BAB V
ANALISIS TEKNIK JALAN
5.1.
secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan
data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta
mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Kelengkapan dan data dasar yang disiapkan sebelum mulai melakukan
perhitungan / perencanaan, yaitu :
Peta planimetri dan peta-peta lainnya (geologi dan tataguna lahan).
Kriteria Perencanaan.
Ketentuan jarak pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan sebelum
memulai perencanaan, selain didasarkan pada teoritis, juga untuk praktisnya.
Elemen dalam perencanaan geometrik jalan, yaitu :
Alinemen Horizontal (situasi/plan)
Alinemen Vertikal (potongan memanjang/profile)
Potongan Melintang (cross section)
Penggambaran
5.1.1. Jarak Pandang
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Laporan Akhir
BAB V - 1
Jarak Minimum
Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraan dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap
titik di sepanjang jalan harus memenuhi ketentuan Jh.
b. Asumsi Tinggi
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan
tinggi halangan 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan.
c. Elemen - Jh
Jh terdiri dari 2 (dua) elemen jarak, yaitu :
1. Jarak Tanggap (Jht), adalah jarak yang di tempuh oleh kendaraan sejak
melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat
pengemudi menginjak rem,dan
2. Jarak Pengereman (Jhr), adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
d. Rumus yang digunakan :
Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
Jh = Jht + Jhr ................................................................................................(5.1a)
VR
(VR ) 2
T
Jh =
....................................................................................(5.1b)
3,6
2 gf p
Dimana :
VR =
T =
Laporan Akhir
BAB V - 2
VR
Jh = 0,278 VR T
......................................................................(5.2)
254 f p
Jh = 0,278 VR T
VR
.............................................................(5.3)
254 ( f p L)
30
20
27
16
Dari TPGJAK
Jarak
Jh adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain
di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula (lihat
Gambar 5.1)
BAB V - 3
Asumsi tinggi
Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan
d1 =
d2 =
d3 =
jarak
antara
kendaraan
yang
mendahului
dengan
a.T1
...............................................................(5.5a)
2
d2 = 0,278 VR T2 ...................................................................................(5.5b)
d3 = antara 30 100 m
VR km/jam
Jh Minimum (m)
50-65
30
65-80
55
80-95
75
95-110
90
d4 = 2/3 d2.................................................................................................(5.5c)
dimana : T1 = waktu dalam (detik), 2,12 + 0,026 VR
T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik), 2,056 + 0,048 VR
a = percepatan rata-rata km/jam/detik , 2,052 + 0,0036 VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan
yang disiap, (biasanya diambil 10 15 km/jam)
Laporan Akhir
BAB V - 4
30
20
150
100
Dari TPGJAK
d. Penyebaran Lokasi
Lokasi atau daerah untuk mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan
jumlah panjang minimum 30 % dari panjang total ruas jalan yang direncanakan.
5.1.2. Alinemen Horizontal
Pada perencanaan alinemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian
jalan, yaitu : bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang
terdiri dari tiga jenis tikungan yang digunakan, yaitu :
-
Spiral Spiral ( S S )
1. Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu 2,5 menit
(sesuai VR), dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan.
Tabel 5.3 Panjang Bagian Lurus Maksimum
Fungsi
Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)
Datar
Bukit
Gunung
Arteri
3.000
2.500
2.000
Kolektor
2.000
1.750
1.500
Dari TPGJAK
2. Tikungan
a. Jari-jari minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima
gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya
sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan jalan pada tikungan yang disebut
superelevasi (e)
Laporan Akhir
BAB V - 5
Pada saat kendaraan melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah
melintang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya
gesekan melintang. Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut
koefisien gesekan melintang (f)
Rumus umum untuk lengkung horizontal adalah :
V2
R=
........................................................................................(5.6a)
127 (e f )
25
D = 2 R x360 ....................................................................................(5.6b)
Dimana : R = jari-jari lengkung (m)
D = derajat lengkung ()
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat
dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan
maksimum,
Rmin
VR
Dmak
...........................................................................(5.7a)
R min
VR
emax
fmak
: koefisien gesek
: derajat lengkung
Dmak
: derajat maksimum
Gambar 5.2 yang hasilnya dibulatkan. Untuk berbagai variasi kecepatan dapat
digunakan Tabel 5.4
Laporan Akhir
BAB V - 6
BAB V - 7
Keterangan :
= Sudut tikungan
Tc
Rc
= jari-jari lingkaran
Lc
Ec
FC (Full Circle), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu
lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang besar
agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang
besar.
Tabel 5.5. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan
VR (km/jam)
120 100 80 60 50 40 30 20
Rmak (m)
2500 1500 900 500 350 250 130 60
Tc = Rc tan ........................................................................................(5.8a)
Ec = Tc tan ........................................................................................(5.8b)
Lc =
2 Rc
.......................................................................................(5.8c)
360
c. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari perubahan terjadinya perubahan
alinemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran ( R = R = Rc ), jadi
lengkung peralihan ini diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran (circle),
yaitu pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran.
Lengkung peralihan dengan bentuk spiral (clothoid) banyak digunakan juga oleh
Bina Marga.
Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-C-S.
Panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan AntarKota, 1997, diambil nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :
Laporan Akhir
BAB V - 8
VR
T ......................................................................................................(5.9a)
3,6
Ls = 0,022
VR
V . e
2,727 R
................................................................(5.9b)
Rc C
C
(em en
VR ..........................................................................................(5.9c)
3,6 e
Dimana :
Rc
= superelevasi
em
= superelevasi maksimum
en
= superelevasi normal
re
Laporan Akhir
BAB V - 9
= absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titikTS dan SC (jarak lurus lengkung
peralihan)
Ys
= ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC
pada lengkung.
Ls
Lc
Ts
TS
SC
Es
Rc
= jari-jari lingkaran.
Laporan Akhir
BAB V - 10
Ls 2
) ........................................................................................(5.10a)
40 Rc 2
Ys =
Ls 2
6 Rc
s =
90 Ls
........................................................................................................(5.10c)
Rc
...........................................................................................................(5.10b)
c = - 2s
Lc =
( 2 s )
x x Rc .................................................................................(5.10h)
180
Ltot= Lc + 2 Ls ......................................................................................................(5.10i)
p =
Ls 2
6 Rc
k = Ls -
- Rc (1 Cos s) ................................................................................(5.10d)
Ls 3
- Rc Sin s .............................................................................(5.10e)
40 Rc 2
Ls 2
< 0,25 m................................................................................(5.10j)
24 Rc
Laporan Akhir
BAB V - 11
s Rc
.......................................................................................................(5.11c)
90
Laporan Akhir
BAB V - 12
3. Pencapaian Superelevasi
Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier (lihat Gambar
5.8), diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran
penuh sepanjang 1/3 Ls)
Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian
spiral.
Laporan Akhir
BAB V - 13
Superelevasi tidak diperlukan jika radius ( R ) cukup besar, untuk cukup lereng luar
diputar sebesar lereng normal (LP), atau bahkan tetap lereng normal (LN).
4. Landai Relatif
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantar tepi
perkerasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif.
Persentase kelandaian ini disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah lajur yang
ada.
Untuk praktis, dapat digunakan besaran pada Tabel 5.6. atau dihitung dengan
rumus :
1
(e en) B
........................................................................................(5.12)
m
Ls
1
m
dimana :
= superelevasi, (m/m)
en
75
100 115
60
80
1
1
125 150
Dari Spesifikasi Standar untuk Perc. geometrik JLK(Ranc. Akhir), Bina Marga 1990)
5. Diagram Superelevasi
a.
Metode
Metode untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng potongan
melintang, dilakukan dengan bentuk profil dari tepi perkerasan yang dibundarkan, tetapi
disarankan cukup untuk mengambil garis lurus saja.
Laporan Akhir
BAB V - 14
Laporan Akhir
BAB V - 15
Laporan Akhir
BAB V - 16
b.
Diagram
Pembuatan diagram superelevasi antara cara AASHTO dan cara Bina Marga ada
Laporan Akhir
BAB V - 17
Jika Jh < Lt :
E = R1 (1 Cos
28,65 Jh
)...........................................................................(5.13)
R1
BAB V - 18
b.
Jika Jh > Lt :
E = R1 (1 Cos
28,65 Jh
28,65 Jh
Jh Lt
)+(
Sin
)..........................(5.14)
1
2
R
R1
dibuat tikungan gabungan dari dua busur lingkaran (FC), disarankan seperti pada
gambar di bawah .
Gambar. 5.12a :
Tikungan gabungan
searah, R1 1,5 R2
Laporan Akhir
BAB V - 19
Gambar. 5.12b.
Tikungan gabungan
Searah dengan sisipan
Garis lurus
Gambar 5.12c :
Tikungan gabungan
searah dengan sisipan
spiral
b.
kondisi ini pengemudi untuk mempertahankan keadaan pada lajurnya. Jika terpaksa
dibuat tikungan gabungan dari dua busur lingkaran (FC), disarankan seperti pada
gambar dibawah.
Gambar 5.13a :
Tikungan gabungan
berbalik, R1 1,5 R2
Laporan Akhir
BAB V - 20
Gambar 5.13b :
Tikungan gabungan
berbalik dengan sisipan
garis lurus
Gambar 5.13c
Tikungan gabungan
berbalik dengan
sisipan spiral
BAB V - 21
40
< 40
10
10
Dari TPGJAK
c. Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat
kelandaian minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena
Laporan Akhir
BAB V - 22
kemiringan melintang jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air ke
samping.
d. Panjang Kritis suatu Kelandaian
Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum
agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh VR.
Lama perjalanan pada panjang kritis tidak lebih dari satu menit.
Tabel 5.8. Panjang kritis (m)
Kecepatan pada awal
Kelandaian (%)
Tanjakan (km/jam) 4
5
6
7
8
9
10
80
630 460 360 270 230 230 200
60
320 210 160 120 110 90
80
Dari TPGJAK
e. Laju Pendakian pada Kelandaian Khusus
Pada jalur jalan dengan rencana volume lalulintas yang tinggi, terutama untuk
tipe 2/2 TB, maka kendaraan berat akan berjalan pada lajur pendakian dengan kecepatan
dibawah VR , sedangkan kendaraan lain masih dapat bergerak dengan VR , sebaiknya
dipertimbangkan untuk dibuat lajur tambahan pada bagian kiri dengan ketentuan untuk
jalan baru menurut MKJI didasarkan pada BSH (Biaya Siklus Hidup).
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagaai berikut:
Berdasar MKJI (1997)
Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan analisis BSH,
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Lajur pendakian pada kelandaian khusus, jalan luar kota (2/2 TB), usia
rencana 23 tahun
Ambang arus lalulintas (kend./jam) tahun 1, jam puncak
Panjang
Kelandaian
3%
5%
7%
0,5 km
500
400
300
325
300
300
1 km
Dari TPGJAK
Laporan Akhir
BAB V - 23
Laporan Akhir
BAB V - 24
Lengkung cembung
Lengkung cekung
Laporan Akhir
BAB V - 25
L g1
L g1
................................................................................(5.15a)
g1 g 2
A
2
L g1
L g1
.......................................................................(5.15b)
2 ( g1 g 2 )
A
Dimana :
g1
g1
kelandaian
menurun (penurunan), diberi tanda (-). Ketentuan pendakian atau penurunan ditinjau
dari kiri.
Ev =
AL
.................................................................................................(5.16)
800
Untuk : x = L
y = Ev
a. Lengkung Vertikal Cembung
Ketentuan tinggi menurut Bina Marga (1997) untuk lengkung cembung seperti
pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Ketentuan tinggi untuk jenis jarak pandang
Untuk Jarak
h1 (m)
H2 (m)
Pandang
Tinggi mata
Tinggi obyek
Henti (Jh)
1,05
0,15
Mendahului (Jd)
1,05
1,05
Laporan Akhir
BAB V - 26
Panjang L, berdasarkan Jh
Jh < L, maka : L =
A Jh 2
..............................................................................(5.17a)
399
Jh > L, maka : L = 2 Jh -
399
........................................................................(5.17b)
A
Panjang L, berdasarkan Jd
Jd < L, maka : L =
A Jd 2
..............................................................................(5.17c)
840
Jd > L, maka : L = 2 Jd -
840
.......................................................................(5.17d)
A
BAB V - 27
Panjang lengkung vertikal cembung (L), yang diperoleh dari rumus 5.17(c,d)
pada umumnya akan menghasilkan L lebih panjang daripada jika digunakan rumus
5.17(a,b).
Untuk penghematan biaya L dapat ditentukan dengan rumus 5.17(a,b) dengan
konsekwensi kendaraan pada daerah lengkung cembung tidak dapat mendahului
kendaraan didepannya, untuk keamanan dipasang rambu (R9 dan R25).
BAB V - 28
BAB V - 29
Laporan Akhir
BAB V - 30
Dengan bantuan gambar 5.19a,b di atas, yaitu tinggi lampu besar kendaraan =
0,6 m (21) dan sudut bias = 1, maka diperoleh hubungan praktis, sebagai berikut :
Jh < L, maka : L =
A Jh 2
120 3,5 Jh
Jh > L, maka : L = 2 Jh -
............................................................(5.18a)
120 3,5 Jh
..................................................(5.18b)
A
AV2
.................................................................................................(5.19)
389
Laporan Akhir
BAB V - 31
5.2.
Laporan Akhir
BAB V - 32
RODA TUNGGAL
PADA UJUNG SUMBU
HP
1,2
BUS
1,2L
TRUK
1,2H
TRUK
1,22
TRUK
1,2+2,2
TRAILER
1,2-2
TRAILER
1,2-2,2
TRAILER
Laporan Akhir
2,0
UE 18 KSAL MAKSIMUM
0,5
UE 18 KSAL KOSONG
1,5
1,1
0,0001 0,0005
50%
34%
2,3
4,2
14
8,3
18,2
20
25
34%
66%
34%
66%
0,0013 0,2174
0,0143 5,0264
25
31,4
75%
0,0044 2,7416
18%
6,4
66%
0,0037 0,3006
25%
50%
28%
27% 27%
0,0085 3,9083
18%
6,2
20
26,2
0,0192 6,1179
10
32
42
0,0327 10,183
41%
18% 28%
41%
54%
27% 27%
BAB V - 33
Laporan Akhir
BAB V - 34
PERANCANG
AN
DATA LALULINTAS
Komposisi
Volume
UMUR PERANCANGAN
PERTUMBUHAN
LALULINTAS
PREDIKSI LALULINTAS
KOEFISIEN DISTRIBUSI
KENDARAAN ( C )
ANGKA EKUIVALEN(E)
LINTAS EKUIVALEN
PERMULAAN (LEP)
LEP=LHR x C x E
DAYA DUKUNG
TANAH
INDEKS PERMUKAAN
FAKTOR REGIONAL
Laporan Akhir
INDEKS TEBAL
PERKERASAN (ITP)
PEMERIKSAAN
TEBAL LAPIS KERAS
BAB V - 35
4 cm
AC
PONDASI ATAS
33 cm
ATB
PONDASI BAWAH
30 cm
CBR 5 %
TANAH DASAR
40
10
< 40
10
BAB V - 36
Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih
dari satu menit. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Panjang Kritis (m)
kecepatan pada awal
kelandaian (%)
tanjakan (km/jam)
4
5
6
7
8
80
630
460
360
270 230
60
320
210
160
120 110
9
230
90
10
200
80
2. Ruang bebas
a. Ruang bebas (Clereance) vertikal
Jalan di atas jalan raya = 5,10 m
Jalan di atas frontage road = 3,5 m
Jalan/jembatan di atas sungai dari M.A.B = 1,2
Jalan/Jembatan di atas sungai yang digunakan untuk transportasi sungai dihitung
dari M.A.B = 3,0 m
b. Ruang bebas (Clereance) horisontal
Jalan yang menyilang di atas jalan raya/jalan lokal harus diperhitungkan
kemungkinan pelebaran dari jalan lokal/raya tersebut.
5.2.7. Gambar Tipikal Penampang Jalan
1. Gambar Tipikal Geometri Penampang Jalan
Damija min 20 m
Damaja
AC
4%
2000
Laporan Akhir
2000
2%
2 x 3750
2%
2 x 3750
4%
2000
2000
BAB V - 37
Tanah Dasar
Laporan Akhir
BAB V - 38
70
00
70
00
35
00
35
00
15
00
35
00
70
00
15
00
35
00
35
00
20
00
0
150
0
350
0
350
0
350
0
350
0
700
0
70 0
0
150
0
350
0
150
0
700
0
BAB V - 39
Laporan Akhir
BAB V - 40
2%
3%
0%
2%
3%
4%
4%
4770
3840
96000
31000
32000
5410
5410
32000
32000
4770
31000
Laporan Akhir
BAB V - 40
3840
96000
150
700
0
150
0
350
0
200
0
310
0
675
0
150
750
960
00
320
00
150
0
750
0
200
00
960
00
3100
0
675
0
150
0
7000
150
0
Laporan Akhir
BAB V - 42
Laporan Akhir
BAB V - 42