Anda di halaman 1dari 28

Bab 9.

Metodologi AMDAL

9.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Suatu prinsip dasar yang harus diambil demi kepentingan efisiensi adalah semua data
yang dikumpulkan harus berhubungan secara langsung terhadap proses analisis dampak. Metode
analisis data akan berbeda-beda tergantung pada persoalan tujuan studi. Dalam banyak hal
diharapkan bahwa daftar/tabel yang sederhana atau grafik akan memenuhi untuk penyajian data
awal, akan tetapi dalam semua kasus analisis harus mengambil bentuk yang jelas dan pembahasan
difokuskan pada masalah

9.1.1. Pengumpulan Data


Suatu prinsip dasar yang harus diambil demi kepentingan efisiensi adalah semua data
yang dikumpulkan harus berhubungan secara langsung terhadap proses analisis dampak. Metode
analisis data akan berbeda-beda tergantung pada persoalan tujuan studi. Dalam banyak hal
diharapkan bahwa daftar/tabel yang sederhana atau grafik akan memenuhi untuk penyajian data
awal, akan tetapi dalam semua kasus analisis harus mengambil bentuk yang jelas dan pembahasan
difokuskan pada masalah .

a. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menghimpun informasi
yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu
dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan,
ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetakmaupunelektroniklain.

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat
ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat
memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya
dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi
dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

b. Pengumpulan Data Sekunder


Metoda ilmiah yag dapat dipertanggung jawabkan untuk meperoleh data rona
lingkungan hidup dpat dilakukan dengan cara pengumpulan data secara tidak langsung
baik menyangkut data komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya maupun
data kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui
instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah serta instansi lain yang dapat
dipertanggung jawabkan, diantaranya :
1) Badan Informasi Geospasial untuk mendapatkan peta dasar

2) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendapatkan infomasi


biodiversity (keanekaragam hayati)

3) Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk iformasi data klimatologi

4) Kementrian Pertanian untuk informasi jenis tanah

5) Biro Pusat Statistik untuk infotmasi Demografi, PDRB dsb

c. Pengumpulan Data Sekunder


Metoda ilmiah yag dapat dipertanggung jawabkan untuk meperoleh data rona
lingkungan hidup dpat dilakukan dengan cara pengumpulan data secara tidak langsung
baik menyangkut data komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya maupun
data kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui
instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah serta instansi lain yang dapat
dipertanggung jawabkan, diantaranya :

1) Badan Informasi Geospasial untuk mendapatkan peta dasar dan peta tematik
yang diperlukan seperti peta geologi, penyebaran jenis tanah, peta vegetasi dan
peta hidrologi

2) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk informasi jenis biota darat
(flora dan fauna) serta diversity ( keanekaragam hayati)

3) Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk informasi data klimatologi

4) Biro Pusat Statistik dan monografi untuk informasi Demografi, Pertumbuhan &
Ketenaga kerjaan, Sosial Ekonomi dan perekonomi local maupun regional,
PDRB dan sosial Budaya.

5) Dinas kesehatan untuk informasi Pola penyakit, Insidensi dan prevalensi, sarana
dan prasarana kesehatan, Status gizi & kecukupan pangan

d. Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, pengamatan, uji petik dan
pengukuran serta pengambilan sampel. Pengumpulan data primer harus dilakukan sesuai
prosedur ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan baik metoda pengumpulannya,
jumlah sampel dan instrumen atau peralatan yang digunakan.

1) Fisik Kimia, diantarnya meliputi parameter :


a) Kualitas Udara dan Kebisingan Ambien: Parameter kualitas udara yang perlu
diukur meliputi: CO, SOz, NO, Pb, HC dan SPM.
b) Parameter hidrologi antara lain meliuti : debit, pola aliran, sedimentasi dan
kondisi banjir. Sedangkan kualitas air dilakukan dengan pengukuran langsung
terhadap daerah yang terkena dampak maupun daerah yang tidak terkena
dampak.
c) Parameter kualitas air didpeoleh dari hasil analisa laboratorium: temperatur,
minyak & lemak, SS (Suspended Solid); kimia : pH, DO (Dissolved Oxygen),
BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand),
Chlorida (CI), Ammoniak bebas (NH}- N) dan Sulphur (S).
d) Hidrooceanografi : Pekerjaan di bidang teknik sipil dapat berlangsung di
perairan sehingga kajian perlu dilakukan terhadap parameter Hidrooceanografi
mencakup Karakteristik air laut (salinitas, suhu), pola arus, kecepatan arus,
gelombang, pola pasang surut dan batimetri.

2) Komponen Biologi
Suatu inventarisasi jenis tumbuhan dan jenis vegetasi lainnya didalam area proyek
dan sekitarnya dilakukan penyelidikan lapangan guna mengetahui komposisi
Struktur jenis vegetasi dan satwaliar di berbagai tipe ekosistem pada areal studi.
Parameter atau Biologi yang dimaksud yakni melipti : vegetasi hutan, biota air
dan satwa liar.
a) Vegetasi Hutan : Pengamatan vegetasi secara proposional dilakukan
menggunakan Metode Jalur Berpetak yakni dengan cara penetapan garis transek
dengan arah tegak lurus kontur.
b) Vegetasi Budidaya : Informasi mengenai vegetasi budidaya (di pekarangan,
ladang/tegalan dan kebun) di wilayah studi dilakukan dengan pengamatan
langsung, wawancara dengan penduduk dan monografi desa.
c) Satwa Budidaya dan Satwa Liar : Untuk satwa liar baik dilakukan pengamatan
langsung (perjumpaan/jejak pada jalur transek)
d) Biota Air : Parameter dan Metode pengukuran serta alat yang digunakan untuk
pengambilan contoh biota perairan.

3) Komponen Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat


Metode pengumpulan dan analisis parameter dan indikator komponen sosial
eknomi dan budaya dari masyarakat/desa sekitar lokasi proyek sesuai dengan
batas Wilayah Studi. Wawancara dan penyebaran kuisioner adalah metoda yang
lajim dikerjakan untuk mengetahui persepsi dan mengetahui aspirasi masyarakat
terkena dampak. Wawancara selain dilakukan kepada warga juga ditujukan
kepada tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama.
Selain untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang lingkungan hidup Survey
dan wawancara masyarakat juga dimaksdukan untuk mengetahui besarnya
dukungan dan harapan masyarakat terhadap rencana kegiatan atau usaha.

9.2. DE ANALISIS

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode anaiisis kualitatif clan
analisis kuantitatif, yakni dilakukan dengan menelusuri interaksi dan kesimpulan dari tiap-tiap
masalah yang timbul berdasarkan pendapat para ahli atau dengan analogi. Analisis kuantitatif
berdasarkan besaran kuantitatif (dikuantitatifkasi) untuk diolah secara matematik atau tabulasi.
9.3. METODA PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK

9.3.1. Kriteria
a. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan metoda
1) Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah

2) Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang


terlewatkan

3) Dapat digunakan untuk menetapkan dan informasi yang diperlukan dalam


menduga dampak.

4) Digunakan untuk evaluasi seluruh dampak yang akan terjadi.

5) Dapat menujukan usaha-usaha yang diperlukan untuk dapat meminimalisir


dampak negatif

b. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode yaitu


1) Memahami kelebihan dan kelemahan dari tiap metode, baik fungsi maupun cara
kerjannya.

2) Penguasaan tipe dari aktivitas proyek yang akan di Amdal.

3) Penguasaan ciri dan sifat umum dan khusus dari zona lingkungan.

4) Pemahaman dampak penting yang akan terjadi melalui skopinng.

5) Pedoman yang diberikan oleh instansi yang bertangung jawab mengenai bentuk
informasi yang diperlukan dan cara penyajiannya.

c. Klasifikasi metode amdal berdasarkan fungsi:


1) Fungsi Identifikasi, berfungsi dalam membantu menentukan atau
mengidentifikasi aktivitas proyek yang dapat menimbulkan dampak sertaukan
menentkomponen yang akan terkena dampak.

2) Fungsi Pendugaan, berfungsi dalam menentukan perubahan kuantitatif yang


meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi

3) Fungsi Evaluasi, berfungsi dalam evaluasi secara terpadu kelompok komponen


dari keseluruhan dampak, dapat menunjukan biaya dan keuntungan setiap
dampak.

Berdasarkan cara ditetapkannya dampak Warner dan Bromley (1974) membuat


klasifikasi metode AMDAL yaitu:

9.3.2. Metode Ad Hoc


Metode Ad Hoc adalah metode yang sedikit sekali memberikan pedoman kepada
tim. Metode ini tidak membagi lingkungan ke dalam komponen lingkungan yang
mendetail namun hayan membagi bidang dampak yang lebih luas. Metode Ad Hoc
sangat sederhana dan tidak mempunyai acuan tertentu sehingga hasilnya tidak
konsisten antara satu penelitian dengan penelitian lainnya.

Metode ini tidak memberikan petunjukyang terinci tentang penilaian dampak yang
disarankan adalah hal-hal umum tentang kemungkinan dampak seperti dampak
pada tumbuhan, binatang, danau, hutan dan lain-lain. Metode ini tidak
menganjurkan suatu pengkajian terhadap parameter khusus.

Prosedur Ad Hoc melibatkan suatu tim ahli yang pendugaannya mengenai suatu
dampak menurut keahliannya masing-masing digabungkan. Misalnya untuk suatu
rencana pembuatan jalan raya, maka kemungkinan dampak yang perlu diperhatikan
dan ahli yang mengkajinya.

9.3.3. Metode Overlays


Tehnik overlay merupakan pendekatan yang sering dan baik digunakan dalam
perencanaan tata guna lahan / landscape. Teknik ini dibentuk melalui pengunaan
secara secara tumpang tindih (seri) suatu peta yang masing-masing mewakili faktor
penting lingkungan atau lahan. Pendekatan tehnik overlay efektif digunakan untuk
seleksi dan identifikasi dari berbagai jenis dampak yang muncul. Kekurangan dari
tehnik ini adalah ketidakmampuan dalam kuantifikasi serta identifikasi dampak
(relasi) pada tingkat sekunder dan tersier. Perkembangan teknik overlay saat ini
mengarah pada teknik komputerisasi. (Canter,1977)

Overlays dibentuk oleh satu set peta transparan yang masing-masing


mempresentasikan distribusi spasial suatu karakteristik lingkungan (contoh:
kepekaan erosi). Informasi untuk variable acak harus dikumpulkan terlebih dahulu
sebgai standar unit geografis di dalan suatu area studi, dan dicatat pada satu
rangkaian peta (satu untuk masing-masing variable). Peta ini kemudian di overlay
untuk menghasilkan suatu peta gabungan. Hasil peta gabungan memperlihatkan
karakter fisik area, social, ekologis, tata guna lahan dan karakteristik lain yang
berkaitan dengan lokasi yang diusulkan. Untuk menyelidiki derajat/ tingkatam dari
dampak, alternative proyek yang lain dapat ditempatkan pada peta akhir.

Metode Overlays membagi area studi ke dalam unit geografis berdasarkan pada
keseragaman titik-titik grid dalam ruang, bentuk topografis berdasarkan pada
keseragaman titik grid dalam ruang, bentuk topografis atau perbedaan penggunan
lahan, pemotretan udara dan lain-lain, digunakan untuk merangkai informasi yang
dihubungkan dengan faktor lingkungan dan manusia di dalam unit yang geografis.
Melalui penggunaan teknik overlay, berbagai kemungkian penggunaan lahan dan
kelayakan teknik dapat ditentukan secara visual.

Menggunakan sejumlah peta di tempat proyek yang akan dibangun dan daerah
sekitarnya yang akan dibangun dan daerah sekitarnya yang tiap peta
menggambarkan komponen-komponen lingkungan yang lengkap meliputi: aspek
fisik-kimia, biologi, social-ekonomi dan social budaya. Penggabungan dalam
bentuk penampalan akan menunjukan kumpulan atau susunan keadaan lingkungan
daerah tersebut.

Overlays merupakan suatu system informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk
dari penggabungan berbagai peta individu. Agregat dari kumpulan peta individu ini
(peta komposit) mapu memberikan informasi yang lebih luasdan bervariasi.
Masing-masing peta transparasi memberikan informasi tentang komponen
lingkungan dan social. Peta komposit yang terbentuk memberikan gambaran
tentang konflik antara proyek dan faktor lingkungan. Metode ini tidak menjamin
akan mengakomodir aemua dampak potensial. Contoh. Peta suato reservoir dalam
proyek DAM akan memperlihatkan potensi terhadap terjadinya banjir yang
kemudian dapat di-overlay dengan peta habitat hewan, aktifitas manusia dan
sebaagainya.

Shopley dan Fuggle (1984) termasuk Mcharg (1969) berjasa dalam pengembangan
peta overlay. Overlay dibentuk oleh satu set peta transparan yang masing-masing
mempresentasikan distribusi spasial suatu karakteristik lingkungan (contoh :
kepekaan erosi). Informasi untuk variabel acak harus dikumpulkan terlebih dahulu
sebagai standar unit geografis di dalam suatu area studi, dan dicatat pada satu
rangkaian peta (satu untuk masing-masing variabel). Peta ini kemudian di overlay
untuk menghasilkan suatu peta gabungan (lihat gambar). Hasil peta gabungan
memperlihatkan karakter fisik area, sosial, ekologis, tata guna lahan dan
karakteristik lain yang relevan dan berkaitan dengan tujuan pengembangan lokasi
yang diusulkan. Untuk menyelidiki derajat/tingkatan dari dampak, alternatif proyek
yang lain dapat ditempatkan pada peta akhir.

Validitas dari analisa tergantung pada jenis dan jumlah parameter yang dipilih.
Untuk suatu peta gabungan yang layak, jumlah parameter di dalam suatu overlay
transparan dibatasi sekitar sepuluh. Sedikitnya terdapat dua cara dari metode ini
yang di digunakan dalam penilaian dampak. Yang pertama adalah menggunakan
peta sebelum dan sesudah proyek untuk menilai secara visual perubahan yang
terjadi pada tata guna lahan. Cara yang lain adalah dengan mengkombinasikan
pemetaan yang disertai suatu analisa sensitivitas area atau daya dukung ekologis.
Pada penggunaan yang terakhir, batasan pengembangan diatur berdasarkan batas
dasar dari lokasi yang merupakan area sensitif serta penilaian daya dukung.
Metoda memiliki orientasi spasial dan mampu untuk mengkomunikasikan aspek
spasial dari suatu dampak komulatif. Pembatasan tersebut berhubungan dengan: 1)
ketiadaan penjelasan jalur munculnya dampak; dan 2) ketiadaan kemampuan
memprediksi berkenaan dengan efek terhadap populasi.

Metoda overlay membagi area studi ke dalam unit geografis berdasar pada
keseragaman titik-titik grid dalam ruang, bentuk topografis atau perbedaan
penggunaan lahan. Survai lapangan, peta inventori topografi lahan, pemotretan
udara dan lain-lain, digunakan untuk merangkai informasi yang dihubungkan
dengan faktor lingkungan dan manusia di dalam unit yang geografis tersebut.
Melalui penggunaan teknik overlay, berbagai kemungkinan penggunaan lahan dan
kelayakan teknik dapat ditentukan secara visual. (Mcharg, 1968). Skala peta dapat
divariasikan mulai dari skala besar (untuk perencanaan regional) sampai skala kecil
untuk identifikasi yang bersifat spesifik. Overlay juga digunakan pada pemilihan
rute untuk proyek bidang datar (dua dimensi) seperti jalan dan jalur transmisi. Pada
tahap awal dilakukan screening dari berbagai alternati rute (pengurangan beberapa
rute) untuk mengurangi beban kebutuhan detail analisis.Mcharg (1968)
memperkenalkan teknik ini dengan orientasi spesifik kearah pembangunan jalan
raya. Metoda yang digunakan terdiri dari transparansi karakteristik lingkungan
yang dipresentasikan ke dalam peta dasar regional. Dibuat sekitar 11-16 peta yang
menggambarkan karakteristik dari lingkungan dan tata guna lahan. Peta tersebut
mempresentasikan tiga tingkatan dari karakteristik lingkungan dan tata guna lahan
berdasar pada “kecocokan dengan pembangunan jalan raya”. Pendekatan ini
bermanfaat untuk menyaring alternatif lokasi proyek atau rute sebelum
penyelesaian analisa dampak yang lebih terperinci. Metoda ini juga telah
digunakan untuk mengevaluasi pilihan pengembangan dalam kawasan pantai, rute
saluran dan jalur transmisi. (EIA for Developing Countries).

Overlay merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari
penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database yang spesifik).
Agregat dari kumpulan peta individu ini, atau yang biasa disebut peta komposit,
mampu memberikan informasi yang lbih luas dan bervariasi. Masing-masing peta
tranparansi memberikan informasi tentang komponen lingkungan dan sosial. Peta
komposit yang terbentuk akan memberikan gambaran tentang konflik antara
proyek dan fakto lingkungan. Metode ini tidak menjamin akan mengakomodir
semua dampak potensial, tetapi dapat memberikan damapak potensial pada spasial
tertentu. Sebagai contoh, peta suatu reservoir dalam poyek DAM akan
memperlihatkan potensi terhadap terjadinya banjir, yang kemudian dapat di-
overlay dengan peta habitat binatang, aktivitas manusia dan sebagainya. (EIA :
What are the available methods)

Drs. Suprapto Dibyosaputro, MSc.

9.3.4. Metode Checklist


Metode Checklists merupakan metode dasar untuk mengembangkan metode lain,
metode ini sangat sederhana, berbentuk daftar komponen lingkungan yang
digunakan untuk menentukan komponen mana yang akan terkena dampak.

Metode Checklists merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan


metode Ad Hoc karena telah ada susunan aktivitas kegiatan proyek dan komponen
lingkungan. Metode ini telah berkembang dari yang paling sederhana hingga yang
kompleks. Pertama dibuat terlebih dahulu daftar dari berbagai macam dampak
yang mungkin terjadi berkaitan yang direncanakan dan rencana alternatifnya.

Prosedur umum untuk membuat checklists adalah

1) Tentukan sasaran dari checklist. Apa tujuan, dimana akan digunakan, dan
bagaimana hasila akhir yang diharapkan. Kemudian hal pa saja yang tidak dapat
dicapai dengan hanya menggunakan metode ini.

2) Mengidentifikasi cakupan wilayah keahlian yang diperlukan dalam checklist,


dan memilih orang yang berkompeten dalam masing-masing bidang.
3) Mulailah mengembangkan checklist. Kemudian membagi project tersebut ke
dalam beberapa subsistem untuk memudahkan analisis.

4) Mengambil penilaian independen dari manajer atau project engineer


berpengalaman.

5) Memperbaharui checklists jika diperlukan, ketika informasi-ingormasi


tambahan tentang project tersebut diperoleh.

Secara garis besar metode checklist bibagi menjadi:

a. Checklist sederhana (simple checklist)


Checklist sederhana merupakan suatu bentuk metode checklist yang paling sederhana.
Pada dasarnya berbentuk sebagai daftar dari komponen lingkungan yang akan diduga
dampaknya baik yang menguntungkan maupun merugikan terhadap tiga tingkat atau fase
pembangunan yaitu;

1) Tingkat perencanaan atau desain proyek

2) Tingkat konstruksi proyek

3) Tingkat proyek berjalan

Metode ini menjadi sederhana karena dalam mengidentifikasi berbagai potensi dampak
tidak disajikan informasi dalam ebntuk ukuran dan interpretasi.

b. Checklist dengan uraian (Descriptive Checklist)


Komponen lingkungan yang diamati ekologi, kesehatan, kualitas udara, air permukaan, air
bumi, sosiologi, ekonomi, kebisingan dan transportasi. Tanda tiap dampak interaksi dapat
digolongkan kedalam empat kategori yaitu:

1) Kategori menunjukan bahwa potensi dampak harus dinilai atau diperkirakanmsetiap


kali aktivitas dilakuakan
2) Dampak yang biasa timbulmtetpi mungkin samja tidak ada, hal ini tergantung pada
keadaan masing-masing.
3) Dampaknya kecil tetapi dapat diduga masalahnya dan timbulnya akan ditetapkan
berdasarkan keadaan masing-masing.
4) Tidak ada indikasi mengenai potensi dampak, sehingga aktivitas tertentu dapat
ditetapkan sebgai aktifitas yang tidak menimbulkan dampak lingkungan.

c. Checklist berskala (Scaling checklist)


Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan burke untuk melakukan pendugaan dampak
lingkungan dari beberapa alternative proyek. Metode ini merupakan teknik pendugaan
dampak lingkungan denganskala yang dibuat mulai dari minus lima sampai positif lima.
Komponen dampak dari proyek yang digunakan oleh Adkins dan burke dikelompokan
menjadi: transportasi, lingkungan, sosiologi dan ekonomi.

d. Checklist berskala dengan pembobotan (Scaling Wighlig Checklinst)


Metode ini berisi uraian mengenai komponen-komponen lingkungan yang tersusun dalam
checklist seperti cara penyusunan checklist berskala yang memberipenilaian dari tiap
parameterdan kepentingan yang telah ditetapkan.

e. Keuntungan Metode Checklist:


Metode ini sederhana untuk dilakukan, adanyan pencatatan pada diskripsi memung kinkan
observer mengetahui konteks perrilaku secara lengkap.

Kekurangan Metode Checklist:

1) Karena tidak memiliki standart khusus, item-item dalam pada pengetahuan dan
pengalaman para penyusun checklist.
2) Checklist hanya merupakan “yes or no question”yang tidak dapat menggambarkan
secara rinci efisiensi dai suatu subsitem dalam projet yang dilaksanakan.
3) Checklist tidak dapat mengurutkan skala prioritas suatu hazard.

Checklist amdal terhadap dampak lingkungan gedung merupakan cara untuk menganalisa
mengenai dampak di seluruh lingkungan gedung yang merupakan suatu proses yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan gedung itu sendiri dari
aktivitas manusia.

9.3.5. Metode Matrices


Metode matrices adalah metode yang menggunakan daftar uji (checklist) dua dimensi,
yaitu daftar horizontal yang membuat acuan kegiatan pembanguan yang potensial menimbulkan
dampak dan dafta vertical yang memuat daftar komponen lingkungan hidup yang mungkin terkena
dampak.

Beberapa metode matriks interksi yang sangat terkenal antara lain;

a. Metode Leopold
Identifikasi dampak lingkungan hari proyek ditulis dalam interaksi antara aktivitas dan
komponen lingkungan.

Langkah pertama setelah matriks dibuatadalah menentukan dampak dari tiap aktivitas
proyek pada komponen lingkungan. Apabila diduga akan terjadi dampak pada suatu
komponen lingkungan dari aktivitas maka kotak penemuan pada matriks dari keduanya
diberi tanda diagonal.

Langkah kedua adalah dari tiap kotakyang berdiagonal ditetapkan besar (magnitude) dan
tingkat kepentingan (importance) dampaknya. Dinyatakan dalam angka atau skala dari
satu sampai sepuluh derta diberikan catatan uraian atau kreteria yang jelas dari tiap nilai
tersebut. Penyusunan skala sebaiknya didasarkan pada evaluasi nilai yang objektif.
Dampak yang positif diberi tanda “+”dan negative “-“.

b. Metode Matriks dari Moore


Keistimewaan dari metode ini adalah dampak lingkungan dilihat dari sudut dampak pada
kelompok daerah yang sudah atau sedang dimanfaatkan manusia yang dapat digambarkan
sebagai proyek pembanguan lainnya.
Filosofi dasar metode Moore adalah analisis dari penyebab atau pembuat dampak
lingkungan yang nyata, didasarkan pada determinasi dari dampak langsung dan tidak
langsung pada sumber daya lain yang sedang dimanfaatkan manusia.
Matriks Moore dibagi menjadi empat kategori yaitu:
2) Pembentuk timbulnya aktivitas lainnya yang berhubungan.
3) Potensi perubahan lingkungan.
4) Pengaruh pada lingkungan yang utama
5) Pemanfaatan olah manusia yang terkena dampak.
c. Metode MacHarg
Daerah
yang
akan

dianalisis dibagi dalam beberapa satuan. Satuan tersebut dapat disusun berdasarkan
topografi atau penggunaan lahan. Untuk tiap satuan dikumpulkan keterangan mengenai
keadaan lingkungannya dengan berbagai cara, baik dengan survey lapangan maupun
dengan potret udara dan peta-peta yang telah ada.
Langkah berikut melakukan identifikasi dari dampak yang diduga akan terjadi pada
berbagai komponen lingkungan dari setiap satuan daerah. Setiap komponen lingkungan
dan dampaknya digambarkan dalam satu transparasi tersendiri.
d. Metode Netwoks
Metode Network (skema aliran/ flowchart/ bagan alir) merupakan metode berupa susunan
daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan komponen-komponen lingkungan
yang terkena dampak. Kemudian dari kedua daftar tersebut disusun lagi hingga dapat
menunnjukan aliran dampak yang dimulai dari suatu aktivitas proyek.
Susuna aliran dampak menggambarkan adanya dampak langsung dan tidak langsung serta
hubungan antar komponen lingkungan, sehingga dapat mengevaluasi dampak secara
keseluruhan, dapat dicari aktifitas pokok mana yang harus dikemdalikan.

e. Metode Modifikasi dan Kombinasi


Bentuk modifikasi dan kombinasi dari kelima metode tersebut untuk mengurangi
kelemahan tim maupun metode amdal, disesuaikan dengan proyek yang akan dikerjakan,
hasil penilaian tim dan pertimbangan lain.

9.4. Identifikasi Dampak

a. Tujuan Identifikasi Dampak

Identifikasi dampak bertujuan untuk menentukan ada/tidaknya dampak lingkungan (+)


atau (-). Dalam penyusunan AMDAL, identifikasi dampak terutama dilakukan dalam Kerangka
Acuan ANDAL didasarkan pada pelingkupan.

b. Metode Identifikasi Dampak

Macam-macam metode identifikasi dampak yang biasa dipakai, ialah:

1) Daftar uji sementara (Simple checklist)


Produk metoda ini sangat sederhana, hanya berupa serangkaian data tentang
parameter-parameter lingkungan yang perlu mendapat perhatian akibat adanya
suatu rencana kegiatan. Daftar uji sederhana ini sangat membantu dalam
mengidentifikasi dampak potensial yang diduga akan timbul. Namun demikian
metode ini hanya memberi sedikit informasi tentang dampak yang timbul bila
dibandingkan dengan metode Daftar Uji
Gambar 8.1. Flow Chart Penyusunan AMDAL
2) Daftar uji kuisioner (quetioner checklis)
Daftar uji jenis ini adalah daftar uji dengan kuisioner. Daftar uji
kuisioner ini akan memberi manfaat bila dalam mengidentifikasi dampak
potensial didukung dengan pengamatan ke wilayah sekitar rencana
kegiatan.

3) Daftar uji diskriptif (descriptive checklis)


Daftar uji diskriptif menguraikan tentang hal-hal yang patut diteliti oleh
penyusun AMDAL/SEL seperti data dan informasi yang diperlukan
untuk analisis parameter yang diduga sebagai dampak penting, sumber
data dan bahkan metoda prakiraan dampak yang direkomendasikan untuk
diterapkan. Umumnya daftar uji deskriptif ini di awali dengan parameter
yang relevan untuk diteliti dan selanjutnya diikuti dengan petunjuk
pencarian data.

Kekuatan metode daftar uji terletak pada kesederhanaanya, namun


demikian apabila daftar uji ini tidak diversifikasikan dengan kondisi
lingkungan dan proyek yang diteliti, maka kemungkinan besar butir-butir
yang dipanadang relevan untuk ditelaah tidak termuat dalam daftar, dan
sebaliknya hal-hal yang tidak relevan tercantum dalam daftar.

Mengingat dampak suatu proyek bersifat unik dan khas maka relatif tidak
ada daftar uji yang berlaku sama untuk semua jenis proyek di semua
lokasi/ruang. Dengan demikian isi atau materi daftar uji yang relevan
dengan karakteristik proyek dan kondisi wilayah sekitar proyek harus
dikembangkan sendiri oleh penyusun AMDAL/SEL. Satu kelemahan lain
dari daftar uji adalah tidak diketahuinya secara jelas sumber penyebab
dampak.

4) Matriks
Matrik yang digunakan untuk keperluan identifikasi dampak
merupakan matrik sederhana (simple marix). Matrik sederhana
menggambarkan interaksi antara kegiatan proyek dengan komponen-
komponen lingkungan di sekitarnya. Pada bagianlajur tertera kegiatan
pembangunan yang direncanakan , sedang pada bagian baris tertera
berbagai komponen dan parameter lingkungan. Apabila suatu kegiatan
proyek, misal kegiatan ke-i (i : 1, 2, 3, , m), secara potensial menimbulkan
dampak pada komponen lingkungan tertentu, misal komponen ke-j (j: 1, 2,
Universitas Gadjah Mada
3, , n), maka pada interaksi ke ij diberi tanda atau noktah seperti x.
Kelebihan matrik sederhana ini dibandingkan daftar uji adalah diketahuinya
sumber penyebab timbulnya potensi dampak lingkungan.

5) Bagan Alir
Bagan alir merupakan suatu model yang dikonstruksikan melalui jalingan
hubungan sebab akibat antara sumber penyebab dampak (kegiatan/proyek)
dan faktor-faktor lingkungan yang terkena dampak, balk dampak lingkungan
yang bersifat primer, sekunder maupun tersier.

Metode bagan alir ini dapat digunakan untuk mengantisipasi


dampakdampak lingkungan yang dapat timbul akibat adanya aktivitas
proyek. Metode ini tergolong komunikatif untuk materi diskusi dan
konsultasi dengan para pejabat instansi pemerintah atau masyarakat awam
yang ingin mengetahui dampak lingkungan suatu kegiatan/proyek.

6) Contoh identifikasi Dampak


Berikut ini disampaikan identifikasi dampak untuk kegiatan DAS Citarum
dan identifikasi dampak untuk pembangunan jalan raga. Masingmasing
menggunakan metode bagan alir dan matriks serti yang ditunjukkan pada
Gambar 3 dan Tabel 4.

Universitas Gadjah Mada


Gambar 8.2. Identifikasi Dampak Kegiatan di DAS Citarum Menggunakan Metode Bagan Alir

Universitas Gadjah Mada


Tabel 8.1. Identifikasi Dampck Menggunakan Metode Matriks

Komponen Pra Konstruksi Pasca


No. Konstruksi Konstruksi
Kegiatan Komp. Lingkungan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FISIK-KIMIA
1 lklim - - - x - -
2 Fisiografi - - - - -
3 Lalulintas - - - x - x - - x - x x
4 Udara - - - x - x - - x x x x
5 Kebisingan - - - x - x - - x x x x
6 Hidrologi - - - -
-
7 Geoteknik - - - x -
BlOTlS -
8 Flora - - - - -
9 Fauna - - - - -
SOSEKBUDKESMAS
10 Sosekbud x x x - x - - - - - x x
11 Kesmas - - - - - x -
12 Kecelakaan Lalin - - x x
Keterangan kegiatan:

1. Penentuan lokasi dan trase


2. Pembebasan tanah
3. Pemindahan penduduk
4. Mobilisasi material dan alat-alat besar
5. Mobilisasi tenaga kerja
6. Pembuatan/pengoperasian base camp, bengkel, gudang
7. Penyiapan tanah dasar
8. Galian dan timbunan tanah
9. Pengangkutan bahan-bahan material dan peralatan proyek
10. Pekerjaan lapis perkerasan
11. Pengoperasian jalan dan jembatan
12. Pemeliharaan jalan dan jembatan
13.

9.5. Prakiraan Dampak

a. Tujuan prakiraan dampak

Prakiraan dampak bertujuan untuk memprakirakan besarnya perubahan kualitas


lingkungan semua komponen lingkungan yang telah diidentifikasikan. Prakiraan dampak
dilakukan dengan memperhatikan dimensi ruang dan waktu.

b. Manfaat prakiraan dampak

Prakiraan dampak sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi ampak. Hasil prakiraan
dampak sangat menentukan hasil evaluasi dan selanjutnya hash evaluasi dampak akan

Universitas Gadjah Mada


menentukan:

 Pengambilan keputusan: apakah rencana kegiatan diterima (dengan atau tanpa


revisi) ataukah ditolak.

 Langkah apa yang harus diambil untuk mengelola lingkungan.

 Langkah apa yang harus diambil untuk memantau kualitas lingkungan.

Dikarenakan oleh pentingnya prakiraan dampak, maka prakiraan dampak harus


dilakukan secara bersungguh-sungguh, dan dilakukan oleh ahli yang sesuai dengan
bidangnya. Di sini yang dibahas adalah metode ANDAL yang dipakai dalam prakirakan
dampak. Sedangkan metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dihasilkan
informasi yang tentang perubahan kualitas lingkungan dilakukan menggunakan teori yang
telah dipunyai oleh masing-masing bidang keahlian (misal: ahli sosial, ahli hidrologi, ahli
biologi, ahli kimia).

c. Metode prakiraan dampak

7) Apa saja yang diprakirakan.


Dalam prakiraan dampak semua hal yang diperlukan untuk bahan evaluasi dampak
harus dianalisis.Karena umumnya evaluasi dampak dilakukan menggunakan 7
kriteria yang disusun dalam Keputusan Ketua BAPEDAL No. Kep056/1994
(atau 6 kriteria menurut pasal 5 PP No. 27 Tahun 1999), maka ketujuh (atau
keenam) komponen yang rnasuk dalam kriteria tersebut harus diprakirakan
besarnya. Untuk lebih jelasnya masing-masing dari ketujuh komponen akan
dijelaskan pada bagian (ii). Perlu diingat kembali bahwa prakiraan ini dilakukan
untuk setiap sel yang telah diidentifikasi dalam matriks identifikasi dampak.

8) Tujuh kriteria yang dipakai dalam evaluasi dampak


Apabila yang dipakai dalam evaluasi untuk menentukan tingkat kepentingan dampak
adalah 7 kriteria maka dalam prakiraan dampak ketujuh kriteria tersebut harus
dianalisis. Tujuh kriteria tersebut adalah: - jumlah manusia yang terkena dampak

a) luas wilayah persebaran dampak


b) lamanya dampak berlangsung
c) intensitas dampak (seberapa besar dampak lingkungan berubah)
d) banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak - sifat
komulatif dam pak
e) berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Universitas Gadjah Mada


Dasar-dasar dalam melakukan prakiraan dampak.

Pada prinsinya prakiraan dampak dilakukan dengan


memperhitungkan ruang dan waktu. Untuk lebih jelasnya Gambar 4
menunjukkan contoh hubungan tingkat kebisingan dengan waktu
(kegiatan).

Gambar 4. Contoh Grafik Prakiraan Dampak Kebisingan Rencana Kegiatan:


Pembangunan dan Beroperasinya Sebuah Jalan Tol

Keterangan:

A : Tingkat kebisingan saat ini (to)

B : Tingkat kebisingan pada awal kegiatan (t1)

C : Tingkat kebisingan pada akhir tahap konstruksi (t2), kondisi tanpa

proyek.

D :Tingkatkebisnganpadathapkonstruksi(t3),ondistanpa
proyek.

E :Tingkatkebisnganpadakhirtahapkonstruksi(t2),ondis
dengan proyek.

F : Tingkat kebisingan pada tahap konstruksi (t3), kondisi dengan

proyek.

Universitas Gadjah Mada


CE : Dampak kebisingan pada akhir tahap konstruksi (t2)

Universitas Gadjah Mada


DE : Dampak kebisingan pada tahap pasca konstruksi (t3)

Seperti ditunjukkan oleh Gambar 4, yang perlu dianalisis adalah:

- Kualitas lingkungan dalam kondisi tanpa kegiatan (ditunjukkan oleh


garis ABCD),

- Kualitas lingkungan dalam kondisi dengan kegiatan (ditunjukan oleh


garis BEF),

- Perubahan kualitas lingkungan akibat adanya kegiatan (kualitas lingkungan


dengan adanya kegiatan kualitas Iingkungan tanpa kegiatan).

Analisis dampak dengan cara ini dilakukan tidak hanya untuk setiap
waktu (kegiatan), namun juga untuk suatu ruang (jarak) tertentu. Misalnya:
perubahan kebisisngan yang terjadi dihitung untuk koridor dengan jarak 0, 50,
100, 150 dan 200 m dari pusat keg iatan.

Data yang diperlukan untuk melakukan prakiraan dampak adalah rencana


kegiatan dan rona lingkungan awal. Keduanya diuraikan secara rind berikut ini.

Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan harus diuraikan ke dalam beberapa komponen kegiatan


yang relevan.

Rona lingkungan awal

Rona lingkungan awal adalah kualitas lingkungan yang diukur sebelum


kegiatan dilaksanakan. Data kualitas lingkungan untuk setiap komponen
lingkungan dikumpulkan dengan cara sesuai bidang keilmuan masing-masing. Rona
Iingkungan awal sangat penting sebagai titik awal dalam memprakirakan dampak
(merupakan kualitas lingkungan pada to pada Gambar 4.

Universitas Gadjah Mada


d. Contoh hasil prakiraan dampak

Tabel 5 menunjukkan contoh hasil prakiraan dampak.


Tabel 5. Tingkat Kebisingan di Ruas Yogyakarta Prambanan

Tahun Tingkat Kebisingan pada Jarak Tertentu (Leg.


30 meter 100 meter

2008
2013

1998 —
77,52 - 79,11 57,52 —

2003 79,11
2013 —

59,11
81,21 — —

82,23
60,21
4.4. Evaluasi Dampak

Evaluasi dampak dilakukan secara holistik dan digunakan sebagai:

- dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan dari berbagai alternatif usaha atau kegiatan,

- arah pengelolaan dampak penting yang ditimbulkan.

Yang dimaksud evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah telaahan secara
totalitas terhadap beragam dampak penting lingkungan, dengan sumber usaha atau
kegiatan dampak. Beragam komponen lingkungan yang terkena dampak penting
tersebut (balk positif maupun negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang soling terkait
dan saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahu sejauh mana "pertimbangan"
dampak peting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif. Dampak-dampak
penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak penting yang
harus dikelola.

Contoh Hasil Evaluasi Dampak dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Universitas Gadjah Mada


4.5. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Semua dampak penting yang ditemukan pada studi ANDAL harus dikelola
dan dipantau. Cara-cara pengelolaan dan pernantauan lingkungan masing-masing
disusun dalam dokumen RKL dan RPL.

Tabel 6. Damoak vana Terpenting oada Setiao Kegiatan

No Tahap Kegiatan Dampak Terpenting Sumber Dampak


1 Pro konstruksi Sosial Budaya Pembebasan lahan
Persepsi Masyarakat Pembebasan lahan
2 Konstruksi Sosial Budaya Galian dan timbunan
3 Pasco konstruksi Ruang, tanah dan lahan Operasional jalan tol
Mobilisasi penduduk Operasional jalan tol
Perekonomian masyarakat Operasional jalan tol
Kualitas udara dan Operasional kendaraan

Universitas Gadjah Mada


Matriks Evaluasi Dampak Secara Holistik dengan Kep. Kepala BAPEDAL No. Kep-056/1994

No Komponen Lingkungan 7 Kriteria Kep. BAPEDAL No. Kep-056/1 994 Kepent. Prioritas Sifat Catatan
1 2 3 4 5 6 7 Dampak Pengelolaan Dampak
1 Pembebasan lahan Tujuh kriteria:
a. Ruang, tanah dan lahan 2 3 3 3 3 2 2 648 3 - 1. Jml
b. Kependudukan 2 3 3 3 3 2 2 648 3 - 2. lugs wilayah
c. Sosial budaya 2 3 3 3 3 2430 1 - musia
d. Persepsi masyarakat 2 3 5 3 5 33 52 2700 1 - 4. banyaknya
2 Mobilisasi alat berat komponen
a. Lalulintas dan keselamatan 2 3 3 3 3 2 2 648 3 - 5. komulatif
b. Perkerasan jalan umum 2 3 3 3 3 2 2 648 3 - 6. berbalik/tdk
3 Pekerjaan galian dan timbunan
a. Fisiografi 2 2 3 3 3 2 2 432 3 - Ting. kepentingan
b. Biotis 2 2 3 3 3 3 2 1296 2 - 1. kurang
c. Sosial Budaya 2 3 3 4 3 2 5 2160 1 - 2. cukup
4 pting
Pengangkutan material 2 2 3 3 3 2 2 432 3 - 3. penting
pting
b. Perkerasan jalan umum 2 2 3 3 3 2 2 432 3 - 5. sangat penting
5 Pekerjaan perkerasan jalan
a. Kualitas udara dan kebisingan 2 3 3 4 4 2 2 1152 2 - Intensitas dampak
b. Hidrologi 2 2 3 3 3 2 2 432 3 - Perub. Skala
6 Pemagaran sepanjang jalan tol 0 1
a. Mobilisasi penduduk 3 3 3 3 3 2 2 972 3 1 2
b. Persepsi masyarakat 3 3 3 3 3 2 2 972 3 2 3
7 Operasi jalan tol 3 4
a. Fisiografi 2 2 5 2 3 2 2 648 3 - 4 5
b. Hidrologi 2 2 5 3 3 2 2 720 3 -
c. Ruang, tanah dan lahan 3 4 5 3 4 2 2 2880 1 +
d. Mobilisasi penduduk 3 4 5 3 4 2 2 2880 1 +

Universitas Gadjah Mada


Matriks Evaluasi Dampak Secara Holistik dengan Kep. Kepala BAPEDAL No. Kep-056/1994 (lanjutan)

No Komponen Lingkungan 7 Kriteria Kep. BAPEDAL No. Kep-056/1 994 Kepent. Prioritas Sifat Catatan
1 2 3 4 5 6 7 Dampak Pengelolaan Dampak
e. Perekonomian masyarakat 3 4 5 3 4 2 2 2880 1 + Prioritas penanganan
f. Persepsi masyarakat 3 4 5 3 3 2 2 2880 1 + dampak:
8 Operasional kendaraan No Kepentingan
a. Kualitas udara dan kebisingan 2 3 5 5 4 2 2 2400 1 - Prioritas Dampak

b. Lalulintas dan keselamatan 2 3 5 3 3 2 2 1080 2 + 3 <1000


c. Biotis 2 2 5 3 3 2 2 720 3 - 2 1000-2000
d. Sosial Budaya 2 2 5 3 2 2 2 480 3 - 1 2000-3000
e. Kesehatan 2 2 5 3 2 2 2 480 3 -

Total Positif 21.600


Total Negatif 21.450

Universitas Gadjah Mada


Daftar Pustaka

1. Soemarwoto,Otto(1997). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta; Djembatan.


2. Raharjo, Mursid. 2007. Memahami AMDAL. Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Soemarwoto, Otto. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
UGM Press.
4. Suratmo. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press.
5. Canter.,1977,Environmental Impact Analysis
6. EIA for Developing Countries (Methodology of EIA)
7. http://www.icsu-scope.org/downloadpubs/scope5/chapter04.html (EIA : What are the
available methods)
8. Materi Evaluasi Dampak Non Matrik disampaikan pada Pelatihan Penyusunan AMDAL oleh
Drs. Suprapto Dibyosaputro, MSc.

‘13 Rekayasa Lingkungan


27 Ir. Zainal Arifin, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘13 Rekayasa Lingkungan
28 Ir. Zainal Arifin, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai