Oleh
Putu Yogi Bhaskara (1605511099)
Gede Rangga Hambali (1605511128)
MATERI
1. Pedoman umum perencanaan alinyemen
horizontal bentuk
2. Lengkung horizontal dan rumus-rumusnya
3. Jenis lengkung horizontal dan rumus serta
superelevasi
4. Pemilihan lengkung
1. Pedoman Umum Perencanaan
Alinyemen Horisontal Bentuk
Pedoman Umum Perencanaan Alinyemen
Horisontal
Pada perencanaan alinyemen horizontal jalan, tak cukup hanya bagian alinyemen
saja yang memenuhi syarat, tetapi keseluruhan bagian harusnya memberikan
kesan aman dan nyaman
Lengkung yang terlampau tajam, kombinasi lengkung yang tak baik akan
mengurangi kapasitas jalan, dan kenyamanan serta keamanan pemakaian jalan.
Guna mencapai tujuan diatas, perlu
diperhatikan
Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi
Pada alinyemen jalan yang relative lurus dan panjang, jangan tiba-tiba terdapat
lengkung yang tajam yang akan mengejutkan pengemudi
Sedapat mungkin menghindari penggunaan radius minimum untuk rencana
kecepatan tertentu
Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda
Hindarkanlah dari lengkung yang terbalik dengan mendadak
Pada sudut-sudut tikungan kecil,panjang lengkung yang diperoleh dari
perhitungan sering tidak cukup panjang
Sebaiknya hindarkan lengkung yang tajam pada timbunan yang tinggi
2. Lengkung Horisontal dan Rumus-
rumusnya
Lengkung horizontal dan rumus-rumusnya
Full Circle
Spiral - Circle – Spiral
Spiral - Spiral
3. Jenis lengkung horizontal dan rumus
serta superelevasi
3.Jenis lengkung horizontal dan rumus
serta superelevasi
Kemiringan tikungan (superelevasi)
Untuk menimbulkan gaya lawan sentrifugal
Karena alasan keamanan & kenyamanan, maka diberikan batas maksimum dari
superelevasi.
Untuk di Indonesia disarankan e maks jalan luar kota = 0,10 dan 0,8 untuk jalan
dalam kota.
Jari-jari minimum tikungan
R mempunyai harga minimum karena e & v mempunyai harga maksimum
Besarnya R menunjukkan ketajaman tikungan.
Tabel jari-jari minimum :
Batas jari-jari tikungan tanpa
superelevasi
Pada R besar (tikungan tumpul) perlu kemiringan kecil karena gaya sentrifugal
yang timbul kecil.
Kemiringan (superlevasi) minimum disamakan dengan kemiringan normal/cross
fall (0,02 – 0,03)
Bila dihitung jari-jari tersebut adalah :
Lengkung peralihan (transition curve)
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung tambahan yang diletakkan antara bagian lurus (tangent) dengan tikungan
sebenarnya.
Alasan diperlakukannya lengkung peralihan “
- Untuk membelokkan roda (kesudut tertentu) perlu waktu & jarak tertentu
- Pada titik pertemuan antara tangent & curve akan timbul gaya sentrifugal secara mendadak yang merupakan
kejutan.
- Gaya sentrifugal yang mendadak/kejutan ini tentu saja akan dihindari olh pengemudi dengan membuat
lintasannya sendiri yang sesuai yang mengakibatkan memasuki jalur lainnya, kesemua ini harus dihindari dengan
menyediakan lengkung peralihan.
Keuntungan adanya lengkung peralihan :
- Kendaraan akan dapat melintasi lintasaannya sendiri.
- Kendaraan akan dapat berjalan lebih nyaman & aman karena gaya sentrifugal yang timbul tidak mendadak.
- Memungkinkan untuk mengdakan perubahan dari kemiringan normal ke kemiringan maksimum
(superelevasi) secara berangsur.
- Pelebaran tikungan dapat disediakan secara berangsur.
- Bentuk tikungan jalur lebih estetis.
Bentuk lengkung peralihan
Batas jari-jari tikungan dimana tidak perlu lengkung peralihan.
-Dasar pemikiran :
Spiral berguna untuk menghilangkan akibat jelek dari perubahan mendadak dari jari-jari/kemiringan
pada tikungan.
Kebutuhan spiral makin bertambah nyata dengan naiknya kecepatan & ketajaman tikungan.
Makin besar jari-jari tikungan berarti makin kecil akibat jelek yang ditimbulkan karena perubahan
kemiringan dari lurus ke lengkung.
Dengan demikian akan ditemukan batas jari-jari minimum dimaa akibat jelek tadi dapat diabaikan dan
dengan perkataan lain tidak diperlukan lengkung peralihan.§ Batas jari-jari minimum yang dimaskud
didat dengan member batasan kemiringan normal = 0,03 dan selanjutnya akan didapat besarnya jai-jari
maksimum seperti table berikut ini.
- Batas jari-jari maksimum tanpa superlevasi
JARAK PANDANG PADA
TIKUNGAN
Pada tikungan alinyemen horizontal, pandangan pengemudi tidak sebebas/sejauh pandangan bila berada
pada bagian lurus alinyemen horizontal.
Terbatasnya pandangan ditikungan disebabkan oleh sering adanya penghalang dipinggir jalan (sisi dalam)
seperti pohon, bangunan, tebing dan lain sebagainya.
Dikenal ada 2 jarak pandangan yaitu :
- Jarak pandangan henti yaitu jarak pandangan (minimum) yang dperlukan oleh pengemudi untuk
menghentikan kedaraannya secara aman bila penghalang didepannya (pada lintasannya)
- Jarak Pandangan menyiap yaitu jarak pandangan (minimum) yang diperlukan pengemudi untuk bisa
menyiap kendaraan lain secara aman. Dlam hal ini penghalangnya adalah kendaraan lain yang dating dari
arah berlawanan.
Bila dihitung ternyata jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang dari pada jarak pandangan henti untuk
kecepatan rencana yang sama (sekitar 2-5 kali).
Karena itu, pada perencanaan geometrik jalan, pada umumnya tikungan-tikungan direncanakan
berdasarkan jarak pandangan jarak pandangan henti, hanya beberapa bagian saja yang direncanakan
berdasarkan jarak pandangan menyiap.Pada tikungan-tikungan yang tidak memenuhi persyaratan jarak
pandangan menyiap, perlu dilengkapi tanda lalu lintas “dilarang menyiap” atau ‘kurangi kecepatan
Pengetrapan dilapangan dalam rangka memnuhi jarak pandangan adalah dengan
cara menyediakan kebebasan samping (tepi dalam) secukupnya pada tikungan
bersangkutan
Tabel jarak pandangan
Dimana :
l h = Panjang lengkung minimum peralihan (m)
h = Peninggian rel pada lengkung (mm)
V = kecepatan rencana (km/jam)
R = Jari - jari lengkung (m)
TERIMA