Anda di halaman 1dari 20

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing

dan Jalan Halim Perdana Kusuma


LAPORAN AKHIR

BAB 7

Desain Geometrik Jalan


7.1 Kriteria Desain Geometrik Jalan
Standar yang digunakan dalam perencanaan geometrik jalan adalah standar yang
dikeluarkan oleh Bina Marga, yaitu : Spesifikasi Standar untuk Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota. Selain itu digunakan pula literatur lain yang
mendukung yang antara lain adalah A Policy on Geometric Design of Highways
and Street, AASHTO 1994.
Faktor penting dalam perencanaan geometrik jalan adalah tipe dan kelas jalan
yang direncanakan. Tipe jalan ditentukan berdasarkan aksesibilitas terhadap jalan
tersebut dan kelas jalan berdasarkan fungsi jalan dan volume lalu lintas yang
direncanakan. Kecepatan rencana dan elemen desain perencanaan geometrik jalan
ditentukan oleh tipe dan kelas jalan.
Perhitungan kapasitas jalan dilakukan dengan menggunakan Indonesia Highway
Capacity Manual (IHCM) tahun 1997 yang dikeluarkan oleh Bina Marga.
Perhitungan kapasitas menggunakan rumus:
C = C0 . FCW .FCSP .FCSF .FCCS.
dimana:
C
: kapasitas (smp/jam)
C0
: kapasitas dasar (smp/jam)
FCSP : faktor penyesuaian distribusi
FCW : faktor penyesuaian lebar jalan
FCSf : faktor penyesuaian gangguan samping
FCcs : faktor penyesuaian ukuran kota
Dalam perancangan jalan, bentuk geometrik jalan harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada lalu lintas sesuai fungsinya.
a. Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama yaitu:
Memberikan keamanan dan kenyamanan, seperti: jarak pandangan, ruang
yang cukup bagi manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan yang
pantas.
b. Menjamin suatu perancangan yang ekonomis
Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis
medan. Secara umum, prosedur perancangan geometrik jalan adalah seperti
pada Gambar 7.1.
PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 1

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Geometrik tersebut terbagi dua bagian besar yaitu perencanaan
alinyemen horisontal dan perencanaan alinyemen vertikal. Dasar teori
perencanaan adalah sebagai berikut:
7.2

Perencanaan Alinyemen Horizontal


Alinyemen horisontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang
horisontal (denah). Alinyemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian
lengkung.
Untuk panjang bagian lurus, dengan pertimbangan faktor keselamatan, dan
kelelahan pengemudi maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus
(terutama jalan antar kota) ditempuh tidak lebih dari 2,5 menit, sesuai dengan
kecepatan rencana.
Analisis Jaringan Jalan
(Studi Perencanaan
Transportasi)

Fungsi Jalan (Kelas Jalan) dan


Kebutuhan Damija

Standar Desain Kelas


(Dimensi Potongan Melintang
Jalan, Kecepatan rencana,
Landai Max., Standar Desain
Alinyemen)

Analisis Lalu Lintas

Survai Topograf

Proses Desain Alinyemen

Cek Konsistensi dan Jarak


Pandang
Cek Volume Pekerjaan
Tanah
tidak

Alinyemen
Memuaskan ?

ya

Gambar Desain Jalan


Data Pematokan
Volume Pekerjaan Tanah
Mass Haul Diagram

Gambar 7.1 Bagan Alir Perencanaan Geometrik

Fungsi
Arteri
Kolektor

Tabel 7.1 Panjang Bagian Lurus Maksimum


Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)
Datar

Bukit

Pegunungan

3000
2000

2500
1750

2000
1500

Sumber: Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina
Marga,1997

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 2

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

VR (km/jam)

Tabel 7.2 Jari-jari Minimum


120 100 80
60 50

Jari-jari Minimum Rmin


(m)
Jari-jari Minimum Tanpa
Lengkung Peralihan (m)
Jari-jari Minimum Tanpa
Superelevasi (m)

40

30

20

600

370

210

110

80

50

30

15

2500

1500

900

500

350

250

130

60

5000

2000

1250

700

Sumber: Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga,1997

Sedangkan penentuan kemiringan melintang (e) tergantung kondisi yang ada


dan pertimbangan praktis (misalnya untuk kemudahan pelaksanaan).
Penentuan nilai e maks didasarkan pada:
- Kondisi iklim: frekuensi hujan
- Kondisi terrain/topografi: datar, bukit atau gunung
- Kondisi daerah: urban atau rural
- Kondisi lalu lintas: frekuensi lalu lintas berkecepatan rendah.
Untuk keperluan praktis, maka di Indonesia, digunakan empat jenis nilai e
maks, yaitu 6%, 8%, 10%, dan 12%. Nilai ini diadopsi dari hasil pendekatan
yang dilakukan oleh AASHTO. Untuk jalan dalam kota (urban) digunakan e
maks 6% dan 8% (saat ini e maks 6% lebih sering digunakan). Sedangkan
untuk jalan antar kota (rural) digunakan e maks 10% dan 12% (saat ini e maks
10% lebih sering digunakan).
Untuk bagian tikungan, bentuk tikungan dapat berupa Spial-Circle-Spiral
(SCS), Full Circle (FC) dan Spiral-Spiral (SS). Jenis-jenis tikungan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tikungan Lingkaran Penuh (Full - Circle)

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 3

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
b. Tikungan spiral-lingkaran (spiral-circle-spiral)

k X C R sin S

Ls 360
2 R 2
c 2 S

p YC R(1 cos S )
Ts

c
Lc
2R
360
2
Ls
YC
6R
X C Ls

p tan

p
R

cos
2
L total Lc 2 Ls
Es

Ls 3
40 R 2

k
2

c. Tikungan spiral (spiral-spiral)


S 12

k X C R sin S

c 0
Lc 0

Ts R p tan

YC

p YC R(1 cos S )

Ls 2
6R

X C Ls

Es
3

Ls
40 R 2

R p

2
L total 2 Ls

k
2

cos

Menurut Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU,


Ditjen Bina Marga, 1997, lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan
di antara bagian lurus dan bagian lengkung yang berjari-jari tetap, R.
Lengkung ini adalah sebagai antisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk
lurus (R tidak berhingga) sampai bagian lengkung jalan dengan jari-jari tetap
demikian sehingga gaya sentrifugal yang terjadi pada kendaraan pada saat
melewati tikungan berubah secara berangsur, baik pada saat masuk tikungan
maupun keluar tikungan.
Bentuk tikungan dapat berupa parabola atau spiral, tetapi umumnya yang
digunakan adalah spiral. Panjang lengkung peralihan ditetapkan atas
pertimbangan bahwa lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu
dibatasi untuk menghindari kesan perubahan alinyemen yang mendadak dan
ditetapkan 3 detik dari kecepatan rencana.

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 4

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Pertimbangan lain adalah bahwa gaya sentrifugal yang terjadi dapat
diantisipasi secara berangsur pada lengkung dengan aman dan bahwa tingkat
perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian normal ke
kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melebihi re-maks, yang dalam Tata
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina
Marga, 1997 ditetapkan untuk kecepatan rencana di bawah dan sama dengan
70 km/jam, re-maks = 0,035 m/m/detik dan untuk kecepatan di atas dan sama
dengan 80 km/jam, re-maks = 0,025 m/m/detik. Dengan ketetapan ini maka
dapat disusun beberapa pendekatan untuk menghitung panjang lengkung
peralihan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan:

Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal:

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

dimana:
Vrencana =
Ls
=
T
=
em
=
en
=
re
=

Ls

Ls 0 ,022

Vrencana
T
3 ,6

Vrencana
V
e
2 ,727 rencana
R .C
C

Ls

( em en ) Vrencana
3 ,6 re

kecepatan rencana (km/jam)


panjang lengkung peralihan (m)
waktu tempuh di Ls, diambil 3 detik
superelevasi maksimum
superelevasi normal (umumnya 2%)
tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan,
Vrencana 70 km/jam re-maks = 0,035 m/m/detik
Vrencana 80 km/jam re-maks = 0,025 m/m/detik

Pada dasarnya tidak ada ketentuan baku tentang pemilihan jenis tikungan.
Bina Marga, untuk keseragaman perancangan, menyarankan untuk
menggunakan tikungan spiral-circle-spiral sebagai dasar perancangan. Alur
pemilihan tikungan yang disarankan oleh Bina Marga adalah sebagai berikut:

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 5

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral

ya

Lc < 25 m ?

Tikungan Spiral- Spiral

tidak
ya

p < 0,10 m ?

Tikungan Lingkaran

tidak
e < min (0,04
atau
1,5 en) ?

ya

Tikungan Lingkaran

tidak
Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral

Gambar 7.2 Proses Pemilihan Jenis Tikungan


Titik penting hasil perancangan sumbu jalan perlu dibuat tanda berupa patokpatok dengan nomor kode referensi tertentu. Penomoran ini disebut stationing
dimana angka yang tercantum menunjukkan jarak atau lokasi titk tersebut
terhadap titik acuan. Format umum stationing adalah : X+YYY,ZZZ dimana X
menunjukkan besaran kilometer, Y adalah besaran meter, dan Z adalah besaran
per seribuan meter.
Suatu titik yang memiliki sta 1+200 menunjukkan bahwa titik tersebut terletak
pada satu kilometer dua ratus meter dari titik awal atau titik acuan. Tujuan
penggunaan stationing adalah sebagai tanda atau lokasi titik-titik penting,
seperti titik awal, simpang, titik penting tikungan, titik awal jembatan, titik
akhir, dan sebagainya. Selain itu sta pun digunakan sebagai patokan atau
acuan jarak.
Peralihan dari kemiringan melintang normal sampai ke superelevasi dilakukan
secara berangsur disekitar titik awal tikungan dan peralihan dari superelevasi
ke kemiringan
normal dilakukan disekitar titikCSakhir tikungan.
TS melintangSC
ST Yang
paling umum dan sering digunakan adalah dengan cara sumbu perkerasan
Pot.
sebagai
sumbu putar yang pertama. Untuk tikungan S-C-S peralihan
2
superelevasi digambarkan secara grafis dalam bentuk diagram superelevasi
seperti pada gambar berikut:
Pot.
1

e%
2%
0%
2%

Pot.
PT.Hasfarm
3
Pot.
4

Dian Konsultan
Ls

7. 6

e%

Lc

Ls

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

2%

0%

2%

2%

2%

e%

2%

e%
Pot. 1

Pot. 2

Pot. 3

Pot. 4

Gambar 7.3 Diagram Superelevasi untuk Tikungan S-C-S

2%

0%

2%

Pot.
4

2%

ST

SCS

TS
Pot.
3
Pot. 1

Pot. 2

Pot.
2

e%
Pot.
1

2%

2%

0%

e%

2%

2%

e%

Pot. 3

Pot.
4
Pot.
2%3
Pot. 4
Pot.
2

2%

Pot. 1
0%

2%

CT

TC
Ls

e%

Ls

Pot.
1

2%
0%
2%

2%
Gambar
7.4 Diagram Superelevasi untuk Tikungan S-S
Pot. 2

2/3 Ls'

2%

1/3 Ls'

Lc

1/3 Ls'

2/3 Ls'

Pot. 3 Dian Konsultan


PT.Hasfarm
e%
e%

7. 7

Pot.
1

2%

TC
Pot. 4

CT

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.5 Diagram Superelevasi untuk Tikungan F-C


Pada tikungan full circle, pencapaian superelevasi (Potongan 4) dilakukan
secara linier, yang diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai pada
bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 Ls. Nilai lengkung peralihan (Ls)
kadang diberi notasi Ls, yang artinya lengkung peralihan fiktif. Hal ini untuk
menandakan bahwa dalam perhitungan lengkung full circle tidak dibutuhkan
data Ls. Panjang peralihan ini hanya diberikan pada saat pembuatan diagram
superelevasi dan konstruksi.
7.3

Perencanaan Alinyemen Vertikal


Kontrol yang umum digunakan dalam perencanaan lengkung vertikal adalah
sebagai berikut:
Kelandaian diusahakan mengikuti bentuk permukaan tanah asli sebanyak
mungkin untuk mengurangi galian dan timbunan untuk menekan biaya
Perencanaan harus dilakukan sebaik karena sulit dan mahal untuk
memperbaiki suatu kelandaian jalan dikemudian hari
Penggunaan landai maksimum sebaiknya dihindari dan jika kondisi harus
menggunakan landai maksimum maka perlu ditambahkan jalur pendakian
khusus
Perencanaan alinyemen vertikan dikoordinasikan dengan alinyemen
horizontal.
Landai maksimum adalah landai vertikal maksimum dimana truk dengan
muatan penuh masih mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak
lebih dari setengah kecepatan awal tanpa penurunan gigi atau pindah ke gigi
rendah, seperti pada tabel berikut:
PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 8

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Tabel 7.4 Kelandaian Maksimum
120 100 80
60
50

VR (km/jam)

Kelandaian Maksimum
(%)

40

30

20

10

10

Sumber: Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga,1997

Panjang kritis adalah panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian rupa sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari kecepatan rencana. Lama perjalanan
tersebut tidak boleh lebih dari satu menit.
Tabel 7.5 Panjang Kritis
Kecepatan pada
Kelandaian (%)
Awal Tanjakan
4
5
6
7
8
9
10
(km/jam)
80
60

630
320

460
210

360
160

270
120

230
110

230
90

200
80

Sumber: Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina
Marga,1997

Di dalam perencanaan panjang lengkung vertikal, perhitungannya mengikuti


persamaan parabola sederhana, seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

Catatan: :
Untuk Parabola

V atau PVI adalah titik perpotongan kelandaian

g1 dan g2 adalah kelandaian jalan dalam % dY


d 2Y

r
(konstan)
dengan
didapat
: g(+)jika
rXnaik
Cdan g(-) jika
Analisa dilakuan
dari integrasi
kiri ke kanan
dan nilai
dX
dX 2
turun
(g2 - dY
g ) adalah Perbedaan aljabat kelandaian,
A (%)
dY
untuk X Nilai
0, e1 atau
g1Evdan
untuk
X

L
,

g
2
adalah nilai y pada
dX
dXx = L
L atau Lv adalah panjang lengkung
( g 2 g1 )dan y(+) untuk lengkung
untuk
g1 0 CNilai
, g 2 y(-)
rL
C ,lengkung
atau r Cembung
sehingga,
Cekung
L
Gambar 7.6 Lengkung Vertikal
dY g 2 g1

X g1 dan dengan integrasi lagi didapat,


dX
L
g g1 X 2
Y 2
g1 X C ' (C' 0 untuk X 0 dan Y 0)

L 2

(Y y ) g1
dari gambar didapatkan bahwa

sehingga persamaan di atas menjadi


X
1
1 g g1 2
1 A 2
y- 2
X atau untuk A g 2 g1 maka y -
X
2 Dian
L Konsultan
2 L

PT.Hasfarm
7. 9
Nilai e (vertical offset) atau Ev adalah untuk x 1/2 L, yaitu :

1
A
L AL
8
8

Ev e

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Panjang lengkung vertikal didasarkan kepada kecepatan rencana, jarak


pandang (khususnya jarak pandang henti), dan perbedaan aljabar kemiringan.
Untuk bentuk lengkung cembung didasarkan keamanan, kenyamanan,
drainase dan estetika dengan mempertimbangkan jarak pandang yang dapat
dicapai. Sedangkan untuk lengkung cekung perlu diperhatikan jarak lampu
sorot dan drainese. Jika jarak pandang dinyatakan dengan S, khususnya Jh,
yang besarnya untuk setiap kecepatan rencana telah dibahas pada bab
sebelumnya, h1 adalah tinggi mata pengemudi, h2 adalah tinggi halangan,
serta A selisih aljabar kelandaian, maka beberpa rumus yang dapat digunakan
untuk mementukan lengkung vertikal adalah sebagai berikut:
A. Lengkung Vertikal Cembung
o
Jika jarak pandang yang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
(SL):
L

100 x

S2 A
2h1

2h2

Jika jarak pandang yang lebih besar dari panjang lengkung vertikal
(S>L):
L 2S

200

2 h1

2 h2

B. Lengkung Vertikal Cekung


a) Jika jarak pandang yang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (SL):
L

S2A
122 3,5S

b) Jika jarak pandang yang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S>L):
L 2S

PT.Hasfarm Dian Konsultan

122 3.5S
A

7. 10

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
7.4

Desain Geometrik Jalan


Desain geometri jalan pada Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing dan
Jalan Halim Perdana Kusuma yang akan dilakukan pelebaran badan.
1. Klasifikasi Jalan
a. Klasifkasi menurut Fungsi Jalan
Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan Halim Perdana Kusuma
termasuk jalan Perkotaan.
b. Klasifkasi menurut Kelas Jalan
Menurut kelas jalan, Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan
Halim Perdana Kusuma termasuk dalam jalan kelas I,
dengan MST 10 ton.
c. Klasifkasi menurut Medan Jalan
Sesuai dengan kondisi medan, Jalan Cakung-Cilincing
dan Jalan Halim Perdana Kusuma termasuk dalam
medan dataran.
d. Klasifkasi menurut Wewenang Pembinaan Jalan
Klasifkasi jalan menurut wewenang pembinaannya
sesuai PP. No. 36/1985, Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan
Halim Perdana Kusuma adalah Jalan Nasional. Sehingga
kewenangan
penanganannya
berada
di
bawah
Pemerintah Pusat atau SNVT P2JN, Balai Besar Wilayah
IV.
2. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah
kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan
pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Untuk Jalan
Cakung-Cilincing dan Jalan Halim Perdana Kusuma
kecepatan rencana ditetapkan 60 km/jam. Hal ini sesuai
dengan kondisi medan dan fungsi Jalan tersebut sebagai
jalan perkotaan.
4. Jarak Pandang
Jarak pandang dikenal ada 2 macam :
PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 11

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Jarak Pandang Henti (Jh), sesuai dengan kecepatan
rencana digunakan jarak pandang henti = 50 m.
Jarak Pandang Menyiap, mengingat Jalan CakungCilincing dan Jalan Halim Perdana Kusuma relatip lurus
dan pada Jalan Halim Perdana Kusuma telah digunakan
median/pemisah jalur serta Jalan Cakung-Cilincing
masing-masing satu arah, maka tidak digunakan
batasan jarak pandang menyiap.
5. Plan Rencana Jalan Cakung-Cilincing

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 12

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR
Gambar 7.7 Plan Rencana Jl. Cakung-Cilincing Sta. 0+000~Sta. 2+800

Gambar 7.8 Plan Rencana Jl. Cakung-Cilincing Sta. 2+800~Sta. 4+500

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 13

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

6. Tipikal Rencana Jalan Cakung-Cilincing

Gambar 7.9 Tipikal Sisi Timur Sta. 0+075~Sta.0+200 Dan


Sta.0+000~Sta.0+075

Gambar 7.10 Tipikal Sisi Timur Sta. 0+200~Sta.0+525 Dan Sta.0+525~Sta.0+650

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 14

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.11 Tipikal Sisi Timur Sta. 0+650~Sta.0+980 Dan Sta.0+980~Sta.2+325

Gambar 7.12 Tipikal Sisi Timur Sta. 2+325~Sta.2+750 Dan Sta.2+750~Sta.3+980

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 15

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.13 Tipikal Sisi Timur Sta. 3+980~Sta.4+100 Dan Sta.4+100~Sta.4+550

Gambar 7.14 Tipikal Sisi Barat Sta. 0+000~Sta.0+166 Dan Sta.0+166~Sta.0+750

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 16

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar. 7.15 Tipikal Sisi Barat Sta. 0+750~Sta.1+075 Dan Sta.1+075~Sta.4+375

7. Plan Rencana Jalan Halim Perdana Kusuma


PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 17

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.16 Plan Rencana Jl. Halim Perdana Kusuma Sta. 0+000~Sta. 1+716

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 18

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.17 Tipikal Sta. 0+000~Sta.0+175 Dan Sta.0+175~Sta.0+210

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 19

Perencanaan Teknik Jalan Cakung-Cilincing


dan Jalan Halim Perdana Kusuma
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.18 Tipikal Sta. 0+210~Sta.0+570 Dan Sta.0+570~Sta.1+825

PT.Hasfarm Dian Konsultan

7. 20

Anda mungkin juga menyukai