Pertimbangan teknis lainnya.
5. Menentukan Lintas Ekuivalen
Jumlah repetisi beban yang akan menggunakan jalan tersebut dinyatakan
dalam lintasan sumbu standar atau lintas ekuivalen. Lintas ekuiva- len yang
diperhitungkan hanya untuk jalur tersibuk atau lajur dengan volume tertinggi.
a.

Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)


Lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut dibuka atau pada awal umur rencana
disebut Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang diperoleh dari persamaan :
LEP = Aj x Ej x Cj x (1+i)n

(2)

atau
LEP = LHR x Ej x Cj

42

(3)

TST 6706
43
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Dimana :
Aj

= jumlah kendaraan untuk satu jenis kendaraan.

Ej

= angka ekuivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan.

Cj

= koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana.

= faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka.

= jumlah tahun dari saat pengambilan data sampai jalan


dibuka.

J
b.

= jenis kendaraan.

Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)


Besarnya lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut membu- tuhkan
perbaikan struktural disebut Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang diperoleh
dari persamaan :
LEA = LEP (1+r)UR
dimana :
LEP
r
UR

= Lintas Ekuivalen Permulaan.


= Faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana.
= Umur rencana jalan tersebut.

c. Lintas Ekuivalen Tengah (LET)


Lintas Ekuivalen Tengah diperoleh dengan persamaan :
LET = LEP + LEA
2
d. Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
Besarnya lintas ekuivalen yang akan melintasi jalan tersebut selama masa
pelayanan, dari saat dibuka sampai akhir umur rencana disebut Lintas
Ekuivalen Rencana, yang diperoleh dari persamaan :
LER = LET X FP
Dimana :
FP = faktor Penyesuaian dan FP= UR
2

43

TST 6706
44
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
6. Menentukan Indeks Permukaan (IP)
a. Indeks Permukaan Awal (IPo) yang ditentukan sesuai dengan jenis lapis
permukaan yang akan dipakai. Lihat Tabel 2.5 IPo terhadap Jenis Lapis
Permukaan
b. Indeks Permukaan Akhir (IPt) berdasarkan besarnya nilaiLER dan
klasifikasi jalan tersebut. Lihat Tabel 2.6 Indeks Permukaan Akhir Umur
Rencana (IPt)

7. Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dengan menggunakan rumus dasar


metode AASHTO 1972, yang telah memasukkan faktor regional yang terkait
dengan kondisi lingkungan dan faktor daya dukung tanah dasar yang terkait
dengan perbedaan kondisi tanah dasar, sehingga didapat persamaan:

Dengan :

Gt= log (IPo Ipt)


(4,2-1,5)

dimana :
Gt

= fungsi

logaritma

dari

perbandingan

antara

kehilangan tingkat

pelayanan dari IP = IPo sampai IP = IPt dengan kehilangan tingkat


pelayanan dari IPo sampai IP = 1,5.
Wt18 = beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu tunggal
18000 pon yang telah diperhitungkan ter- hadap faktor regional.
(Sumber : Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)
Selain dengan menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan Indeks Tebal
Perkerasan (ITP) dapat juga menggunakan Nomogram- Nomogram yang terdapat
dalam buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen (Bina Marga).

8. Menentukan koefisien kekuatan relatif (a) dan tebal minimum (D) Setelah nilai
ITP didapat kemudian ditentukan nilai koefisien kekuatan relatif yang terdapat
seperti pada Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif

44

TST 6706
45
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

a. Koefisien kekuatan relatif dari jenis lapis perkerasan yang dipilih.


b. Menentukan masing-masing tebal minimal lapis perkerasan yang telah
ditentukan
c. Menentukan tebal lapis perkerasan yang akan dicari dengan persamaan
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 ............................................... (7)
Dimana:
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan .
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).
Angka 1, 2, dan 3 masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan
lapis pondasi bawah.
Perkiraan tebal masing-masing lapis perkerasan tergantung dari ketebalan
mini- mum yang ditentukan oleh Bina Marga.

Gambar 5.12 Susunan lapis perkerasan jalan

45

TST 6706
46
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
A. Umum
Pada umumnya pekerjaan pada suatu proyek jalan meliputi mobilisasi, drainase,
pekerjaan tanah, pekerjaan bahu jalan, perkerasan berbutir,perkerasan aspal. Untuk
pekerjaan drainase sendiri meliputi galian untuk drainase,saluran dan jalan air.
Pekerjaan tanah meliputi galian tanah biasa, timbunan biasa dan penyiapan badan
jalan. Untuk pekerjaan bahu jalan dan perkerasan berbutir meliputi lapis pondasi
agregat kelas A dan B. Dan untuk pekerasan aspal meliputi lapis resap pengikat,
perekat dan laston (AC).
Untuk biaya pekerjaan terbagi atas bahan, alat, upah atau biaya tenaga kerja. Alat
yang digunakan dalam konstruksi jalan meliputi Aspal Mixing Plant (AMP), Aspal
Finisher, Aspal Spayer, Excavator, Dump Truck, Motor Grader, Vibro Roller, dll.
Bahan yang dipakai dalam konstruksi jalan meliputi aspal semen, pasir urug, agregat
kasar, agregat halus, dll. Untuk analisa alat dan upah tenaga kerja, disesuaikan dengan
upah tenaga sesuai dengan daerahnya.
B. Dasar Teori
Rencana anggaran biaya atau sering disingkat RAB adalah perhitungan biaya
berdasarkan gambar dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun,
sehingga dengan adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
nantinya.
Anggaran biaya merupakan harga dari suatu proyek yang dihitung dengan teliti,
cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada proyek yang sama akan berbedabeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena
perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. (H.Bachtiar Ibrahim, 1993; 3)
Untuk menghitung RAB diperlukan data data antara lain:
1. Gambar Rencana Bangunan.
2. Volume masing masing pekerjaan yang akan di laksanakan.
3. Daftar harga bahan bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan di laksanakan.
4. Analisa BoQ(Bill of Quantity) atau harga satuan pekerjaan.
5. Metode kerja pelaksanaan.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu proyek perancangan jalan harus
direncanakan dengan efisien dan optimal. Banyak hal yang dapat dilakukan sebelum
membuat RAB, diantaranya pemilihan desain dan bahan yang akan dipakai.
Pemilihan desain dan bahan sangat penting dilakukan, karena akan menunjukkan
mutu dan kualitas dari pada bangunan jalan tersebut.
Adapun pembuatan RAB bertujuan untuk:
1. Mengetahui penggunaan bahan dan desain struktur apa saja yang digunakan dalam
perancangan jalan.

46

TST 6706
47
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2. Untuk mengetahui harga bagian atau item pekerjaan sebagai pedoman untuk
mengeluarkan biaya-biaya dalam masa pelaksanaan. Selain itu supaya bangunan
yang akan didirikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Mengetahui jumlah atau volume kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan.
4. Mengetahui berapa besarnya nilai total anggaran biaya pada proyek perancangan
jalan.
C. Bagan Alir Perhitungan RAB
Spesifikasi Umum Gambar Rencana

Alat

Bahan

Tenaga

Penyusutan bunga
modal pengoperasian

Pemilihan bahan yang


akan digunakan

Pemilihan tenaga
kerja

Efisiensi Tenaga
Kerja

Rp. Jam

Rp. Berat/Volume

Rp. Jam

Koefisien Alat

Koefisien Bahan

Koefisien Tenaga

Kebutuhan Alat

Kebutuhan Bahan

Kebutuhan Tenaga

Biaya Alat

Biaya Bahan

Biaya Tenaga

Gambar 6.1 Bagan Alir Analisa Biaya Pekerjaan

47

TST 6706
48
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

D. Perhitungan RAB
Contoh perhitungan RAB untuk pekerjaan tanah bagian galian tanah
Pada pekerjaan tanah, terdapat 3 uraian item pekerjaan, yaitu galian tanah biasa,
timbunan biasa dan penyiapan badan jalan, seperti pada Tabel 6.1 di bawah ini.
Tabel 6.1 RAB untuk Pekerjaan Tanah
NO
MATA
PEMB.
1

URAIAN

PERKIRAAN
SAT. KUANTITAS
3

HARGA
SATUAN
Rp
5

JUMLAH
HARGA
Rp
6

DIV 3. PEKERJAAN
TANAH
3.1 (1)

Galian tanah biasa

M3

47,324.20

37,075.00

1,754,544,715.00

3.2 (1)

Timbunan biasa

M3

15,131.60 256,316.00

3,878,471,185.60

Penyiapan Badan Jalan

M2

10,000.00

3.3

Jumlah harga penawaran untuk devisi 3

5,754.00

57,540,000.00
5,690,555,900.60

1. Pada kolom 4, yaitu perkiraan kuantitas merupakan volume pekerjaan yang


diperoleh dari gambar kerja potongan melintang jalan, yang telah dikerjakan lebih
dulu ketika pengerjaan geometrik jalan.
2. Pada kolom 5, yaitu harga satuan merupakan harga akhir yang telah termasuk
didalamnya harga satuan dasar bahan/material, upah kerja dan peralatan.
Untuk mendapatkan harga satuan akhir ini, berikut langkah-langkahnya:
a. Menentukan analisa harga satuan dasar bahan/material dan upah kerja
Untuk daftar harga satuan bahan/material dan upah kerja, dimasukkan sesuai
dengan harga yang berlaku di daerah yang akan dibangun jalan. Biasanya
daftar analisis harga satuan ini didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum
setempat.

48

TST 6706
49
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 6.2 Jarak Rata-rata dari Sumber Bahan (Quary)

JARAK RATA-RATA
DARI SUMBER BAHAN
No

Uraian

Kode

Satuan

Harga
Satuan
(Rp)

Jarak
Quary
(Km)

Keterangan

Pasir

M01

M3

100,000.00

20.00

Ke Base Camp

Batu Kali

M02

M3

130,000.00

20.00

Ke Lokasi Pek

Batu Belah

M06

M3

90,000.00

25.00

Ke Lokasi Pek

Gravel

M07

M3

110,000.00

25.00

Ke Base Camp

Sirtu

M16

M3

82,500.00

20.00

Ke Lokasi Pek

Pasir Urug

M14

M3

90,000.00

15.00

Ke Lokasi Pek

Untuk memperoleh harga satuan dasar bahan pada Tabel 6.4, terlebih dulu dibuat analisa
harga satuan dasar yang didalamnya terdapat perhitungan alat berat yang akan dipakai untuk
mengalokasikan bahan di atas. Pada Tabel di bawah ini merupakan contoh perhitungan
analisa harga satuan dasar bahan, yaitu pasir.

49

TST 6706
50
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 6.3 Analisa Harga Satuan Dasar Pasir


ANALISA HARGA SATUAN DASAR
Jenis
: Pasir
Lokasi : Quary
Tujuan : Base Camp
No

Uraian

Kode

Koefisien

Satuan

Keterangan

Asumsi
Menggunakan alat berat (Mekanik)
Kondisi jalan sedang / baik
Jarak Quary ke loksasi proyek

20.00

Km

Harga satuan pasir di quary

Rp M01

1.00

M3

100,000.00

Harga satuan dasar excavator

Rp E10

1.00

Jam

491,918.45

Harga satuan dasar Dump truck

Rp E08

1.00

Jam

217,750.99

0.93
0.90
0.83

M3
-

0.50
0.50
1.00

Menit
Menit

Q1

41.68

M3/Jam

Rp1

11,801.53

M3/Jam

II

Urutan kerja
Pasir digali dengan excavator
Excavator memuat pasir ke dalam truck
Dump Truck mengangkut pasir ke proyek

III

Perhitungan
EXCAVATOR
Kapasitas Bucket
Faktor Bucket
Faktor efisiensi alat
waktu siklus
-Menggali memuat
-Lain-lain
Kap. Prod/jam =
V x Fb x Fa x 60
TS1
Biaya Excavator/m3 = ( 1 : Q1 ) x Rp E10
DUMP TRUCK
Kapasitas bak
Faktor efisiensi alat

50

(E10)
V
Fb
Fa
Ts1
T1
T2
TS1

(E08)
V
Fa

4.00
0.83

Ton
-

TST 6706
51
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Kecepatan Rata-rata bermuatan
Kecepatan Rata-rata kosong
Waktu siklus
- waktu tempuh isi = (L/V1)x 60
- waktu tempuh kosong=(L/V2)x 60
-muat = (V/Q1)x60
-Lain-lain

V1
V2
Ts2
T1
T2
T3
T4
Ts2

25.00
30.00

Km/Jam
Km/Jam

48.00
40.00
5.76
1.00
94.76

Menit
Menit
Menit
Menit
Menit

Q2

2.10

M3/jam

103,582.35

Rupiah

215,383.88
215,383.00

Rupiah
Rupiah

Kapasitas produksi / perjam =


V*Fax60
Ts2
Biaya Dump Truck / M3 = (1:Q2)xRpE08

IV

Rp2

Harga satuan Dasar Bahan di lokasi proyek


Harga satuan Dasar Pasir =
( Rp M01 + Rp1 +Rp2)
Dibulatkan

M01
M01

Tabel 6.4 Daftar Harga Dasar Satuan Bahan


DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN BAHAN

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

51

Uraian

Pasir
Batu Kali
Batu Belah
Gravel
Sirtu
Pasir Urug
Minyak tanah
Agregat halus
Agregat kasar
Material tanah Timbunan
Besi beton
Bendrat
Paku
Pc
Perancah

Kode

Satuan

M01
M02
M06
M07
M16
M14
M11
M04
M03
M08
M13
M13
M18
M12

M3
M3
M3
M3
M3
M3
Ltr
M3
M3
M3
Kg
Kg
Kg
Zak
M3

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Harga
Satuan
(Rp)

Keterangan

215,383
217,266
210,147
212,022
160,717
153,460
11,100
277,356
293,540
50,000
9,900
15,000
13,750
55,000
2,490,200

Ke Base Camp
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Base Camp
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Base camp
Base camp
Base camp
Borrow pit
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek

TST 6706
52
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 6.5 Daftar Harga Dasar Satuan Upah


DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN UPAH

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Uraian

Pekerja
Tukang
Mandor
Operator
Pembantu Operator
Sopir
Pembantu Sopir
Mekanik
Pembantu Mekanik

Harga
Satuan
(Rp)

Kode

L01
L02
L03
L04
L05
L06
L07
L08
L09

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

52,000
58,000
65,000
62,000
58,000
69,000
58,000
62,000
58,000

Harga
Satuan
(Rp)

Satuan

Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

7,429
8,286
9,286
8,857
8,286
9,857
8,286
8,857
8,286

Keterangan

Jam kerja
perhari 7 Jam

b. Menentukan analisa harga satuan dasar peralatan


Untuk mendapatkan harga satuan dasar peralatan, diperlukan perhitungan
yang rinci tentang alat berat yang akan digunakan, seperti uraian alat, biaya
pasti perjam, biaya operasi perjam, sehingga diperoleh biaya sewa alat per
jamnya.
Pada pekerjaan galian tanah, digunakan 2 (dua) alat berat, yaitu excavator dan
dump truck. Di bawah ini tertera tabel mengenai uraian analisa alat tersebut
dan daftar harga sewa alat berat lainnya.
Tabel 6.6 Uraian Analisa Excavator
URAIAN ANALISA ALAT
No

Uraian

Koefisien

Satuan

Ket

URAIAN PERALATAN
Jenis peralatan
Tenaga
Kapasitas
Alat baru :

52

Kode

A. Umur Eknomi

EXCAVATOR 80-140 HP
Pw
133.00
Cp
0.93
A
5.00

E07
Hp
m3
Tahun

TST 6706
53
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat
A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat (*)

Alat yang dipakai :

B
1
2
3

Biaya pasti perjam kerja


Nilai sisa alat
Faktor angsuran modal

10% x B
i x (1+i)^ A'
(1+i )^A'-1

2,000.00
1,398,271,500.00
5.00

Jam
Rupiah
Tahun

Alat baru

W'
B'

2,000.00
1,398,271,500.00

Jam
Rupiah

Alat baru
Alat baru

139,827,150.00

Rupiah

0.334

210,399.12

Rupiah

1,398.27

Rupiah

211,797.40

Rupiah

Biaya pasti perjam kerja


( B-C)x D
W'
0,002 x B
W'

a. Biaya pengembalian modal =

C.

W
B
A'

b. Asuransi dll

Biaya Pasti perjam

(E+F)

BIAYA OPERASI PERJAM KERJA

Bahan bakar = (0,125 Ltr/Hp/Jam) x Pw x Ms

114,712.50

Rupiah

Pelumas = (0,02 - 0,1 Ltr/Hp/Jam)xPwxMp

44,302.30

Rupiah

Perawatan dan perbaikan

4
5

Operator
Pembantu Operator

D
E
1
2
3
4
5
6

87,391.97

Rupiah

=
=

(12,5%-17,5%) x B'
W'
( 1 Org/Jam) x U1
( 3 Org/Jam) x U1

L
M

8,857.14
24,857.14

Rupiah
Rupiah

Biaya Operasi perjam

( H+I+K+L+M)

280,121.05

Rupiah

Total Biaya Sewa alat / jam

(G + P)

491,918.45

Rupiah

i
U1
U2
Mb
Ms
Mp

20.00
8,857.14
8,285.71
7,050.00
6,900.00
33,310.00

% /Thn
Rp/Jam
Rp/Jam
Ltr
Ltr
Ltr

Lain-lain
Tingkat suku bunga
Upah operator / sopir
Upah Pembantu operator / sopir
Bahan bakar bensin
Bahan bakar solar
Minyak pelumas

Tabel 6.7 Uraian Analisa Dump Truck


URAIAN ANALISA ALAT
No

53

Uraian

Kode

Koefisien

Satuan

Ket

TST 6706
54
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

URAIAN PERALATAN
Jenis peralatan
Tenaga
Kapasitas
Alat baru :

A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat
A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat (*)

Alat yang dipakai :

B
1
2
3

Biaya pasti perjam kerja


Nilai sisa alat
Faktor angsuran modal

10% x B
i x (1+i)^ A'
(1+i )^A'-1

W
B
A'

2,000.00
296,660,500.00
5.00
2,000.00

E07
Hp
Ton
Tahun
Jam
Rupiah
Tahun

Alat baru
Alat baru
Alat baru

W'
B'

296,660,500.00

Jam
Rupiah

29,666,050.00

Rupiah

0.334

44,638.76

Rupiah

Biaya pasti perjam kerja


( B-C)x D
W'

a. Biaya pengembalian modal =

C.

DUMP TRUCK 3-4 M3


100.00
Pw
4.00
Cp
5.00
A

b. Asuransi dll

0,002 x B
W'

296.66

Rupiah

Biaya Pasti perjam

(E+F)

44,935.42

Rupiah

BIAYA OPERASI PERJAM KERJA

Bahan bakar = (0,125 Ltr/Hp/Jam) x Pw x Ms

86,250.00

Rupiah

Pelumas = (0,02 - 0,1 Ltr/Hp/Jam)xPwxMp

33,310.00

Rupiah

Perawatan dan perbaikan

4
5

Operator
Pembantu Operator

D
E
1
2
3
4
5
6

18,541.28

Rupiah

=
=

(12,5%-17,5%) x B'
W'
( 1 Org/Jam) x U1
( 3 Org/Jam) x U1

L
M

9,857.14
24,857.14

Rupiah
Rupiah

Biaya Operasi perjam

( H+I+K+L+M)

172,815.57

Rupiah

Total Biaya Sewa alat / jam

(G + P)

217,750.99

Rupiah

i
U1
U2
Mb
Ms
Mp

20.00
9,857.14
8,285.71
7,050.00
6,900.00
33,310.00

% /Thn
Rp/Jam
Rp/Jam
Ltr
Ltr
Ltr

Lain-lain
Tingkat suku bunga
Upah sopir
Upah Pembantu sopir
Bahan bakar bensin
Bahan bakar solar
Minyak pelumas

Setelah menghitung biaya sewa alat seperti tabel di atas, dimasukkan ke dalam tabel
daftar sewa peralatan per jam kerja.

54

TST 6706
55
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 6.8 Daftar Sewa Peralatan Per Jam Kerja

DAFTAR SEWA PERALATAN PERJAM KERJA


No

Uraian
Harga Alat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Biaya sewa
per jam
(diluar PPN)

Keterangan

AMP
Aspal Finisher
Aspal Sprayer
Buldozer

3,600,549,000.00
3,995,061,000.00
300,019,600.00
2,403,973,000.00

4,103,354.89
914,564.11
102,692.14
727,434.47

Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru

Compresor
Concrete mixer
Crane
Dump truck
Excavator
Generator set
Motor Grader
Whell Loader
Three Whell Roller
Stone Cruher
Vibro Roller
Water Tanker
Concrete Vibrator

139,123,500.00
56,263,500.00
349,855.00
296,660,500.00
1,398,271,500.00
404,500.00
2,097,407,300.00
1,598,024,500.00
484,375,000.00
1,430,363,500.00
1,598,024,500.00
139,123,500.00
5,115,000.00

135,218.66
70,979.31
198,781.94
217,750.99
491,918.45
249,008.84
643,904.34
490,422.57
203,114.42
602,802.40
511,012.81
183,042.66
42,717.97

Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru

c. Menentukan koefisien dari para pekerja dan peralatan


Perhitungan koefisien ini digunakan untuk analisa harga satuan total pada
pekerjaan galian tanah. Berikut merupakan tabel perhitungan koefisien pada
pekerjaan galian tanah.
Tabel 6.9 Uraian Analisa Untuk Menentukan Koefisien Pekerja dan Peralatan
Item Pembayaran
Jenis Pekerjaan
Satuan Pembayaran
No
I
1

55

:
:
:

Uraian
Asumsi
Menggunakan Alat Berat

3.1(1)
Galian Tanah Biasa
M3
Kode

Koefisien

Satuan

Keterangan

TST 6706
56
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2
3
4
5

Lokasi Pek. Sepanjang jalan


Kondisi Jalan sedang/baik
Jam kerja efektif / hari
Faktor pengembangan bahan

II
1
2
3

Urutan Kerja
Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
Excavator menuankan hasil galian ke dalam truck
Dum Truck membuang hasil galian keluar lokasi jalan

Sejauh
Sekelompok pekerjan merapikan tanah hasil galian

Tk
Fk

7
1.2

Jam
Jam

1.00

Km

III
1

Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


Bahan
Tidak ada bahan yang diperlukan

2
2.a

Alat
EXCAVATOR

(E 10)

Kapasitas Bucket

0.93

M3

Faktor bucket

Fb

0.90

Faktor efisiensi alat

Fa

0.83

Waktu sikus

Ts1

Menggali/memuat

T1

0.50

Menit

Lain-lain

T2

0.50

Menit

Ts1

1.00

Menit

Kap. Pro. / jam

V x Fb x Fa x 60
Ts1 x Fk

Q1

Koefisien alat /M3 = 1 : Q1

2.b

56

34.74

M3/jam

0.0288

Jam

(E08)

DUMP TRUCK
Kapasitas bak

4.00

M3

Faktor efisiensi alat

Fa

0.83

Kecepatan rata-rata bermuatan

V1

40.00

Km/jam

Kecepatan rata-rata kosong


Waktu siklus

V2

60.00

Km/jam

Waktu tempuh isi

= (L : V1) x 60

T1

1.50

Menit

Waktu tempuh kosong


Muat

= (L : V2) x 60
= (V : Q1) x 60

T2
T3

1.00

Menit
Menit

TST 6706
57
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
12.85
Lain-lain

Kap. Pro. / jam

V x Fa x 60
Fk x Ts2

0.50

Menit

Ts2

15.85

Menit

Q2
-

Koefisien alat /M3 = 1 : Q2

2.c

T4

10.47
0.095

M3/jam
Jam
Lump Sump

Alat bantu
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop, Keranjang, sapu dll

Tenaga
Produksi menentukan : Excavator

Q1

34.74

M3/jam

Prod. Galian / hari = Tk x Q1


Kebutuhan
tenaga

Qt

243.15

M3

Pekerja

4.00

Org

Mandor

1.00

Org

Pekerja = (Tk x P ) : Qt

(L01)

0.1152

Org

Mandor = ( Tk x M ) : Qt

(L03)

0.0288

Org

d. Analisa Harga Satuan Total


Setelah melakukan langkah-langkah perhitungan di atas, maka dapat dihitung
untuk harga satuan total yang akan digunakan untuk menghitung RAB pada
galian tanah.

57

TST 6706
58
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Tabel 6.10 Perekaman Analisa Masing-Masing Harga Satuan


FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN,TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA
ANGGARAN BIAYA

KEGIATAN

NO. PAKET
NAMA PAKET

:
:

KABUPATEN

KOTA
YOGYAKARTA

NO. MATA PEMBAYARAN

3.1 (1)

URAIAN

GALIAN BIASA

SATUAN

M3

NO

KOMPONEN

PERKIRAAN
SATUAN KUANTITAS

HARGA
SATUAN
(Rp)

:
:
:

JUMLAH
HARGA
(Rp)

TENAGA

Pekerja

Jam

0.1152

7,428.57

855.44

Mandor

Jam

0.0288

9,285.71

267.33

MATERIAL

PERALATAN

Excavator

Jam

0.0288

491,918.45

14,161.84

Dump truck

Jam

0.0955

217,750.99

20,791.28

Alat bantu

Ls

1.0000

1,000.00

1,000.00

58

PERKIRAAN
KUANTITAS
JUMLAH HARGA
% THD HARGA
PEK

Jumlah Harga Pekerja, Material dan Peralatan

37,075.89

TST 6706
59
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016

Harga Satuan (Dibulatkan)

37,075.00

Pada Tabel 6.10 di bawah ini, diperoleh harga satuan untuk pekerjaan galian
tanah sebesar Rp 37.075,00. Setelah diperoleh harga satuan ini, maka dapat
dilakukan perhitungan RAB untuk galian tanah seperti pada Tabel 6.1 di awal
tadi.
DAFTAR PUSTAKA

2015, Modul Praktikum Perancangan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Tidak
dipublikasikan, Yogyakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Jalan
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1989, Metoda Analisa
Komponen SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732-1989-F

59

Anda mungkin juga menyukai