Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TEKNIK JALAN REL

MONOREL

Mata Kuliah Teknik Jalan Rel

Dosen Pembimbing: Lasmini Ambarwati, ST., M.Eng

Disusun oleh:

Audia Maknolia W (165060101111011)


Luthfi Rinda I (165060101111021)
Karimatul Ummah (165060101111018)
Angga Q. A. (165060101111012)
Yulizar Risaldi (165060101111015)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
MONOREL

Monorel adalah sebuah rel dengan jalur yang terdiri dari rel tunggal, berlainan dengan
rel tradisional yang memiliki dua rel paralel. Monorel lebih lebar daripada relnya. Biasanya rel
pada monorel terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat dari karet, sehingga tidak sebising
kereta konvensional.

Monorel pertama kali diperkenalkan oleh Henry Robinson Palmer pada tahun 1825.
Hasil penemuannya telah mendapatkan US paten bernomor US4618 pada tanggal 22
November 1821. Pada awalnya monorel ini digunakan untuk mengangkut batu bata dengan
menggunakan tenaga kuda untuk menariknya, namun pada tahun berikutnya monorel dibuat
untuk penumpang yakni di Cheshunt Railway. Pada tahun 1876 di Philadelpia Centennial untuk
pertama kali kereta monorel menggunakan mesin uap sebagai penggeraknya. Sejarah monorel
ini terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya sampai pada tahun 1929, terwujud monorel
pertama yang menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya. Dengan kecepatan 160
km/jam, kereta ini digunakan untuk menghubungkan London dan Paris.

Monorel memiliki dua tipe yaitu :

1. Tipe straddle-beam

Tipe ini seperti kereta pada umumnya, monorel ini bergerak di atas rel.

Gambar 1 Monorel Tipe Straddle-Beam


2. Tipe suspended

Untuk tipe ini monorel bergerak di bawah rel. Sistem kerja pada monorel tipe ini seperti
kereta gantung.

Gambar 2 Monorel Tipe Suspended

Selain tidak bising kereta monorel juga mempunyai beberapa kelebihan jika di
bandingkan dengan kereta konvensional, yaitu :

 Monorel tidak memerlukan ruang yang lebar untuk relnya, hanya membutuhkan ruang
untuk tiang penyangga.
 Terlihat lebih “ringan” daripada kereta konvensional dengan rel terelevasi dan hanya
menutupi sebagian kecil langit.
 Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat dibanding kereta biasa.
 Lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel, risiko terguling jauh lebih kecil.
 Karena berada diatas tiang penyangga, resiko menabrak pejalan kaki pun sangat minim.
 Pembangunannya dan perawatanya lebih murah jika dibandingkan kereta bawah tanah.
 Selain itu monorel juga menguntungkan secara bisnis. Dengan pengelolaan yang tepat
dan efisien, kita bisa mengambil contoh Tokyo-Haneda Monorail yang sudah
beroperasi sejak 1964. Layanan ini dimiliki oleh swasta dan terus menghasilkan
keuntungan setiap tahun. Begitu pula The Seattle Center Monorail, yang dibangun
tahun 1962, dijalankan oleh swasta pula dan sanggup memberikan pajak signifikan
setoran ke pemerintah kota Seattle. Belakangan, kota-kota berpenduduk padat di
seluruh dunia terus mengembangkan monorel.

Monorel memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah :

 Jika di bandingkan dengan kereta bawah tanah monorel lebih memakan tempat.
 Dalam keadaan darurat penumpang pada monorel sulit dievakuasi karena tidak ada
jalan keluar kecuali pada saat distasiun.
 Kapasitas monorel masih belum dapat dipastikan.
 Sulit untuk membuat jalur persimpangan.
 Infrastruktur Monorel sering dibuat oleh produsen yang berbeda-beda sehingga
terkadang ada komponen yang tidak compatible.

Monorel memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah :

 Kemampuan Beradaptasi
Sistem monorel dapat dibangun dan dioperasikan hampir di mana saja; di
daerah perkotaan, di koridor transportasi, di ruang terbuka, di lingkungan yang telah
terlanjur pesat dibangun dengan kepadatan lokasi yang tinggi, di mana tidak ada bentuk
transportasi massal lain yang dapat secara efektif dibangun atau dioperasikan di tempat
tersebut.
 Efektivitas Biaya
Konstruksi sistem monorel, persyaratan, manufaktur, implementasi,
pemeliharaan dan operasional secara signifikan lebih efisien, dibandingkan dengan
moda transportasi lain yang menggunakan rel dan ban yang terbuat dari baja.
 Dampak Terhadap Lingkungan
Dari mulai pembebasan lahan, pembongkaran dan konstruksi untuk
implementasi sistem dan operasional, pengembangan dan layanan sistem monorel
secara rutin dilaksanakan tanpa berdampak buruk terhadap lingkungan.
 Keamanan
Dalam lebih dari dua miliar perjalanan kereta monorel di seluruh dunia, tak ada
satupun laporan kecelakaan yang mengakibatkan penumpang meninggal dunia; juga
tercatat belum pernah terjadi tabrakan antara monorel dengan jenis kendaraan lain.
 Dampak Terhadap Kemacetan
Karena memiliki jalur yang terpisahkan dari semua moda transportasi yang lain,
sistem monorel tidak akan mengganggu perjalanan moda transportasi lain, sehingga
tidak akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.
 Jejak Karbon
Dari mulai proses manufaktur, konstruksi dan lokasi operasional, pemeliharaan
dan penggunaan energi, teknologi sistem monorel meninggalkan jejak karbon yang
jauh lebih ringan dari pada semua sistem transportasi massal lain yang saat ini telah
beroperasi.
 Kualitas Layanan
Dengan rekor ketepatan waktu sekitar 98-99%, keandalan kinerja dan
operasional, monorel secara konsisten menyediakan kualitas perjalanan terbaik yang
terus meningkat dan selalu tersedia untuk setiap pengguna/penumpangnya.
 Inovasi dan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan dan pelayanan sistem Monorel menawarkan alternatif abad ke-
21 untuk industri transportasi berbasis rel, yang merupakan solusi baru untuk mengatasi
kemacetan dan memberikan aksesibilitas baru dari sistem transportasi yang sebelumnya
telah ada, dan menjadi alternatif yang paling menarik bagi pengendara kendaraan
pribadi untuk pindah ke kendaraan umum.
 Pengembangan Tenaga Kerja
Manufaktur Sistem monorel, pengembangan dan operasional, menawarkan
sector-sektor yang berbeda dari lapangan pekerjaan baru dan peluang karir independen
di sejarah industri transportasi berbasis rel.
 Keberlanjutan
Dari manufaktur dan pengembangan sistem teknologi, rekayasa dan konstruksi
untuk efisiensi dari setiap aspek operasional sistem monorel, monorel akan mengatur
lingkungan, energi, keamanan, kemampuan beradaptasi, dan kinerja ekonomi bagi
standar baru angkutan umum massal perkotaan untuk abad ke-21.
PERKEMBANGAN MONORAIL DI INDONESIA

Lippo Group berencana membangun automated people mover (APM) atau monorail
untuk menghubungkan kota mandiri Meikarta dengan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung.
Monorail itu juga akan menghubungkan tujuh kota baru di sekitar Meikarta. Monorail akan
dibangun di tengah Meikarta untuk akan menyambungkan sejumlah titik perhentian di dalam
kota mandiri tersebut. Selain itu, monorail menjadi penghubung suatu jenis infrastruktur
transportasi dengan jenis infrastruktur transportasi lainnya.

Pembuatan monorail di Indonesia didasarkan atas kesemrawutan lalu lintas di Jakarta


semakin parah sehingga orang menuntut adanya alat transportasi massal yang efektif. Kedua,
ada segelintir orang penting yang mengusahakan agar program Gubernur DKI untuk mengatasi
kemacetan ini dibatalkan. Penyebab utama kesemrawutan di Jakarta adalah arus lalu lintas
melampaui kapasitas jalan akibat jumlah kepemilikan kendaraan yang tidak bisa dikendalikan
oleh pemerintah.

Selain macet, pemborosan energi, kerugian waktu, peningkatan polusi udara, dan
peningkatan stres pengguna jalan merupakan dampak lain kesemrawutan Jakarta. Melihat
realitas dan dampak kesemrawutan lalu lintas ini, memang sangat disayangkan jika ada
segelintir orang berusaha membatalkan program monorel.

Secara makro, monorel dibutuhkan Jakarta karena moda transportasi massal ini juga
dapat melestarikan lingkungan. Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi yang buruk. WHO
(2010) menempatkan Jakarta bersama-sama Mexico City, Beijing, dan Kairo sebagai
metropolitan dengan udara yang paling tercemar. Masih dalam skala global, kadar partikel
debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9
(104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia.

Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah gas buang kendaraan
bermotor yang menyumbang andil sebesar kurang lebih 70 persen dari total polusi udara.
Situasi ini bisa bertambah buruk mengingat setiap harinya meluncur 1.000 unit mobil baru dan
5.000 unit sepeda motor baru di jalanan ibu kota. Monorel yang sedang dikembangkan di
Jakarta adalah alat transportasi massal dengan rata-rata enam gerbong sekali jalan, melaju
setiap tiga menit, dengan kapasitas penumpang bisa mencapai 600 ribu orang per hari.

Anda mungkin juga menyukai