Anda di halaman 1dari 13

QUIZ M12 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI 4

ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG SELF-ANCHORED

NAMA : ROBERTUS DHIMAS ADHARA SETA


KELAS : 3TB04
NPM : 20320304

ABSTRAK
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti
sungai, rel kereta api, ataupun jalan raya. Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu
ruas jalan,karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan
tersebut. Suspension bridge memiliki variasi dimana angkur jembatan tersebut diletakkan
pada gelagar jembatan, jenis jembatan ini dinamakan self-anchored suspension bridge. Self-
anchored suspension bridge adalah jembatan gantung yang pengangkurannya pada
jembatannya sendiri. Gaya tekan horizontal ini menyebabkan resiko terjadinya tekuk global
pada deck jembatan. Selain itu deck jembatan tetap harus menahan gaya vertikal dari
kendaraan-kendaraan di atas. Program MIDAS CIVIL 2019 memiliki fitur untuk
memodelkan serta menghitung gaya-gaya jembatan gantung secara detil.
1. PENDAHULUAN
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti
sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan
kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari
infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan .Jembatan sering
menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan,karena sebagai penentu beban maksimum
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Angkur digunakan untuk menahan kabel utama di kedua ujung jembatan sehingga angkur
menjadi komponen vital dalam perencanaan jembatan gantung.Pada jembatan gantung,
dipakai gravity anchorage,dimana angkur beban sendiri angkur untuk menahan gaya dari
kabel dan tunnel anchorage, dimana angkur menyalurkan gaya dari kabel langsung ke dalam
tanah.
Jembatan ini akan menyalurkan gaya horizontal dari kabel menuju gelagar jembatan sehingga
gelagar jembatan akan menahan gaya tekan horizontal dari kabel serta menahan beban
vertikal kendaraan yang disebarkan ke kabel.
Jembatan Gantung
Jembatan gantung adalah sistem struktur jembatan yang menggunakan kabel sebagai pemikul
utama beban lalu lintas di atasnya, pada sistem ini kabel utama (main cable) memikul
beberapa kabel penggantung (suspension cables/hanger) yang menghubungkan antara kabel
utama dengan gelagar jembatan.

Self-anchored suspension bridge


Self-anchored suspension bridge adalah jembatan gantung yang pengangkurannya pada
jembatannya sendiri. Tipe pengangkuran ini tidak bergantung pada kondisi tanah yang ada.
Kabel utama akan diangkur di deck jembatan sehingga deck jembatan menerima gaya
tekanan horizontal dari kabel utama.
Pembebanan
1. Berat sendiri
2. Beban mati tambahan / utilitas
3. Beban lalu lintas
Beban lajur “D”
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada
panjang total yang
dibebani L yaitu seperti berikut :
Jika L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa
Jika L > 30 m : q = 9,0 (0,5 + 15L) kPa (1)
dengan q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan (kPa), dan L
= panjang total jembatan yang dibebani (meter)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap
arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Untuk mendapatkan
momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus
ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.
Beban truk “T”
Pembebanan truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan dan
berat gandar seperti terlihat pada gambar 4. Berat tiap-tiap gandar disebarkan menjadi 2
beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan
lantai. Jarak antara 2 gandar tersebut bisa diubah-ubah dari 4,0 m sampai dengan 9,0 m untuk
mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Konsep penelitian
Penelitian menggunakan program MIDAS CIVIL 2019 dan mengacu pada peraturan –
peraturan yang berkaitan
dengan perancangan jembatan gantung, yaitu: RSNI T-02-2005 mengenai standar
pembebanan untuk jembatan, SNI
2847-2013 mengenai persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung, peraturan PU dan
Bina Marga.
Data jembatan
1.Panjang jembatan : 160 meter
2.Panjang bentang utama : 100 meter
3.Panjang bentang samping : 30 meter
4.Lebar jembatan : 10.5 meter
5.Lebar jalur lalu lintas : 8 meter
6.Lebar trotoar : 1.25 meter
7.Tinggi bebas jembatan : 15 meter
8.Tinggi pylon dari lantai jembatan : 12 meter
9.Tipe pengkabelan : side span suspended
10.Jenis gelagar : box girder
11.Mutu beton gelagar : 50 MPa
12.Mutu kabel baja :1570 N/mm2
13.Tebal aspal : 50 mm
14.Tinggi trotoar dari lantai jembatan : 30 cm

Model jembatan
Data penelitian menjelaskan mengenai model jembatan yang diteliti. Analisis ini yaitu gaya-
gaya dalam pada
jembatan gantung self-anchored yang terdiri dari dek jembatan, kabel penggantung, dan kabel
utama seperti yang
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
• Analisis dimulai dengan pemodelan jembatan di MIDAS CIVIL 2019. Perletakan
pada model jembatan digunakan rol pada beam/deck jembatan dan jepit pada daerah
fondasi menara.
• Jembatan gantung ini dengan tipe pengangkuran self-anchored sehingga pada ujung
kabel diberi elastic link tipe
• Kombinasi pembebanan yang digunakan pada perhitungan adalah kombinasi ASD
yaitu beban mati + beban mati tambahan + beban lalu lintas.
• Pada hasil analisis terjadi tegangan tarik pada serat atas di daerah tumpuan sebesar
4.243 MPa dan pada serat bawah di daerah lapangan sebesar 8.78 MPa sehingga box
girder perlu diberi tendon.
Dari hasil analisis didapatkan lendutan maksimum yang terjadi pada dek jembatan
akibat kombinasi beban mati dan beban lalu lintas adalah sebesar 159 mm.
• Setelah dilakukan proses perhitungan gaya jembatan gantung self-anchored,
bandingkan hasilnya dengan gaya
• jembatan gantung dengan angkur luar yang juga telah dimodelkan menggunakan
program MIDAS CIVIL 2019.
Perancangan Malang Convention Centre
Dengan Penerapan Struktur Cangkang

Toni Yosua Gunawan¹, Tito Haripradianto², Rinawati P. H.²


¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
²Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Alamat Email penulis: yosua.mbsb@gmail.com

ABSTRAK
Kegiatan perekonomian Kota Malang sebagian besar digerakan oleh sektor tersier yang
salah satu pendapatan terbesarnya terletak pada bidang persewaan dan jasa perusahaan.
Kerjasama sinergis antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat dalam
mengembangkan sektor perekonomian di daerah dapat memberikan dampak yang
signifikan terhadap peningkatan perekonomian. Dengan peran pemerintah dalam
penyediaan infrastruktur berupa convention centre dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan dapat memenuhi harapan luas dari seluruh komponen masyarakat.
Salah satu faktor yang mendorong penggunaan convention centre adalah adanya
pertemuan-pertemuan antara para profesional, negarawan, cendikiawan ataupun
usahawan beserta tenaga kerja untuk meningkatkan hasil produksi. Bangunan yang
melibatkan banyak orang bahkan ratusan disetiap acara sebagai wadah kegiatan
pertemuan, pertunjukan hingga pameran yang melibatkan banyak orang bahkan ratusan
disetiap acara memerlukan penerapan teknologi struktur bentang lebar. Penerapan
teknologi struktur cangkang dapat mengatasi kebutuhan ruang, ketersediaan fasilitas
pada convention centre seperti convention hall, exhibition hall, dan auditorium hall dengan
kualitas ruang bebas kolom.

Kata kunci: convention centre, teknologi bangunan, struktur cangkang

ABSTRACT
Malang economic activity largely driven by the tertiary sector and one of the largest
revenue in the field is leasing and business services. Synergic cooperation between local
government, the private sector, and communities in developing economic sectors of the
region can have a significant impact on improving the economy. With the government's role
in the provision of infrastructure such as the convention centre can improve the welfare of
society and fulfill the broad expectations of the entire community. One of the factors that
encourage the use of the convention centre is the presence of meetings among professionals,
statesmen, scholars or businessmen and their labour to increase productivity. The building
that involves a lot of people even hundreds every event as a forum for meeting activities,
performances and exhibitions where involving many people or even hundreds in every
events require the application of technology long span structures. Application of shell
structure can resolve the space requirements, facilities availability in the convention centre
such as convention hall, exhibition hall, and auditorium hall with the quality of column-free
space.

Keywords: convention centre, building technology, shell structure


1. Pendahuluan

Kegiatan perekonomian Kota Malang sebagian besar digerakan oleh sektor tersier
yang salah satu pendapatan terbesar terletak pada bidang persewaan dan jasa perusahaan.
Kerjasama sinergis antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat dalam
mengembangkan sektor perekonomian di daerah dapat memberikan dampak yang signifikan
terhadap peningkatan perekonomian. Dalam Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2014
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Kota Malang Tahun
2014-2025 sebagai kota mandiri dengan misi mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang
efisien, produktif dan berkelanjutan, salah satu kebijakan strategi yang digunakan untuk
percepatan dan perluasan pertumbuhan sektor jasa adalah pembangunan Malang
Convention Centre yang direncanakan pada periode 2016-2020.
Dengan peran pemerintah, pembangunan infrastruktur berupa convention centre
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat memenuhi harapan luas dari
seluruh komponen masyarakat. Pemerintah Kota Malang merencanakan dalam RTRW 2009-
2029 mengenai pembangunan infrastruktur berupa gedung convention centre sebagai
wadah kegiatan pertemuan, pertunjukan hingga pameran pada bagian wilayah kota Malang
Tenggara yang meliputi sebagian kecamatan Kedungkandang. Lokasi yang strategis untuk
mewadahi kegiatan yang melibatkan banyak orang bahkan ratusan disetiap acara
pertemuan, pameran maupun pertunjukan.
Salah satu faktor yang mendorong penggunaan convention centre adalah adanya
pertemuan-pertemuan antara para profesional, negarawan, cendikiawan ataupun usahawan
beserta tenaga kerja untuk meningkatkan hasil produksi. Berdasarkan pendataan oleh
Badan Pusat Statistik Kota Malang, saat ini total tenaga kerja pada Industri Besar Sedang
(IBS) di Kota Malang pada tahun 2014 berjumlah 1515 orang (http://malangkota.bps.go.id/,
diakses pada 19 Januari 2016). Sehingga untuk mewadahi kegiatan yang melibatkan banyak
orang bahkan ratusan memerlukan penerapan teknologi struktur bentang lebar. Penerapan
teknologi struktur cangkang dapat mengatasi kebutuhan ruang, ketersediaan fasilitas pada
convention centre seperti convention hall, exhibition hall, dan auditorium hall dengan kualitas
ruang bebas kolom.

2. Bahan dan Metode

2.1 Tinjauan Pustaka

Struktur cangkang secara umum memiliki bentuk dari permukaan yang berasal dari
kurva yang diputar terhadap satu sumbu, permukaan translasional yang dibentuk dengan
menggeserkan kurva bidang di atas kurva bidang lainnya, permukaan yang dibentuk dengan
menggeserkan dua ujung segmen garis pada dua kurva bidang dan berbagai bentuk
kombinasinya. Sistem struktur ini mempunyai prinsip penyaluran gaya dari beberapa sifat
membran, yaitu memiliki gaya meridional dan rotasional.

2.2 Metode

Perancangan Malang Convention Centre ini menggunakan beberapa metode, antara


lain metode programatik dan metode pragmatik. Metode programatik digunakan untuk
menganalisis kebutuhan ruang dan faktor-faktor fisik seperti kondisi eksisting yang
mendukung perwujudan bangunan sehingga menghasilkan kriteria desain yang dapat
digunakan sebagai konsep perancangan. Selanjutnya digunakan metode perancangan
pragmatis untuk mengembangkan ide-ide konsep dalam menerapkan struktur cangkang
berdasarkan teori arsitektur. Proses berulang dalam permodelan dilakukan untuk
mendapatkan bentuk struktur cangkang yang dapat mewadahi kebutuhan ruang.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Deskripsi Tapak

Tapak terletak di Kecamatan Kedungkandang dengan fungsi utama kawasan dalam


sektor perdagangan dan jasa. Berikut merupakan informasi mengenai data tapak:
 Tapak berlokasi di Jalan Mayjen Sungkono, Kecamatan Kedungkandang dengan luas
lahan 50.000 m2 (5 ha).
 Koefisien dasar bangunan sebesar 40-60%.
 Koefisien lantai bangunan sebesar 0,4-1,8.
 Garis sempadan sungai sejauh 50 m terukur dari anak sungai.

3.2 Analisis - Konsep Desain

Perancangan Malang Convention Centre menyediakan fasilitas utama seperti


convention hall, exhibition hall, auditorium hall dan multipurpose hall. Proses perancangan
dengan menerapkan struktur cangkang pada tapak dilakukan dengan pertimbangan
program ruang seperti jenis fasilitas, aktifitas pelaku, kebutuhan ruang dan hubungan antar
ruang. Pemograman tersebut diolah sehingga menghasilkan sebuah konsep bentuk tatanan
massa Malang Convention Centre dengan organisasi ruang radial. Organisasi ruang dengan
komposisi dari bentuk linier yang berkembang kearah luar dari bentuk pusat searah dengan
jarinya untuk memudahkan akses pengguna.

Gambar 1. Zonasi fungsi pada Malang Convention Centre


(Sumber: konsep desain, 2015)
Fasilitas utama pada Malang Convention Centre memiliki kriteria ruang sebagai
berikut:

Tabel 1. Analisa konfigurasi ruang


Fasilitas Konfigurasi ruang Keterangan
Convention hall (fan- konfigurasi ini
shape plan) memberikan sudut yang
baik dalam kualitas
pandangan dan
pendengaran pada saat
pidato
kekuatan proyeksi suara
dapat terkonsentrasi
hingga sudut 135 ̊
Auditorium hall (circular arah pandangan visual
atau oval plan) penonton lurus kedepan,
tidak perlu menengok
terlalu banyak untuk
dapat menikmati
pertunjukan
Multipurpose hall ruang yang fleksibel dan
(rectangular plan) dapat menggunakan
bantuan partisi untuk
membagi ruang sesuai
kebutuhan kegiatan
Exhibition hall (fan-shape konfigurasi ini
plan) digunakan untuk
mendapatkan kualitas
pendengaran pada saat
menawarkan
barang/jasa
kekuatan proyeksi suara
dapat terkonsentrasi
hingga sudut 135 ̊
Dari hasil pemilihan kriteria ruang untuk setiap fasilitas utama, pengolahan struktur
cangkang sebagai selubung bangunan dilakukan dengan proses pengolahan bentuk geometri
setengah bola.

Tabel 2. Pengolahan bentuk struktur cangkang


Fasilitas Struktur Konfigurasi ruang Hasil Keterangan
Convention Seperempat
hall (fan- dari bentuk
shape plan) lingkaran
untuk
mewadahi
konfigurasi
ruang
Auditorium Setengah
hall (circular dari bentuk
atau oval lingkaran
plan)

Multipurpose Bentuk
hall lingkaran
(rectangular yang
plan) dipotong
sejajar

Exhibition Seperempat
hall (fan- dari bentuk
shape plan) lingkaran
3.3 Hasil Desain

Perancangan Malang Convention Centre memiliki 3 massa utama (A & B) dan 2 massa
penunjang (C & D).

Gambar 2. Siteplan Malang Convention Centre


(Sumber: hasil desain, 2015)

Penerapan struktur cangkang dalam memanfaatkan ruang bebas kolom pada fasilitas
utama convention centre dapat menghasilkan ruang-ruang sebagai berikut:

Gambar 3. Convention hall, auditorium hall, multipurpose hall dan exhibition hall
(Sumber: hasil desain, 2015)
Massa A mewadahi kebutuhan aktifitas dengan menyediakan auditorium hall,
convention hall, dan multipurpose hall.

Gambar 4. Penerapan struktur cangkang pada massa A


(Sumber: hasil desain, 2015)

Massa B dengan fasilitas exhibition hall yang difungsikan untuk kegiatan pameran,
massa utama (massa A & B) yang terpisah dapat dicapai dengan penggunaan eskalator yang
terletak diantara kedua massa.

Gambar 5. Penerapan struktur cangkang pada massa B


(Sumber: hasil desain, 2015)

Massa C dan D merupakan fasilitas penunjang dengan massa C dimanfaatkan sebagai


fungsi restoran dan massa D sebagai ruang servis beserta pengelola.

Gambar 6. Penerapan struktur cangkang pada massa C & D


(Sumber: hasil desain, 2015)

4. Kesimpulan

Perancangan Malang Convention Centre yang membutuhkan ruang bebas kolom


sebagai wadah untuk pelaku melakukan aktifitas pertemuan, pameran, dan pertunjukan
dapat diatasi dengan menerapkan struktur cangkang. Struktur cangkang menciptakan ruang
bebas kolom yang mengatasi fungsi dan kebutuhan ruang dari masing-masing aktifitas utama
dalam convention centre.
Daftar Pustaka

Adriaenssens, Sigrid. (2014). Shell Structures for Architecture: Form Finding and Optimization.
New York: Routledge
Adler, David. 1999. Metric Handbook Planning and Design Data. Oxford. Architectural Press.
Chen, W.F. (2005). Handbook of Structural Engineering. Third edition. USA: CRC Press
Doelle, Leslie L. 1993. Akustik lingkungan. Jakarta: Erlangga
Hutasoit, F.H. (2001). Peran Dalam Industri Pameran Indonesia. Jakarta: ASPERAPI
Kesrul, M. (2004). Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu
Lawson, Fred. (2000). Congress, Convention and Exhibition Facilities: Planning, Design and
Management (Architectural Press Planning and Design Series). Great Britain: The Bath
Press.
Macdonald, Angus J. (2002). Structure and Architecture. Jakarta: Erlangga
Mills, Edward D. 1976. Planning. London: Newness-Butterworth
Mediastika, Christina E. 2005. Akustika bangunan. Yogyakarta: Erlangga
Montgomery, R. J. & Strick, S. K. (1995). Meetings, conventions, and expositions-An introduction
to the industry. New York: Van Nostrand Reinhold.
Satwiko, Prasasto. 2003. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi
Schodek, Daniel L. (1999). Struktur. Jakarta: Erlangga
Ramaswamy, G.S. (1968). Design and Construction of Concrete Shell Roofs. New York: McGraw-
Hill Inc

Anda mungkin juga menyukai