Anda di halaman 1dari 37

DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.

TEKNIK SIPIL UNIFA

STATIKA

GAYA DAN KONSTRUKSI

Dalam Mekanika Rekayasa, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja pada suatu konstruksi.
Sifat-sifat gaya :
1. Mempunyai besaran
2. Mempunyai arah
3. Mempunyai titik tangkap

A
Gaya P Mempunyai besaran, arah, dan titik tangkap yaitu A
Pembagian gaya menurut macamnya :
1. Gaya terpusat, misalnya gaya akibat orang berdiri dilantai

2. Gaya terbagi :
Lantai
a. Rata : seperti angin menekan bidang bangunan secara merata
b. Teratur : seperti gaya tekan air pada bangunan
c. Tidak teratur
3. Gaya momen :
a. Momen lentur
b. Momen punter
Kesetimbangan Gaya-gaya :
1. Kesetimbangan 2 gaya :
2 (dua) gaya dikatakan setimbang, jika besarnya sama, arahnya berlawanan dan segaris kerja.

P1 P2
P1 dan P2 adalah 2 gaya yang setimbang.

Page |1
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

2. Kesetimbangan 3 gaya
Apabila gaya yang satu dengan resultant 2 gaya yang lainnya, mempunyai besaran yang sama,
segaris kerja dan arah berlawanan.

2 R adalah resultant P1 dan


P2. P3 dan R besarnya
R sama, arah berlawanan
dan segaris kerja
P1

P3

Mencari resultante 2 gaya :


1. Cara jajaran genjang

R adalah diagonal
P2
R jajaran genjang
yang dibentuk
oleh P1 dan P2.

P1
2. Cara segitiga gaya

P2 P1 R adalah resultant P1 dan


P2.

Syarat-syarat untuk gaya-gaya dalam keadaan setimbang :

P2 P2 P1
P1 , P2 , P3 setimbang dan dapat
R digambarkan sebagai gaya
P1 A P3 tertutup dan saling kejar

P3

Jadi syarat untuk gaya-gaya setimbang adalah saling kejar dan harus melalui 1 titik pertemuan
(yaitu A). Gerakan saling kejar ini disebut rotasi.

Page |2
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

SOAL 1
Diketahui 3 buah gaya K1, K2 dan K3. Terletak dalam satu bidang datar. Tentukan besar dan arah
Resultante dari gaya-gaya tersebut.

` K1 = 0 1 ; K2 = 2 3 ;
K3 = 4 5
K1 K3
K2 R1 = Resultante dari
gaya-gaya 0 1 dan 2

0
4
K1 2 K3
1
5
K2

R1 3

SOAL 2
Diketahui soal seperti tergambar. Ditanyakan besar arah dan arah resultante dari gaya-gaya tersebut
dan Besar reaksi perletakan secara grafis.

K1 K3 K5
K2
K4

A B
0
01 23 45
12
34 RA I
1
II
A B 2 III
C
IV
3
I 0 RB V
VI
4
VI
II
III V
IV
5

Page |3
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

SOAL 3
Diketahui balok diatas 2 perletakan menderita gaya P1, P2 dan P3 yang menyudut α 1, α2 dan α3
dengan sumbu batang AB. Tentukanlah reaksi perletakan A dan B secara analitis dan grafis.

P2
P3
1 2 3
A B
L

P1 sin 1
P2 sin 2 P3 sin 3

1 2 3
A P1 cos 1 P2 cos 2 P3 cos 3 B

a1
a2
a3

P1
Cara Analitis P2
P3
PX1 = P1 cos α1
; Py1 = P1 sin α1
A B
I
PX2 = P2 cos α2 III
; Py2 = P2 sin α2 II IV RBV
∑PX3M == 0P3 cos α3 I I
P1
; Py3 = P3 sin α3 A II 0
-RBV.L + Py1.a1 + Py2.a2 + Py3.a3 = 0 P2
RAV III
IV
𝑃𝑦1.𝑎1 + 𝑃𝑦2.𝑎2 + 𝑃𝑦3.𝑎3 ∑ 𝑃𝑦 . 𝑎 P3
𝑅𝐵𝑉 = =
𝐿 𝐿 RAH R
C
∑ V = 0 → RAV = Py1 + Py2 + Py3 - RBV

= ∑ Py - RBV

∑ H = 0 → RAH = Px1 + Px2 + Px3

= ∑ Px

Resultante dapat dicari dengan rumus 𝐴 = √𝑅𝐴2𝐻 + 𝑅𝐴2𝑉

Page |4
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Cara Grafis

Buat lukisan kutub dengan kutub 0 sembarang, kemudian dibuat segi-banyak batang I sampai IV.
Resultante gaya P1, P2 dan P3 ialah memotong garis kerja gaya B di C kemudian tarik garis AC.
Jadi arah dari gaya-gaya reaksi perletakan telah diketahui. Resultante R diuraikan atas gaya A dan
RBv ( lihat ∆ R.A.BV ). Untuk mengetahui RAH dan RAV , maka A diuraikan atas RAV dan RAH.

P2
P3
1 2 3
A B
L

P1 sin 1
P2 sin 2 P3 sin 3

1 2 3
A P1 cos 1 P2 cos 2 P3 cos 3 B

a1
a2
a3

P1
P2
P3

A B
I
III
II IV RBV
I I
P1
A II 0
RAV P2
III
IV
P3

RAH R
C

Page |5
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Tugas 01

01. Diketahui balok diatas 2 perletakan menderita gaya P1, P2, P3 dan P4 yang menyudut α1, α2
dan α3 dengan sumbu batang AB. Tentukanlah reaksi perletakan A dan B secara analitis dan
grafis. Jika
a1 = 2,A m; a2 = 2,B m; a3 = 3,2B m; a4 = 2,5A m ; L = 11,0 m
1 = 6B⁰ ; 2 = 5B⁰ ; 3 = 4B⁰
P1 = 2*B ton; P2 = 1.5*B ton; P3 = 1.35*B; P4 = 3,2B ton

P4
P1
P2 P3

1 2 3
A B

a1
a2
a3
a4

Page |6
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

GAYA-GAYA DALAM KONSTRUKSI

GAYA-GAYA LUAR
Statika merupakan ilmu tentang semua benda yang tetap, yang statis. Ilmu ini merupakan
bidang bagian ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu dinamika diterangkan semua yang bergerak,
sedangkan dalam ilmu statika semua yang tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Kedua
bagian itu mempunyai dua persamaan, yaitu gaya-gaya dan pergerakan. Hanya dalam ilmu statika
ada ketentua khusus mengenai pergerakan ini, yaitu pergerakan v = 0. Ini berarti, bahwa dalam ilmu
statika hanya bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak, dengan keadaan pergerakan = nol.
Oleh karena itu ilmu statika juga disebut ilmu keseimbangan gaya atau biasa disebut ilmu
keseimbangan.

Kita menginginkan keseimbangan dan tahu bahwa keseimbangan itu mula-mula tidak ada dan
kalau keseimbangan itu tercapai, segera akan terganggu lagi. Bisa juga terjadi perubahan dalam
keseimbangan, yang diakibatkan oleh daya tarik bumi (dalam ilmu statika disebut berat atau bobot
sendiri), oleh beban/muatan yang dikenakan pada benda atau konstruksi bangunan itu (beban
berguna) serta oleh kekuatan yang terdapat pada alam, misalnya air hujan, tekanan angin,
perubahan suhu dan sebagainya.

Beban ini disebut gaya luar. Gaya luar merupakan gaya-gaya yg bekerja diluar konstuksi. Gaya-
gaya luar dapat berupa :
- Gaya vertical
- Gaya horizontal
- Momen lentur
- Momen puntir

Beban pada konstruksi kita bedakan atas beban yang tetap, yang selalu berada dan beban
yang bergerak atau berubah, yang tidak selalu ada atau berubah bebannya.

1. Beban yang tetap


Berat atau bobot sendiri. Beban yang tetap seperti konstruksi lantai atau suatu mesin yang
dipasang tetap dan sebagianya.
Beban tanah pada turap batu-batu, batu beton dan sebaigainya.
Tekanan air

2. Beban yang bergerak


Beban lalu lintas, kereta api, mobil, truk dan sebagainya pada konstruksi jembatan
Beban berguna pada konstruksi bangunan
Gaya-gaya rem pada lalu lintas
Tekanan angin
Pengaruh gempa
Semua nilai beban yang bergerak yang ditentukan dalam peraturan muatan Indonesia.
Penentuan beban masing-masing adalah :
Berat atau bobot sendiri = G (t, kg)
Berat atau bobot sendiri = g (t/m, kg/m)

Page |7
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Gaya berguna = P (t, kg)


Beban berguna = p (t/m, kg/m)
Gaya tekukan = P,K (t,kg)
Beban total termasuk berat sendiri = q (t/m, kg/m)
Tekanan angin = w (t/m, kg/m)
Muatan gempa = d (t/m, kg/m)
Konstrukksi bangunan menerima juga beban-beban yang lain daripada beban yang tetap dan
yang bergerak, seperti :
Perubahan bentuk oleh perubahan suhu;
Perubahan bentuk oleh penyusunan bahan bangunan
Pergeseran atau penurunan tumpuan oleh pondasi yang kurang kuat atau oleh gempa.
Pada konstruksi batang atau rangka batang sebagai balok tunggal dan sebagainya, perubahan
bentuk tidak mengalami pembebanan konstruksi. Tetapi balok terjepit atau terjepit elastic
menerima tambahan pembebanan oleh perubahan bentuk.

Pada konstruksi batang atau rangka batang yang statis tertentu dengan syarat-syarat
perseimbangan kita bisa menentukan gaya dalam dan gaya luar (reaksi pada tumpuan). Pada
konstruksi yang statis tidak tertentu kita harus juga memperhatikan perubahan bentuk elastic yang
mengalami penentuan gaya luar.

Didalam mekanika teknik,ada 4 (empat) macam perletakan (tumpuan), yaitu :


1. Tumpuan sendi/engsel/hinge
Tumpuan sendi menerima gaya tumpuan yang sembarang dan menentukan titik tumpuan pada
sistim statis. Reaksi atau gaya tumpuan yang sembarang pada umumnya dibagi pada reaksi yang
horizontal (RH), reaksi yang vertical (RV) dan tidak dapat menahan momen (rotasi).

Tumpuan sendi bisa dikonstruksikan misalnya sebagai berikut :

Page |8
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

2. Tumpuan rol
Tumpuan rol menerima gaya tumpuan yang vertical (R V) saja. Tumpuan rol tidak menahan gaya
horizontal atau momen.

Tumpuan rol bisa dikonstruksikan misalnya sebagai berikut :

3. Tumpuan jepit
Suatu jepitan menerima gaya tumpuan yang sembarang dan momen. Reaksi pada tumpuan
dibagi pada umumnya dalam reaksi yang horizontal (RH) dan yang vertical (RV) dan suatu momen
jepitan (M).
Pada perhitungan kita harus menentukan tiga nilai yang belum diketahui

Jepitan bisa dikonstruksikan misalnya sebagai balok yang ditanam dalam tembok atau sebagai
tumpuan pada balok terusan (jepitan elastic)

Page |9
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

4. Tumpuan pendel/bebas
Tumpuan ini sifatnya hanya dapat memikul gaya yang searah dengannya.

Perhitungan reaksi pada tumpuan

Pada tumpuan suatu konstruksi batang atau rangka batang timbul gaya atau reaksi tumpuan
yang diakibatkan oleh beban pada konstruksi itu. Reaksi tumpuan harus seimbang dengan beban
konstruksi. Pelaksanaan atau perhitungannya boleh dilakukan dengan menggunakan tiga syarat
keseimbangan (pada system yang statis tertentu).

Pada suatu konstruksi batang yang sederhana soal-soal tentang keseimbangan timbul dalam
tiga bentuk, yaitu :

1. Suatu benda yang dibebani oleh gaya P (atau resultant R suatu kumpulan gaya) mempunyai tga
tumpuan yang bisa bergerak (tiga tiang berengsel atau tiga tumpuan rol), menurut gambar
berikut ini ;

Karena kita mengetahui tiga garis kerja pada tumpuan-tumpuan (garis kerja itu tidak boleh
bertemu pada satu titik tangkap), kita hanya harus mencari ukurannya yang bisa dilakukan
menurut pembagian satu gaya R pada tiga garis kerja).

2. Suatu benda yang dibebani oleh gaya P (atau resulante R suatu kumpulan gaya) bertumpu pada A
dengan tumpuan sendi (dicari ukuran dan jurusan ) dan pada B dengan tumpuan rol (dicari
ukuran saja)

Tiga gaya A,B dan P hanya bisa seimbang jikalau mereka mempunyai satu titik tangkap bersama.
Karena P dan B dengan garis kerjanya tertentu sudah mempunyai satu titik tangkap bersama,
garis A sudah menjadi tentu. Ukuran A dan B dapat ditentukan pada gambar gaya.
Jikalau kita mencari hasil ini secara analitis kita menentukan B dengan persamaan momen dengan
A sebagai titik kutub, yaitu ∑MA = 0 = P.c – B.a
Jurusan dan ukuran A bisa kita tentukan dengan menggunakan persamaan ∑X = 0 dan ∑Y = 0

P a g e | 10
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Contoh pada balok tunggal berikut ditentukan reaksi tumpuan A dan B

Penyelesaian secara analitis :


3,0
𝑀𝐴 = 0 = 5,0 . − 𝑅𝐵𝑉. 6,0
∑ √2

3,0
5,0.
𝑅𝐵𝑉 = √2 = 1.77 𝑡
6,0
5,0 5,0
∑ 𝑋 = 0 = 𝑅𝐴𝐻 + = 𝑅𝐴𝐻 = = 3,54 𝑡
√2 √2
5,0
∑ 𝑌 = 0 = −𝑅𝐴𝑉 + − 1,77 = 𝑅𝐴𝑉 = 3,54 − 1,77 = 1,77 𝑡
√2

3. Pada suatu benda atau konstruksi batang yang terjepit yang kita namakan konsole hanya kita
dapati satu gaya atau reaksi tumpuan, tetapi harus ditentukan ukuran, jurusan dan garis kerjanya.

Reaksi pada tumpuan A harus mempunyai garis kerja yang sama dengan gaya P dengan jurusan
berlawanan. Akan tetapi reaksi A ini harus bekerja pada titik berat konstruksi konsol ini. Ukuran
XA dan YA sudah kita ketahui, tetapi oleh pergeseran sejajar R XA kita juga menerima suatu momen
sebesar M = -XA.e

GAYA –GAYA DALAM

Gaya dalam merupakan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi. Pada keseimbangan harus
diperhatikan bahwa konstruksi batang atau rangka batang seluruhnya harus seimbang.

P a g e | 11
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Kita memotong benda yang dibebani oleh gaya P1 s/d P3 dan yang bertumpu pada tumpuan A
dan B dalam keseimbangan, menurut garis s-s ke dalam bagian I dan II.

Jikalau kita memperhatikan


bagian I, bagian ini menjadi
seimbang kalau kita
memasang suatu gaya atau
resultante Ri dari semua gaya
luar bagian II (beban dan
tumpuan).
Pada umumnya reaksi Ri, kita tentukan pada titik berat potongan s-s yang sembarang. Ukuran-
JIkalau kita perhatikan bagian
ukuran atau nilai Ri kita tentukan secara statis dan kita katakan :
II kita mendapat resultante Ri
juga oleh gaya luar bagian I
Bagian Ri yang vertical (ordinat) sebelah kiri atau sebelah kanan dari suatu potongan s-s yang
karena seluruh benda menjadi
sembarang kita tentukan sebagai gaya lintang (D)
seimbang

Bagian Ri yang horizontal (absis) sebelah kiri atau sebelah kanan dari suatu potongan s-s yang
sembarang kita tentukan sebagai gaya normal (N)

Momen lentur (M) menjadi jumlah semua momen yang timbul sebelah kiri atau sebelah kanan
dari potongan s-s yang sembarang terhadap titik berat dari benda atau konstruksi pada potongan
s-s itu.

Perjanjian Tanda

Reaksi tumpuan menjadi


positif ( + ) jikalau
tumpuan itu ditekan dan
menjadi negatif ( - )
sebaliknya.

Gaya normal (N) menjadi


positif ( + ) sebagai gaya
tarik dan menjadi negatif (
- ) sebaliknya

P a g e | 12
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Gaya lintang (D) menjadi


positif ( + ) jikalau
batang sebelah kiri dari
suatu potongan akan
naik ke atas dan
menjadi negatif ( - )
sebaliknya
Momen lentur (M)
menjadi positif ( + )
jikalau ada gaya tarik
pada sisi bawah dan
menjadi negatif ( - )
sebaliknya
Atau dengan kata lain :
Momen lentur (M)
menjadi positif ( + )
jikalau momen itu
sebelah kiri dari suatu
potongan akan memutar
dalam arah jarum jam
dan menjadi negatif ( - )
sebaliknya

P a g e | 13
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

KESEIMBANGAN STATIK

Salah Satu konstruksi yang lazim dibahas berupa suatu balok sederhana, yang dimuati oleh
oleh susunan muatan seperti gambar dibawah ini, pada konstruksi demikian biasanya muatannya
diketahui sedangkan reaksinya yang harus dicari.

Gbr. Muatan,
konstruksi dan
reaksi

Gbr. Struktur
sederhana
Konstruksi tersebut dapat digambarkan sebagai suatu benda Free body, yang dibebani
gaya-gaya nonkonkuren koplanar. Sistem gaya-gaya disini terdiri dari sejumlah gaya muatan yang
diketahui dan tiga gaya reaksi yang tidak diketahui besaran-besarannya.
Konstruksi ini akan stabil bila sistem gaya yang bekerja padanya dalam keadaan seimbang.
Sistem gaya-gaya yang nonkonkuren koplanar ini akan seimbang bila memenuhi syarat
keseimbangan statik, yaitu :
∑X =0
∑Y =0
∑M=0
Ketiga persamaan syarat keseimbangan statik diatas tersebut Persamaan Statik Tertentu.
Pada gambar diatas dapat dilihat gaya reaksi yang dicari, yakni V A, HA dan VB. Secara matematika

P a g e | 14
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

ketiga reaksi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan ketiga persamaan statik tertentu
diatas.
Untuk menyelesaikan konstruksi tersebut diatas dapat ditempuh cara matematika dengan
menguraikan gaya-gaya kedalam salib sumbu XY sehingga didapat :

Gaya P menjadi PX = P cos α dan PY = P cos α


Gaya q menjadi qX = 0 dan qY = q

Dengan persamaan statik tertentu tersebut dapat dicari ketiga gaya reaksi, yaitu :

∑ X = 0, → HA – P cos α = 0 ………………………………. (1)


∑ Y = 0, → VA – VB – q.b – P sin α = 0 …………...………………… (2)
∑ M= 0, harus dicari dari salah satu persamaan momen terhadap A atau B, sehingga didapat :
∑ MB= 0, → VA.l – q.b (c + d + 0.5b) – P sin α.d ………….………………….. (3)
∑ MA= 0, → - VB.l + P sin α (a + b + c ) + q.b (a + 0.5b) = 0 …………………..…………… (4)

Beberapa kasus
1. Kantilever

Pada konstruksi demikian gaya reaksi hanya terdapat pada perletakan jepit B berupa reaksi
vertikal VB dan momen jepit MB. Sehingga persamaan statik tertentu dapat dicari :
∑ X = 0, → HB = 0
∑ Y = 0, → VB – P = 0 → VB = P
∑ MB = 0, → P.l + MB = 0 → MB = P.l

Suatu kantilever dibawah ini dibebani muatan momen M 1 dan M2

∑ X = 0, → HB = 0
∑ Y = 0, → VB = 0
∑ MB = 0, → MB = M1 + M2

P a g e | 15
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Suatu kantilever dibebani muatan segi tiga seperti pada gambar dibawah ini

∑ X = 0, → HA = 0
∑ Y = 0, → VA = ½ q.b
∑ MA = 0, → MA = ½ qb (a+2/3 b)
Bila a = 0, berarti b = l, sehingga reaksi-reaksi menjadi :
HA = 0
VA = ½ ql
MA = 1/3 ql2

2. Balok sederhana
Balok diletakkan atas tumpuan A dan B dibebani muatan titik P pada gambar dibawah ini

∑ H = 0, → HA = 0 ……………. (1)
∑ Y = 0, → VA + VB – P = 0 …….. (2)
∑ MA = 0, → P.a – VB.l = 0 …………. (3)

𝑎
Dari persamaan (3) didapat 𝑉𝐵 = 𝑃 → VB dimasukkan persamaan (2) sehingga didapat
𝑙
𝑏
𝑉𝐴 = 𝑃
𝑙

Suatu konstruksi sederhana dibawah ini dibebani muatan P pada ujungnya

P a g e | 16
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

𝑒
𝑉𝐴 = 𝑃 (𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
𝑙
𝑙+𝑒
𝑉𝐵 = 𝑙 + 𝑃
𝑙

Suatu balok sederhana yang dibebani muatan momen dibawah ini

∑MA = 0 → - M – VB.l = 0 → VB = -(M/l)


∑MB = 0 → - M + VA.l = 0 → VA = M/l

Tanda negatif pada hitungan diatas, berarti arah gaya pada gambar terbalik.

3. Muatan tak langsung


Suatu konstruksi sederhana dengan muatan tak langsung seperti gambar dibawah ini

Menurut pengertian muatan tak langsung beban P dirambatkan pada balok induk melalui balok
anak 1 dan 2. Oleh karena itu P perlu diuraikan ke dalam gaya P 1 dan P2, yaitu gaya yang
disalurkan melalui balok anak 1 dan 2. Dari hitungan diperoleh :
2𝑢−𝑎
𝑃1 = .𝑃
𝑢

𝑎−𝑢
𝑃2 = .𝑃
𝑢

P a g e | 17
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Selanjutnya P1 dan P2 meneruskan gaya tersebut ke perletakan A dan B melalui balok induk.
Setelah dihitung didapat :
4𝑢 3𝑢
𝑉𝐴 = . 𝑃1 + . 𝑃2 … … … … … … .. (𝑎 )
𝑙 𝑙

𝑢 2𝑢
𝑉𝐵 = . 𝑃1 + . 𝑃2 … … … … … … .. (𝑏 )
𝑙 𝑙

Subtitusikan P1 dan P2 ke dalam persamaan (a) dan (b), didapat :


4𝑢 2𝑢 − 𝑎 3𝑢 𝑎 − 𝑢 5𝑢 − 𝑎
𝑉𝐴 = . .𝑃 + . .𝑃 = .𝑃
𝑙 𝑢 𝑙 𝑢 𝑙
𝑙−𝑎 𝑏
= .𝑃 = .𝑃
𝑙 𝑙

𝑢 2𝑢 − 𝑎 2𝑢 𝑎 − 𝑢 𝑎
𝑉𝐵 = . .𝑃 + . .𝑃 = .𝑃
𝑙 𝑙𝑢 𝑙 𝑢 𝑙

Dari hitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut sama saja dengan nilai dari balok
yang diletakkan diatas tumpuan A dan B yang dibebani muatan titik P diatas.
Apabila bebannya berupa muatan terbagi rata, cara menghitung reaksi perletakannya tidak
berbeda dengan cara muatan langsung.

Diagram gaya normal, gaya lintang dan momen lentur

Diketahui
balok
seperti
tergamba
r
disamping
.
Hitunglah
gaya-gaya
dalam
pada
setiap
titik dari
sumbu
batang
tersebut.

P a g e | 18
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Langkah 1, mencari keseimbangan gaya luar


P dapat diuraikan menjadi PX = 6 T dan Py = 8 T. Dengan syarat keseimbangan dapat dicari reaksi-
reaksi :
HA = 6 T
VA = 10 T
VB = 10 T
Langkah 2, mencari keseimbangan gaya dalam
Letakkan system ini dalam salib sumbu XY, demikian sehingga titik A berimpit dengan 0, dan
sumbu batang AB berimpit dengan absis X.
Gaya dalam pada balok sepanjang AC yang dibatasi pada interval 0 ≤ x ≤ 6, sehingga

Mx = VA.x – ½ .q.x2
Lx = VA – q.x
Nx = - HA

Pada bentang CD, interval 6 ≤ x ≤ 8, sehingga

Mx = VA.x – 6.q.(x – 3)
Lx = VA – 6.q
Nx = - HA

Pada bentang DB, interval 8 ≤ x ≤ 10, sehingga

Mx = -10.x + 100
Lx = -10
Nx = 0

Dengan memasukkan nilai x yang berlaku bagi masing-masing persamaan di atas dapat dibuat
daftar gaya dalam sebagai berikut :

P a g e | 19
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Pertemuan ke-9

KONSTRUKSI BATANG
Pengertian konstruksi batang adalah suatu konstruksi yang terdiri atas satu atau lebih batang
yang menerim gaya normal, gaya lintang, dan momen. Sedangkan konstruksi rangka batang
(vakwerk) terdiri atas suatu sistim yang hanya dapat menerima gaya normal (tekanan atau
tarikan).
Yang disebut batang atau balok ialah suatu bagian bangunan yang biasanya menerima beban siku
pada garis sumbunya dan mengalami lendutan oleh momen lentur dan berbaring horizontal,
walaupun sering juga kita dapati balok tunggal yang miring (misalnya pada suatu tangga), yang
bersudut miring atau siku atau berdiri vertical (dengan tekanan angin sebagai beban) dan yang
berbentuk portal atau busur.

KONSTRUKSI PORTAL TIGA RUAS DAN BUSUR TIGA RUAS


Pada Konstruksi portal tiga ruas dan konstruksi busur tiga ruas kita harus mencari empat reaksi
tumpuan pada dua tumpuan sendi. Karena kita hanya mempunyai tiga syarat keseimbangan dan
memasang suatu engsel dengan M=0, sebagai syarat keseimbangan keempat.
Konstruksi Portal Tiga ruas mempunyai dua batang tegak dan satu batang yang miring atau
horizontal yang berengsel. Sambungannya pada sudut-sudut menjadi kaku dan dapat menrima
dan menyalurkan momen.

Kontruksi Portal Tiga Ruas


Pada konstruksi portal tiga ruas seperti pada gambar situasi dibawah ini yang belum diketahui
adalah ukuran dan sudut reaksi tumpuan masing-masing atau komponen dan vertical pada
tumpuan masing-masing.

Gambar 3.7.2a situasi Gambar 2 Gaya Gambar 3.7.2b secara analitis


Penyelesaian secara grafis

Penyelesaian
a. Penentuan reaksi tumpuan secara grafis

P a g e | 20
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Pada sistim portal tiga ruas ini bekerja 3 (tiga) gaya P, A, B, karena bagian kanan dari sistim
portal tiga ruas tidak menerima beban, maka garis kerja reaksi B dapat ditentukan karena
pada titik b dan g momen harus menjadi nol. Garis b-g kita perpanjang sampai kita
mendapatkan titik potong f dengan garis kerja gaya P. Karena tiga gaya hanya berada dalam
keseimbangan jikakalau mereka mempunyai satu titik tangkap bersama (f) kita dapat
menentukan garis kerja reaksi tumpuan A sebagai garis penghubung titik tangkap f dan titik
tumpuan a. Dengan gambar gaya kita dengan mudah dapat menentukan nilai R AV, RBV dan
reaksi horizontal yang kita tentukan dengan HA = HB .

b. Penentuan reaksi tumpuan secara analitis (Gambar 3.7.2b secara analitis)


Kita menggunakan persamaan keseimbangan berikut : ∑M b = 0 ∑Ma = 0 dan ∑Hb = 0 dengan
persamaan momen ∑Mg = 0

Penentuan momen-momen :
Pada tiang a - c

P a g e | 21
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

P a g e | 22
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

P a g e | 23
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

P a g e | 24
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

P a g e | 25
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

4. KONSTRUKSI RANGKA BATANG ( VAKWERK)

A. Pengetahuan dasar

Kontruksi rangka batang sebetulnya masih semacam konstruksi batang. Pengertian

konstruksi batang adalah suatu konstruksi yang terdiri atas satu atau lebih batang yang

menerima gaya normal, gaya lintang, dan momen. Sedangkan konstruksi rangka batang

(vakwerk) terdiri atas suatu sistim yang hanya dapat menerima gaya normal (tekanan atau

tarikan). Konstruksi rangka batang terdiri dari batang-batang yang lurus dan yang

disambung pada titik simpul. Perhitungan konstruksi rangka batang berdasarkan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut :

1. Menurut ketentuan Karl Culmann 1852 pada tiap-tiap simpul pada garis sumbu dan

garis kerja masing-masing harus bertemu pada satu titik dan bekerja sebagai engsel.

Gambar 4.1.a. Suatu titik simpil pada konstruksi rangka batang

Oleh karena ketentuan ini hanya dugunakan dalam perhitungan (tetapi) maka pada

praktek titik simpul tidak selalu menjadi engsel, lihat Gambar 4.1.a., dan sebetulnya

pada batang tekan maupun batang tarik ada juga yang lintang dan momen. Tetapi

gaya lintang dan momen yang bisa timbul menjadi maksimal 20% dari gaya batang

P a g e | 26
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

yang diperhitungakan dengan titik simpul sebagai engsel, maka pada umumnya

boleh diabaikan saja.

2. Beban-beban pada kontruksi rangka batang hanya boleh bekerja pada titik simpul.

Ketentuan ini pada praktek juga sering tidak tepat. Misalnya berat sendiri sebetulnya

suatu beban merata, atau pada konstruksi atap timbul satu peran dipertengahan

antara dua titik simpul. Beban ini biasanya dibagi atas titik simpul yang terdekat.

Gambar 4.1.b. Beban –beban yang bekerja pada Konstruksi batang

Sesudah perhitungan gaya pada batang masing-masing selesai, sebaiknya batang

tepi atas dihitung kembali sebagai balok terusan. Pada perhitungan ukuran balok kita

akan memperhatikan pengaruh oleh gaya batang maupun gaya lintang dan momen

karena perhitungan batang tepi atas sebagai balok terusan atau balok tunggal

menurut keadaan.

P a g e | 27
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Gambar 4.1.c. Gaya batang pada Rangka Batang

3. Garis sumbu batang masing-masing hanya lurus, jika kalau ada batang yang begkok akan
timbul momen seperti pada batang dengan beban merata.

Gambar 4.1.d. Garis sumbu batang pada batang yang bengkok

4. Kalau pada suatu titik simpul garis sumbu masing-masing tidak bertemu pada satu
titik, kita harus memperhatikan supaya jumlah momen yang timbul oleh eksentrisitas
ini menjadi nol.

Gambar 4.1.e.

P a g e | 28
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

B. Pembangunan Konstruksi Rangka Batang

1. Ketentuan Statis

Suatu konstruksi rangka batang menjadi statis tertentu jikalau kita dapat

menentukan rekasi tumpuan dan gaya batang masing-masing dengan syarat

keseimbangan.

Selanjutnya kita memperhatikan suatu titik simpul m sembarang pada suatu

konstruksi rangka batang.

Gambar 4.2.1.a

Semua gaya P yang bekerja pada titik simpul m dan semua gaya batang S harus

seimbang. Ketentuan ini dapat kita tulis sebagai berikut:

∑𝑋 = 𝑃𝑚. cos 𝛽𝑚 + ∑𝑆. cos 𝛼 = 0

∑𝑦 = 𝑃𝑚. sin 𝛽𝑚 + ∑𝑆. sin 𝛼 = 0 …………………(4.1)

Pada suatu konstruksi rangka batang dengan banyak titik simpul k kita mempunyai

dua kali k ketentuan keseimbangan untuk menentukan gaya batang s masing-

masing dan reaksi tumpuan a masing-masing, seperti terlihat pada rumus berikut :

s + a = 2 . k ………………… (4.2)

Contoh: Pada konstruksi rangka batang dengan tiga batang yang menjadi konstruksi

rangka batang yang paling sederhana kita buktikan rumus (s+a=2k) ini seperti

terlihat pada gambar 4.2.1.b

P a g e | 29
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Gambar 4.2.1.b

Gambar 4.2.1.c

Reaksi tumpuan masing-masing a = 3

Banyaknya batang s=3

Banyaknya titik simpul k=3

Kemudian dapat kita tentukan s + a = 2.k

Oleh gambar gaya I s/d III kita telah menyelesaikan tiga persamaan keseimbangan

pada titik simpul A, B, C, dan dengan begitu mendapat nilai gaya batang 1,2 dan 3

beserta reaksi tumpuan 𝐴ℎ 𝐴𝑣 dan B.

Penyelesaian tersebut diatas dimulai dari titik simpul C karena pada titik simpul itu

hanya ada dua gaya batang yang dicari. Akan tetapi kita juga boleh menentukan

P a g e | 30
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

reaksi tumpuan masing-masing dahulu oleh persamaan keseimbangan pada bidang

dan selanjutnya mulai penyelesaian pada titik simpul A atau B

2. Kestabilan Konstruksi Rangka Batang

Ketentuan rumus (4.2) hanya menentukan bahwa suatu konstruksi rangka batang

menjadi statis tertentu, akan tetapi bukan agar konstruksi rangka batang menjadi

stabil atau tidak.

Misalnya dua kontruksi rangka batang berikut lihat gambar 4.2.2.a memenuhi rumus

(4.2), akan tetapi hanya contoh pertama yang stabil. Contoh kedua menjadi tidak

stabil karena bagian berbentuk persegi empat dan pada satu bagian diagonalnya

bersilangan dan menjadi statis tidak tertentu

s = 25
a=3 s + a = 2.k
k = 14

Gambar 4.2.2.a

3. Pembangunan dan Bentuk pada Konstruksi Rangka Batang

Jika kalau kita mulai membangun suatu konstruksi rangka batang dengan kontruksi

rangka batang yang paling sederhana, yaitu segitiga, dan akan memasang dua

batang lagi dengan satu titik simpul bersama, kita mendapat suatu jaring terdiri dari

segitiga-segitiga. Tiap-tiap titik simpul yang kita tambahkan, diikuti oleh dua

persamaan keseimbangan dan dengan begitu konstruksi rangka batang selalu

menjadi statis tertentu dan juga stabil.

P a g e | 31
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Menurut bentuknya, pembangunan kontruksi batang kita bedakan atas :

1. Kontruksi rangka batang dengan tepi atas dan bawah sejajar :

Gambar 4.2.3.b

P a g e | 32
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

Kontruksi rangka batang dengan tepi atas dan bawah sejajar merupakan konstruksi
yang paling mudah dibuat. Biasanya untuk jembatan, derek portal dsb.

2. Kontruksi rangka batang dengan berbentuk parabol :

Kontruksi rangka batang berbentuk parabol paling rumit pembuatannya dalam

praktek, maka jarang digunakan.

3. Kontruksi rangka batang berbentuk parabol separuh

Kontruksi Rangka batang berbentuk parabol separuh dengan diagonal yang turun

menjadi kontruksi yang paling ekonomis pada kontruksi jembatan dengan lebar

bentang yang besar.

4. Kontruksi rangka batang berbentuk segitiga

P a g e | 33
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

a) Kontruksi rangka batang sistim jerman

b) Kontruksi rangka batang sistim Belgia

c) Kontruksi rangka batang sistim Inggris

d) Kontruksi rangka batang sengkuap (luvel)

e) Kontruksi rangka batang sistim Wiegmann atau Perancis

f) Kontruksi rangka batang atap gergaji (shed)

Kontruksi rangka batang berbentuk segitiga, oleh bentuknya terutama dipergunakan

bagi konstruksi atap.

C. Penentuan Gaya Batang

a. Perhitungan Gaya Batang menurut Cremona

Perhitungan gaya batang menurut cremona menggunakan metode

keseimbangan yang dilakukan dengan secara grafis dengan menggambar satu

poligon batang tarik untuk setiap titik simpul, kita dapat menentukan gaya batang

pada satu titik simpul sembarang dengan syarat jika diketahui dengan satu gaya

batang dapat mencari dua gaya batang. Dengan memperhatikan ketentuan

keseimbangan secara grafis ini kita dapat menutup poligon batang tarik (lihat

gambar 4.3.1.b) pada tiap-tiap simpul.

Menurut cremona kita dapat menggunakan pengetahuan ini dengan

memperhatikan suatu jurusan pemasangan gaya pada poligon batang tarik,

P a g e | 34
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

misalnya selalu dalam arah jarum jam, dan untuk poligon tarik pada titik simpul

berikut digunakan sebagian dari poligon tarik yang seblumnya. Dengan begitu

dapat kita peroleh gambar poligon tarik yang tertutup (yang seimbang), dan bisa

diketahui apakah hasilnya betul atau tidak.

Penyelesaian Cremona

1. Penentuan reaksi tumpuan masing-masing seperti pada balok tunggal

dengan gambar situasi dan gambar gaya (poligon batang tarik) atau secara

analitis.

Gamb
Gamb

2. Penentuan jurusan yang akan dilakukan pada penyelesaian pekerjaan.

Menurut pengetahuan keseimbangan secara grafis dapat kita gambar satu

poligon batang tarik pada setiap titik simpul.

Titik simpul (1) titik simpul (2) titik Simpil (3)

P a g e | 35
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

3. Kita dapat memudahkan pekerjaan dengan menggunakan gambar cremona.

Kita pasang semua gaya luar sesuai dengan jurusan yang dipilih sebagai

batang poligon tarik (lihat garis tebal pada Gambar 4.3.1.c berikut),

selanjutnya kita mulai misalnya dengan titik simpul 1.

Reaksi tumpuan A sudah diketahui tinggal dibagi atas O dan U dengan

jurusan yang diambil pada gambar situasi 4.3.1.a. Beri tanda mata panah

jurusan gaya itu dan ukur nilainya menurut skala Gambar Cremona.

Selanjutnya sambung pada titik simpul 2, kemudian titik simpul 4 dan

seterusnya. Pada akhirnya Gambar Cremona harus menjadi tertutup.

P a g e | 36
DOSEN : DR. ERNIATI, ST., MT.
TEKNIK SIPIL UNIFA

b. Perhitungan Gaya Batang menurut Cullman

P a g e | 37

Anda mungkin juga menyukai