Anda di halaman 1dari 57

TUGAS BESAR

ILMU UKUR TANAH III

Dosen Pembimbing:
Yastin David Batara, ST, MT

TIM 5

Ana Novita Sari (A030319002)


Muhammad Fakhriannor (A030319012)
Muhammad Fiqry Aienu Aditama (A030319013)
Nanda Berliana (A030319020)
Yunus Al Fajrin (A030319028)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK GEODESI
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor baik itu


kendaraan roda dua ataupun roda empat yang akhir-akhir ini
perkembangannya sangat pesat maka pelayanan jalan raya terhadap
pengguna jalan harus ditingkatkan. Jenis kendaraan yang memakai jalan
beraneka ragam, bervariasi baik ukuran, berat total, konfigurasi dari beban
sumbu kendaraan, daya dan lain-lain (Sukirman, 1999). Ketersediaan jalan
yang baik dan stabil berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu lintas.
Sebagai jalan penghubung antar provinsi dan merupakan jalur utama bagi
kendaraan yang berbadan besar seperti truk, maka dilakukan perbaikan dan
pelebaran jalan di sepanjang jalan Gubernur Syarkawi, Kec Sungai Tabuk,
Kab Bajar, SP. Handil Bakti (SP . SARAPAT) – KM 17 (BY PASS
Banjarmasin).

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di berbagai bidang, tanpa


terkecuali dunia infrastruktur pun ikut berperan andil dalam mengikuti arus
moderanisasi. Munculnya berbagai alat ukur tanah modern merupakan salah
satu dari bentuk bahwa dunia Teknik Sipil ikut ambil bagian dari
modernnisasi. Dahulunya melakukan survey menggunakan alat-alat
sederhana serta dengan cara manual,tetapi sekarang dengan munculnya alat-
alat yang menggunakan sistem digital semua dapat dilakaukan secara
elektronis, cepat dan akurat. Pada saat ini cukup banyak jenis - jenis alat
ukur modern seperti Total station, GPS ,Geodimeter, Echosounder, Meteran
laser dan masih banyak lainya. Salah satu alat yang banyak digunakan dalam
melakukan survey saat ini adalah Waterpass.

Waterpass merupakan suatu alat pengukuran long dan cross section


jalan eksisting sp serapat – km 17 di Kota Banjarmasin yang digunakan
dalam melakukan survey. Alat ini digunakan untuk mengukur beda tinggi.
Waterpass adalah kombinasi transit (teleskop) antara elektronik dan alat
pengukur jarak. Waterpass merupakan alat ukur jarak optis yang
menggunakan menggunakan benang diagfragma yang terdapat didalam
teropong dibantu dengan sebuah bak ukur/rambu ukur.

Waterpass (Level/Penyipat Datar) adalah proses penentuan ketinggian


dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang di
maksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut kesuatu titik tertentu
sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titik-titik akan dapat
ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu
yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut
dengan Levelling atau Waterpassing. Tujuan dari pengukuran penyipat datar
adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Bila salah satu
titiknya telah diketahui ketinggiannya terhadap permukaan air laut, maka
ketinggian titik yang lain dapat ditentukan lewat pengukuran (Astanto, T.B.
1999). Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-
tingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan.

Hal ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan selalu terdapat


kesalahan-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut adalah batas
toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkan dan perlu diantisipasi
kesalahan tersebut agar dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi
batasan toleransi yang telah ditetapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran Long Section & Cross Section?
2. Bagaimana cara perhitungan data Long & Cross ?
3. Metode apa yang digunakan pada pengukuran capstone project ?
4. Bagimana cara melakukan penggambaran ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan titik berdirinya alat WP
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat WP (Waterpass)
3. Mahasiswa mampu mengetahui metode pengukuran yang digunakan

D. Volume Pekerjaan
1. Menentukan antar titik 1 ke titik 2 alat dengan jarak 50 meter
2. Pengikatan ke Backside jarak per 50 meter
BAB II
DASAR TEORI

A. Latar Belakang Mengukur


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, 5 jalan lori, dan jalan kabel
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Jalan raya pada umumnya
dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu (Bina Marga 1997).
Banyaknya pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor baik itu
kendaraan roda dua ataupun roda empat yang akhir-akhir ini
perkembangannya sangat pesat maka pelayanan jalan raya terhadap
pengguna jalan harus ditingkatkan. Jenis kendaraan yang memakai jalan
beraneka ragam, bervariasi baik ukuran, berat total, konfigurasi dari beban
sumbu kendaraan, daya dan lain-lain (Sukirman, 1999). Ketersediaan jalan
yang baik dan stabil berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu lintas.
Sebagai jalan penghubung antar provinsi dan merupakan jalur utama bagi
kendaraan yang berbadan besar seperti truk, maka dilakukan perbaikan
dan pelebaran jalan di sepanjang jalan Gubernur Syarkawi, Kec Sungai
Tabuk, Kab Bajar, SP. Handil Bakti (SP . SARAPAT) – KM 17 (BY
PASS Banjarmasin).

B. Kerusakan Jalan
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas
berulang yang berlebihan (Overload), panas atau suhu udara, air dan
hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek. Oleh sebab itu disamping
direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik agar dapat
melayani pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana. Pemeliharaan
jalan rutin maupun berkala perlu dilakukan untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan jalan bagi pengguna dan menjaga daya tahan
atau keawetan sampai umur rencana. (Suwardo dan Sugiharto, 2004).
Penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan yang ada merupakan
aspek yang paling penting dalam penentuan sebuah proyek, sebab
karakteristik inilah yang akan menentukan satuan nilai manfaat ekonomis
yang ditimbulkan oleh adanya perbaikan jalan.

Gambar 2.2 Kerusakan Jalan

C. Pelebaran Jalan
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang
tajam, agar kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur
yang telah disediakan. Gambar dari pelebaran perkerasan pada tikungan
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.3 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
BAB III
METODE PELAKSANAAN

DIAGRAM ALIR CAPSTONE PROJECT

PERSIAPAN

SURVEI PENDAHULUAN

PENGUKURAN

PERHITUNGAN DATA

PENGGAMBARAN
PERSIAPAN

A. Alat Waterpass

Gambar 1.1 Alat Waterpass

Waterpass adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk


menentukan apakah suatu benda sudah sejajar dengan lainnya. Baik garis
secara vertikal ataupun horizontal, alat ini dapat mempermudah Anda
untuk mengukur. Di dalam alat ini terdapat air yang digunakan sebagai
pertimbangan ukuran apakah sudah sejajar atau belum. Alat ini adalah
salah satu bagian penting dari setiap proyek konstruksi dan perbaikan
rumah. Memastikan bahwa semuanya sejajar adalah kunci untuk sebuah
konstruksi.

B. Alat Pendukung
1. Statif/Tripod

Gambar 1.1.1 Statif/Tripod


Tripod/statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk
menstabilkan alat seperti waterpass dan theodolite. Alat ini
mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran
ketinggiannya.

2. Rambu Ukur

Gambar 1.1.2 Rambu Ukur

Rambu ukur adalah alat berbentuk mistar ukur yang besar terbuat


dari aluminimum yang kuat dan ringan. dan diberi skala pembacaan.
tersedia dalam beberapa ukuran yaitu Rambu ukur 3 meter, Rambu
ukur 4 meter, Rambu ukur 5 meter, Rambu ukur 6 meter dan Rambu
ukur 7 meter.

3. Pita Ukur

Gambar 1.1.3 Pita Ukur

Pita ukur sering disebut meteran atau tape karena umumnya tersaji
dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol
meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau
disimpandalam bentuk gulungan atau rol. Panjangnya bervariasi dari
20m, 30m, 50m,dan 100m.

4. Meteran Saku

Gambar 1.1.4 Meteran Saku

Meteran Saku atau disebut rol meter digunakan untuk mengukur


bangun atau benda yang panjangnya kurang dari 10 meter. Sering
digunakan oleh tukang bangunan atau tukang kayu.

5. Benchmark (BM)

Gambar 1.1.5 Benchmark

Pada dasarnya, benchmarking adalah kata serapan dari bahasa


Inggris. Dilansir dari kamus Cambridge, benchmarking memiliki arti
sebagai suatu patokan atau alat ukur. Berdasarkan akar katanya
tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa benchmarking adalah suatu
patokan atau tolak ukur yang digunakan untuk menilai atau
membandingkan hal tertentu. Sementara itu, pengertian umum
benchmarking adalah suatu standar atau tolak ukur yang dimanfaatkan
untuk membandingkan antara satu hal dengan hal lainnya yang
sejenis. Sederhananya, dengan menggunakan tolak ukur tersebut,
maka berbagai hal akan bisa diukur dengan standar baku yang umum.

6. Cone

Gambar 1.1.6 Cone

Kerucut lalu lintas (bahasa Inggris: traffic cone) adalah perangkat


pengaturan lalu lintas yang bersifat sementara berupa kerucut yang
terbuat dari plastik atau karet. Banyak digunakan untuk mengarahkan
lalu lintas untuk menghindari bagian jalan yang sedang ada perbaikan,
mengalihkan lalu lintas pada kecelakaan lalu-lintas, atau untuk
melindungi pekerja di jalan yang sedang melakukan pekerjaan
perawatan dan pemeliharaan jalan.

7. Handy Talky

Gambar 1.1.7 Handy Talky


Handy Talky atau Radio HT adalah alat komunikasi genggam yang
dapat mengkomunikasikan dua orang atau lebih dengan menggunakan
gelombang radio, Handy Talky adalah pesawat penerima dan
pemancar (transreceiver) yang bekerja pada frequensi VHF ataupun
UHF yang ditentukan dengan bentuk dan kemampuan daya pancar
yang paling kecil dibandingkan dengan perangkat lainnya, dengan
tujuan agar mudah dibawa dan dipergunakan sebagai komunikasi
dilapangan (handheld), pesawat ini menggunakan baterai sebagai
sumber tenaganya dan dilengkapi dengan single charger untuk
pengisian ulang baterai.

8. Alat Tulis

Gambar 1.1.8 Alat Tulis

Alat tulis kantor berarti barang yang dipakai untuk mengerjakan


pekerjaan tulis-menulis (Wursanto, 2006: 83). Dan menurut Moekijat
(2008: 150) alat tulis kantor (ATK) mencakup baik kertas, buku-buku,
pita mesin tik, tinta, pensil, karet penghapus, jepitan kertas, kartu-
kartu, dan sebagainya.
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), WarePack, Sepatu, Rompi,
Helm.
2. Berdoa.
3. Berpedoman pada petunjuk pelaksanakan kerja pada lembar kerja.
4. Memperhatikan standar prosedur laboratorium.
5. Menggunakan peralatan kerja sesuai dengan petunjuk dan fungsi
peralatan masing - masing.
6. Bekerja sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan.
7. Memperhatikan petunjuk/ arahan dari dosen dan instruktur
dilapangan.
8. Memperhatikan keselamatan peralatan kerja.
9. Memperhatikan kebersihan peralatan kerja.
10. Mentaati seluruh peraturan kampus dalam proses belajar mengajar.

D. Manajemen Tim
Tabel 1 : Nama Tim
E. Manajemen Keuangan
Tabel 3 : Pengeluaran Alat dan Bahan

Tabel 3 : Pengeluaran Konsumsi


F. Manajemen Waktu
Tabel 2 : Kegiatan pada saat dilapangan

G. Perencanaan Basecamp

No Basecamp Biaya
1 Basecamp Putri Rp. 1.000,000 perbulan
2 Basecamp Putra Rp. 800,000 perbulan
Total Rp. 1.800,000

H. Perencanaan dan Pengadaan Safety


1. Safety Helmet
Gambar 1.1.9 Safety Helmet

Dikenal juga dengan nama safety helmet. Jenis helm ini


merupakan helm yang digunakan untuk melindungi kepala siapa
saja yang berada di lokasi proyek pembangunan. Biasnya helm ini
terbuat dari plastik dengan warna-warna sesuai dengan posisi dan
jabatan dari pemakainya.
2. Rompi safety

Gambar 1.1.10 Rompi Safety


Rompi Safety adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD),
yang terbuat dari bahan polyester yang dirancang khusus serta
dilengkapi dengan reflector atau pemantul cahaya. ... Rompi safety
dapat digunakan pada siang atau pun malam hari.
Fungsi Rompi Safety. Untuk mencegah terjadinya kontak
kecelakaan pada pekerja.

SURVEI PENDAHULUAN
A. Pematokan

Gambar 2.1 Pematokan

Pekerjaan pematokan atau setting out adalah pekerjaan menetapkan


atau menentukan lokasi bangunan di lapangan. Patok-patok ini
sangat penting untuk pelaksanaan pekerjaan, oleh karenanya
penempatan patok-patok tersebut harus dilaksanakan dengan ketelitian
dan ketepatan yang tinggi. Pekerjaan pematokan mempunyai peran yang
penting. Kesalahan pada pekerjaan pematokan dapat berakibat fatal.
Salah menetapkan patok dapat mengakibatkan pekerjaan tidak
berfungsi. Dalam hal ini seperti ini kontraktor akan rugi besar, karena
harus membongkar dan memperbaikinya. Pekerjaan pematokan pada
pekerjaan konstruksi hakekatnya pekerjaan memindahkan titik-titik
pada gambar ke lapangan. Disamping itu di lapangan tidak mudah
untuk membuat satu titik, membuat sudut, siku-siku atau membuat
garis sejajar seperti di atas kertas. Membuat titik, membuat sudut siku-
siku, membuat garis sejajar di lapangan memerlukan keterampilan
khusus. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang.
Pempatokan penulisan STA dimulai tanggal 13 Januari 2020 satu tim
pematokan ada 6 orang dan dimulai dari STA 0 dengan jarak antar
perpatok 50 meter. Alat yang di gunakan adalah : paku payung untuk titik,
palu, pilox dan pita untuk penulisan STA, dan meteran/pita ukur, untuk
pematokan digunakan dengan cara penarikan pita ukur sepanjang 50 meter
lalu setelah dapat jarak 50 meter langsung di berikan tanda STA atau titik
dengan paku payung dan pilox.
Saat sudah berjalan 4 hari pematokan metode yang di gunakan berubah
awalnya per50 meter menjadi 25 meter sehingga untuk pematokan di
ulang kembali dari titik awal atau STA 0.
Kendala di lapangan :
1. Seringnya hujan turun sehingga menyusahkan untuk penulisan
menggunakan pilox karna aspal basah.
2. Banyaknya truk besar berlalu lalang melintasi jalan sehingga susah
mematok di karenakan kami berada di bahu jalan.
3. Banyaknya truk yang mampir di pinggir jalan sehingga tidak bisa
menarik pita ukur.
4. Jalan banyak yang berlubang sehingga patok banyak yang hilang.
B. Inventaris Jalan Rusak

Gambar 2.2 jalan rusak


Kerusakan jalan biasanya dikarenakan beberapa faktor seperti : air,
perubahan suhu, cuaca, temperature udara, material konstruksi perkerasan,
kondisi tanah yang tidak stabil, proses pemadatan di atas tanah lapisan
tanah dasar yang kurang baik dan tonase atau muatan kendaraan-
kendaraan berat yang melebihi kapasitas serta volume kendaraan yang
semakin meningkat. Metode dalam survei ini adalah dengan mengambil
foto pada jalan yang rusak dan memberikan tanda dengan menggunakan
pilox/kayu.

C. Pengukuran Cross Section


Pengukuran Cross Section atau Pengukuran profil melintang
bertujuan untuk mendapatkan bentuk irisan tegak dari sumbu proyek. Data
profil melintang ini diperlukan untuk melengkapi data profil memanjang
guna perhitungan volume galian (Cut) dan timbunan (Fill) tanah.
Pengukuran profil melintang dilakukan di tiap-tiap titik pada sumbu
proyek dengan posisi alat berada diatas titik dan pada titik-titik proyeksi
lengkungan pada sumbu proyek. Batas lebar profil melintang ke kiri dan
kanan dari garis sumbu proyek umumnya adalah 50m – 100m.
Adapun cara pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan
cara yang sama dengan profil memanjang, akan tetapi jarak antara titik-
titik detail dilapangan lebih pendek dan disesuaikan dengan maksud
pengukuran tersebut.
Cara lainnya adalah dengan alat berada di atas titik perpotongan
sumbu proyek. Perbedaan dengan cara profil memanjang adalah tiap alat
berdiri pada satu patok harus diukur ketinggiannya dari atas patok dan
ketinggian patok diukur dari permukaan tanah. Keuntungan cara ini yaitu;
 Irisan tanah akan tergambar dengan jelas.
 Tegak lurus garis sumbu proyek sehingga dapat digambar secara
planimentris.

Gambar 2.3 Pengukuran Cross Section


Tabel 2 : Pengukuran Cross Section

D. Pengukuran Long Section


Pengukuran Long Section atau Pengukuran profil memanjang
hampir sama dengan pengukuran sipat datar memanjang akan tetapi
terdapat perbedaan dari maksud dan pola dilapangan. Dalam hal ini
sebagai contoh pengukuran profil memanjang pada pekerjaan jalan raya,
yang harus diukur adalah titik-titik yang telah tentu yaitu jalur sumbu
proyek. Dengan cara TGB khususnya cara kedua pada prinsip pengukuran
beda tinggi antara kedua titik, alat berada diluar jalur sumbu proyek maka
hal yang harus diperhatikan pada saat pengukuran adalah :
1. Harus memiliki titik ikat atau BM dilapangan, dengan interval jarak
antar titik yang umumnya dijumpai adalah 10, 15, 25, 50, 100 meter.
2. Harus tersedia tabel pengukuran dan sketsa pengukuran.
3. Dalam pengukuran cara TGB terdapat bacaan belakang, bacaan tengah
dan bacaan muka, mengingat alat berada diluar garis sumbu proyek
sehingga pada posisi satu kali alat berdiri banyak titik yang dapat
diukur.
4. Rambu ditempatkan diatas patok sedangkan tinggi masing-masing
patok harus diukur dari permukaan tanah.
Sebagai contoh pengukuran profil memanjang seperti terlihat pada gambar
9 berikut, terdapat satu titik ikat (BM) dan 10 titik detail. Angka bacaan
rambu belakang pada BM merupakan nilai TGB untuk kedudukan alat P1,
sedangkan angka bacaan rambu belakang pada titik 5 merupakan nilai
TGB alat P2.
Titik 1,2,3,4 merupakan bacaan tengah alat P1 dan titik 6,7,8,9 bacaan
tengah alat P2. Titik 5 merupakan titik simpul kedudukan alat P1 dan P2,
sehingga terdapat bacaan belakang dan bacaan muka pada titik tersebut.

Gambar 2.2 Pengukuran Long Section

Berikut diberikan contoh tabel data pengukuran profil memanjang;


Tabel 1 : Profil Memanjang
Penyelesaian hitungan data pada tabel tersebut adalah :

PERHITUNGAN DATA

A. Pengukuran Memanjang (Long Section)

Rumus yang digunakan untuk pengukuran memanjang adalah sebagai


berikut :
1. Bacaan Benang
BT = (BA+BB) : 2
BA = (2xBT) – BB
BB = (2xBT) – BA
2. Jarak (d)
d = (BA‒BB) × 100
3. Beda tinggi (∆h)
a) Beda tinggi pergi
∆h = (BT belakang – BT muka)
b) Beda tinggi pulang
∆h = (BT belakang – BT muka)
c) Beda tinggi Rata – rata
∆h = ((BT pergi belakang – BT pergi muka) - (BT pulang
belakang- BT pulang muka)) : 2
d) Koreksi Beda Tinggi
Jumlah ∆h Referensi = Elevasi Titik Awal - Elevasi Titik Akhir
Jumlah ∆h Pengukuran = Jumlah ∆h Rata – rata
Koreksi Pengukuran = Jumlah ∆h Referensi – Jumlah ∆h
Pengukuran
Koreksi ∆h = Koreksi Pengukuran : Jumlah Titik
4. Elevasi Titik (H)
H = Elevasi BM/CP + ∆h Rata – rata + koreksi
Keterangan :
BT : Benang Tengah
BA : Benang Atas
BB : Benang Bawah
d : Jarak
∆h : Beda Tinggi
Ti : Tinggi Instrumen (Tinggi Alat)
H : Elevasi Titik

Tabel 3 : Data Perhitungan Memanjang (Long Section)


B. Pengukuran Melintang (Cross Section)
Rumus yang digunakan untuk pengukuran melintang adalah sebagai
berikut :
1. Bacaan Benang
BT = (BA+BB) : 2
BA = (2xBT) – BB
BB = (2xBT) – BA
2. Jarak (d)
d = (BA‒BB)×100
3. Beda tinggi (∆h)
∆h = (BT belakang – BT muka)
4. Elevasi Titik (H)
H = Elv STA + ∆h Titik

Keterangan :
BT : Benang Tengah
BA : Benang Atas
BB : Benang Bawah
d : Jarak
∆h : Beda Tinggi
Ti : Tinggi Instrumen (Tinggi Alat)
H : Elevasi Titik

a. Jarak
Jarak adalah nilai ukuran antar 2 (dua) titik/posisi yang berbeda
letaknya. Pemahaman jarak terbagi 3 (tiga) yaitu;
a) Jarak Mendatar (Horisontal)
Jarak mendatar adalah jarak langsung di lapangan yang sejajar
garis horisontal dan tegak lurus terhadap garis gaya berat bumi
(gravitasi). Dengan demikian jarak mendatar biasa pula disebut
jarak horisontal.
b) Jarak Miring
Jarak miring dapat dipahami adalah jarak langsung di lapangan
yang tidak sejajar garis horisontal.
c) Jarak Tegak (Vertikal)
Jarak tegak adalah jarak langsung di lapangan yang sejajar
garis Vertikal atau garis gaya berat bumi (gravitasi). Jarak
tegak dapat dipahami sebagai nilai ketinggian (Elevasi) pada
letak tertentu yang diukur dari bidang referensi nol meter.
b. Beda Tinggi
Beda elevasi atau beda tinggi antara dua titik adalah selisih elevasi
atau jarak vertikal antar ke dua titik tersebut.
c. Elevasi
Elevasi atau ketinggian suatu titik adalah jarak vertikal titik yang
dimaksud dari datum.
Tabel 4 : Data Perhitungan Melintang (Cross Section)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pengamatan
Dari hasil pengukuran dilapangan untuk luas keseluruhan jalan
Lokasi Jalan Gubenur Sarkawi kabupaten Barito Kuala, Kalimantan
Selatan adalah sebagai berikut:
4.1.1 Pengukuran dengan Menggunakan Metode Long dan Cross
Section
Dari pengukuran di lapangan diperoleh hasil luas 27
kilo Jalan Gubenur Sarkawi Kabupaten Barito Kuala,
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 List Rata- Rata Jarak Cross Section

No Nama Segmen Panjang Rata-rata Jarak Rata-rata Jarak


Segmen Cross Kanan Cross Kiri
1 STA 0+000 – 4+000 4 Km 20 m 40 m
2 STA 4+025 – 21+975 18 Km 7.5 m 7.5 m
3 STA 22+000 – 27+000 5 Km 30 m 30 m

Tabel 4.2 List Lebar Jembatan dan Nama Jembatan

No Konstruksi Keterangan Lebar


Jembatan Jembatan
1 Jembatan - STA 0+875 - 0+900 7,5 m
Box - STA 1+375 – 1+400 7,5 m
- STA 1+825 8,0 m
- STA 2+475 8,0 m
- STA 5+075 7,5 m
- STA 5+250 7,5 m
- STA 6+950 – 6+975 8,0 m
- STA 7+600 – 7+625 8,0 m
- STA 8+325 - 8+350 15,0 m
- STA 8+550 - 8+575 20,0 m

2 Jembatan - STA 6+200 - 6+250 8,0 m


Girder - STA 10+675 – 10+975 7,5 m
- STA 18+850 – 19+025 7,5 m

4.1.2 Pengukuran dengan Menggunakan Metode Situasi


Dari pengukuran di lapangan kita dapat mengetahui situasi
yang ada di Jalan Gubenur Sarkawi Kabupaten Barito Kuala,
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 List Jumlah Jembatan (terlampir)

No Keterangan Jumlah
1 Jembatan Box 10
2 Jembatan Girder 3

4.2 Hasil Kegiatan Survey

Berdasarkan kegiatan survei pada tanggal 18 November 2020 maka


data-data yang akan diserahkan terlampir adalah sebagai berikut:
1.) Data ukur long dan cross section 27 Km.
2.) Hitungan long section
3.) Hitungan cross section dan Sketsa Lapangan 27 Km.
4.) Hasil penggambaran Long Skala Vertikal 100 dan Skala Horizontal
2.000.
5.) Hasil penggambaran Cross Skala Vertikal 100 dan Skala Horizontal
2.000.
6.) List Koordinat Jalan Rusak, Jembatan, Jalan Masuk, Pipa PDAM
7.) Dokumentasi kegiatan.
8.) Laporan Topografi.

BAB IV
PENGGAMBARAN

a. Penggambaran Long Section dan Finishing


1. Langkah – langkah penggambarang Long Section :
a. Buka aplikasi m.s excel dan buka data long section (untuk data saya
langsung dikirim oleh team data ada 3 team yang terbagi yaitu team
ukur, team proses data dan team gambar), di gambar kita dapat
melihat ada data long didalamya terdapat keterangan STA, jarak dan
Elevasi as aspal.

b. Disini kita mengambar Per 1 kilometer.


c. Lalu kita membuka aplikas PCLP (Plan, Cross Section and Longitudinal
Profile Program).

d. Klik Long profile dan klik Existing .


e. Akan muncul Plotting data ke Auto cad selanjutnya klik “ Pembawa “.

f. Setelah itu simpan data, lalu buat keterangan Long section lalu klik “ Save “.
g. Buka aplikasi “ AutoCAD 2007 “.

h. Ketik perintah “ scr ”.


i. Klik file script “ long section “ lalu open .

j. Kemudian ke gambaran dari Long Section tersebut, disini akan terlihat tampilan
dari existing as aspal jalan.

k. Disini kita akan melakukan Proses pengeditan gambar.

l. Pertama kita akan menjoin (menggabungkan garis as aspal), lalu klik garis hijau
lalu ketik perintah “layiso”.
m. Maka hasil seperti gambar dibawah ini.
n. Lalu ketik perintah “ pe ” lalu enter “select object”, klik join dua kali.

o. Maka hasilnya seperti gambar dibawah ini.


p. Ketik perintah “layuniso” untuk kembali ke tampilan awal.

q. Lalu kita edit warna pada as jalan aspal menjadi warna merah dan membuat
keterangan pada tulisan elevasinya.
r. Lalu kita membuat keterangan gambar seperti As aspal, Jembatan, Box culvert dan
lain-lain usahakan semenarik mungkin untuk keterangan jembatan kita koordinasi
dengan team pengukuran Topografi.

s. Setelah selesai proses pengeditan, lalu kita masukkan gambar ke KOP.


t. Keterangan KOP sesuai permintan dan klien kita.

u. Maka hasilnya akan seperti pada gambar dibawah ini.

v. Untuk gambar long yang sudah selesai.


w.Lalu langkah kedua kita menggabungkan gambar situasi dengan long, untuk
gambar situasi kita meminta dari team gambar situasi lalu kita edit.
x. Tampilanya akan seperti dibawah ini.

y. Lalu kita memasukkan keterangan pada situasi dan “ grid “ dan “ sta “.
z. Gambar selesai lalu kita membuat edit gambar long menjadi hitam putih lalu ke pdf
untuk siap di print.

a. klik c+p lalu isi dengan dwg to pdf, untuk kertasnya A3 dan buat landscape lalu “
OK “.
b. siap di print
2. SOP dalam pengerjaan gambar
a. Selalu perhatikan elevasi pada setiap titik selalu cek pada data excel,lalu
data pada existing.
b. Apabila ada gambar yang dirasa aneh atau janggal segera koordinasi pada
team pengukur lapangan dan team data.
c. Untuk skala,datum dan keterangan pada gambar harus terlihat jelas saat di
print.
d. Untuk garis pada gambar buat ukuran 0.09 mm.
e. Metode penggambaran menggunakan metode dengan aplikasi PCLP.
Untuk referensi pekerjaan studio saya belajar langsung dari senior saya
dan apabila kurang mengerti saya langsung tanyakan pada Dosen saya.
B. Penggamabaran Cross Section dan Finishing
1. Langkah – langkah penggambarang Cross Section :

a. Sebelum melakukan penggambaran Cross Section, data dimasukan ke exsel


yang sudah menggunakan rumus

b. Lalu buka sheet “ Setting “ tentukan Plot Gambar, Jarak Koordinat dan Frame.
Lalu klik “ Insert Drawing “ dan klik “ OK “

c. Buka aplikasi “ PCLP “, klik bagian atas “ Cross Section “ pilih “ Exsisting”.
d. Lalu sesuaikan Transfer Data, Jarak Koordinat dan Skala apakah sudah sesuai,
apabila sudah sesuai klik “ OK “. Kemudian kasih nama file,lalu save file
menggunakan format “ Script ”.

1 3
e. Lalu buka aplikasi “ AutoCAD 2007 “ masukan perintah “ scr “, cari file Script yang
sudah kita save tadi, lalu klik “ Open “.
f. Dan akan muncul gambar seperti dibawah ini.

g. Kemudian lakukan pengeditan pada gambar yaitu menggabungkan garis pada bagian atas
elevasi, klik salah satu garis kuning lalu ketik perintah “LAYISO” dan tampilan gambar
akan menyisakan garis kuning saja
h. Selanjutnya, ketik “PE” lalu ketik “m’. lalu blok bagian atas garis kuning saja

i. Lalu ketik “J” atau “Join” sebanyak dua kali, maka garis bagian atas akan menjadi satu
garis

j. Selanjutnya, ketik “LAYUNISO” untuk mengembalikan tampilan gambar seperti semula


dan lanjut memberi keterangan gambar seperti “Center Line” untuk keterangan As Aspal
dan “PGA” sebagai keterangan Pinggir Aspal
k. Berikutnya buat keterangan dibagian Patok/Point dan sesuaikan keterangan Point dengan
keterangan titik di-tabel data pengukuran

l. Jika semua STA sudah diberi keterangan, langkah selanjutnya memindahkan Gambar
Cross ke KOP Gambar yang sudah dibuatkan

m. Kemudian, mengedit bagian keterangan KOP sesuai dengan keterangan STA pada
gambar Cross Section.
n. Selanjutnya, mengubah gambar Cross Section berwarna putih keseluruhan untuk
melakukan Plotting gambar ke-bentuk PDF dengan cara blok semua gambar lalu ubah
sebagai “ByBlock” dan untuk Lineweight-nya pilih “0,09mm”

o. Jika gambar sudah diubah berwarna putih dan ukuran garisnya, maka gambar siap di-plot,
ketik CTRL + P akan muncul tampilan berupa pengaturan gambar yang akan di-plot.
Pertama, pilih dibagian nama lalu cari “DWG To PDF pc3”, lalu ukuran kertas-nya pilih
“ISO A3 (297,00 x 420,00 MM)” lalu centang “Center the plot” dan klik “Landscape”.

p. Jika sudah diubah, klik “Window <”, lalu blok dari kiri atas KOP Gambar sampai kanan
bawah KOP Gambar.
q. Kemudian, klik “Preview” untuk memastikan apakah hasil plot gambar sudah rapi atau
belum.

r. Jika hasil Preview Plot gambar sudah rapi, maka gambar hasil plot siap diubah menjadi
PDF, tekan “esc” untuk kembali ke-pengaturan plot dan klik “OK”, beri nama file dan
klik “Save”.

s. Apabila sudah di-save, maka Gambar Cross Section yang sudah di-ubah menjadi PDF
siap di-print dalam bentuk kertas A3.
BAB V
KESIMPULAN

1. Pada pengukuran long section titik berdiri alat WP berada diantara dua titik patok
sedangkan pada pengukuran cross section alat WP berdiri di samping titik patok.
2. Cara menggunakan waterpass adalah dengan mendirikan alat dengan menggunakan
tripod, setelah tripod didirikan dengan benar letakkan alat diatasnya dan kunci, atur
sekrup agar gelembung nivo berada di tengah, arahkan teropong menuju rambu ukur,
maka pengukuran sudah bisa dilakukan.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengukuran Cross Section


Lampiran 2 : Pematokan

Anda mungkin juga menyukai