STATIKA
Dalam Mekanika Rekayasa, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja pada suatu konstruksi.
Sifat-sifat gaya :
1. Mempunyai besaran
2. Mempunyai arah
3. Mempunyai titik tangkap
A
Gaya P Mempunyai besaran, arah, dan titik tangkap yaitu A
Pembagian gaya menurut macamnya :
1. Gaya terpusat, misalnya gaya akibat orang berdiri dilantai
2. Gaya terbagi :
Lantai
a. Rata : seperti angin menekan bidang bangunan secara merata
b. Teratur : seperti gaya tekan air pada bangunan
c. Tidak teratur
3. Gaya momen :
a. Momen lentur
b. Momen punter
Kesetimbangan Gaya-gaya :
1. Kesetimbangan 2 gaya :
2 (dua) gaya dikatakan setimbang, jika besarnya sama, arahnya berlawanan dan segaris kerja.
P1 P2
P1 dan P2 adalah 2 gaya yang setimbang.
Page |1
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
2. Kesetimbangan 3 gaya
Apabila gaya yang satu dengan resultant 2 gaya yang lainnya, mempunyai besaran yang sama,
segaris kerja dan arah berlawanan.
P3
R adalah diagonal
P2
R jajaran genjang
yang dibentuk
oleh P1 dan P2.
P1
2. Cara segitiga gaya
P2 P2 P1
P1 , P2 , P3 setimbang dan dapat
R digambarkan sebagai gaya
P1 A P3 tertutup dan saling kejar
P3
Jadi syarat untuk gaya-gaya setimbang adalah saling kejar dan harus melalui 1 titik pertemuan
(yaitu A). Gerakan saling kejar ini disebut rotasi.
Page |2
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
SOAL 1
Diketahui 3 buah gaya K1, K2 dan K3. Terletak dalam satu bidang datar. Tentukan besar dan arah
Resultante dari gaya-gaya tersebut.
` K1 = 0 1 ; K2 = 2 3 ;
K3 = 4 5
K1 K3
K2 R1 = Resultante dari
gaya-gaya 0 1 dan 2
0
4
K1 2 K3
1
5
K2
R1 3
SOAL 2
Diketahui soal seperti tergambar. Ditanyakan besar arah dan arah resultante dari gaya-gaya tersebut
dan Besar reaksi perletakan secara grafis.
K1 K3 K5
K2
K4
A B
0
01 23 45
12
34 RA I
1
II
A B 2 III
C
IV
3
I 0 RB V
VI
4
VI
II
III V
IV
5
Page |3
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
SOAL 3
Diketahui balok diatas 2 perletakan menderita gaya P1, P2 dan P3 yang menyudut α 1, α2 dan α3
dengan sumbu batang AB. Tentukanlah reaksi perletakan A dan B secara analitis dan grafis.
P2
P3
1 2 3
A B
L
P1 sin 1
P2 sin 2 P3 sin 3
1 2 3
A P1 cos 1 P2 cos 2 P3 cos 3 B
a1
a2
a3
P1
Cara Analitis P2
P3
PX1 = P1 cos α1
; Py1 = P1 sin α1
A B
I
PX2 = P2 cos α2 III
; Py2 = P2 sin α2 II IV RBV
∑PX3M == 0P3 cos α3 I I
P1
; Py3 = P3 sin α3 A II 0
-RBV.L + Py1.a1 + Py2.a2 + Py3.a3 = 0 P2
RAV III
IV
𝑃𝑦1.𝑎1 + 𝑃𝑦2.𝑎2 + 𝑃𝑦3.𝑎3 ∑ 𝑃𝑦 . 𝑎 P3
𝑅𝐵𝑉 = =
𝐿 𝐿 RAH R
C
∑ V = 0 → RAV = Py1 + Py2 + Py3 - RBV
= ∑ Py - RBV
= ∑ Px
Page |4
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Cara Grafis
Buat lukisan kutub dengan kutub 0 sembarang, kemudian dibuat segi-banyak batang I sampai IV.
Resultante gaya P1, P2 dan P3 ialah memotong garis kerja gaya B di C kemudian tarik garis AC.
Jadi arah dari gaya-gaya reaksi perletakan telah diketahui. Resultante R diuraikan atas gaya A dan
RBv ( lihat ∆ R.A.BV ). Untuk mengetahui RAH dan RAV , maka A diuraikan atas RAV dan RAH.
P2
P3
1 2 3
A B
L
P1 sin 1
P2 sin 2 P3 sin 3
1 2 3
A P1 cos 1 P2 cos 2 P3 cos 3 B
a1
a2
a3
P1
P2
P3
A B
I
III
II IV RBV
I I
P1
A II 0
RAV P2
III
IV
P3
RAH R
C
Page |5
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Tugas 01
01. Diketahui balok diatas 2 perletakan menderita gaya P1, P2, P3 dan P4 yang menyudut α1, α2
dan α3 dengan sumbu batang AB. Tentukanlah reaksi perletakan A dan B secara analitis dan
grafis. Jika
a1 = 2,A m; a2 = 2,B m; a3 = 3,2B m; a4 = 2,5A m ; L = 11,0 m
1 = 6B⁰ ; 2 = 5B⁰ ; 3 = 4B⁰
P1 = 2*B ton; P2 = 1.5*B ton; P3 = 1.35*B; P4 = 3,2B ton
P4
P1
P2 P3
1 2 3
A B
a1
a2
a3
a4
Page |6
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
GAYA-GAYA LUAR
Statika merupakan ilmu tentang semua benda yang tetap, yang statis. Ilmu ini merupakan
bidang bagian ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu dinamika diterangkan semua yang bergerak,
sedangkan dalam ilmu statika semua yang tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Kedua
bagian itu mempunyai dua persamaan, yaitu gaya-gaya dan pergerakan. Hanya dalam ilmu statika
ada ketentua khusus mengenai pergerakan ini, yaitu pergerakan v = 0. Ini berarti, bahwa dalam ilmu
statika hanya bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak, dengan keadaan pergerakan = nol.
Oleh karena itu ilmu statika juga disebut ilmu keseimbangan gaya atau biasa disebut ilmu
keseimbangan.
Kita menginginkan keseimbangan dan tahu bahwa keseimbangan itu mula-mula tidak ada dan
kalau keseimbangan itu tercapai, segera akan terganggu lagi. Bisa juga terjadi perubahan dalam
keseimbangan, yang diakibatkan oleh daya tarik bumi (dalam ilmu statika disebut berat atau bobot
sendiri), oleh beban/muatan yang dikenakan pada benda atau konstruksi bangunan itu (beban
berguna) serta oleh kekuatan yang terdapat pada alam, misalnya air hujan, tekanan angin,
perubahan suhu dan sebagainya.
Beban ini disebut gaya luar. Gaya luar merupakan gaya-gaya yg bekerja diluar konstuksi. Gaya-
gaya luar dapat berupa :
- Gaya vertical
- Gaya horizontal
- Momen lentur
- Momen puntir
Beban pada konstruksi kita bedakan atas beban yang tetap, yang selalu berada dan beban
yang bergerak atau berubah, yang tidak selalu ada atau berubah bebannya.
Page |7
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Pada konstruksi batang atau rangka batang yang statis tertentu dengan syarat-syarat
perseimbangan kita bisa menentukan gaya dalam dan gaya luar (reaksi pada tumpuan). Pada
konstruksi yang statis tidak tertentu kita harus juga memperhatikan perubahan bentuk elastic yang
mengalami penentuan gaya luar.
Page |8
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
2. Tumpuan rol
Tumpuan rol menerima gaya tumpuan yang vertical (R V) saja. Tumpuan rol tidak menahan gaya
horizontal atau momen.
3. Tumpuan jepit
Suatu jepitan menerima gaya tumpuan yang sembarang dan momen. Reaksi pada tumpuan
dibagi pada umumnya dalam reaksi yang horizontal (RH) dan yang vertical (RV) dan suatu momen
jepitan (M).
Pada perhitungan kita harus menentukan tiga nilai yang belum diketahui
Jepitan bisa dikonstruksikan misalnya sebagai balok yang ditanam dalam tembok atau sebagai
tumpuan pada balok terusan (jepitan elastic)
Page |9
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
4. Tumpuan pendel/bebas
Tumpuan ini sifatnya hanya dapat memikul gaya yang searah dengannya.
Pada tumpuan suatu konstruksi batang atau rangka batang timbul gaya atau reaksi tumpuan
yang diakibatkan oleh beban pada konstruksi itu. Reaksi tumpuan harus seimbang dengan beban
konstruksi. Pelaksanaan atau perhitungannya boleh dilakukan dengan menggunakan tiga syarat
keseimbangan (pada system yang statis tertentu).
Pada suatu konstruksi batang yang sederhana soal-soal tentang keseimbangan timbul dalam
tiga bentuk, yaitu :
1. Suatu benda yang dibebani oleh gaya P (atau resultant R suatu kumpulan gaya) mempunyai tga
tumpuan yang bisa bergerak (tiga tiang berengsel atau tiga tumpuan rol), menurut gambar
berikut ini ;
Karena kita mengetahui tiga garis kerja pada tumpuan-tumpuan (garis kerja itu tidak boleh
bertemu pada satu titik tangkap), kita hanya harus mencari ukurannya yang bisa dilakukan
menurut pembagian satu gaya R pada tiga garis kerja).
2. Suatu benda yang dibebani oleh gaya P (atau resulante R suatu kumpulan gaya) bertumpu pada A
dengan tumpuan sendi (dicari ukuran dan jurusan ) dan pada B dengan tumpuan rol (dicari
ukuran saja)
Tiga gaya A,B dan P hanya bisa seimbang jikalau mereka mempunyai satu titik tangkap bersama.
Karena P dan B dengan garis kerjanya tertentu sudah mempunyai satu titik tangkap bersama,
garis A sudah menjadi tentu. Ukuran A dan B dapat ditentukan pada gambar gaya.
Jikalau kita mencari hasil ini secara analitis kita menentukan B dengan persamaan momen dengan
A sebagai titik kutub, yaitu ∑MA = 0 = P.c – B.a
Jurusan dan ukuran A bisa kita tentukan dengan menggunakan persamaan ∑X = 0 dan ∑Y = 0
P a g e | 10
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
3,0
5,0.
𝑅𝐵𝑉 = √2 = 1.77 𝑡
6,0
5,0 5,0
∑ 𝑋 = 0 = 𝑅𝐴𝐻 + = 𝑅𝐴𝐻 = = 3,54 𝑡
√2 √2
5,0
∑ 𝑌 = 0 = −𝑅𝐴𝑉 + − 1,77 = 𝑅𝐴𝑉 = 3,54 − 1,77 = 1,77 𝑡
√2
3. Pada suatu benda atau konstruksi batang yang terjepit yang kita namakan konsole hanya kita
dapati satu gaya atau reaksi tumpuan, tetapi harus ditentukan ukuran, jurusan dan garis kerjanya.
Reaksi pada tumpuan A harus mempunyai garis kerja yang sama dengan gaya P dengan jurusan
berlawanan. Akan tetapi reaksi A ini harus bekerja pada titik berat konstruksi konsol ini. Ukuran
XA dan YA sudah kita ketahui, tetapi oleh pergeseran sejajar R XA kita juga menerima suatu momen
sebesar M = -XA.e
Gaya dalam merupakan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi. Pada keseimbangan harus
diperhatikan bahwa konstruksi batang atau rangka batang seluruhnya harus seimbang.
P a g e | 11
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Kita memotong benda yang dibebani oleh gaya P1 s/d P3 dan yang bertumpu pada tumpuan A
dan B dalam keseimbangan, menurut garis s-s ke dalam bagian I dan II.
Bagian Ri yang horizontal (absis) sebelah kiri atau sebelah kanan dari suatu potongan s-s yang
sembarang kita tentukan sebagai gaya normal (N)
Momen lentur (M) menjadi jumlah semua momen yang timbul sebelah kiri atau sebelah kanan
dari potongan s-s yang sembarang terhadap titik berat dari benda atau konstruksi pada potongan
s-s itu.
Perjanjian Tanda
P a g e | 12
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 13
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
KESEIMBANGAN STATIK
Salah Satu konstruksi yang lazim dibahas berupa suatu balok sederhana, yang dimuati oleh
oleh susunan muatan seperti gambar dibawah ini, pada konstruksi demikian biasanya muatannya
diketahui sedangkan reaksinya yang harus dicari.
Gbr. Muatan,
konstruksi dan
reaksi
Gbr. Struktur
sederhana
Konstruksi tersebut dapat digambarkan sebagai suatu benda Free body, yang dibebani
gaya-gaya nonkonkuren koplanar. Sistem gaya-gaya disini terdiri dari sejumlah gaya muatan yang
diketahui dan tiga gaya reaksi yang tidak diketahui besaran-besarannya.
Konstruksi ini akan stabil bila sistem gaya yang bekerja padanya dalam keadaan seimbang.
Sistem gaya-gaya yang nonkonkuren koplanar ini akan seimbang bila memenuhi syarat
keseimbangan statik, yaitu :
∑X =0
∑Y =0
∑M=0
Ketiga persamaan syarat keseimbangan statik diatas tersebut Persamaan Statik Tertentu.
Pada gambar diatas dapat dilihat gaya reaksi yang dicari, yakni V A, HA dan VB. Secara matematika
P a g e | 14
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
ketiga reaksi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan ketiga persamaan statik tertentu
diatas.
Untuk menyelesaikan konstruksi tersebut diatas dapat ditempuh cara matematika dengan
menguraikan gaya-gaya kedalam salib sumbu XY sehingga didapat :
Dengan persamaan statik tertentu tersebut dapat dicari ketiga gaya reaksi, yaitu :
Beberapa kasus
1. Kantilever
Pada konstruksi demikian gaya reaksi hanya terdapat pada perletakan jepit B berupa reaksi
vertikal VB dan momen jepit MB. Sehingga persamaan statik tertentu dapat dicari :
∑ X = 0, → HB = 0
∑ Y = 0, → VB – P = 0 → VB = P
∑ MB = 0, → P.l + MB = 0 → MB = P.l
∑ X = 0, → HB = 0
∑ Y = 0, → VB = 0
∑ MB = 0, → MB = M1 + M2
P a g e | 15
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Suatu kantilever dibebani muatan segi tiga seperti pada gambar dibawah ini
∑ X = 0, → HA = 0
∑ Y = 0, → VA = ½ q.b
∑ MA = 0, → MA = ½ qb (a+2/3 b)
Bila a = 0, berarti b = l, sehingga reaksi-reaksi menjadi :
HA = 0
VA = ½ ql
MA = 1/3 ql2
2. Balok sederhana
Balok diletakkan atas tumpuan A dan B dibebani muatan titik P pada gambar dibawah ini
∑ H = 0, → HA = 0 ……………. (1)
∑ Y = 0, → VA + VB – P = 0 …….. (2)
∑ MA = 0, → P.a – VB.l = 0 …………. (3)
𝑎
Dari persamaan (3) didapat 𝑉𝐵 = 𝑃 → VB dimasukkan persamaan (2) sehingga didapat
𝑙
𝑏
𝑉𝐴 = 𝑃
𝑙
P a g e | 16
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
𝑒
𝑉𝐴 = 𝑃 (𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
𝑙
𝑙+𝑒
𝑉𝐵 = 𝑙 + 𝑃
𝑙
Tanda negatif pada hitungan diatas, berarti arah gaya pada gambar terbalik.
Menurut pengertian muatan tak langsung beban P dirambatkan pada balok induk melalui balok
anak 1 dan 2. Oleh karena itu P perlu diuraikan ke dalam gaya P 1 dan P2, yaitu gaya yang
disalurkan melalui balok anak 1 dan 2. Dari hitungan diperoleh :
2𝑢−𝑎
𝑃1 = .𝑃
𝑢
𝑎−𝑢
𝑃2 = .𝑃
𝑢
P a g e | 17
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Selanjutnya P1 dan P2 meneruskan gaya tersebut ke perletakan A dan B melalui balok induk.
Setelah dihitung didapat :
4𝑢 3𝑢
𝑉𝐴 = . 𝑃1 + . 𝑃2 … … … … … … .. (𝑎 )
𝑙 𝑙
𝑢 2𝑢
𝑉𝐵 = . 𝑃1 + . 𝑃2 … … … … … … .. (𝑏 )
𝑙 𝑙
𝑢 2𝑢 − 𝑎 2𝑢 𝑎 − 𝑢 𝑎
𝑉𝐵 = . .𝑃 + . .𝑃 = .𝑃
𝑙 𝑙𝑢 𝑙 𝑢 𝑙
Dari hitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut sama saja dengan nilai dari balok
yang diletakkan diatas tumpuan A dan B yang dibebani muatan titik P diatas.
Apabila bebannya berupa muatan terbagi rata, cara menghitung reaksi perletakannya tidak
berbeda dengan cara muatan langsung.
Diketahui
balok
seperti
tergamba
r
disamping
.
Hitunglah
gaya-gaya
dalam
pada
setiap
titik dari
sumbu
batang
tersebut.
P a g e | 18
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Mx = VA.x – ½ .q.x2
Lx = VA – q.x
Nx = - HA
Mx = VA.x – 6.q.(x – 3)
Lx = VA – 6.q
Nx = - HA
Mx = -10.x + 100
Lx = -10
Nx = 0
Dengan memasukkan nilai x yang berlaku bagi masing-masing persamaan di atas dapat dibuat
daftar gaya dalam sebagai berikut :
P a g e | 19
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Pertemuan ke-9
KONSTRUKSI BATANG
Pengertian konstruksi batang adalah suatu konstruksi yang terdiri atas satu atau lebih batang
yang menerim gaya normal, gaya lintang, dan momen. Sedangkan konstruksi rangka batang
(vakwerk) terdiri atas suatu sistim yang hanya dapat menerima gaya normal (tekanan atau
tarikan).
Yang disebut batang atau balok ialah suatu bagian bangunan yang biasanya menerima beban siku
pada garis sumbunya dan mengalami lendutan oleh momen lentur dan berbaring horizontal,
walaupun sering juga kita dapati balok tunggal yang miring (misalnya pada suatu tangga), yang
bersudut miring atau siku atau berdiri vertical (dengan tekanan angin sebagai beban) dan yang
berbentuk portal atau busur.
Penyelesaian
a. Penentuan reaksi tumpuan secara grafis
P a g e | 20
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Pada sistim portal tiga ruas ini bekerja 3 (tiga) gaya P, A, B, karena bagian kanan dari sistim
portal tiga ruas tidak menerima beban, maka garis kerja reaksi B dapat ditentukan karena
pada titik b dan g momen harus menjadi nol. Garis b-g kita perpanjang sampai kita
mendapatkan titik potong f dengan garis kerja gaya P. Karena tiga gaya hanya berada dalam
keseimbangan jikakalau mereka mempunyai satu titik tangkap bersama (f) kita dapat
menentukan garis kerja reaksi tumpuan A sebagai garis penghubung titik tangkap f dan titik
tumpuan a. Dengan gambar gaya kita dengan mudah dapat menentukan nilai R AV, RBV dan
reaksi horizontal yang kita tentukan dengan HA = HB .
Penentuan momen-momen :
Pada tiang a - c
P a g e | 21
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 22
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 23
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 24
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 25
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
A. Pengetahuan dasar
konstruksi batang adalah suatu konstruksi yang terdiri atas satu atau lebih batang yang
menerima gaya normal, gaya lintang, dan momen. Sedangkan konstruksi rangka batang
(vakwerk) terdiri atas suatu sistim yang hanya dapat menerima gaya normal (tekanan atau
tarikan). Konstruksi rangka batang terdiri dari batang-batang yang lurus dan yang
disambung pada titik simpul. Perhitungan konstruksi rangka batang berdasarkan ketentuan-
1. Menurut ketentuan Karl Culmann 1852 pada tiap-tiap simpul pada garis sumbu dan
garis kerja masing-masing harus bertemu pada satu titik dan bekerja sebagai engsel.
Oleh karena ketentuan ini hanya dugunakan dalam perhitungan (tetapi) maka pada
praktek titik simpul tidak selalu menjadi engsel, lihat Gambar 4.1.a., dan sebetulnya
pada batang tekan maupun batang tarik ada juga yang lintang dan momen. Tetapi
gaya lintang dan momen yang bisa timbul menjadi maksimal 20% dari gaya batang
P a g e | 26
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
yang diperhitungakan dengan titik simpul sebagai engsel, maka pada umumnya
2. Beban-beban pada kontruksi rangka batang hanya boleh bekerja pada titik simpul.
Ketentuan ini pada praktek juga sering tidak tepat. Misalnya berat sendiri sebetulnya
suatu beban merata, atau pada konstruksi atap timbul satu peran dipertengahan
antara dua titik simpul. Beban ini biasanya dibagi atas titik simpul yang terdekat.
tepi atas dihitung kembali sebagai balok terusan. Pada perhitungan ukuran balok kita
akan memperhatikan pengaruh oleh gaya batang maupun gaya lintang dan momen
karena perhitungan batang tepi atas sebagai balok terusan atau balok tunggal
menurut keadaan.
P a g e | 27
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
3. Garis sumbu batang masing-masing hanya lurus, jika kalau ada batang yang begkok akan
timbul momen seperti pada batang dengan beban merata.
4. Kalau pada suatu titik simpul garis sumbu masing-masing tidak bertemu pada satu
titik, kita harus memperhatikan supaya jumlah momen yang timbul oleh eksentrisitas
ini menjadi nol.
Gambar 4.1.e.
P a g e | 28
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
1. Ketentuan Statis
Suatu konstruksi rangka batang menjadi statis tertentu jikalau kita dapat
keseimbangan.
Gambar 4.2.1.a
Semua gaya P yang bekerja pada titik simpul m dan semua gaya batang S harus
Pada suatu konstruksi rangka batang dengan banyak titik simpul k kita mempunyai
masing dan reaksi tumpuan a masing-masing, seperti terlihat pada rumus berikut :
s + a = 2 . k ………………… (4.2)
Contoh: Pada konstruksi rangka batang dengan tiga batang yang menjadi konstruksi
rangka batang yang paling sederhana kita buktikan rumus (s+a=2k) ini seperti
P a g e | 29
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Gambar 4.2.1.b
Gambar 4.2.1.c
Oleh gambar gaya I s/d III kita telah menyelesaikan tiga persamaan keseimbangan
pada titik simpul A, B, C, dan dengan begitu mendapat nilai gaya batang 1,2 dan 3
Penyelesaian tersebut diatas dimulai dari titik simpul C karena pada titik simpul itu
hanya ada dua gaya batang yang dicari. Akan tetapi kita juga boleh menentukan
P a g e | 30
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Ketentuan rumus (4.2) hanya menentukan bahwa suatu konstruksi rangka batang
menjadi statis tertentu, akan tetapi bukan agar konstruksi rangka batang menjadi
Misalnya dua kontruksi rangka batang berikut lihat gambar 4.2.2.a memenuhi rumus
(4.2), akan tetapi hanya contoh pertama yang stabil. Contoh kedua menjadi tidak
stabil karena bagian berbentuk persegi empat dan pada satu bagian diagonalnya
s = 25
a=3 s + a = 2.k
k = 14
Gambar 4.2.2.a
Jika kalau kita mulai membangun suatu konstruksi rangka batang dengan kontruksi
rangka batang yang paling sederhana, yaitu segitiga, dan akan memasang dua
batang lagi dengan satu titik simpul bersama, kita mendapat suatu jaring terdiri dari
segitiga-segitiga. Tiap-tiap titik simpul yang kita tambahkan, diikuti oleh dua
P a g e | 31
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Gambar 4.2.3.b
P a g e | 32
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Kontruksi rangka batang dengan tepi atas dan bawah sejajar merupakan konstruksi
yang paling mudah dibuat. Biasanya untuk jembatan, derek portal dsb.
Kontruksi Rangka batang berbentuk parabol separuh dengan diagonal yang turun
menjadi kontruksi yang paling ekonomis pada kontruksi jembatan dengan lebar
P a g e | 33
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
poligon batang tarik untuk setiap titik simpul, kita dapat menentukan gaya batang
pada satu titik simpul sembarang dengan syarat jika diketahui dengan satu gaya
keseimbangan secara grafis ini kita dapat menutup poligon batang tarik (lihat
P a g e | 34
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
misalnya selalu dalam arah jarum jam, dan untuk poligon tarik pada titik simpul
berikut digunakan sebagian dari poligon tarik yang seblumnya. Dengan begitu
dapat kita peroleh gambar poligon tarik yang tertutup (yang seimbang), dan bisa
Penyelesaian Cremona
dengan gambar situasi dan gambar gaya (poligon batang tarik) atau secara
analitis.
Gamb
Gamb
P a g e | 35
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
Kita pasang semua gaya luar sesuai dengan jurusan yang dipilih sebagai
batang poligon tarik (lihat garis tebal pada Gambar 4.3.1.c berikut),
jurusan yang diambil pada gambar situasi 4.3.1.a. Beri tanda mata panah
jurusan gaya itu dan ukur nilainya menurut skala Gambar Cremona.
P a g e | 36
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA
P a g e | 37