TST 6706
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
www.umy.ac.id
ii |
TST 6706
TST 6706
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga Buku
Pedoman Praktikum Perancangan Jalan dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Modul ini dibuat bertujuan sebagai referensi dan panduan pemahaman dalam teori
perancangan jalan. Buku ini berisi tentang tahap tahap perencanaan proyek suatu jalan raya dimulai
dari pembuatan geometrik, perhitungan tebal perkerasan jalan hingga Rencana Anggaran Biaya
(RAB).Isi buku ini disusun berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya, dan juga aturan dari Direktorat Jendral Bina Marga.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
akan diterima dengan senang hati.
Akhirnya diucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya buku panduan ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta,
Maret 2016
Tim penyusun
ii |
ii |
TST 6706
TST 6706
NAMA
NIP/NIK
Posisi
197010032005012002
Koordinator
19780415200004123046
Anggota
19550218199409123016
Anggota
19770612201010123058
Anggota
19196311281992031002
Anggota
19850715201507123081
Anggota
19820612201604123098
Anggota
19880730201604123095
Anggota
iii |
ii |
TST 6706
TST 6706
iii |
ii |
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
NOTASI
Vr
= Kecepatan Rencana
= Sudut Belok
emaks
= Superelevasi Maksimum
en
= Superelevasi Normal
re
fmaks
= Superelevasi Desain
Rd
Ls
P1
Lc
Td
Wc
Fp
= kelandaian jalan
Jh
Jd
= Kebebasan samping
Lv
PPV
PLV
PTV
EV
TST 6706
TST 6706
BAB I
KETENTUAN JALAN
Penentuan kriteria dan klasifikasi jalan yang akan direncanakan ditentukan berdasarkan ketentuan
pokok dan dasar perencanaan. Kriteria dan klasifikasi tersebut adalah:
1.
Kriteria: Kelas jalan, Stationing titik A, Koordinat titik A, Azimuth titik A, dan Elevasi
muka jalan di titik A.
2.
1|
a.
b.
Lebar ROW
c.
d.
e.
Lebar bahu
f.
g.
h.
i.
j.
LHR
k.
1|
TST 6706
TST 6706
BAB II
PERENCANAAN ALINEMEN HORISONTAL
Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang
kertas (peta) yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung horisontal adalah
bagian yang lengkung dari jalan yang ditempatkan di antara dua garis lurus untuk mendapatkan
perubahan jurusan yang bertahap. Dalam merencanakan garis lengkung perlu diketahui hubungan
antara kecepatan rencana dengan lengkung dan hubungan keduanya dengan superelevasi.
A. Perhitungan klasifikasi medan
Terdapat dua macam klasifikasi medan yang harus dihitung dan dirata-rata untuk
menentukan jenis klasifikasi medan, yaitu:
1. Terhadap as jalan atau trase jalan yang direncanakan
D
B
y
y x C
y
x
E
x
Gambar 2.1. Gambar Kemiringan Memanjang Trase Jalan
Keterangan
x: jarak horisontal
y: elevasi
Besar elevasi AB adalah:
y
= *100 %
iab x
Besarnya elevasi terhadap kemiringan memanjang as jalan adalah rata-rata dari elevasi
AB, BC, CD, dan DE
iab +ibc +icd +ide
Irata-rata kemiringan memanjang =
4
2. Terhadap potongan melintang jalan yang direncanakan
Tentukan beberapa titik potongan rencana jalan sesuai gambar atau pada daerah yang
ekstrim.
2
c
1
b
d3
a A
gB
f5
e4
2|
2|
TST 6706
TST 6706
Besarnya elevasi terhadap potongan melintang jalan adalah rata-rata dari elevasi A, 1, 2,
3, 4, 5, B
3. Elevasi Keseluruhan
Perhitungan elevasi keseluruhan adalah rata-rata dari penjumlahan elevasi terhadap as
jalan dan elevasi potongan melintang jalan, yaitu:
Berdasarkan hasil perhitungan elevasi keseluruhan, maka dapat ditentukan jenis medan
sesuai tabel klasifikasi medan (Tabel II.1), berikut ini:
Tabel 2.1. Klasifikasi medan dan besar lereng melintang
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997
B. Perhitungan koordinat dan jarak
I
x
2
d1
A
x1
y1
d2
y2
II
x3
y3
d3
B
Keterangan:
: besar x bertambah (x +)
: besar x berkurang (x -)
: besar y bertambah (y +);
3|
: besar y berkurang (y -)
3|
TST 6706
TST 6706
Perhitungan koordinat:
1. Koordinat titik A sebagai patokan (diketahui pada soal)
2. Koordinat titik I dihitung dengan rumus:
Koordinat I = Koordinat A (xa;ya) + (x1;y1)
= (xa+x1);(ya+y1) = (x;y)
3. Untuk koordinat II dan B juga dapat dihitung dengan cara yang sama tergantung besarnya
penambahan atau pengurangan dari x dan y.
4. Perhitungan jarak d1 adalah:
Untuk perhitungan jarak selanjutnya juga sama tergatung nilai x dan y.
Jarak total = d1 + d2 + d3
C. Perhitungan sudut
Lihat Gambar 2.4 dan Gambar 2.5,
Sudut
()
?
?
D. Perhitungan tikungan
Kecepatan Rencana (Vr);
Sudut Belok ();
Waktu tempuh pada Lengkung Peralihan, ditetapkan (T) 3 detik; Superelevasi
Maksimum (emaks) = 10% = 0.1;
Superelevasi Normal (en) = 2% = 0.02;
Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
(m/m/detik) (re) =
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
1. Hitung Koefisien Gesekan Maksimum (f maks):
Jika VR < 80 km/jam, maka
4|
4|
TST 6706
TST 6706
120
100
80
60
50
40
Rmin (m)
25000
1500
900
500
350
250
Sumber:
30
20
130
60
dimana:
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
ed = Superelevasi Desain (%)
Rd = Jari-jari Rencana (m)
C = Perubahan percepatan 0.3-1.0, disarankan 0.4 (m/det3)
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian =
5|
5|
TST 6706
TST 6706
dimana:
em
= Superelevasi Maksimum (%)
en
= Superelevasi Normal (%)
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
re
= Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan (m/m/detik)
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
Dari perhitungan 3 persamaan tersebut, diambil nilai LS terbesar dan
dibulatkan ke atas.
6. Menghitung Pcheck:
Jik Pcheck < 0.25, maka jenis tikungan adalah F-C dan tidak memerlukan
Lengkung Peralihan.
Jika Pcheck > 0.25, maka jenis tikungan memiliki Lengkung Peralihan (SCS atau S-S).
7. JIKA TIKUNGAN BUKAN F-C (MELAINKAN S-C-S or S-S)
Menentukan Sudut Lengkung Peralihan/Spiral (s):
dimana:
Ls = Panjang Lengkung Peralihan yang digunakan (m)
= 3.14
Rd = Jari-jari rencana (m)
Menentukan Sudut Lengkung Lingkaran/Circle (c):
dimana:
P1 = Sudut Belok Tikungan P1 ()
s = Sudut Lengkung Peralihan/Spiral ()
Menentukan Panjang Lengkung Lingkaran/Circle (LC):
dimana:
c =Sudut Lengkung Lingkaran/Circle ()
= 3.14
6|
6|
TST 6706
TST 6706
HITUNG = 2 x Tt
Jika 2 x Tt > L Total, maka jenis tikungan yang digunakan S-C-S,
Jika 2 x Tt < L Total, maka masuk ke perhitungan jenis tikungan S-S
10. Jika Tikungan Berjenis S-S:
Syarat tikungan S-C-S jika Lc < 20 meter.
Hitung ulang s = x Sudut Belok Tikungan (P1).
Lc = 0.
Hitung ulang Ls menggunakan rumus s sebelumnya:
s = Ls x 90 / x Rd, maka:
7|
7|
TST 6706
TST 6706
8|
8|
TST 6706
TST 6706
9|
9|
TST 6706
TST 6706
10 |
10 |
TST 6706
TST 6706
Rd 2 + A(2p + A) - Rd
11 |
11 |
TST 6706
TST 6706
d 2 = 0,278Vr * t2
d 3 = 30 - 100
d = d1 + d 2 + d 3 + d 4
Tabel 2.4. Jarak pandang henti (Jh) minimum (satuan meter)
H. Kebebasan samping
1. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang henti
Data yang harus diketahui sebelumnya: R, Jh, dan panjang tikungan (Lt) = Lc + 2Ls
untuk S-C-S atau (Lt) = 2Ls ntuk S-S.
Jh < panjang tikungan atau (Lt), maka dipakai rumus:
12 |
12 |
TST 6706
TST 6706
13 |
13 |
TST 6706
TST 6706
BAB III
PERENCANAAN ALINEMEN VERTIKAL
A. Umum
Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu
jalan dengan bidang rencana permukaan jalan. Pada alinemen vertikal dapat ditunjukkan
ketinggian bagian penting dari jalan. Keadaan ideal penampang memanjang suatu jalan
adalah Datar (landai 0 %).
B. Perhitungan Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara
vertikal dalam satuan jarak horisontal, pada umumnya dinyatakan dalam %. Berdasarkan
kesepakatan gambar jalan dibaca dari kiri ke kanan.
Turun
Naik
(-)
(+)
Gambar 3.1. Lengkung vertikal jalan
Sewaktu merencanakan Alinemen Vertikal, terlebih dahulu ditetapkan kelandaian jalan yang
direncanakan. Penetapan kelandaian jalan harus mengacu pada Standar Perencanaan
Geometrik Jalan, yaitu tidak boleh melebihi kelandaian maksimum yang disyaratkan.
Kelandaian maksimum ditetapkan berdasarkan:
Kelas jalan
Kondisi medan
Kecepatan rencana
Tabel 3.1. Klasifikasi menurut medan jalan
id
dn
14 |
E1
E1- EA
iA-1 =
dn
x 100%
14 |
TST 6706
TST 6706
48,5
i1
d1=500 m
i2
d2=450 m
35 i3
35
d3=300 m
Cekung
15 |
15 |
TST 6706
TST 6706
EV
PLV
PTV
Lv
Gambar 3.2. Lengkung vertikal cembung
Notasi :
PPV :
PLV :
PTV :
EV
:
A
:
a.
16 |
16 |
TST 6706
TST 6706
A Jh 2
150 + 3,5 Jh
Jh > Lv Lv = 2Jh
150 + 3,5 J h
A
17 |
17 |
TST 6706
TST 6706
Pertimbangan Keamanan
Kendaraan yang berjalan di sepanjang alinemen vertikal di lengkungan akan
mengalami seolah-olah terjadi kehilangan atau penambahan berat kendaraan. Hal ini akan
dirasakan oleh pengemudi sebagai gaya sentrifugal yang bekerja searah atau berlawanan
arah dengan gaya gravitasi bumi. Untuk itu panjang lengkung vertikal juga sebaiknya
ditentukan dengan mempertimbangkan adanya kenyamanan yang cukup.
Untuk perhitungan alinemen vertikal, LV dari Grafik Panjang Lengkung Vertikal,
diusahakan menggunakan LV yang panjang.
Contoh perhitungan Sta dan Elevasi Alinemen Vertikal.
PPV A
1,9%
EV
PLV
-3%
PTV
Lv
B
500
PPV1 (Lengkung cembung)
Sta B
: 20+ 300
Sta PPV
: 20+800
A
: 4,9%
Elevasi B : 38,9 m
LV
: 607,6 m
: A. LV
EV
800
4,9 . 607,6 = 3,72
:
800
18 |
18 |
TST 6706
TST 6706
= El B + id . 500-Ev
= 38,9 + (1,9% * 500) 3,72
= 44,68 m
El PLV
= El PPV-id * LV
Sta 16+476,6 m
+7,1%
+0,00%
-3%
-7,1%
Ls
Lc
Sta 16+512,89 m
Ls
10,1 %
Ls = 50m
Gambar Tikungan:
-3%
+7,1%
+4,3%
-3%
-7,1%
-4,3%
19 |
Sta 16+512,89 m
Sta 16+376,7m
Sta 16+476,6 m
19 |
TST 6706
TST 6706
1
2
20 |
20 |
TST 6706
TST 6706
21 |
21 |
TST 6706
TST 6706
BAB IV
PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Hal-hal yang perlu diketahui sebelum menghitung galian dan timbunan adalah:
data titik stationing,
elevasi as jalan pada permukaan jalan rencana, dimana untuk jalan lurus diambil setiap
100 meter, sedangkan tikungan diambil setiap 50 meter, dan
elevasi tanah asli selebar ROW diambil sesuai pengambilan elevasi pada permukaan jalan
rencana.
Setelah elevasi diketahui maka digambarkan profil dari setiap potongan melintang jalan per jarak
yang telah ditentukan..
A. Perhitungan Luas Tampang Potongan Galian dan Timbunan
Perhitungan untuk mengetahui luas tampang potongan dilakukan secara pendekatan
(secara kasar). Hal ini dikarenakan bentuk dari luasan yang tidak teratur. Berikut contoh dari
salah satu perhitungan luas tampang potongan:
Muka tanah asli
I
III
III
Permukaan jalan
II
IV
IV
Permukaan jalan
2
1 III
IV
IV
II
III
I
Muka tanah asli
A pot II
jarak potongan ( )
Rumus:
22 |
22 |
TST 6706
TST 6706
Dengan:
Apot I = luas potongan I
Apot II = luas potongan II
Titik
A
1
2
3
4
5
6
7
8
23 |
Jarak
(m)
A (m )
Galian
A rata2
Volume
(m3)
3,84
50
3,84
384
12,47
1247
11,18
1118
1,2
600
3,84
100
21,16
100
1,2
25
1,2
Timbunan
A (m ) A rata2 Volume
(m3)
0
0
0
0
0
0
0
21,7
2170
43,39
37,71
37,71
32,02
2
23 |
TST 6706
24
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB V
DESAIN PERKERASAN JALAN
A.
Umum
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(composite pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan anatara perencanaan
untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan, dapat dilakukan den- gan banyak
cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika), Road Note
(Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina Marga (Indonesia).
Dalam praktikum ini, akan direncanakan sebuah jalan baru dengan perkerasan
lentur. Metoda perencanaan untuk perkerasan lentur yang digunakan adalah Bina
Marga, dengan Metoda Analisa Komponen SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 17321989-F.
B. Dasar Teori
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud
perencanaan perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan
yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka panjang
yang umumnya memperhitungkan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan
ulang. Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan dan sifat
penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di
bawahnya serta menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan lapis
pondasi bawah.
Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah dasar, maka secara
keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat
24
TST 6706
25
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan adalah tanah
dasar yang berasal dari lokasi setempat atau dengan tambahan timbunan dari lokasi
lain yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu, sehingga mempunyai
daya dukung yang mampu mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung
tanah dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan
perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu nilai
yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada proses
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai
lapisan
dibawahnya.
Perkerasan
lentur
jalan
dibangun
dengan
susunan
sebagai berikut:
1. Lapis permukaan (surface course), yang berfungsi untuk:
a. Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan yang melintas diatasnya,
b. Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran dari beban roda, sehingga
harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan
c. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan di bawahnya
d. Sebagai lapisan aus.
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi untuk:
a. Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan gaya geser dari beban roda,
dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
b. Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan terhadap lapisan
permukaan
c. Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah
25
TST 6706
26
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
Faktor regional
1. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C) untuk menghitung lalu lintas
ekuivalen sesuai dengan Petunjuk perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya dengan Metode Analisa Komponen (SKBI 2.3.26.1987)
Tabel 5.1 : Tabel Koefisien Distribusi Arah Kendaraan
Kendaraan Ringan*
Kendaraan Berat**
Jumlah
1 Arah
2 Arah
1 Arah
2 Arah
Lajur
1 lajur
1.00
1.00
1.00
1.00
2 lajur
0.60
0.50
0.70
0.50
3 lajur
0.40
0.40
0.50
0.475
4 lajur
0.30
0.45
0.425
5 lajur
0.25
* berat total < 5 Ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
6 lajur
0.20
** beart total 5 Ton, misalnya : bus, truck, traktor, semi triler, trailer
26
0.40
TST 6706
27
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
27
TST 6706
28
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
3. Lalu lintas harian rata-rata
a.
umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau
masing-masing arah pada jalan dengan median.
standar
pada
penetrasi
dan
kecepatan
pembebanan
yang sama.
28
TST 6706
29
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
b)
c)
29
TST 6706
30
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Nilai R
1,41
1,91
2,24
2,48
2,67
2,83
2,96
3,08
> 10
3,18
b) Secara Grafis
Tentukan data CBR yang sama dan lebih besar dari masing- masing nilai
pada data CBR. Angka dengan jumlah terbanyak din- yatakan dalam angka
100 %, sedangkan jumlah lainnya merupakan prosentase dari angka 100 %
tersebut.dari
dari angka
prosentase 90 %
30
TST 6706
31
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
31
TST 6706
32
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR yang diperoleh dari tabel
5.4 ditambahkan 1.
Tabel 5.4 : Faktor Regional (FR)
Kelandaian I ( < 6 % )
Kelandaian II ( 6-10%)
Curah hujan
% Kendaraan Berat
30%
30%
30%
30%
30%
30%
0,5
1,0 - 1,5
1,0
1,5 - 2,0
1,5
2,0 - 2,5
1,5
2,0 - 2,5
2,0
5,5 - 3,
2,5
3,0 - 3,5
Roughness ( mm/km )
1000
3,9 3,5
<1000
3,9 - 3,5
2000
3,4 3,0
>2000
3,9 - 3,5
2000
3,4 3,0
>2000
Burda
3,9 - 3,5
2000
Burtu
3,4 - 3,0
2000
3,4 - -3,0
3000
2,9 - 2,5
>3000
Lasbutag
HRA
Lapen
Latasbum
2,9 - 2,5
Buras
2,9 - 2,5
Latasir
2,9 - 2,5
Jalan Tanah
2,4
Jalan Kerikil
2,4
32
Ipo
TST 6706
33
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Lokal
Kolektor
Arteri
Tol
1,0 - 1,5
1,5
1,5 - 2,0
1,5
1,5 - 2,0
2,0
1,5 - 2,0
2,0
2,0 - 2,5
2,0 - 2,5
2,5
2,5
Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam kondisi
rusak berat dan amat mengganggu lalu lintas kendaraan yang mele- watinya.
Tingkat pelayanan jalan terendah masih mungkin dilakukan dengan nilai IPt
sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan masih cukup mantap dinyatakan dengan nilai
IPt sebesar 2,0. sedangkan nilai IPt sebesar 2,5 menyatakan per- mukaan jalan
yang masih baik dan cukup stabil.
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan
mempergunakan nilai-nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama
umur rencana, nilai DDT, dan FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar
grafik nomogram untuk masing-masing nilai IPt dan IPo.
33
TST 6706
34
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
34
TST 6706
35
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
35
TST 6706
36
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Gambar 5.6 Nomogram 5 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 3,9 3,5
Gambar 5.7 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 3,0
36
TST 6706
37
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Gambar 5.8 Nomogram 7 untuk IPt = 1,5 dan IPo 2,9 2,5
37
TST 6706
38
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
38
TST 6706
39
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien Kekuatan Relatif
a1
0,40
a2
a3
Kekuatan Bahan
MS ( Kg )
0,35
744
0,32
590
0,30
454
Kt ( kg/cm2)
CBR ( % )
Jenis Bahan
LASTON
340
0,35
0,31
744
0,28
590
0,26
454
LABUSTAG
340
0,30
0,26
340
0,25
340
0,20
LAPEN mekanis
LAPEN manual
590
0,28
0,26
LASTON ATAS
454
340
LAPEN mekanis
0,24
LAPEN manual
0,23
0,19
Stabilitas Tanah dengan
semen
18
0,15
kapur
0,13
18
39
0,14
100
TST 6706
40
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Tabel 5.8 Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal Minimum
ITP
( cm )
< 3,00
3,00 - 6,70
6,71 - 7,49
7,5
7,50 - 9,99
7,5
> 10,00
10
Bahan
Lapis pelindung ( Buras/ Burtu/
Burda )
Laston
( cm )
< 3,00
15
3,00 - 7,49
20
7,50 - 9,99
20
Bahan
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
10,00 -12,14
20
> 12,25
25
Dari parameter - parameter tersebut kemudian diperoleh nilai ITP dan nilai
koefisien kekuatan relative untuk masing-masing bahan perkerasan. Tebal masingmasing bahan perkerasan untuk masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi,
dan lapis pondasi bawah dapat dihitung dengan rumus :
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
Dimana :
a1,a2,a3 = koefisien kekuatan relatif bahan untuk masing-masing lapisan
perkerasan
D1,D2,D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan
40
TST 6706
41
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
C.
START
Kekuatan Tanah
Dasar
Input parameter
perencanaan
Konstruksi
Bertahap
- Kelandaian Jalan
- %kendaraan
Berat
Beban Lalulintas
LER pada lajur
rencana
Konstruksi
Bertahap atau
tidak dan
Indeks Permukaan
Awal IPo
Tentukan ITP
selama UR
Tentukan ITP1
tahap I
Tentukan ITP1+2
tahap I dan tahap II
Akhir IPt
Jenis Lapisan
Perkerasan
Koefisien
Kekuatan Relatif
Tentukan tebal
lapis perkerasan
FINISH
Gambar 5.11 Bagan Alir Metode Analisa Komponen
41
TST 6706
42
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan
metode Bina Marga adalah :
1. Menentukan daya dukung tanah dasar (DDT) dengan cara menggunakan
pemeriksaan CBR. Nilai DDT diperoleh dari konversi nilai CBR tanah dasar
dengan menggunakan :
a. grafik korelasi nilai CBR dan DDT
b.
persamaan :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR) ....................................... .. (1)
(2)
atau
LEP = LHR x Ej x Cj
42
(3)
TST 6706
43
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Dimana :
Aj
Ej
Cj
J
b.
= jenis kendaraan.
43
TST 6706
44
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
6. Menentukan Indeks Permukaan (IP)
a. Indeks Permukaan Awal (IPo) yang ditentukan sesuai dengan jenis lapis
permukaan yang akan dipakai. Lihat Tabel 2.5 IPo terhadap Jenis Lapis
Permukaan
b. Indeks Permukaan Akhir (IPt) berdasarkan besarnya nilaiLER dan
klasifikasi jalan tersebut. Lihat Tabel 2.6 Indeks Permukaan Akhir Umur
Rencana (IPt)
Dengan :
dimana :
Gt
= fungsi
logaritma
dari
perbandingan
antara
kehilangan tingkat
8. Menentukan koefisien kekuatan relatif (a) dan tebal minimum (D) Setelah nilai
ITP didapat kemudian ditentukan nilai koefisien kekuatan relatif yang terdapat
seperti pada Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif
44
TST 6706
45
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
45
TST 6706
46
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
A. Umum
Pada umumnya pekerjaan pada suatu proyek jalan meliputi mobilisasi, drainase,
pekerjaan tanah, pekerjaan bahu jalan, perkerasan berbutir,perkerasan aspal. Untuk
pekerjaan drainase sendiri meliputi galian untuk drainase,saluran dan jalan air.
Pekerjaan tanah meliputi galian tanah biasa, timbunan biasa dan penyiapan badan
jalan. Untuk pekerjaan bahu jalan dan perkerasan berbutir meliputi lapis pondasi
agregat kelas A dan B. Dan untuk pekerasan aspal meliputi lapis resap pengikat,
perekat dan laston (AC).
Untuk biaya pekerjaan terbagi atas bahan, alat, upah atau biaya tenaga kerja. Alat
yang digunakan dalam konstruksi jalan meliputi Aspal Mixing Plant (AMP), Aspal
Finisher, Aspal Spayer, Excavator, Dump Truck, Motor Grader, Vibro Roller, dll.
Bahan yang dipakai dalam konstruksi jalan meliputi aspal semen, pasir urug, agregat
kasar, agregat halus, dll. Untuk analisa alat dan upah tenaga kerja, disesuaikan dengan
upah tenaga sesuai dengan daerahnya.
B. Dasar Teori
Rencana anggaran biaya atau sering disingkat RAB adalah perhitungan biaya
berdasarkan gambar dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun,
sehingga dengan adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
nantinya.
Anggaran biaya merupakan harga dari suatu proyek yang dihitung dengan teliti,
cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada proyek yang sama akan berbedabeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena
perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. (H.Bachtiar Ibrahim, 1993; 3)
Untuk menghitung RAB diperlukan data data antara lain:
1. Gambar Rencana Bangunan.
2. Volume masing masing pekerjaan yang akan di laksanakan.
3. Daftar harga bahan bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan di laksanakan.
4. Analisa BoQ(Bill of Quantity) atau harga satuan pekerjaan.
5. Metode kerja pelaksanaan.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu proyek perancangan jalan harus
direncanakan dengan efisien dan optimal. Banyak hal yang dapat dilakukan sebelum
membuat RAB, diantaranya pemilihan desain dan bahan yang akan dipakai.
Pemilihan desain dan bahan sangat penting dilakukan, karena akan menunjukkan
mutu dan kualitas dari pada bangunan jalan tersebut.
Adapun pembuatan RAB bertujuan untuk:
1. Mengetahui penggunaan bahan dan desain struktur apa saja yang digunakan dalam
perancangan jalan.
46
TST 6706
47
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2. Untuk mengetahui harga bagian atau item pekerjaan sebagai pedoman untuk
mengeluarkan biaya-biaya dalam masa pelaksanaan. Selain itu supaya bangunan
yang akan didirikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Mengetahui jumlah atau volume kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan.
4. Mengetahui berapa besarnya nilai total anggaran biaya pada proyek perancangan
jalan.
C. Bagan Alir Perhitungan RAB
Spesifikasi Umum Gambar Rencana
Alat
Bahan
Tenaga
Penyusutan bunga
modal pengoperasian
Pemilihan tenaga
kerja
Efisiensi Tenaga
Kerja
Rp. Jam
Rp. Berat/Volume
Rp. Jam
Koefisien Alat
Koefisien Bahan
Koefisien Tenaga
Kebutuhan Alat
Kebutuhan Bahan
Kebutuhan Tenaga
Biaya Alat
Biaya Bahan
Biaya Tenaga
47
TST 6706
48
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
D. Perhitungan RAB
Contoh perhitungan RAB untuk pekerjaan tanah bagian galian tanah
Pada pekerjaan tanah, terdapat 3 uraian item pekerjaan, yaitu galian tanah biasa,
timbunan biasa dan penyiapan badan jalan, seperti pada Tabel 6.1 di bawah ini.
Tabel 6.1 RAB untuk Pekerjaan Tanah
NO
MATA
PEMB.
1
URAIAN
PERKIRAAN
SAT. KUANTITAS
3
HARGA
SATUAN
Rp
5
JUMLAH
HARGA
Rp
6
DIV 3. PEKERJAAN
TANAH
3.1 (1)
M3
47,324.20
37,075.00
1,754,544,715.00
3.2 (1)
Timbunan biasa
M3
15,131.60 256,316.00
3,878,471,185.60
M2
10,000.00
3.3
5,754.00
57,540,000.00
5,690,555,900.60
48
TST 6706
49
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
JARAK RATA-RATA
DARI SUMBER BAHAN
No
Uraian
Kode
Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Jarak
Quary
(Km)
Keterangan
Pasir
M01
M3
100,000.00
20.00
Ke Base Camp
Batu Kali
M02
M3
130,000.00
20.00
Ke Lokasi Pek
Batu Belah
M06
M3
90,000.00
25.00
Ke Lokasi Pek
Gravel
M07
M3
110,000.00
25.00
Ke Base Camp
Sirtu
M16
M3
82,500.00
20.00
Ke Lokasi Pek
Pasir Urug
M14
M3
90,000.00
15.00
Ke Lokasi Pek
Untuk memperoleh harga satuan dasar bahan pada Tabel 6.4, terlebih dulu dibuat analisa
harga satuan dasar yang didalamnya terdapat perhitungan alat berat yang akan dipakai untuk
mengalokasikan bahan di atas. Pada Tabel di bawah ini merupakan contoh perhitungan
analisa harga satuan dasar bahan, yaitu pasir.
49
TST 6706
50
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Uraian
Kode
Koefisien
Satuan
Keterangan
Asumsi
Menggunakan alat berat (Mekanik)
Kondisi jalan sedang / baik
Jarak Quary ke loksasi proyek
20.00
Km
Rp M01
1.00
M3
100,000.00
Rp E10
1.00
Jam
491,918.45
Rp E08
1.00
Jam
217,750.99
0.93
0.90
0.83
M3
-
0.50
0.50
1.00
Menit
Menit
Q1
41.68
M3/Jam
Rp1
11,801.53
M3/Jam
II
Urutan kerja
Pasir digali dengan excavator
Excavator memuat pasir ke dalam truck
Dump Truck mengangkut pasir ke proyek
III
Perhitungan
EXCAVATOR
Kapasitas Bucket
Faktor Bucket
Faktor efisiensi alat
waktu siklus
-Menggali memuat
-Lain-lain
Kap. Prod/jam =
V x Fb x Fa x 60
TS1
Biaya Excavator/m3 = ( 1 : Q1 ) x Rp E10
DUMP TRUCK
Kapasitas bak
Faktor efisiensi alat
50
(E10)
V
Fb
Fa
Ts1
T1
T2
TS1
(E08)
V
Fa
4.00
0.83
Ton
-
TST 6706
51
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Kecepatan Rata-rata bermuatan
Kecepatan Rata-rata kosong
Waktu siklus
- waktu tempuh isi = (L/V1)x 60
- waktu tempuh kosong=(L/V2)x 60
-muat = (V/Q1)x60
-Lain-lain
V1
V2
Ts2
T1
T2
T3
T4
Ts2
25.00
30.00
Km/Jam
Km/Jam
48.00
40.00
5.76
1.00
94.76
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Q2
2.10
M3/jam
103,582.35
Rupiah
215,383.88
215,383.00
Rupiah
Rupiah
IV
Rp2
M01
M01
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
51
Uraian
Pasir
Batu Kali
Batu Belah
Gravel
Sirtu
Pasir Urug
Minyak tanah
Agregat halus
Agregat kasar
Material tanah Timbunan
Besi beton
Bendrat
Paku
Pc
Perancah
Kode
Satuan
M01
M02
M06
M07
M16
M14
M11
M04
M03
M08
M13
M13
M18
M12
M3
M3
M3
M3
M3
M3
Ltr
M3
M3
M3
Kg
Kg
Kg
Zak
M3
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Harga
Satuan
(Rp)
Keterangan
215,383
217,266
210,147
212,022
160,717
153,460
11,100
277,356
293,540
50,000
9,900
15,000
13,750
55,000
2,490,200
Ke Base Camp
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Base Camp
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Base camp
Base camp
Base camp
Borrow pit
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
Ke Lokasi Pek
TST 6706
52
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uraian
Pekerja
Tukang
Mandor
Operator
Pembantu Operator
Sopir
Pembantu Sopir
Mekanik
Pembantu Mekanik
Harga
Satuan
(Rp)
Kode
L01
L02
L03
L04
L05
L06
L07
L08
L09
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
52,000
58,000
65,000
62,000
58,000
69,000
58,000
62,000
58,000
Harga
Satuan
(Rp)
Satuan
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
7,429
8,286
9,286
8,857
8,286
9,857
8,286
8,857
8,286
Keterangan
Jam kerja
perhari 7 Jam
Uraian
Koefisien
Satuan
Ket
URAIAN PERALATAN
Jenis peralatan
Tenaga
Kapasitas
Alat baru :
52
Kode
A. Umur Eknomi
EXCAVATOR 80-140 HP
Pw
133.00
Cp
0.93
A
5.00
E07
Hp
m3
Tahun
TST 6706
53
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat
A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat (*)
B
1
2
3
10% x B
i x (1+i)^ A'
(1+i )^A'-1
2,000.00
1,398,271,500.00
5.00
Jam
Rupiah
Tahun
Alat baru
W'
B'
2,000.00
1,398,271,500.00
Jam
Rupiah
Alat baru
Alat baru
139,827,150.00
Rupiah
0.334
210,399.12
Rupiah
1,398.27
Rupiah
211,797.40
Rupiah
C.
W
B
A'
b. Asuransi dll
(E+F)
114,712.50
Rupiah
44,302.30
Rupiah
4
5
Operator
Pembantu Operator
D
E
1
2
3
4
5
6
87,391.97
Rupiah
=
=
(12,5%-17,5%) x B'
W'
( 1 Org/Jam) x U1
( 3 Org/Jam) x U1
L
M
8,857.14
24,857.14
Rupiah
Rupiah
( H+I+K+L+M)
280,121.05
Rupiah
(G + P)
491,918.45
Rupiah
i
U1
U2
Mb
Ms
Mp
20.00
8,857.14
8,285.71
7,050.00
6,900.00
33,310.00
% /Thn
Rp/Jam
Rp/Jam
Ltr
Ltr
Ltr
Lain-lain
Tingkat suku bunga
Upah operator / sopir
Upah Pembantu operator / sopir
Bahan bakar bensin
Bahan bakar solar
Minyak pelumas
53
Uraian
Kode
Koefisien
Satuan
Ket
TST 6706
54
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
URAIAN PERALATAN
Jenis peralatan
Tenaga
Kapasitas
Alat baru :
A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat
A. Umur Eknomi
B. Jam Kerja dalam 1
tahun
C. Harga alat (*)
B
1
2
3
10% x B
i x (1+i)^ A'
(1+i )^A'-1
W
B
A'
2,000.00
296,660,500.00
5.00
2,000.00
E07
Hp
Ton
Tahun
Jam
Rupiah
Tahun
Alat baru
Alat baru
Alat baru
W'
B'
296,660,500.00
Jam
Rupiah
29,666,050.00
Rupiah
0.334
44,638.76
Rupiah
C.
b. Asuransi dll
0,002 x B
W'
296.66
Rupiah
(E+F)
44,935.42
Rupiah
86,250.00
Rupiah
33,310.00
Rupiah
4
5
Operator
Pembantu Operator
D
E
1
2
3
4
5
6
18,541.28
Rupiah
=
=
(12,5%-17,5%) x B'
W'
( 1 Org/Jam) x U1
( 3 Org/Jam) x U1
L
M
9,857.14
24,857.14
Rupiah
Rupiah
( H+I+K+L+M)
172,815.57
Rupiah
(G + P)
217,750.99
Rupiah
i
U1
U2
Mb
Ms
Mp
20.00
9,857.14
8,285.71
7,050.00
6,900.00
33,310.00
% /Thn
Rp/Jam
Rp/Jam
Ltr
Ltr
Ltr
Lain-lain
Tingkat suku bunga
Upah sopir
Upah Pembantu sopir
Bahan bakar bensin
Bahan bakar solar
Minyak pelumas
Setelah menghitung biaya sewa alat seperti tabel di atas, dimasukkan ke dalam tabel
daftar sewa peralatan per jam kerja.
54
TST 6706
55
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Uraian
Harga Alat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Biaya sewa
per jam
(diluar PPN)
Keterangan
AMP
Aspal Finisher
Aspal Sprayer
Buldozer
3,600,549,000.00
3,995,061,000.00
300,019,600.00
2,403,973,000.00
4,103,354.89
914,564.11
102,692.14
727,434.47
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Compresor
Concrete mixer
Crane
Dump truck
Excavator
Generator set
Motor Grader
Whell Loader
Three Whell Roller
Stone Cruher
Vibro Roller
Water Tanker
Concrete Vibrator
139,123,500.00
56,263,500.00
349,855.00
296,660,500.00
1,398,271,500.00
404,500.00
2,097,407,300.00
1,598,024,500.00
484,375,000.00
1,430,363,500.00
1,598,024,500.00
139,123,500.00
5,115,000.00
135,218.66
70,979.31
198,781.94
217,750.99
491,918.45
249,008.84
643,904.34
490,422.57
203,114.42
602,802.40
511,012.81
183,042.66
42,717.97
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
Alat Baru
55
:
:
:
Uraian
Asumsi
Menggunakan Alat Berat
3.1(1)
Galian Tanah Biasa
M3
Kode
Koefisien
Satuan
Keterangan
TST 6706
56
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2
3
4
5
II
1
2
3
Urutan Kerja
Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
Excavator menuankan hasil galian ke dalam truck
Dum Truck membuang hasil galian keluar lokasi jalan
Sejauh
Sekelompok pekerjan merapikan tanah hasil galian
Tk
Fk
7
1.2
Jam
Jam
1.00
Km
III
1
2
2.a
Alat
EXCAVATOR
(E 10)
Kapasitas Bucket
0.93
M3
Faktor bucket
Fb
0.90
Fa
0.83
Waktu sikus
Ts1
Menggali/memuat
T1
0.50
Menit
Lain-lain
T2
0.50
Menit
Ts1
1.00
Menit
V x Fb x Fa x 60
Ts1 x Fk
Q1
2.b
56
34.74
M3/jam
0.0288
Jam
(E08)
DUMP TRUCK
Kapasitas bak
4.00
M3
Fa
0.83
V1
40.00
Km/jam
V2
60.00
Km/jam
= (L : V1) x 60
T1
1.50
Menit
= (L : V2) x 60
= (V : Q1) x 60
T2
T3
1.00
Menit
Menit
TST 6706
57
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
12.85
Lain-lain
V x Fa x 60
Fk x Ts2
0.50
Menit
Ts2
15.85
Menit
Q2
-
2.c
T4
10.47
0.095
M3/jam
Jam
Lump Sump
Alat bantu
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop, Keranjang, sapu dll
Tenaga
Produksi menentukan : Excavator
Q1
34.74
M3/jam
Qt
243.15
M3
Pekerja
4.00
Org
Mandor
1.00
Org
Pekerja = (Tk x P ) : Qt
(L01)
0.1152
Org
Mandor = ( Tk x M ) : Qt
(L03)
0.0288
Org
57
TST 6706
58
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
KEGIATAN
NO. PAKET
NAMA PAKET
:
:
KABUPATEN
KOTA
YOGYAKARTA
3.1 (1)
URAIAN
GALIAN BIASA
SATUAN
M3
NO
KOMPONEN
PERKIRAAN
SATUAN KUANTITAS
HARGA
SATUAN
(Rp)
:
:
:
JUMLAH
HARGA
(Rp)
TENAGA
Pekerja
Jam
0.1152
7,428.57
855.44
Mandor
Jam
0.0288
9,285.71
267.33
MATERIAL
PERALATAN
Excavator
Jam
0.0288
491,918.45
14,161.84
Dump truck
Jam
0.0955
217,750.99
20,791.28
Alat bantu
Ls
1.0000
1,000.00
1,000.00
58
PERKIRAAN
KUANTITAS
JUMLAH HARGA
% THD HARGA
PEK
37,075.89
TST 6706
59
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
37,075.00
Pada Tabel 6.10 di bawah ini, diperoleh harga satuan untuk pekerjaan galian
tanah sebesar Rp 37.075,00. Setelah diperoleh harga satuan ini, maka dapat
dilakukan perhitungan RAB untuk galian tanah seperti pada Tabel 6.1 di awal
tadi.
DAFTAR PUSTAKA
2015, Modul Praktikum Perancangan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Tidak
dipublikasikan, Yogyakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Jalan
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1989, Metoda Analisa
Komponen SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732-1989-F
59