Anda di halaman 1dari 30

MODUL 5

ALINEMEN HORISONTAL

Tujuan Instruksional Khusus modul ini adalah agar mahasiswa dapat


merencanakan alinemen horisontal beserta parameter-parameter lengkungnya.

5.1. PERHITUNGAN PANJANG LENGKUNG PERALIHAN, Ls (LENGTH of


SPIRAL)

Lengkung peralihan atau sering disebut lengkung spiral juga merupakan


lengkung spiral clothoid. Radius pada spiral clothoid diawali dari radius yang
terhingga sampai dengan radius yang merupakan radius lingkaran.

Sesuai dengan nama peralihan, fungsi dari lengkung spiral adalah untuk
mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari betuk lurus dengan R tak terhingga
sampai pada bentuk lengkung dengan R tetap atau untuk menuntun kendaraan dari
posisi kemiringan normal (jalan lurus) ke kemiringan alinemen horisontal (tikungan)
sebagaimana fenomena keimbangan gaya yang diakibatkan adanya gaya sentrifugal.
Perhitungan lengkung peralihan, Ls adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan.

Vd  t
Ls  (5.1)
3.6

dimana :

Vd = kecepatan rencana, km/jam

t = waktu tempuh di lengkung peralihan, detik (= 3 detik)

2. Berdasarkan landai relatif.

Ls   e  en   B  mmaks (5.2)

dimana :

Ls = panjang lengkung peralihan, m

Modul 5 5-1
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
e = superelevasi, %

en = kemiringan melintang normal, %

B = lebar jalur per arah, m

mmaks = landai relatif maksimum

Tabel 3.1. Kelandaian relatif maksimum

AASHTO 1990 Bina Marga (Luar Kota)


Kelandaian Kelandaian
Kec. Rencana Kec. Rencana
relatif maks, relatif maks,
(km/jam) (km/jam)
mmaks mmaks
32 33 20 50
48 150 30 75
64 175 40 100
80 200 50 115
88 123 60 125
96 222 80 150
104 244 100
112 250

3. Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt.

V3 V e
Ls  0.022  2.727 (5.3)
RC C

dimana :

Ls = panjang lengkung peralihan, m

V = kecepatan rencana, km/jam

R = jari-jari tikungan, m

C = perubahan percepatan, m/dt3 (0.3 – 0.9 m/dt3)

e = superelevasi, %

4. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian.

 emaks  en  Vd
Ls  (5.4)
3.6  re

dimana :

Ls = panjang lengkung peralihan, m

Modul 5 5-2
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Emaks = superelevasi maksimum, %

en = kemiringan melintang normal, %

Vd = kecepatan rencana, km/jam

re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan,

= 0.035 m/m/detik untuk Vd ≤ 70 km/jam

= 0.025 m/m/detik untuk Vd ≥ 80 km/jam

Dari ke empat persamaan tersebut, panjang lengkung peralihan, Ls yang digunakan


untuk perencanaan adalah Ls dengan nilai yang terbesar.

Contoh perhitungan :

Jika diketahui :

 Kecepatan rencana, Vd = 60 km/jam

 Jari-jari tikungan, R = 119 m

 Superelevasi normal, en = 2%  Ls ??????

 Superelevasi maksimum, emaks = 10%

 Lebar jalan = 7 meter untuk dua arah

Cara 1, berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan

Vd  t
Ls  ; t = 3 detik
3.6

60  3
Ls   50 meter
3.6

Cara 2, berdasarkan landai relatif

Ls   e  en   B  mmaks

untuk Vd = 60 km/jam; nilai mmaks = 125

Ls   0.10  0.02   0.5  7   125  52.5 meter

Modul 5 5-3
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Cara 3, berdasarkan rumus Modifikasi Shortt

V3 V e
Ls  0.022  2.727
RC C

60 3 60  0.10
Ls  0.022  2.727  58.93 meter
119  0.4 0.4

Cara 4, berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

 emaks  en  Vd
Ls 
3.6  re

emaks = 10%

re = 0.035 m/m/detik untuk Vd ≤ 70 km/jam

Ls 
 0.10  0.02  60  38.10 meter
3.6  0.035

Jadi, dari ke empat cara tersebut, panjang lengkung peralihan rencana adalah 58.93
meter (yang terbesar diantara ke empat cara tersebut).

Panjang lengkung peralihan Ls tersebut adalah untuk jalan 2 lajur 2 arah, sedangkan
panjang Ls untuk jalan yang lebih dari 2 lajur 2 arah adalah :

 Jalan 4 lajur 2 arah  Ls (4 lajur) = 1.5 x Ls (2 lajur)

 Jalan 6 lajur 2 arah  Ls (6 lajur) = 2.0 x Ls (2 lajur)

Bersarnya panjang lengkung peralihan, Ls dapat dilihat pada Tabel 5.1, sedangkan
ilustrasi lengkung peralihan pada tikungan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Modul 5 5-4
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Tabel 5.1. Nilai Superelevasi, e dan Panjang Lengkung Peralihan, Ls

(e mak 8% metode AASHTO)

Tabel 5.1. Lanjutan

(e mak 8% metode Bina Marga)

Modul 5 5-5
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Tabel 5.1. Lanjutan

(e mak 10% metode AASHTO)

Tabel 5.1. Lanjutan

(e mak 10% metode Bina Marga)

Modul 5 5-6
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Gambar 5.1. Ilustrasi Lengkung Peralihan Pada Tikungan

5.2. PERHITUNGAN ALINEMEN HORISONTAL

Ada 3 bentuk alinemen horisontal, antara lain :

 Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

 Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral – circle – spiral)

 Lengkung peralihan (spiral – spiral)

1. Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

Lengkung full circle pada umumnya hanya dapat digunakan jika jari-jari tikungan
R yang direncanakan besar dan nilai superelevasi e lebih kecil dari 3%. Bentuk
lengkung dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Modul 5 5-7
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
TC PI
E
TC Lc CT

 
R R

Gambar 5.2. Bentuk lengkung full circle

Parameter lengkung full circle :

1 
Tc  R  tg    (5.5)
2 

R
E R
1  (5.6)
cos   
2 

 
Lc   R (5.7)
 180 

dimana :

Tc = Panjang tangen dari PI (Point of Intersection), m

= titik awal peralihan dari posisi lurus ke lengkung

R = jari-jari alinemen horisontal, m

 = sudut alinemen horisontal, o

E = jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran, m

Lc = panjang busur lingkaran, m

Berdasarkan rumusan diatas, tidak dijumpai adanya panjang lengkung peralihan.


Padahal lengkung tersebut sangat penting pada alinemen horisontal. Karena
bentul lengkungnya adalah full circle, maka pencapaian superelevasi dilakukan
pada bagian lurus dan lengkung. Sehingga lengkung peralihan pada lengkung full

Modul 5 5-8
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
circle sering disebut panjang lengkung peralihan fiktif. Bina Marga menetapkan
3/4 Ls berada pada bagian lurus sisinya pada bagian lengkung. Sedangkan
AASHTO menetapkan 2/3 Ls pada bagian lurus sisinya pada bagian lengkung.
Bentuk diagram superelevasi Full Circle dengan as jalan sebagai sumbu putar
dapat dilihat pada Gambar 5.3.

BINA MARGA

en = 2% en = 2%
e

TC TC
SC CS
3/4 Ls 1/4 Ls 1/4 Ls 3/4 Ls
Lc

a. Bina Marga

AASHTO

en = 2% en = 2%
e

TC TC
SC CS
2/3 Ls 1/3 Ls 1/3 Ls 2/3 Ls
Lc
b. AASHTO

Gambar 5.3. Diagram superelevasi lengkung full circle

Contoh perhitungan :

Direncanakan sebuah alinemen horisontal, jika diketahui :

 Kecepatan rencana, Vd = 60 km/jam

 Jari-jari tikungan, R = 819 m

 Sudut tikungan,  = 15o

Modul 5 5-9
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
 Superelevasi normal, en = 2%

 Superelevasi maksimum, emaks = 10%

 Lebar jalan = 7 meter untuk dua arah

 Jalan luar kota

Jawaban :

 Vd = 60 km/jam

 R = 819 m

Dari Tabel 5.1 (Bina Marga jalan luar kota), didapat :

Ls = 50 m

e = 0.026  karena lebih kecil dari 3%, maka disarankan


menggunakan lengkung full circle

1 
> Tc  R  tg   
2 

1 
Tc  819  tg   15   107.82 meter
2 

R
E R
> 1 
cos   
2 

819
E  819  7.07 meter
1 
cos   15 
2 

 
> Lc   R
 180 

 15  
Lc     819  214.41 meter
 180 

Modul 5 5-10
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
TC=107.82 m PI

E=7.07 m
TC Lc=214.41 m CT

 
R=819 m R=819 m

BINA MARGA

en = 2% en = 2%
e

TC TC
SC CS
3/4 Ls 1/4 Ls 1/4 Ls 3/4 Ls
37.50 12.50 Lc = 214.41 m 12.50 37.50

Modul 5 5-11
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
AASHTO

en = 2% en = 2%
e

TC TC
SC CS
2/3 Ls 1/3 Ls 1/3 Ls 2/3 Ls
33.33 16.67 Lc = 214.41 m 16.67 33.33

2. Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan ( spiral – circle –


spiral)

Lengkung spiral – circle – spiral pada umumnya digunakan jika nilai superelevasi
e ≥ 3% dan panjang Lc > 25 meter. Bentuk lengkung dapat dilihat pada
Gambar 3.3.

Ts

E
Xs Ys
p SC CS
Lc
k
s s
Ls R R Ls

ST
Ts

Gambar 5.4. Bentuk lengkung spiral – circle – spiral

Parameter lengkung spiral – circle – spiral :

90 Ls
s  (5.8)
 R

Modul 5 5-12
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Lc 
   2 s    R
(5.9)
180

Ls 2
p  R 1  cos s  (5.10)
6R

Ls 3
k  Ls   R  sin s (5.11)
40 R 2

1 
Ts   R  p   tg     k (5.12)
2 

E
 R  p R
1  (5.13)
cos  
2 

 Ls 2 
Xs  Ls 1   (5.14)
 40  R 2 

Ls 2
Ys 
6R

(5.15)

dimana :

s = sudut spiral pada titik SC

Ls = panjang lengkung spiral

R = jari-jari alinemen horisontal, m

 = sudut alinemen horisontal, o

Lc = panjang busur lingkaran, m

Ts = jarak titik Ts dari PI, m

= titik awal mulai masuk ke daerah lengkung

E = jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran, m

Xs, Ys = koodinat titik peralihan dari spiral ke circle (SC), m

Modul 5 5-13
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Bentuk diagram super-elevasi dapat dilihat pada Gambar 5.5.

BINA MARGA

2% 2%
e

TS SC CS ST

Ls Lc Ls

a. Bina Marga

AASHTO

2% 2%
e

TS SC CS ST

Ls Lc Ls

b. AASHTO

Gambar 5.5. Diagram superelevasi lengkung spiral – circle – spiral

Contoh perhitungan :

Direncanakan sebuah alinemen horisontal, jika diketahui :

 Kecepatan rencana, Vd = 60 km/jam

 Jari-jari tikungan, R = 318 m

 Sudut tikungan,  = 30o

 Superelevasi normal, en = 2%

 Superelevasi maksimum, emaks = 10%

 Lebar jalan = 7 meter untuk dua arah

 Jalan luar kota

Modul 5 5-14
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Jawaban :

 Vd = 60 km/jam

 R = 318 m

Dari Tabel 5.1 (Bina Marga jalan luar kota), didapat :

Ls = 50 m

e = 0.059

90 Ls
> s   R

90  50
s   4.504 o
  318

Lc 
   2 s    R
>
180

Lc 
 30  2  4.504    318  116.504 meter
180

karena e lebih besar dari 3% dan Lc lebih besar dari 25 meter, maka
disarankan menggunakan lengkung spiral – circle – Spiral.

Ls 2
> p  R 1  cos s 
6R

50 2
p  318  1  cos 4.504  0.328 meter
6  318

Ls 3
> k  Ls   R  sin s
40 R 2

50 3
k  50   318  sin 4.504  24.995 meter
40  3182

1 
> Ts   R  p   tg     k
2 

1 
Ts   318  0.328  tg   30   24.995  110 .291 meter
2 

E
 R  p R
> 1 
cos  
2 

Modul 5 5-15
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
318  0.328
E  318  11 .557 meter
1 
cos   30 
2 

 Ls 2 
> Xs  Ls 1  
 40  R 2 

 50 2 
Xs  50  1    49.969 meter
 40  318 2 

Ls 2
> Ys 
6R

50 2
Ys   1.310 meter
6  318

Ts=110.291m  =30o
Ys=1.310m E=11.557m
Xs=49.969m p=0.328m
SC CS
k=24.995 Lc=116.504
s m s
m
Ls=50m R=318m R=318m Ls=50m

ST
Ts

Modul 5 5-16
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
BINA MARGA

e=5.9%

2% 2%
e=5.9%

TS SC CS ST

Ls = 50 m Lc = 116.504 m Ls = 50 m

AASHTO

e=5.9%

2% 2%
e=5.9%

TS SC CS ST

Ls = 50 m Lc = 116.504 m Ls = 50 m

3. Lengkung peralihan (spiral – spiral)

Lengkung spiral – spiral pada umumnya digunakan jika nilai superelevasi e ≥ 3%


dan panjang Lc ≤ 25 meter. Bentuk lengkung dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Ts

E
p SC=CS
k
s s
Ls R R Ls

ST
TS

Gambar 5.6. Bentuk lengkung spiral – spiral

Modul 5 5-17
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Parameter lengkung spiral – spiral :

1
s   (5.16)
2

Ls 2
p  R 1  cos s  (5.17)
6R

Ls 3
k  Ls   R  sin s (5.18)
40 R 2

Ts   R  p   tg s   k (5.19)

E
 R  p  R
(5.20)
cos s

Besarnya Ls pada tipe lengkung ini adalah didasarkan pada landai relatif
minimum yang disyaratkan (Cara 2). Bentuk matematisnya seperti pada
persamaan 3.2, adalah :

Ls min imum   e  en   B  mmaks

dimana :

s = sudut spiral pada titik SC=CS

Ls = panjang lengkung spiral

R = jari-jari alinemen horisontal, m

 = sudut alinemen horisontal, o

Ts = jarak titik Ts dari PI, m

= titik awal mulai masuk ke daerah lengkung

E = jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran, m

Modul 5 5-18
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Bentuk diagram super-elevasi dapat dilihat pada Gambar 5.7.

BINA MARGA

e%

en = 2% en = 2%
e%

TS SC=CS ST

Ls Ls

a. Bina Marga

AASHTO

e%

en = 2% en = 2%
e%

TS SC=CS ST

Ls Ls

b. AASHTO

Gambar 5.7. Diagram superelevasi lengkung spiral – spiral

Modul 5 5-19
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Contoh perhitungan :

Direncanakan sebuah alinemen horisontal, jika diketahui :

 Kecepatan rencana, Vd = 60 km/jam

 Jari-jari tikungan, R = 205 m

 Sudut tikungan,  = 20o

 Superelevasi normal, en = 2%

 Superelevasi maksimum, emaks = 10%

 Lebar jalan = 7 meter untuk dua arah

 Jalan luar kota

Jawaban :

 Vd = 60 km/jam

 R = 205 m

Dari Tabel 5.1 (Bina Marga jalan luar kota), didapat :

Ls = 50 m

e = 0.080

90 Ls
> s   R

90  50
s   6.987 meter
  205

Lc 
   2 s    R
>
180

Lc 
 20  2  6.987     205  21.559 meter
180

karena e lebih besar dari 3% dan Lc lebih kecil dari 25 meter, maka
disarankan menggunakan lengkung spiral – Spiral. Sehingga perhitungan
parameter lengkung seperti yang disajikan dibawah ini.

Modul 5 5-20
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
1
> s  
2

1
s  20  10 o
2

90 Ls  R s
> s   R  Ls 
90

  205  10
Ls   71.559 meter  cek terhadap :
90

Cara 1, berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan

Vd  t
Ls  ; t = 3 detik
3.6

60  3
Ls   50 meter
3.6

Cara 2, berdasarkan landai relatif

Ls min imum   e  en   B  mmaks

mmaks = 125 m untuk kecepatan 60 km/jam (Tabel 3.1)

Ls min imum   0.08  0.02  3.5  125  43.75 meter

Cara 3, berdasarkan rumus Modifikasi Shortt

V3 V e
Ls  0.022  2.727
RC C

60 3 60  0.08
Ls  0.022  2.727  67.108 meter
119  0.4 0.4

Modul 5 5-21
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Cara 4, berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

 emaks  en  Vd
Ls 
3.6  re

emaks = 10%

re = 0.035 m/m/detik untuk Vd ≤ 70 km/jam

Ls 
 0.10  0.02  60  38.10 meter
3.6  0.035

Jadi, dari ke empat cara tersebut maka panjang lengkung peralihan Ls


rencana adalah 71.559 meter.

Ls 2
> p  R 1  cos s 
6R

71.559 2
p  205  1  cos 10  1.049 meter
6  205

Ls 3
> k  Ls   R  sin s
40 R 2

71.559 3
k  71.559   205  sin 10  71.341 meter
40  205 2

1 
> Ts   R  p   tg     k
2 

1 
Ts   205  1.049   tg   20   71.341  107.673 meter
 2 

E
 R  p R
> 1 
cos  
2 

205  1.049
E  205  4.227 meter
1 
cos   20 
2 

Modul 5 5-22
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Ts=107.673m   

E=4.227m
p=1.049m SC=CS
k=71.341m
s s
R=205m R=205m
Ls=71.559m Ls=71.559m
ST
TS

BINA MARGA

e = 8%

en = 2% en = 2%
e = 8%

TS SC=CS ST

Ls = 71.559 m Ls = 71.559 m

a. Bina Marga

AASHTO

e = 8%

en = 2% en = 2%
e = 8%

TS SC=CS ST

Ls = 71.559 m Ls = 71.559 m

a. AASHTO

Modul 5 5-23
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
5.3. JARAK KEBEBASAN SAMPING

Pada saat kendaraan melintasi alinemen horisontal tentu membutuhkan kebebasan


pandangan, apakah pandangan itu untuk melihat rintangan di depannya ataukah
pandangan untuk mendahului kendaraan yang ada di depannya. Kebebasan samping
ini dibutuhkan jika pada arah dalam lengkung horisontal terdapat rintangan yang
menghalangi pandangan pengemudi kendaraan. Besarnya jarak kebebasan samping
seperti yang terlihat pada persamaan berikut.

1. Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada panjang total lengkung, Lt

Lajur Luar
Lt Lajur Dalam
S

Garis Pandang E

Penghalang
Pandangan

R R' R

  28.65 S  
E  R' 1  cos 
  R' 

dimana :

E = kebebasan samping, m

R = jari-jari tikungan, m

R’ = jari-jari sumbu lajur dalam, m

S = jarak pandangan, m

Lt = panjang total lengkung, m

Modul 5 5-24
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
2. Jika jarak pandangan, S lebih besar daripada panjang total lengkung, Lt

Lajur Luar
Lt Lajur Dalam
S

E
Garis Pandang R'

R Penghalang
R
Pandangan

  28.65 S   S  Lt  28.65 S 
E  R' 1  cos      sin  
  R'   2  R' 

5.4. PELEBARAN PADA TIKUNGAN

Seringkali dirasakan bagi pengguna jalan yang melalui sebuah tikungan akan
mengalami kesulitan dalam mempertahankan lintasannya. Hal ini dikarenakan :

1. Pada saat kendaraan membelok seringkali lintasan roda belakang keluar lajur
yang disediakan (off tracking)

2. Lintasan roda depan dengan belakang tidak sama.

Besarnya pelebaran untuk sebuah tikungan dapat dicari dengan persamaan


matematis berikut (Gambar 4.8).

  Wc  Wn (5.21)

Wc  N U  C    N  1 Fa  Z (5.22)

dimana :
N = jumlah lajur
C = clearance
= 2 untuk lebar jalan 20 ft
= 2.5 untuk lebar jalan 22 ft
= 3 untuk lebar jalan 24 ft
Fa = lebar front overhang
Z = tambahan lebar karena kesulitan mengemudi
U = lebar lintasan roda pada tikungan, (dari lintasan roda terluar ke roda
terluar)

Modul 5 5-25
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Gambar 5.8. Pelebaran pada tikungan, AASHTO 2004

Modul 5 5-26
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
U R R 2  L2

L
U  RX

U X  R 2  L2 

U  R  R 2  L2  
U R R 2  L2 (5.23)

R X X

Fa  R 2  A  2 L  A R

L
A
Fa Fa  X  R

 L  A 2    2
U X  R 2  L2

X  L2  2 LA  A 2  R 2  L2

X  R 2  A  2 L  A

Fa  R 2  A  2 L  A R (5.24)

R X X
X

V
Z (5.25)
R

dimana :

Modul 5 5-27
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
 = lebar lintasan roda pada jalan lurus

(dari lintasan roda terluar ke roda terluar)

R = jari-jari tikungan jalan

L = jarak roda depan dengan belakang

A = front overhang

Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan

5.5. GABUNGAN ALINEMEN HORISONTAL

Terdapat 2 jenis gabungan alinemen horinsontal (Gambar 5.8) antara lain :

1. Tikungan gabungan searah, adalah gabungan dua atau lebih tikungan dengan
arah putaran yang sama, tetapi dengan jari-jari yang berbeda.

2. Tikungan gabungan terbalik, adalah gabungan dua tikungan dengan arah


putaran yang berbeda.

Modul 5 5-28
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
Persyaratan untuk gabungan alinemen horinsontal antara lain (Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, DPU, Ditjen Bina Marga 1997) :

1. Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2 :

R1 2
 , tikungan gabungan searah harus dihindari
R2 3

R1 2
 , tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau
R2 3

clothoide sepanjang minimum 20 meter

2. Setiap likungan gabungan balik harus dilengkapi dengan bagian lurus diantara
kedua tikungan tersebut sepanjang minimum 20 meter.

Gambar 5.8. Gabungan Lengkung Horisontal

Modul 5 5-29
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)
5.6. STASIONING

Pada perencanaan jalan raya, stasioning (lebih dikenal dengan sebutan STA)
dibutuhkan untuk mengetahui letak parameter-parameter alinemen horisontal pada
trase jalan terhadap titik acuan trase. Penentuan STA untuk parameter lengkung
umumnya tergantung pada titik acuan yang telah ditentukan, misalnya awal dari
proyek jalan. Perhitungan STA untuk masing-masing parameter lengkung adalah
seperti pada contoh berikut.

Ts=110.291m  =30o
Ys=1.310m E=11.557m
Xs=49.969m p=0.328m
SC CS
k=24.995 Lc=116.504
s m s
m
Ls=50m R=318m R=318m Ls=50m

ST
Ts

Pada contoh gambar di atas, diasumsikan bahwa titik awal proyek adalah tepat pada
titik TS, jadi STA untuk masing-masing parameter lengkung diatas adalah :

 STA TS = 0 + 000  (diasumsikan pada STA 0+000)

 STA SC = (STA TS) + (Ls) = (0+000) + (0+050)

= 0 + 050

 STA CS = (STA SC) + (Lc) = (0+050) + (0+116.5)

= 0 + 166.5  0 + 167

 STA ST = (STA CS) + (Ls) = (0+167) + (50)

= 0 + 217

Modul 5 5-30
Rekayasa Jalan Raya (PS-1364)

Anda mungkin juga menyukai