RAILWAY
ENGINEER
BUKU-2
KONSTRUKSI
JALAN KERETA API
HANDBOOK RAILWAY ENGINEER BUKU-2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMASANGAN TRACK DAN PEMECOKAN AWAL
TRACK LAYING PADA JEMBATAN BAJA (TANPA BALAS)
PEKERJAAN ANGKATAN, LISTRINGAN DAN PEMECOKAN (TAMPING)
PENGGESERAN HORIZONTAL TRACK
TAMPING DAN FINISHING TRACK DENGAN MESIN MTT
METODE KERJA PEMADATAN AKHIR DENGAN MTT
PENGADAAN WESEL DAN PEMASANGAN WESEL
PERAKITAN DAN PEMASANGAN WESEL
LAS THERMIT
SWITCH OVER
REHABILITASI TRACK
PERLINTASAN UMUM
PENDAHULUAN
Kereta api memiliki karakteristik khusus dan keunggulan, sehingga potensi yang
dimilikinya perlu dikembangkankan. Kereta api sebagai salah satu moda
transportasi memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan,
memperkukuh dan memantapkan ketahanan nasional, menilik pada perannya
sebagai penghubung wilayah (pemindah orang dan barang secara masal),
penunjang pemerataan, pertumbuhan perekonomian dan stabilitas nasional.
Fungsi strategis Kereta api sebagai sebuah moda transportasi secara umum,
adalah fungsi penggerak, pendorong dan penunjang, pembangunan nasional,
sedangkan secara khusus adalah salah satu unsur motor penggerak
pembangunan dan perekonomian ditingkat domestik.
Berdasarkan data yang ada, konsentrasi rel kereta api masih berada di Pulau
Jawa, dan sedikit di Pulau Sumatera, jenis layanan pun masih timpang, di Pulau
Jawa mayoritas fungsi utama angkutan kereta api adalah jasa angkutan
penumpang, sementara dan di Pulau Sumatera didominasi fungsi anggkutan
barang. Padahal potensi yang ada masih sangat besar, selain kendala sosial
ekonomi, kendala teknis seperti kualitas lintasan masih sangat dominan,
sehingga upaya - upaya efisiensi perlu selalu dilakukan.
Salah satu langkah efisiensi pada prasarana kereta api, khususnya pada lintasan
rel, adalah rekayasa lintasan. Rekayasa Jalan KA merupakan rekayasa lintasan
rel yang cukup mendesak. Nilai tambah yang diperoleh dengan adanya Jalan KA
ini selain memangkas kendala operasi KA di Stasiun, juga menjadikan panjang
lintasan kereta yang tidak perlu menjadi lebih pendek. Dengan sedikitnya
frekuensi kereta ke Stasiun perkotaan maka kedepan stasiun tersebut dapat lebih
didaya-gunakan untuk fungsi stasiun perkotaankota (commuter line).
Dalam rangka peningkatan mutu hasil pekerjaan Rekayasa jalan KA, maka disini
penulis menyajikan buku yang bisa dijadikan panduan pemahaman untuk
mengerjakan jalan KA yang baik dan benar.
Salam,
Muhammad Arifin
MENGENAL
MATERIAL, TEORI, PERALATAN DAN MENGERJAKAN
JALAN KERETA API
Konstruksi jalan rel yang ada diindonesia saat ini merupakan konstruksi rel
konvensional (teknologi adhesi dua rel) seperti pada gambar dibawah ini yang
terdiri dari dua bagian utama yaitu ;
1. Konstruksi bangunan atas (bagian lintasan/ superstruktur) ; bantalan/
sleeper/ ties, alat penambat dan rel
2. Konstruksi bangunan bawah (bagian pondasi/ sub struktur) ; balas
(ballast), sub balas dan tanah dasar (sub grade)
Gambar : struktur Jalan Rel adhesi dua rel dan ruang bebasnya
Moda angkutan jalan rel mempunyai sifat Positiv (kekuatan) dan kelemahan
dalam melakukan fungsi sebagai salah satu moda angkutan untuk orang dan
barang, dimana sifat-sifat tersebut adalah ;
1. Sifat positiv (Kekuatan) moda angkutan jalan rel adalah tipe moda
transportasi yang mempunyai/ memungkinkan jangkauan pelayanan
angkutan barang dan orang jarak pendek, sedang dan jarak jauh dengan
kapasitas angkut yang cukup besar
4. Kereta api juga mempunyai keandalan dalam tepat waktu cukup tinggi,
karena mempunyai jalur sendiri yang memungkinkan kecepatan relatif
konstan sehingga memudahkan dalam pengaturan dan resiko
keterlambatan kecil dan tidak begitu terpengaruh oleh keadaan cuaca/
iklim
2. Perlu penyediaan fasilitas (konstruksi jalan rel, terminal/ stasiun dan alat
angkut) dan pengelolaan jalan rel yang tersendiri
Dalam Perencanaan konstruksi jalan rel ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi yaitu memenuhi kriteria teknik, kenyamanan dan ekonomis dimana ;
Kriteria teknis adalah konstruksi jalan rel harus dapat dilalui oleh
kendaraan rel dengan aman pada kecepatan rencana selama umur
konstruksi
GEOMETRIK JALAN KA
Batas ruang bangun diukur dari as sepur pada tnggi 1 (satu) meter
sampai 3,55 (tiga koma lima puluh lima) meter,
jarak ruang bangun pada lintas bebas adalah 2,35 sampai dengan
2,53 meter dikanan/kiri sumbu sepur, di emplasemen 1,95 sampai
dengan 2,35 meter, dan di jembatan adalah 2,15 meter
dimana ;
dH jarak pandangan sepanjang jalan raya yang
memungkinkan suatu kendaraan dengan kecepatan Vv
menyeberang perlintasan dengan selamat, meskipun
sebuah kereta api mendekat pada jarak dT dari
perlintasan, atau memungkinkan kendaraan yang
bersangkutan berhenti sebelum daerah perlintasan
(meter)
dT jarak pandangan sepanjang jalan rel untuk
memungkinkan pergerakan yang dijelaskan pada dH
(meter)
Vv kecepatan kendaraan (km/jam)
Dimana
V Rencana = Kecepatan yang digunakan untuk merencanakan
konstruksi jalan rel
- Kecepatan : km/jam
Definisi dari kecepatan adalah kecepatan operasi dan kecepatan komersil
dimana ;
Kecepatan Operasi : kecepatan rata-rata kereta api pada
petak jalan tertentu
Kecepatan Komersial : Kecepatan rata-rata kereta api sebagai
hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh
Kecepatan maksimum yang diijinkan berdasarkan kelas jalan diIndonesia
adalah ;
Jalan kelas - I : 120 km/jam
Jalan kelas - II : 110 km/jam
Jalan kelas - III : 100 km/jam
Adapun Kelas Jalan ini juga berkaitan dengan daya angkut lintas jalan rel yaitu
sebagai berikut ;
Jalan kelas - I : > 20 * 10^6 Ton/Tahun
Jalan kelas - II : 10~ 20 * 10^6 Ton/Tahun
Jalan kelas - III : 5~ 10 * 10^6 Ton/Tahun
Jalan kelas - IV : 2,5~ 5 * 10^6 Ton/Tahun
Jalan kelas - V : < 2,5 * 10^6 Ton/Tahun
- Lebar sepur : mm
Pelebaran sepur direncanakan khusus untuk sepur di lengkungan,
dimaksudkan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkungan tanpa
mengalami hambatan.
Besarnya pelebaran sepur ditikungan/lengkungan sesuai dengan ketentuan
dalam PD-10.
Lebar sepur adalah : merupakan jarak terkecil antara dua sisi kepala rel
diukur pada daerah 0 – 14 mm’ dibawah permukaan teratas kepala rel
S = C + 2F + 2E
Dimana ;
Sepur standar (standar gauge) 1435 mm’ : Eropa, turki, Iran, USA dan
Jepang
Sepur lebar (broad gauge) > 1435 mm’ : Rusia, Finlandia = 1524 mm’,
Spanyol, Portugal, Pakistan, India = 1676 mm’
Sepur sempit (narrow gauge) < 1435 mm’ : Indonesia, amerika Latin,
Jepang, afrika selatan = 1067 mm’, Malaisia, Thailan, Burma, kamboja =
1000 mm’, penggunaan sepur sempit memungkinkan untuk penggunaan
radius, pekerjaan tanah yang lebih kecil, penggunaan bantalan
(sleeper/ties) yang lebih pendek, lebih sensitif terhadap bahaya guling,
kecepatan maximum lebih rendah dan daya angkut lebih kecil serta beban
roda dalam tikungan lebih besar
d²
W = ----------- - 2E ....... mm’
2R
Dimana ;
W = pelebaran sepur (mm’)
d = jarak gandar (mm’)
Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel dalam
sesuai Gambar. Peninggian rel dicapai dan dihilangkan secara berangsur-
angsur sepanjang lengkung peralihan.
Pelebaran sepur pada lengkungan dicapai dengan menggeser rel dalam
kearah dalam. Besarnya pelebaran sepur untuk berbagai tikungan adalah
sebagai berikut:
Dimana ;
I. Alinyemen Horizontal
a) Jari-jari lengkung
Pemilihan jari-jari lengkung rencana disesuaikan dengan kondisi
topografi yang ada, mengingat pertimbangan ekonomis dari jalan
Kereta api modern, maka jari-jari lengkung rencana diusahakan
minimum 800 m.
C cos ɣ
G sin ɣ
C
C cos ɣ
ɣ
G cos ɣ
G
mV²
Gaya sentrifugal (C) = --------------
R
G
M = ------------
g
m V²
G sin ɣ = ------------ . cos ɣ
R
G V²
G sin ɣ = ------------ . cos ɣ
g.R
w . V²
h = -----------
g.R
8,8 . V²
R = --------------
h
Dimana :
R = Jari-jari lengkung horizontal (m’0
V = Kecepatan rencana (km/jam)
h = Peninggian rel (mm’)
w = jarak antara kedua titik kontak roda dan rel (± 1120)
g = Percepatan grafitasi (9,81 m/detik²)
R minimum = 0,08 V²
b) Lengkung peralihan
Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian
yang lurus dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara
dua jari-jari lingkaran yang berbeda.
Perencanaan lengkung peralihan ada dua cara yaitu dengan
metode ;
Clothoid
Cubic Parabola
Perencanaan dengan metode Clothoid ;
Kelengkungan
1/Rs 1/R
s
1
------------- = k . s ..... (a)
Rs
Rs
φ
s
X
1 dφ
------------- = ----------- ..... (b)
Rs ds
Kelengkungan
1/Rs 1/R
s
1
------------- = k . x ..... (1)
Rs
1
------------- = y” ..... (2)
Rx
Dari persamaan diatas y” = k . x
Dimana :
Lh = Panjang lengkung peralihan (m)
h = Pertimbangan relatif antara dua bagian yang
dihubungkan (mm)
V = Kecepatan rencana untuk lengkung peralihan
(Km/Jam)
gaya
Perubahan gaya sentrifugal = -------------------
Waktu
mV²
Gaya sentrifugal = --------------
R
l
Waktu = t = -------
V
Dimana ;
R = Jari-jari lengkung
L = jarak
c) Lengkung S
Lengkung S direncanakan bila dua lengkung dari suatu lintas
yang berbeda arah lengkungannya terletak bersambungan.
Pemilihan jari-jari lengkung rencana disesuaikan dengan
kondisi topografi yang ada, mengingat pertimbangan
ekonomis dari rencana trase jalan rel dan antara kedua
lengkung yang berbeda arah direncanakan bagian lurus paling
sedikit 20 m diluar lengkung peralihan.
d) Peninggian rel
Untuk mengatasi/mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami
oleh rangkaian KA, pada lengkungan elevasi rel luar dibuat
lebih tinggi daripada rel dalam.
Peninggian rel direncanakan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Dinas No. 10 dimana :
V2
h = 5,95
R
Dimana :
h = Pertimbangan relatif antara dua bagian yang
dihubungkan (mm)
V = Kecepatan rencana untuk lengkung peralihan
(Km/Jam)
R = Radius lengkung
Pada sin ɣ > 0,10 apabila rangkaian kereta api berhenti pada
lengkung
Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal
yang melalui sumbu jalan rel tersebut.
1) Kelandaian
1. Di petak jalan ≤ 10 ‰
(Diluar Stasiun)
2. Di Emplasemen 1,5 ‰
Landai Curam ; adalah pada kondisi khusus dimana landai suatu lintas
lebih besar dari landa penentu (Sm), hal ini sering terdapat pada lintas
yang melalui pegunungan dimana dengan alasan ekonomis harus dibuat
landai curam, maka landai curam harus ditetapkan dengan rumus
pendekatan sebagai berikut ;
Va² - Vb²
L = -----------------------
2g (Sk – Sm)
Vb
Sk
l
Vb
Sm
Dimana ;
L = Panjang maksimum landai curam ( m’)
Va = Kecepatan minimum yang diijinkan dikaki landai curam
(m’/detik)
Vb = Kecepatan minimum di puncak landai curam (m’/detik)
g = Percepatan grafitasi
Sk = Besar landai curam (‰)
Sm = Besar landai penentu (‰)
2) Lengkung vertikal
Lengkung vertikal berupa busur lingkaran yang menghubungkan dua
kelandaian lintas yang berbeda, ditentukan berdasarkan besar jari-jari
lengkung vertikal dan perbedaan kelandaian .
L
x
o A C
y φ
R Ym B
x L
y’ = ------ = ------
R R
L=φ.R
1
XM = 0A = ----- . L
2
R
XM = ------- . φ ...........(1)
2
X²
Y = -------
2.R
Y = Ym X = Xm =½.L
¼ . l² φ² . R²
Y = ----------- = ------------
2R 8R
R
Ym = -------- . φ² .......... (2)
8
Tubuh jalan rel merupakan lapisan tanah, baik dalam keadaan asli diperbaiki
ataupun dalam bentuk buatan yang akan memikul beban dari lapisan balas.
Secara umum trase jalan rel melintasi daerah yang keadaan tanah dan formasi
geologinya sangat bervariasi, demikian juga vegetasi yang sangat erat kaitannya
dengan kondisi hidrologi setempat.
Untuk itu dalam perencanaan dimensi pematusan mendapat perhatian utama
sehingga kerusakan akibat pengaruh air dapat dihindari.
Para prinsipnya tubuh jalan rel yang berada pada lereng bukit direncanakan pada
lapisan tanah asli yang berupa tanah galian, sedangkan pada daerah
pedataran/lembah/sawah berupa lapisan tanah buatan/timbunan.
i. Peralatan
ii. Pelaksanaan
• Survei Lapangan
• Pelaksanaan Penimbunan
Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul beban dan tidak akan menyebabkan timbulnya penurunan
yang berlebihan.
Tekanan konus
qijin = xF
Konversi DD
Luas Perm. Konus
Tanah merah atau tanah dengan karakter sejenis yang dapat dipadatkan.
Tingkat pemadatan timbunan struktur mencapai CBR 8%.
Kepadatan minimum adalah 95% dari kepadatan kering maksimum.
Kadar air adalah 90% dari kadar air optimum.
Standar kemiringan lereng timbunan jika menggunakan tanah merah
adalah
1 : 15.
Lereng denganketinggian 4 m, harus dibuat perkuatan dengan gabion
atau terasiring. Kemiringan tanah dibuat 5% menuju lereng,untuk
keperluan drainase.
SUB BALAS
PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Vibroroller
Tangki air
Peralatan selain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan.
PELAKSANAAN
SURVEI LAPANGAN
Kontraktor melakukan survei sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi
perbedaan gambar dengan lapangan atau diidentifikasi perlu adanya perubahan,
maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.
PELAKSANAAN PENIMBUNAN
1) Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan untuk
mendapatkan hasil yang merata.
2) Pada lokasi timbunan di lereng, permukaan lereng dibuat bertangga
dengan tinggi maksimum 30 cm.
3) Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan hamparan masing
– masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum pemadatan.
4) Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan Kepadatan Kering (Dry
Density) minimal 100% dari maksimum Kepadatan Kering yang didapat
dari hasil pengujian ASTM D 698.
5) Material yang disetujui sebagai material timbunan harus memiliki kadar air
mendekati kadar air optimum pemadatan. Kontraktor harus
menambahkan air kepada material timbunan untuk mendapatkan kadar air
material timbunan yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material
timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka Kontraktor harus
menunggu hingga kadar air mendekati optimum.
D ozer / grade r
D u m p tru ck
1 . P ro filing Su b G rade den gan D ozer/G rader 2 . S tockin g M ateria l degan du m p truck
sepanjang lok asi rencan a
D o ze r / g rad er
D o ze r / g rad er
W T T Vib ro
PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Back hoe
loader
Bulldozer
KONSTRUKSI
Pengiriman material dapat dilakukan dari quarry atau stock pile ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan kereta api atau truk tergantung kondisi
yang ada.
Penggelaran balas dilakukan 2 kali, lapis pertama setebal 20 cm dan lapis
berikutnya sesudah track laying sebagaimana ditunjukkan pada Gambar.
DRAINASE/PEMATUSAN
Agar daerah jalan KA tidak sampai terjadi genangan air, maka direncanakan sistim
pembuangan air yang akan disesuaikan dengan kondisi setempat. Pada
prinsipnya, perencanaan pematusan didasarkan atas data curah hujan, keadaan
permukaan tanah (topografi), tataguna tanah setempat dan jenis tanah yang ada.
Sedangkan bentuk saluran pematusan yang direncanakan dengan memperhatikan
kemudahan dalam pelaksanaan dan memenuhi persyaratan hidrolik.
BANGUNAN PELENGKAP
PERLINTASAN
1) Perlintasan Sebidang
1) Rel
Rel yang digunakan adalah dari jenis baja karbon tinggi tipe UIC-54 dengan
berat minimal tidak kurang dari 54 kg/m dengan komposisi kimia sebagai
berikut :
C = 0,60 – 0,80 %
Mn = 0,90 – 1,10 %
Si = 0,15 – 0,35 %
Pmaks = 0,035 %
Smaks = 0,025 %
2) Balas
3) Bantalan
Bantalan yang berfungsi untuk meneruskan beban dari rel ke balas,
mempertahankan kedudukan lebar sepur dan stabilitas kearah luar jalan rel,
direncanakan dari :
a) Bantalan kayu
Dipergunakan pada konstruksi jembatan baja jenis kayu rimba yang
dipergunakan kayu kulim, bangkirai, giam dan merbau. Ukuran bantalan
kayu 2000 x 220 x 180 mm.
b) Bantalan beton
Dipergunakan diatas balas di sepanjang jalan rel
Mutu beton K-500
EMPLASEMEN
4) Wesel
Dipergunakan wesel 1 : 12.
V2
Rmin = = ........ m
7,8
REL
Konstruksi rel terdiri dari bagian kepala rel badan dan kaki rel, lebar, tebal dan
tinggi serta bentuk masing-masing bagian tersebut menentukan besaran momen
inersia rel yang akan berkaitan erat dengan kemampuan menahan momen lentur
dan gaya normal yang bekerja pada rel tersebut
Besaran
Tipe Rel
Geometri
Rel R.42 R.50 R.54 R.60
H mm' 138,00 153,00 159,00 172,00
B mm' 110,00 127,00 140,00 150,00
C mm' 60,50 65,00 70,00 74,30
D mm' 13,50 15,00 16,00 16,50
E mm' 40,50 49,00 49,40 51,00
F mm' 23,50 30,00 30,20 31,50
G mm' 72,00 70,00 74,97 80,95
R mm' 320,00 500,00 508,00 120,00
A mm' 54,26 64,20 69,34 76,86
W mm' 42,59 50,40 54,43 60,34
Ix mm' 1.369,00 1.960,00 2.346,00 3.055,00
Yb mm' 68,50 71,60 76,20 80,95
A Luas penampang
W Berat rel per meter
Ix Momen inersia terhadap sumbu X
Yb Jarak tepi bawah rel ke garis netral
Dengan ;
Q Dinamik Beban roda statis dari gerbong/ lok dikalikan dengan
koefisien dinamik (ϕ) dimana ϕ > 100
Q Sentrifugal Tambahan beban roda pada rel sebelah luar didaerah
tikungan akibat gaya sentrifugal
Q Angin tambahan beban roda akibat adanya hembusan angin dari
arah samping
Proses phisik dan kimia yang terjadi pada mekanisme peluncuran sarana adalah
sebagai berikut ;
Adhesi adalah Gesekan dan benturan antara permukaan antara yang
mengakibatkan adanya erosi pada bidang sentuhan
Abrasi adalah suatu pembuangan material yang diakibatkan gesekan
bermuatan yang mengakibatkan rautan mikro (micro cutting) pada
permukaan sentuh
Benturan permukaan (surface crushing) sebagai akibat adanya kelelahan
bahan dan keretakan pada permukaan
Reaksi kimia sebagai akibat tegangan masing-masing bagian yang
bergesekan dan panas
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PERSYARATAN TEKNIS
a. MATERIAL
i. Bantalan Beton
ii. Bantalan Kayu atau bantalan sintetis
iii. Penambat rel
iv. Rel
v. Bantalan Beton
vi. Las rel
vii. Fishplate dan kelengkapannya
b. PERALATAN
Peralatan minimal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
i. Mesin gilas
ii. HTT
iii. Track gauge
iv. Temperatur rel
v. Pan Puller
vi. Bor mesin
vii. Rel Mover
viii. Gergaji Rel
c. KONSTRUKSI
i. Track Laying
Melakukan pemadatan balas yang sudah digelar setebal 20 cm
dengan menggunakan mesin penggilas besi ringan atau peralatan
lain yang disetujui konsultan (maksimum 3 kali passing).
Mengecer dan mengatur jarak bantalan beton dengan jarak 60 cm
harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan.
Tidak diperbolehkan sama sekali untuk melempar bantalan beton
selama operasi bongkar/muat (khususnya menurunkan), mesin
pengangkat harus digunakan sedapat mungkin. Bantalan yang
rusak harus segera diganti.
Pemecokan Awal
Pada bantalan dan rel yang sudah tersusun harus segera dilakukan
angkatan dan listringan dengan HTT dan ditambahkan balas
secukupnya diantara bantalan maupun di ujung bantalan sehingga
dapat dilewati Kereta Api dengan kecepatan 20 km/jam.
Balas harus dipecok dengan kuat di bawah kedua sisi bantalan.
Bagian tengah bantalan yang diisi balas tidak diperbolehkan untuk
dipecok.
Kedua ujung bantalan harus dipecok secara serentak dibagian
dalam dan luar rel dan harus dilakukan pada waktu bersamaan.
Terlepas dari jenis balas atau jenis mesin pemadat (Tamping Tools)
yang digunakan, mesin pecok harus bekerja saling berhadapan
pada simpul yang sama.
Pengujian
Sebelum track dapat dipergunakan, kontraktor harus menyerahkan
data pengukuran elevasi rel dan deviasinya kepada Konsultan
setelah pemasangan track.
Toleransi geometri track setelah pemecokan awal adalah sebagai
berikut:
Deviasi Toleransi Keterangan
Gauge +2 mm
-0 mm
Horizontal Alignment 12 mm Per 3 m Panjang
Cross Level 12 mm
Longitudinal Level 12 mm Per 3 m Panjang
Bagian ini meliputi persyaratan untuk pemasangan rel di jembatan baja seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.
Pemasangan rel pada jembatan baja harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
dalam “Track laying general including tamping” kecuali ditentukan oleh bagian
lain.
Kontraktor harus mensuplai semua bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan ini termasuk bahan dan alat yang disetujui oleh konsultan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menentukan dan menyediakan jumlah
bahan sebagai yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan
berdasarkan Kontrak ini sebagai didasarkan pada konfigurasi dan sejauh
ditunjukkan pada gambar dengan layout khas dan detail, dan sesuai dengan
Spesifikasi.
PERSYARATAN TEKNIS
a. MATERIAL
Material yang akan digunakan untuk pekerjaan harus memenuhi untuk
persyaratan sebagaimana ditentukan oleh spesifikasi dari Proyek
tercantum dalam berikut:
i. Rel harus sesuai dengan Bagian T.1
ii. Base plate, tirpon, ring harus sesuai dengan Bagian alat penambat
iii. Bantalan kayu harus sesuai dengan Bagian “Bantalan kayu”,
kecuali bahwa dimensi harus seperti yang ditunjukkan pada gambar
jembatan baja
iv. Baut pengikat bantalan (baut sindik) harus diproduksi dengan
menggunakan standar bentuk sesuai Bagian Baja struktur
v. Mur dan ring harus sesuai dengan JIS B1180, JIS B1181 dan JIS
B1256 atau yang setara.
b. PERALATAN
Peralatan minimal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah:
i. Mesin Bor Kayu
ii. Gergaji Rel
c. PELAKSANAAN
i. Bantalan sintetis/kayu harus dipotong secara akurat dan ditakik
(coakan) sesuai dengan dimensi yang tetap dan disyaratkan
sebagaimana tertera dalam Bagian Bantalan sintetis/kayu.
ii. Bantalan sintetis/kayu untuk jembatan harus diletakan pada flens
bagian atas gelagar baja pada sudut yang benar terhadap as track
dan harus berjarak seragam seperti yang ditunjukkan pada Gambar
iii. Sambungan rel tipe apapun tidak dijinkan berada di atas jembatan
baja. Sambungan rel di sekitar jembatan harus diletakan pada jarak
25 m atau lebih dari kedua ujung gelagar utama jembatan sesuai
standar yang berlaku.
Tahap 1 Tahap 3
Ballast Elv. Desain Mesin HTT
Track
Bantalan Bantalan Diesel
Rel 54 power
20 cm
Existing Track
Dongkrak ( jack ) kodok
1. Persiapan pengangkatan track
( per 5 track meter ) 3. Pemadatan dengan mesin HTT
Tahap 2
Dongkrak
Track
Angkatan Bantalan
Track
5 cm
20 cm
Detail pengangkatan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penyetelan bantalan beton, pemasangan rel dan
penambat, penyebaran balas, angkat listrik sepur, dan pemecokan.
PERSYARATAN TEKNIS
a. MATERIAL
Material balas sesuai dengan Bagian T.10. Pengadaan Balas,
Pengiriman, dan Pengeceran
b. PERALATAN
Peralatan minimal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
i. MTT
ii. HTT
iii. Dongkrak
c. KONSTRUKSI
i. Persiapan
i. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas pekerjaan
setiap saat. Kontraktor akan memberikan insinyur atau
supervisor yang kompeten dan berkualitas baik selama periode
pelaksanaan pekerjaan secara langsung di lokasi;
ii. Kontraktor harus melakukan survei dan pengukuran lapangan
sebelum pekerjaan pengangkatan dan pelestrengan dilakukan
dimana pekerjaan ini memerlukan ketelitian, karena itu harus
dievaluasi dan disetujui oleh Konsultan.
iii. Pekerjaan persiapan harus dilakukan sedapat mungkin pada
siang hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
iv. Toleransi
x. Pada saat penyerahan pekerjaan dari Kontraktor,
penyimpangan pada track harus berada dalam toleransi sebagai
berikut:
Ukuran
Lebar sepur 1067 mm – 1069 mm
Cross level maksimum 2 mm
Puntiran/Twist maksimum 6 mm per 5 m panjang
Longitudinal maksimum 2 mm per 10 meter panjang
level
Horizontal maksimum 2 mm per 10 meter panjang pada sepur
lurus
As track maksimum +4 mm
PERSYARATAN TEKNIS
a. MATERIAL
i. Bantalan Beton harus memenuhi persyaratan dalam “Bantalan Beton”
ii. Bantalan Kayu harus memenuhi persyaratan dalam “Bantalan Kayu”
iii. Balas harus memenuhi persyaratandalam Pengadaan Balas”
Toleransi
i. Pada saat penyerahan pekerjaan dari Kontraktor, penyimpangan pada
track harus berada dalam toleransi sebagai berikut:
Ukuran
Lebar sepur 1067 mm – 1069 mm
Cross level maksimum 2 mm
Puntiran/Twist maksimum 6 mm per 5 m panjang
Longitudinal maksimum 2 mm per 10 meter panjang
level
Horizontal maksimum 2 mm per 10 meter panjang pada sepur
lurus
ii. Penyimpangan as track dan elevasi rel dari patok permanen harus
berada dalam batas sebagai berikut:
As track maksimum +4 mm
Elevasi rel maksimum +5 mm
.
Bagian ini mencakup persyaratan untuk pekerjaan tamping dan finishing track
dan wesel baru yang terpasang pada jalur KA yang baru, termasuk track dan
wesel baru yang terpasang pada jalur eksisting dengan menggunakan mesin
MTT (Multi Tie Tamper) sesuai dengan aliyemen track yang diperlihatkan dalam
gambar dan melakukan perapihan profil balas dengan mesin PBR.
Pekerjaan ini mencakup semua survey dan pengukuran yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan MTT, dan pekerjaan insidental lainnya untuk
penyempurnaan pekerjaan track, bila diperlukan.
Hasil pekerjaan track yang telah ditamping, disamping harus memenuhi
persyaratan alinyemen track akan disajikan dalam bentuk data ukur vertikal dan
horizontal alinyemen.
Pekerjaan pemadatan akhir termasuk uji coba operasi dan pemadatan kembali
harus mencakup segala survei dan pengukuran lapangan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, dan operasi insidentil lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Tidak diperkenankan untuk memulai pekerjaan perapihan permukaan dan
pemadatan, atau tidak diperkenankan untuk meletakkan material track di atas
permukaan balas awal, kecuali jika telah disetujui oleh Konsultan
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, kereta MTT, dan peralatan
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
PERSAYARATAN TEKNIS
a. MATERIAL
Balas harus memenuhi persyaratan pada Bagian : BALAS
b. PERALATAN
Peralatan minimal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah:
i. MTT
ii. PBR
d. TOLERANSI
i. Pada saat penyerahan pekerjaan dari Kontraktor, penyimpangan
pada track harus berada dalam toleransi sebagai berikut:
Ukuran
Lebar sepur 1067 mm – 1069 mm
Cross level maksimum 2 mm
Puntiran/Twist maksimum 6 mm per 5 m panjang
Longitudinal maksimum 2 mm per 10 meter panjang
level
Horizontal maksimum 2 mm per 10 meter panjang pada sepur
lurus
ii. Penyimpangan as track dan elevasi rel dari patok permanen harus
berada dalam batas sebagai berikut:
As track maksimum +4 mm
Elevasi rel maksimum +5 mm
e. JAMINAN
i. Kontraktor harus menjamin kondisi sepur dalam jangka waktu satu
tahun setelah penyerahan pekerjaan yang meliputi cacat material
seperti penambat dan bantalan, deformasi dari alinyemen sepur dan
penyimpangan lain karena turunya balas.
ii. Kontraktor harus menjamin pengelasan rel dalam jangka waktu dua
tahun setelah penyerahan pekerjaan. Cacat pada pengelasan rel
harus diperbaiki dengan biaya sendiri.
Sub-ballast
Rel baru ( rel 54 )
Bantalan baru HTT di MTT MTT
HTT
( dari beton )
5 cm
5 cm
Ballast
15 - 20 cm
20 - 25 cm
25 - 30 cm
1 2 3
30 cm
25 cm
1. Install of track 2. HTT 1 diangkat ± 5 cm dan dipadatkan 3. HTT 2 diangkat ± 5 cm dan dipa -
datkan
4. Finishing dengan MTT diangkat ± 5 cm dan dipadatkan
- Diberi tanda di bantalan beton nilai angkatan untuk elevasinya misal +5 diangkat 5 cm,
+3 diangkat 3 cm
- Operator / crew MTT menyetel dimesin MTT ( di optiknya ) dengan menilai angkatan yang ter -
tera dibantalan beton
- Usahakan nilai angkatan hampir sama untuk memudahkan operator menyetel mesin MTT
Bagian ini mencakup persyaratan pengadaan dan type wesel yang digunakan
termasuk kelengkapannya; persyaratan untuk pemasangan wesel jenis rel R54,
baik yang baru maupun yang akan digunakan kembali, yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan track di lokasi yang ditunjukkan pada di Gambar.
Pekerjaan ini harus mencakup penyusunan, pengangkutan dan setting pada
lokasi yang disyaratkan; penyediaan dan pemecokan balas sampai kedalaman
yang disyaratkan dan alinyemen yang ditentukan; memeriksa fungsi peralihan
jalur di wesel. Pekerjaan ini juga harus mencakup penyambungan wesel ke track
di semua titik akhir dengan menyediakan semua material rel yang diperlukan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menentukan dan menyediakan
kuantitas bahan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai
yang tercantum dalam gambar tipikal dan gambar detil serta sesuai dengan
spesifikasi ini.
2. PERSYARATAN TEKNIS
MATERIAL
i. Jenis
Tipe wesel adalah sebagai berikut:
• Wesel biasa dengan sudut 1:12, radius lengkung 300 m
• Wesel biasa dengan sudut 1:10, radius lengkung 195 m
• Wesel biasa double crossover 1:12, radius lengkung 300 m
• Wesel biasa double crossover 1:10, radius lengkung 195 m
ii. Komponen
• Jenis rel wesel adalah 54E1 (UIC 54), ketentuan sebagai
berikut :
• Rel Lantak adalah 54E1 (UIC 54) sesuai Bagian
T1.Pengadaan Rel.
• Rel Lidah UIC 54 - B (54E1A1):
- Luas melintang : 87,78 m2
– Berat : 68,91 kg/m
- Ix : 1539,9 cm4
- Iy : 767,5 cm4
Rel paksa
Rel lantak
Rel sayap
Jarum
a b c c1 d d1 e e1 f
Ukura Dasar 1067 1067 1067 a) 106 a) 1067 1067 max
n 7 140
(mm) Tolera +2mm -0mm min
nsi 125
g g1 h h1 i i1 x x1
Ukura Dasar 40 40 40 40 103 103 40 40
n 3 3
(mm) Tolera +3 +3
nsi -2 -2
r r1 t t1 u u1
Ukura Dasar 1067 a) 1067 a) 106 a)
n 7
(mm) Tolera +2mm -0mm
nsi
a)
Lebar sepur tergantung pada sudut wesel dan radius lengkung.
f : celah antara ujung rel lidah (switch rail/tongue rail) dan rel lantak (stock
rail)
g – g1 : celah terkecil antara rel paksa (check rail) dan jarum (frog/crossing)
h – h1 : celah terkecil antara rel lantak (running rail) dan rel sayap (wing rail)
i – i1 : guard rail gauge, 200 mm dari ujung jarum (frog/crossing)
S : jarak antara sambungan di belakang rel lantak (stock rail) dengan ujung rel
paksa (guard rail/check rail)
r,t,u dan r1,t1,u1 : lebar sepur pada jarak 1/4S, 1/2S dan 3/4S
x – x1 : celah terkecil antara rel lantak (stock rail) dan rel lidah (switch/tongue rail)
yang terbuka
y – y1 : Jika L > 11 m , maka lebar sepur pada pertengahan panjang rel lidah
diukur.
Perlengkapan wesel ;
Bentuk dan dimensi perlengkapan wesel yang dipakai seperti fishplate,
fishbolt & nut dan spring washer mengacu pada gambar rencana
dengan toleransi sebagai berikut :
Ukuran Toleransi untuk Fishplates
Item Toleransi
Length ± 3.0 mm
Thickness ± 0.5
Hole Diameter + 1.0, - 0.5
Distance between holes ± 1.0
Chamber Center upwards 2.0
Center downward 0.7
Center outward to rail 2.0
Center inwards to rail 2.0
Clearance between fishplate and + 1.5, - 0.5
rail template
Spring Washers ;
Item Toleransi
Internal Diameter + 1, -0 mm
Diameter ± 0.5
Komposisi bahan ;
Item Fishplate Fishbolt Nut Spring washer
Carbon 0.40% - 0.55% 0.38% - 0.43% 0.37% - 0.48% 0.59% - 0.86%
Silicon 0.40% max. 0.15% - 0.35% 0.15% - 0.35% 0.15% - 0.35%
Manganese 0.55% - 1.00% 0.60% - 0.85% 0.60% - 0.90% 0.60% - 0.90%
Phosphorus 0.04% max. 0.03% max. 0.03% max. 0.04% max.
Sulphur 0.045% max. 0.03% max. 0.035% max. 0.04% max.
Syarat Mekanis ;
g. PELAKSANAAN
Semua bantalan harus diatur secara akurat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. Besar celah rel harus 6 mm pada sambungan mekanik (dengan
fish plates) atau seperti yang diarahkan oleh Konsultan.
Pasang dahulu rel lantak, rel lidah dan rel paksa di bagian yang lurus.
Pasang rel lantak, rel lidah, rel sayap, rel paksa di bagian yang lurus di
hadapannya..
Bagian geser antara rel lidah dan pelat geser harus dibersihkan dari semua
karat; gemuk dan oli pelumas mesin harus diberikan agar licin.
Setelah semua bagian dan material wesel terpasang, Kontraktor harus mengukur
dimensi dan elevasi tiap bagian dari wesel dan memeriksa apakah daerah
sambungan sudah sesuai. Toleransi dari kesesuaian dan penerimaan harus
seperti apa yang telah disetujui oleh Konsultan.
Perkakas dan peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, misalnya
pengangkat panel track, dongkrak, gergaji, troli, harus dipersiapkan dan diatur
sesuai urutan kerja.
Ketika perakitan wesel selesai dan siap untuk diterima oleh Konsultan, setiap
penyimpangan track sewaktu wesel dioperasikan harus dalam toleransi berikut:
a) Penyimpangan alinyemen as jalan rel (kontrol horisontal) dari posisi
patok yang diinginkan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar
atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan harus kurang dari 5
mm.
b) Penyimpangan elevasi dari kepala rel (control vertikal) dari elevasi
yang diinginkan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar atau
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan harus kurang dari 5 mm.
PEMASANGAN TRACK
Pelaksanaan
Pekerjaan yang telah selesai akan diperiksa kelengkapannya dan
kelaikannya oleh konsultan pengawas.Apabila ada kejanggalan pada hasil
kerja,maka akan segera diperbaiki.Survey hasil pekerjaan dilaksanakan
bersama-sama antara pemilik kerja,konsultan pengawas, dan kontraktor.
Bantalan Beton
di tempat penyimpanan
1 . Pemasangan Bantalan Beton
Rel
Desain
Tahap - 2
Rel
Lama
Rel
Desain
Pemasangan
Bantalan Beton 2 . Pemasangan Bantalan Rel sesuai Design Gauge
Tahap - 3
Rel
Lama
Di Geser
Balas Balas
Tahap - 4 Jalur ( R.42 ) Rel R.54
Bantalan Beton Bantalan Beton
20 cm
20 cm
Tahap - 5
Balas
5 . Pemasangan Penambat/Fastening Pandroll
6 . Initial Tamping by Handy Tie Tamper (HTT)
Rel R.54
3 times raising
Bantalan Beton
A Rel R.54
Insulator
Fastening / Clip
Shoulder
Rail ped
Detail A
Lokasi penyetelan /
perakitan wesel
baru 1. Pengukuran wesel existing, pemasangan patok untuk
lokasi wesel R.54
Wesel
existing
Patok penahan
dari rel bekas
Dongkrak kap = Ganjal bantalan
3. ton kayu bekas
LAS THERMIT
Tahap 1 Tahap 3
Rel yg akan dithermit welding
Rel 54 Rel 54
Rel yg akan dithermit welding
Rel 54
Stappling
Pengelasan Bantalan
Bantalan
3. Dilakukan pengelasan dengan cara pemanasan
rel dengan memasukkan bubuk thermit dlm
1. Rel baru ( R.54 ) persiapan untuk distapling moulding ( cetakan )
Tahap 2 Tahap 4
SWITCH OVER
B Statiun ( Emplacement )
Design Layout
Design Design
Existing
Existing Existing
Design
Final Layout
Potong rel
2 . Pasang rel baru dilokasi yang telah ditentukan , pasang penambat dan di H T T
Track
Design Design
Existing
Existing
Existing Existing
Design
3 . Kemudian di M T T, P B R , V D M
B' B B"
Track
A' C' Desain
Penyisipan Track
Bantalan Existing
Penyisipan
Bantalan Bantalan yang dipa -
sang / disusun
B' B"
3 . Pasang dan sisipkan bantalan antara track desain ke track existing : - A ' ke Existing
- Existing ke B '
- B " ke Existing
- Existing ke C '
4 . Pastikan bahwa new wesel 1 dan 2 sudah dipasang sebelum dilakukan pelaksanaan switch
over track, sebab setelah pelaksanaan switch over new track akan langsung dilewati kereta api
REHABILITASI TRACK
Tahapan pekerjaan rehabilitasi Track dan Panel Track adalah sebagai berikut :
1. Survey dan dokumentasi pada track yang akan di rehabilitasi sesuai
dengan gambar kerja dan kontrak. Survey dilakukan bersama-sama
dengan konsultan dan PT.KAI.
2. Pengukuran dan pemberian tanda pada track maupun panel track
(wesel).Prioritas rehabilitasi adalah sbb :
- Pembongkaran wesel existing menjadi track .
- Pemasangan wesel baru pada track existing
- Perbaikan/pergeseran aliyemen
3. Perbaikan balas pada track existing
4. Penggantian bantalan dan penambat yang rusak
PERLINTASAN UMUM
Jalan
New Track
Existing Track
Jalan
3. Penimbunan balas pada lokasi galian yang kemudian digunakan untuk jalur
kendaraan.
5. Penimbunan balas pada lokasi galian yang kemudian digunakan untuk jalur
kendaraan.
Ballast
1/2 P V C pipe Ø15 cm
Asphalt
Sleeper
5 cm
Geotextile subballast
P V C pipe Ø20 cm
290
Cross section
Asphalt
PEMASANGAN SEMBOYAN 2A
PEN
GLIH
ATA
NM
AR A A
H KA SINIS
NOTE :
PEMASANGAN SEMBOYAN 2B
PENGLIHATAN MASINIS
ARAH KA
PEN
GL
IHAT
A
ARA N MASIN
H KA IS
NOTE :
PEMASANGAN SEMBOYAN 2C
PENGLIHATAN MASINIS
ARAH KA
PEN
GL
IHAT
AN M
ARA A
H KA SINIS
NOTE :
PEMASANGAN SEMBOYAN 3
PEMASANGAN SEMBOYAN DI TENGAH JALAN REL ( ANTARA REL KANAN DAN REL KIRI )
PEMASANGAN SEMBOYAN 3
PEMASANGAN SEMBOYAN DI TENGAH JALAN REL ( ANTARA REL KANAN DAN REL KIRI )
PEN
GL IHAT
AN M
ARA ASIN
H K IS
B). PEMASANGAN S.3 TELAH DIBERITAHUKAN KEPADA YANG BERWENANG A
( PIHAK PT. KAI ) DAN S.3 TIDAK DIDAHULUI S.2A DAN S.2B
PEN
GLIH
ARA ATA
H K NM
A ASIN
IS
PEN
GLIHAT
AN M
ARA ASIN
H K IS
A
SKETSA SEMBOYAN
PLAT t=2 MM PLAT t=2 MM PLAT t=2 MM
DILAS
NOTE : NOTE :
2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222