Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KARAKTERISTIK PERALATAN KONSTRUKSI

SIA -210 PERALATAN KONSTRUKSI


Tugas ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Mata Kuliah SIA – 405 Peralatan Konstruksi

Disusun Oleh :
Muhammad Fadhillah 22 – 2017 – 001
Permadi Joko 22 – 2017 – 028
Riana Alifya 22 – 2017 – 030
Anita Ratnaningsih 22 – 2017 – 231

Dosen Peralatan Konstruksi:


ADEN FIRDAUS, S.T., M.sc

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya serta tidak lupa shalawat serta salam Kami haturkan kepada
junjungan besar, Nabi Muhammad SAW. Kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Makalah Karakteristik Peralatan Konstruksi”. Makalah ini dibuat
dalam rangka pemenuhan tugas kelompok mengenai karakteristik.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu Kami
dalam rangka untuk penyelesaian makalah ini. Kami berharap makalah yang Kami
tulis dapat bermanfaat bagi pembaca dan membuka wawasan serta pemahaman.
Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di
dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai
bahan evaluasi Kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu
semua menjadikan pelajaran bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah
ini di masa yang akan datang.

Bandung, 22 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................4
DAFTAR TABEL..............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................7
BAB II KARAKTERISTIK PERALATAN KONSTRUKSI.............................................8
2.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peralatan Konstruksi.....................................8
2.1.1 Sifat dan Karakteristik Material.........................................................................9
2.1.1.1 Pengembangan dan Penyusutan Material..................................................10
DAFTAR GAMBAR

No table of contents entries found.


DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi mendorong kemajuan dunia kontruksi, hal ini terlihat
dari perkembangan peralatan konstruksi yang digunakan sebagai penunjang
kegiatan konstruksi. Banyaknya peralatan konstruksi membuat alat – alat tersebut
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan dan fungsi
yang dibutuhkan, peralatan konstruksi memiliki peranan yang sangat penting
dalam penyelesaian proyek konstruksi. Pemilihan peralatan yang digunakan harus
diperhatikan dengan mempertimbangkan beberapa factor. Kesalahan dalam
pemilihan peralatan akan berimbas pada kesukaran dalam penyelesaian proyek
bahkan dapat menyebabkan proyek tersebut merugi khususnya dari segi waktu
pelaksanaan.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan peralatan konstruksi
adalah fungsi alat berat yang digunakan, dimana alat berat dibagi kedalam
beberapa kelompok sesuai fungsinya seperti mengali, mengangkut, dan
meratakan. Beberapa factor lain yag juga menunjang meliputi sifat karakteristik
material, analisa beban dan tenaga, dan factor pelengkap lainnya. Factor yang
mempengaruhi, jenis peralatan konstruksi, dan fungsi peraltan konstruksi dapat
secara menyeluruh termasuk dalam karakteristrik Peralatan Konstruksi.
Karakteristik Peralatan Konstruksi memiliki kaitan yang erat dengan
pemilihan peralatan konstruksi. Pemahaman mengenai karakteristik peralatan
konstruksi dapat memberikan pemahaman peralatan konstruksi apa yang efektif
dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya dalam proyek konstruksi. Sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sesuai dengan jadwal dan biaya yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disusun terdapat rumusan masalah yang
meliputi:
 Apa saja faktor – factor yang mempengaruhi dalam pemilihan peralatan
konstruksi?
 Apa saja jenis – jenis peralatan konstruksi?
 Apa saja klasifikasi fungsi peralatan konstruksi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah disusun terdapat rumusan masalah yang
meliputi:
 Mengetahui faktor – factor yang mempengaruhi dalam pemilihan peralatan
konstruksi.
 Mengetahui jenis – jenis peralatan konstruksi.
 Mengetahui klasifikasi fungsi peralatan konstruksi.
BAB II
KARAKTERISTIK PERALATAN KONSTRUKSI

2.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peralatan Konstruksi


Pemilihan peralatan konstruksi merupakan salah satu bagian penting dalam
perencana proyek sebagai pendukung dalam keberlangsungan proyek sehingga
dapat berjalan secara terarah, terukur dan terkendali dengan baik. Keberadaan
peralatan konstruksi menjadi hal yang dibutuhan dalam proyek, adapun alasan
dibutuhkan peralatan konstruksi khususnya alat – alat berat ialah :
1. Alat-alat berat digunakan untuk pekerjaan berskala besar dengan waktu
penyelesaian yang terbatas.
2. Alat-alat berat digunakan untuk pekerjaan berskala besar yang tidak
memungkinkan hanya menggunakan tenaga manusia.
3. Karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan
faktorfaktor ekonomi lainnya
Perencanaan peralatan suatu proyek yang khususnya menggunakan alat-alat
berat,meliputi tahap pemilihan, tahap pemakaian (aplikasi) dan tahap pengelolaan
alat-alat berat (perawatan dan perbaikan). Ketiga tahapan tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling berkaitan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap
kesuksesan proyek yang akan dikerjakan. Ketiga unsur tersebut secara
keseluruhan tercakup dalam Manajemen Alat-Alat Berat.
Perencanaan peralatan khususnya alat-alat berat di suatu proyek merupakan
salah satu bagian penting dalam perencanaan suatu proyek secara keseluruhan.
Maka teknik pemilihan dan pemakaian alat-alat berat pada suatu proyek yang
menerapkan mekanisasi, sangat menentukan kesuksesan pelaksanaan pekerjaan
proyek tersebut. Sebagai gambaranmengenai urutan langkah apa yang harus
dilakukan dalam Proses Pemilihan Alat-Alat Berat dapat dilihat pada Gambar 1
(bagan alir proses pemilihan alat-alat berat). Dengan melaksanakan urutan
langkah dalam pemilihan alat-alat berat, diharapkan akan diperoleh komposisi dan
kombinasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, baik secara teknis maupun
ekonomis.
Gambar 2.1 Bagan alir proses pemilihan alat – alat berat

2.1.1 Sifat dan Karakteristik Material


Material konstruksi memiliki keanekaragaman jenis sehingga peralatan
konstruksi yang digunakan juga beraneka ragam menyesuaikan material yang
dibutuhkan. Sifat fisik material yang dibutuhkan akan mempengaruhi jenis alat
berat yang digunakan, perhitungan volume pekerjaan dan kemampuan kerja alat
pada kondisi medan dan material yang dibutuhkan. Ketidak sesuaian dalam
pemilihan akan menimbulkan ketidak efisiennya alat yang berujung pada
kehilangan waktu dalam pengerjaan proyek. Adapun beberapa sifat fisik tanah
adalah : Pengembangan dan Penyusutan Material, Berat Material, Bentuk
Material, Kohesivitas Material, Kekerasan Material, Daya Dukung Material, Jarak
Angkut

Gambar 2.2 Skema hubungan aplikasi alat – alat berat terhadap kondisi medan
kerja dan sifat fisik material

2.1.1.1 Pengembangan dan Penyusutan Material


Pengembangan dan penyusutan material merupakan perubahan berupa
penambahan dan pengurangan volume material / tanah yang diganggu dari bentuk
aslinya akibat pengalian, pemindahan dan/atau pemadatan. Perubahan volume ini akan
diikuti dengan perubahan densitas, sehingga dapat dikatakan factor pengembangan dan
penyusutan volume sama dengan perubahan desitas material dalam kondisi yang sama.
Gambar 2.3 Pengembangan dan penyusutan material

 Keadaan Asli (Bank) – BCM = Bank Cubic Meter.


Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan
teknologi
(lalu-lalang peralatan, digali, dipindahkan, diangkut atau dipadatkan).
Dalam keadaan ini, butiran-butiran mineral yang dikandungnya masih
terkonsolidasi dengan baik.
 Keadaan gembur (Loose) - LCM = Loose Cubic Meter.
Material yang telah tergali dari tempat asalnya, akan mengalami
perubahan
volume, yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan
rongga udara
diantara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya menjadi lebih
besar.
 Keadaan padat (Compact) - CCM = Compact Cubic Meter.
Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan
(pemampatan). Perubahan volume terjadi , karena adanya penyusutan rongga
udara
diantara partikel-partikel material tersebut. Dengan demikian volumenya
berkurang, sedangkan beratnya tetap.
Gambar 2.4 Susunan material dan perubahan volumenya

Catatan (studi kasus) :


Dalam perhitungan produksi, material yang didorong/digusur dengan
blade,
yang dimuat dengan bucket atau vessel, kemudian digelar/dispreading adalah
dalam
kondisi gembur. Untuk menghitung suatu volume tanah yang telah diganggu dari
bentuk aslinya, dengan melakukan penggalian material tersebut, atau melakukan
pemadatan dari material yang sudah gembur ke padat, perlu dikalikan dengan
faktor yang disebut faktor konversi.
Tabel 2.1 Faktor Konversi Volume Tanah / Material

2.1.1.2 Berat Material


Berat adalah sifat bawaan yang dimiliki setiap material. Setiap alat berat
memiliki batasan kapasitas yang berbeda – beda sehingga berat akan
mempengaruhi pemilihan peralatan yang digunakan. Contoh pengaruh berat
material terhadap kemampuan operasi alat-alat berat adalah :
(1) Wheel loader akan terjungkit pada waktu memuat biji besi, sedangkan untuk
tanah biasa tidak
(2) Bulldozer kelas kecil tidak mampu mendorong tumpukan batuan, sedangkan
untuk tanah biasa dapat beroperasi dengan baik.
(3) Dump truck tidak mampu menanjak pada waktu mengangkut penuh batuan,
sehingga terpaksa volumenya harus dikurangi.
(4) Bulldozer tidak mampu menyarad (skidding) batang kayu yang besar sekali.

2.1.1.3 Bentuk Material


Faktor ini mempengaruhi dalam hal banyaknya material yang dapat
ditampung dalam ruangan/volume tertentu. Material yang berukuran kecil akan
lebih banyak mengisi ruangan dibandingkan material berbentuk bongkah yang
akan membentuk rongga udara. Berapa material yang dapat ditampung dalam
ruangan dapat dihitungan dengan cara mengoreksi ruangan tersebut dengan factor
muat seperti :
1. “Bucket faktor” untuk jenis alat yang memakai bucket
2. “Blade faktor” untuk jenis alat yang memakai blade
3. “Load faktor” untuk jenis alat angkut

Tabel 2.2 Faktor Koreksi/Muat Berdasarkan Kondisi Operasi


Tabel 2.3 Faktor Koreksi/Muat Akibat Sifat dan Bentuk Material

2.1.1.4 Kohesivitas Material


Kohesivitas adalah daya lekat atau kemampuan material untuk mengikat
antar butir – butir material tersebut. Material dengan kohesivitas tinggi memiliki
kencenderungan menggunung sehingga volume material yang memenuhi ruangan
tersebut akan melebihi kapasitas, sedangkan material dengan kohesivitas rendah
cenderung memenuhi ruangan yang tersedia (rata menyesuaikan ruangan)

2.1.1.5 Kekerasan Material


Material yang memiliki tingkat kekerasan yang tinggi akan sukar untuk
digali sehingga dapat menurunkan produktivitas alat. Material yang termasuk
golongan keras adalah batu – batuan. Nilai kekerasan batuan didapatkan dari hasil
penyelidikan geoteknik. Batuan dalam golongan ini terbagi menjadi 3 batuan
dasar yaitu :
a. Batuan beku : Sifat keras, padat, pejal dan kokoh.
b. Batuan sedimen : Perlapisan batuan dari yang lunak sampai ke yang keras.
c. Batuan metamorf : Umumnya perlapisan keras, padat dan tidak teratur.
2.1.1.6 Daya Dukung Material
Daya dukung material umumnya terjadi pada kegiatan pemadatan, daya
dukung material adalah kuat perlawanan material yang dipadatkan terhadap kuat
tekan dari alat yang melakukan pemadatan. Apabila daya dukung material rendah
maka alat akan terbenam. Nilai dari daya dukung dapat diperoleh dari pengujian CPT
(Cone Penetration Test).

Tabel 2.4 Daya Dukung Tanah Untuk Alat - Alat Berat


Tabel 2.5 Daya Dukung Tanah Untuk Alat – Alat Berat Komatsu

2.1.1.7 Jarak Pemindahan Material


Pemilihan alat berat sebagai media pemindahan material
mempertimbangkan medan / kondisi jalan yang akan dilalui.
Tabel 2.6 Pemilihan Alat Berat Berdasarkan Jarak Angkut

2.1.2 Analisa Beban dan Tenaga


Analisa beban dan tenaga dari alat yang digunakan dapat mengetahui tingkat
optimalisasi alat. Adapun tahapan analisa yang dilakukan meliputi :
a. Menentukan beban total mesin / alat.
b. Menentukan tenaga yang tersedia atau kombinasi “draw bar pull” dan
kecepatan
yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
c. Memeriksa traksi kritis mesin/alat untuk menentukan tenaga tarik yang
dapat
digunakan.
d. Membandingkan beban terhadap tenaga tarik yang digunakan dan memilih
gigi
operasi tertinggi yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan
menarik.
e. Mengadakan koreksi tenaga yang tersedia apabila mesin bekerja pada
ketinggian
tertentu.
2.1.2.1 Beban / Tahanan
a. Beban Dorong, Pada bulldozer terdapat gaya dorong yang bekerja,
dihitung dengan formula

b. Beban Potong, beban ini timbul sebagai reaksi pemotongan material


yang dilakukan oleh bulldozer. Secara teoritis dapat dihitung apabila shear

strength / Draft Resistance dari material diketahui


c. Beban Tarik, beban ini timbul akibat adanya tahanan karena gesekan
dari benda yang ditarik, besarnya beban bergantung pada berat dari beban Tarik,
cara penarikan dan keadaan tanah, secara teoritis dapat dihitung dengan rumus

d. Tahanan Gelinding, adalah tahanan gelinding terhadap roda akibat adanya


gesekan antara roda dan permukaan tanah akibat beban kendaraan, Tahanan
gelinding bergantung pada medan yang dilalui dan jenis dari roda yang
digunakan. Pada kendaraan roda karet tahanan gelinding bergantug pada ukuran

ban, tekanan angin ban, dan bentuk kembangan permukaan ban. Sedangkan pada
kendaraan roda rantai (crawler) bergantutng pada permukaan tanah saja. Tahanan
gelinding dapat dihitung dengan rumus

Tabel 2.7 Konvensi Derajat / % Kelandaian

Rolling resistance adalah tenaga tarik yang diperlukan untuk


mengerakkan tiap ton berat kendaraan dengan muatannya diatas permukaan yang
datar. Besar tanahan gelinding pada roda dipengaruhi loh geseran dalam,
kelenturan ban, penentrasi ban ke permukaan tanah, dan kondisi permukaan dan
beban peralatan.

Keterangan Tanah Keras Tanah Lunak


Bidang kontak Kecil Besar
Tekanan Ban
- Tinggi RR lebih rendah dari tekanan ban Ban amblas
- Rendah RR lebih tinggi dari tekanan ban RR tinggi dan ban akan slip
ke tanaah

Tabel 2.8 Koefisien Tahanan Gelinding


Jenis Permukaan Ban Baja / Crawler type/ Ban karet, anti friction bearings
Plan Bearing track vehicles High Pres. Low Pres.
(lbs/ton) (lbs/ton) (lbs/ton) (lbs/ton)
Beton halus 40 55 55 45
Aspal keadaan baik 40 – 70 60 – 70 40 – 65 50 – 65
Tanah padat,baik 60 – 100 60 – 80 40 – 70 50 – 70
Tanah tidak terpelihara 100 – 150 80 – 110 100 – 140 70 – 100
Tanah basah, berlubang 250 – 300 140 – 180 180 – 220 150 – 200
Pasir kerikil, lepas 280 – 320 160 – 200 260 – 290 220 – 260
Tanah sangat jelek 350 – 400 200 – 240 300 – 400 280 – 340

Tabel 2.8 Koefisien Tahanan Gelinding (% GVW) (Lanjutan)

Dalam perhitungan tahanan gelincir untuk setiap ton berat pada roda
tanhanan minimum sebesar 20 kg harus dibatasi untuk menggerakkan mesin (15
kg untuk ban radial atau truck beroda ganda). Untuk setiap penetrasi ban,
diperlukan tambahan tahanan sebesar 15 kg yang harus diatasi untuk setiap berat
15
RRF = 20 kg/ton + ( kg/ton/cm x penetrasi ban cm )
2.5
RR = RRF X GVW kg
Tahanan minimum kira – kira sama dengan 2% dari berat total kendaraan
(1.5% untuk ban radial dan truck roda ganda). Tahanan akibat masuknya ban (tire
penetration) kira – kira sama dengan 1.5% dari berat total kendaraam untuk setiap
inch penetrasi ban (0.6% untuk setiap cm pentrasi ban)
RR = 2% GVW + 1.5% GVW perinch penetrasi ban
Contoh Perhitungan :
1. Sebuah truk dengan muatan total 40 tonbergerak pada jalan beton halus
dengan RR 40 lbs/ton. Maka berat kendaraan masksimum sebesar
Berat kendaraan maksimum = RR x W
= 40 x 40
= 1600 lbs
2. Berat total kendaraan (GVW) = 12 ton
Penetrasi = 8 cm
RRF = 20 kg/ton + 6 kg/ton/cm x 8 cm
= 68 kg/ton
RR = RRF x GVW
= 68 x 12
= 816 kg
e. Tahanan Kelandaian, tahanan yang akan dipikul kendaraan yang akan
mendaki akibat pengaruh gravitasi. Tahanan ini akan jadi bantuan apabila

kendaraan menuruni. Besar tahanan dapat dihitung dengan rumus

landau jalan adalah perbandingan antara perubahan ketinggian persatuan


panjang jalan (%). Penambahan dan penurunan tenaga traksi akibat adanya
tanjakan atau turunan berbandingan lurus dengan % naik atau turunnya landai
jalan tertentu.
Grade dibagi menjadi 2 :
Grade resistance = tanjankan / pertambahan tenaga traksi
Grade assistance = turunan / pengurangan tenaga traksi
Dalam memudahkan perhitungan dapat dipakai pengaruh landai (grade)
adalah 10 kg (20 lbs) perton berat kendaraan setiap % grade.
Total Resistance = TR
TR = RR + GR
TR = RR – GA
TR = total resistance
RR = rolling resistance
GR = grade resistance
GA = grade assistance
f. Beban Total, merupakan jumlah beban yang harus dipikul kendaraan
pada kondisi pekerjaan tertentu. Total beban yang dipikul dapat disimpulkan :
Menanjak : (Up - Hill)
Kendaraan beroda = Tahanan kelandaian + Tahanan gelinding
Kendaraan berantai = Tahanan kelandaian
Datar (level) :
Kendaraan beroda = Tahanan gelinding
Kendaraan berantai = Nol
Menurun : (Down - Hill)
Kendaraan beroda = Tahanan gelinding - Tahanan kelandaian
Kendaraan berantai = - (minus) Tahanan kelandaian
Jumlah beban-beban itulah yang harus diatasi oleh suatu alat. Dengan
demikian
beban total adalah sama dengan tenaga minimal yang dibutuhkan.

2.1.2.2 Tenaga Tersedia


Tenaga tersedia adalah tenaga yang terdapat pada alat, besar kecilnya
tenaga bergantug pada horse power dalam alat. Horse Power ini akan berubah
menjadi
beberapa tingkat tenaga tarik (drawbar pull). Besarnya tenaga tarik ini bervariasi
tergantung dari berat operasi alat pada roda penggeraknya dan kecepatan kerja
yang digunakan. Umumnya makin tinggi kecepatan, makin rendah tenaga tariknya
dan
sebaliknya.
 Tenaga Roda (Rimpull)
Tenaga Roda (Rimpull) adalah tenaga gerak yang dapat disediakan mesin
pada roda – roda gerak suatu kendaraan (kg / lbs). Efisiensi nilainya berkisar
80 – 85% dengan HP adalah horse power atau tenaga kuda. Rimpull dapat
dirumuskan yaitu
375 x HP x Efisiensi
Rimpull = lbs
Kecepatan (mph)
Keterangan : 1km = 0.62 mile
Tabel 2.9 Maksimum Rimpull sesuai dengan Gigi Traktor
Gigi ke- Kecepatan Maksimum Rimpull
(mph)
1 3.25 13.730
2 7.10 6.285
3 12.48 3.576
4 21.54 2.072
5 33.86 1.319

Contoh Perhitungan :
Sebuah traktor roda karet 160 HP berjalan pada gigi ke 1 dengan kecepatan
3.6 mph
Maka nilai rimpull sebesar
375 x 160 x 80 %
Rimpull = =13333.333lbs
3,6
Apabila traktor berada pada gigi 4 dengan kecepatan 22.4 mph harus menarik
muatan (total + berat traktor) sebesar 16 ton dan harus melalui tanjakan 5%
dengan RR = 50 lbs/ton
3.6
Rimpull = x 13333.333 = 2142.8571 lbs
22.4
Akibat RR = 50 x 16 = 800 lbs
Akibat GR = 5 x 20 x 16 = 1600 lbs
TR = 2400 lbs
Diperoleh nilai rimpull yang tersedia 2142.8571 lebih kecil dibandingkan TR
sebesar 2400lbs. sehingga traktor harus ganti gigi ke lebih rendah untuk
menarik muatan
 Tenaga Tarik (Drawbar Pull / DBP)
Drawbar pull = tenaga tersedia pada traktor/kendaraan dapat dihitung
untuk menarik muatan. DBP berganung pada kecepatan gerak kendaraan (gear
selection)
Gigi ke- Kecepatan (mph) DBP (lbs)
1 1.56 9.909
2 2.20 6.872
3 3.04 4.752
4 3.88 3.626
5 5.30 2.419

Umumnya dalam daftar spesifikasi traktor telah diperhitungkan besar RR


= 110 lbs/ton berat traktor. Jika pada kenyataan RR lebih kecil atau lebih
besar, maka dapat dilakukan penyesuaian nilai DBP.
Contoh perhitungan :
Sebuah traktor dengan berat 15 ton mempunyai DBP = 5.684 lbs
diperhitungkan dengan nilai RR 110lbs/ton. Jika traktor bekerja pada jalan
dengan RR 180 lbs/ton. Maka,
DBP pada RR 110 = 5.684 lbs
Reduksi DBP = (180 – 110) x 15 = 1.050 lbs
DBP efektif = 4.634 lbs
 Kemampuan Mendaki Tanjakan
Kemampuan mendaki tanjakan adalah kelandaian maksimum yang dapat
ditempuh oleh sebuah traktor (%). Kemampuan ini akan berbeda – beda
masing – masing traktor. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan pada gigi yang
dipilih serta isi muatan dalam keadaan menarik muatan.
Gerakan maju traktor sebagai alat penarik (prime mover) dibatasi
oleh
 Daya Tarik (DBP atau Rimpull)
 RR pada permukaan jalan
 Berat total dengan muatan
 Landai permukaan jalan yang dilalui
Untuk crawler tractor kemampuan mendaki dihitung berdasarkan
sisa DBP yang masih setelah dari DBP seluruhnya dikurangi
dengan DBP yang dibutuhkan untuk menanggulangi RR pada
jalan.
Pada traktor roda karet dapat digunakan rumus
972 x T x G N
K= −
R xW 20
Keterangan :
K = kemampuan mendaki traktor dengan muatan
G = total reduksi gigi pada gigi yang dipilih
T = torsi mesin rerata (lbs.ft)
R = roling radius gerak diukur dari pusat roda sampai tanah (inchi)
W = berat total kendaraan + muatan (lbs)
N = rolling resisctance (lbs/ton)
Contoh Perhitungan :
 Sebuah traktor menarik scraper dengan ketentuan
- traktor 180 HP, berat 20 ton
- scraper dengan muatan penuh 36 ton
- DBP traktor gigi 3 sebesar 9200 kg
- RR Traktor 80 kg/ton
- RR traktor yang diperhitungkan 50 kg/ton
- RR scraper 100 kg/ton
- efisiensi 85%
Jawab :
RR tambahan = 80 – 50 = 30 kg/ton
RR traktor = 20 x 30 = 600 kg
RR scraper = 36 x 100 = 3600 kg
Total RR = 4200 kg
Maksimal DBP yang dihitung = 85% x 9200 = 7820 kg
Untuk mengatasi RR = 4200 kg
DBP yang tersedia = 3620 kg
Berat total traktor + scraper = 20 + 36 = 56 ton
DBP tambahan = 10 x 56 = 560 kg untuk setiap kelandaian 1% landau

3620
naik. Kemampuan traktor = x 1 % = 6.4642%
560

2.1.2.3 Faktor Pembatas Tenaga


Tenaga yang tersedia pada suatu alat tidak dapat dipergunakan seluruhnya,
sebab dibatasi oleh adanya hal – hal sebagai berikut :
a. Traksi Kritis
Traksi merupakan daya cengkraman alat akibat adanya gaya adhesi antara
roda penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis
dari daya cengkram ini disebut traksi kritis. Besarnya nilai kritis dapat
dihitumg dengan menggunakan formula

Gambar 2.5 Titik berat sesuai dengan roda penggeraknya

Koefisien traksi adalah besar tenaga Tarik yang menyebabkan selip dibagi
dengan berat kendaraan keseluruhan (untuk crawler/ roda rantai) atau besarnya
tenaga tarik yang menyebabkan slip dibagi dengan berat kendaraan yang
terlimpah pada roda geraknya. Apabila gesekan antara tanah dengan roda/ban
kurang maka kelebihan tenaga yang dilimpahkan ke roda akan menyebabkan slip.
Contoh perhitungan :
Sebuah loader berat totalnya 10000 kg, 60% berat kendaraan dilimpahkan pada
roda gerak. Hasil pengamatan roda gerak selip pada tenaga Tarik sebesar 4000 kg.
Berat alat yang dilimpahkan ke roda gerak = 60% x 10000 = 6000 kg
4000
Koefisien traksi = =0.667
6000
1 kg = 2.205 lbs
Nilai traksi yang merupakan tenaga dari alat yang dapat dimanfaatkan,
sebab walaupun tenaga yang tersedia lebih besar dari traksi kritis, kita tidak
dapat memanfaatkannya. Sebab daya cengkram maksimalnya adalah traksi
Kritis
Tabel 2.10 Koefisien Traksi
Type dan Keadaab Tanah Roda Ban Karet (Rubber Rantai Kelabang (Crawler)
Tyre)
Beton Kering 0.95 0.45
Jalan kering berbatu, ditumbuk 0.70 -
Jalan basah berbatu, ditumbuk 0.65 -
Jalan datar kering, tidak dipadatkan 0.60 0.90
Tanah kering 0.55 0.90
Tanah basah 0.45 0.85
Tanah gembur kering 0.40 0.60
Kerikil lepas / gembur 0.36 0.25
Pasir lepas 0.27 0.25
Tanah berlumpur 0.25 0.15
ES / Salju 0.1 0.15

b. Ketinggian Daerah Kerja (Altitude)


Perubahan kadar oksigen dalam udara akan berpengaruh terhadap
horse power engine dari suatu alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan
ketinggian tertentu. Untuk mendapatkan tenaga maksimal dalam pembakaran
harus mempertimbang perbandingan antara bahan bakar dan oksigen
Mengingat makin tinggi daerah, makin berkurang kandungan
oksigennya, maka tenaga tersedia dari alat yang digunakan juga mengalami
penurunan. Besarnya penurunan tenaga tergantung sistem pengisapan udara

dari tipe engine pada alat tersebut.


Naturally Aspirated.
 Diesel 4 tak. Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami
penurunan 1
% pada setiap 100 m kenaikan diatas ketinggian 300 m DPL.
 Diesel 2 tak. Akan mengalami penurunan sebesar 1 % untuk setiap 100 m
kenaikan diatas ketinggian 150 m DPL.
 Turbocharger. Mengalami penurunan 1 % untuk setiap 150 m kenaikan,
pada
ketinggian diatas 1500 m DPL.
Tenaga mesin (HP) akan berkurang sebesar 3% dari tenaga mesin. Setiap
penambahan ketinggian lokasi kerja 1000 ft (± 300 m) diatas 3000 ft (± 900 m)
yang pertama dari permukaan air laut untuk four cycles engines, untuk two
cycles engines berkurang sebesar 1% setiap penambahan 1000ft, dimana 1 ft =
30 cm. Umumnya alat berat jarang digunakan untuk pekerjaan ditempat yang
demikian tinggi.
Jika peralatan standar beroperasi pada high altitude maka output HP
peralatan akan berkurang sebagai akibat turunnya kepadatan udara, sehingga
DBP dan Ripull akan berkurang, maka produksi akan berkurang. Pengaruh
tekanan udara dan temperature pada HP
0.5
P T
( )
H C =H 0 x S x 0
P0 T S
Keterangan:
H C = koreksi brake HP untuk kondisi standar
H 0 = observasi brake HP (hasil pengujian)
PS = tekanan udara standar (29.92 Hg)
P0 = observasi tekanan udara setempat (Hg)
T 0 = temperature absolut (460 ° F + temperature lokasi)
T S = temperature absolut untuk kondisi standar (460 ° F + 60 ° F = 520° F
)
Tabel 2.11 Rata – Rata Tekanan Barometer Untuk Berbagai Ketinggian Diatas
Permukaaan Laut
Altitude (ft) Tekanan barometer Altitude (ft) Tekanan
(Hg) barometer (Hg)
0 29.92 6000 23.95
1000 28.86 7000 23.07
2000 27.82 8000 22.21
3000 26.8 9000 21.36
4000 25.82 10000 20.55
5000 24.87
Super charger adalah injeksi udara kedalam silinder untuk mengurangi
kehilangan tenaga akibat ketinggian tempat kerja sehingga tenaga mesin dapat
dipertinggi sampai 125%

Contoh Perhitungan
 Mesin dengan bahan bakar gasoline diuji sesuai dengan kondisi yang ada
didapatkan data sebagai berikut:
HP = 86.43
Tekanan barometer = 29.52 Hg
Temperature 42° F
Daya mesin standar :
0.5
PS T 0
H C =H 0 x x ( )
P0 T S
0.5
29.92 460+ 42
H C =86.43 x
29.52
x (
520 )
= 86.0716 HP
 Traktor dengan mesin 4 cycle diuji pada kondisi standar diperoleh data
bahwa daya mesin 130 HP. Berapa kira – kira daya traktor pada altitude
3660 ft dengan temperature rata – rata 72° F

Altitude = A0 − ( A 1000
−1000
0
)x 3 % x A 0

= 3660− ( 3660−1000
1000 ) x 3 % x 3660
= 3367.932
Dengan interpolasi didapat P0 = 26.44 Hg
c. Temperatur
Jika suhu udara naik, udara akan mengembang dan kan

2.1.3 Faktor – Faktor Lain Yang Perlu Diperhitungkan


Pemilihan Alat berat tidak dapat lepas dari factor lingkungan, lingkungan
memiliki kaitan erat terhadap efektifitas waktu pengerjaan. Perlu diperhatikan
apabila medan yang dilalui maupun lokasi proyek memiliki curah hujan yang
tinggi. Sehingga berimbas pada pengurangan efektifitas waktu pengerjaan dan
perawatan alat berat untuk meminimalisir kerusakan akibat lingkungan.
2.1.3.1 Iklim dan Curah Hujan
Besarnya curah hujan dan hari hujan akan membatasi hari kerja
pengoperasian alat-alat berat. Jumlah hari hujan dan curah hujan perlu dicatat
untuk mengetahui jumlah hari kerja yang benar-benar tersedia di daerah yang
bersanngkutan. Pada tabel 2.10 menunjukan jumlah hari yang dibutuhkan untuk
menunggu tanah menjadi kering setelah hujan agar ala berat dapat ber operasi
Tabel 2.10 Jumlah Kehilangan Hari

Catatan : saluran pengeringan daerah baik dan topografi wilayah berpengaruh


2.1.3.2 Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Waktu penyelesaian atau target penyelesaian yang ditetapkan dalam
pelaksanaan proyek sangat dipengaruhi oleh iklim / curah hujan. Jumlah hari
kerja efektif dapat dihitung dengan rumus

Keterangan :
Hari kerja yang hilang yaitu tidak beroperasinya alat karena hujan,
sehingga
diperlukan waktu untuk menunggu tanah menjadi kering kembali, agar alat dapat
dioperasikan lagi. Hari kerja yang hilang ini umumnya dimanfaatkan untuk
merawat
dan mereparasi/memperbaiki alat-alat berat yang rusak (break down).
Setelah perencanaan hari kerja efektif maka dapat dicari jumlah jam kerja
yang tersedia . jam kerja dapat dibagi kedalam beberapa shift.
Tabel 2.11 Jam Kerja Optimal

2.1.3.3 Volume Pekerjaan (Target Pekerjaan)


Volume perkerjaan adalah jumlah material yang harus ditimbun atau
dipindahkan dalam satuan ton atau m3. Dengan mengabungkan volume pekerjaan
dan waktu pekerjaan maka akan didapatkan target volume pekerjaan

2.1.3.4 Persyaratan Pekerjaan


Apabila daerah (lokasi kerja) terletak didekat/dilingkungan pemukiman
penduduk, maka dalam aplikasi alat-alat berat diperlukan persyaratan- persyaratan
untuk keamanan dan keselamatan lingkungan.
2.1.3.5 Tenaga Kerja Lokal
Dibutuhkan penyerapan tenaga menengah sampai ke bawah, untuk
pekerjaan
seperti :
- Pembantu mekanik
- Pembantu operator
- Pembantu foreman
- Tenaga administrasi, dan lain sebagainya
Apabila tenaga kerja tersebut diatas tersedia disekitar lokasi proyek, hal ini
akan
memberikan keuntungan, baik dari segi biaya maupun dari segi sosial. Dengan
kata
lain kebutuhan akan tenaga kerja mudah diperoleh sekaligus meningkatkan taraf
hidup dan ekonomi penduduk setempat dimana proyek akan dibangun.

2.2 Jenis – Jenis Alat Berat Konstruksi


1. Bulldozer
Bulldozer adalah alat berat yang umum dipakai untuk pengolah
lahan. Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong material tanah hasil
penggalian ke dapan atau ke samping, dan juga untuk membuat
timbunan material. Kekurangan alat ini adalah jarak tempuhnya terlalu
pendek/tidak jauh, namun mampu menahan bebean yang sangat berat.
2. Excavator
Excavator adalah alat penggali tanah dan juga dapat digunakan sebagai
alat pemindah dan pengangkut material ke dalam truck. namun
kekurangannya tidak dapat digunakan dalam jarak jauh.
3. Wheel Loader & Track Loader
Wheel loader dan track loader adalah alat yang memiliki sama fungsi
dengan dozer, yaitu digunakan untuk pemindahan material dari satu
alat ke alat yang lain dalam jarak dekat.
4. Motor Scrapper
Motor scrapper adalah sebuah alat berat yang digunakan untuk
memotong lereng tanggul atau lereng bendungan, menggali tanah yang
terdapat diantara bangunan beton dan juga untuk meratakan jalan raya.
Namun alat ini memiliki kekurangan yang hanya bisa mengangkut
dalam jarak yang dekat saja.
5. Motor Grader
Fungsi Motor Grader adalah untuk meratakan pembukaan tanah secara
mekanis dan untuk keperluan lain misalnya untuk penggusuran tanah,
meratakan tanggul, pencampuran tanah, pengurugan kembali galian
tanah dan sebagainya.
6. Asphalt Finisher
Alat berat asphalt finisher adalah untuk menghamparkan campuran
aspal yang dihasilkan dari alat produksi aspal. Kekurangan alat berat
jenis ini perputaran roda kelabang manuver lebih lama, karena roda
karet daya ambangnya lebih kasar.
7. Mobile Crane
Alat berat ini digunakan sebagai pengangkut material. Penggunaan alat
ini lebih mudah karena dapat berpindah tempat dengan mudah. Alat ini
memiliki kekurangan yaitu tidak bisa digunakan di permukaan air.
8. Pneumatic Tire Roller
Alat berat pneumatic tire roller adalah alat yang digunakan pada
pekerjaan penggilasan bahan granular, juga baik digunakan pada
penggilasan lapisan hot mix.
9. Concrete Batching Plant
Alat berat ini memiliki fungsi untuk mencampur atau memproduksi beton
dalam produksi yang besar. Batching plant digunakan agar produksi
beton ready mix tetap dalam kualitas yang terjaga baik, sesuai standar,
nilai slump test dan trength-nya stabil sesuai yang diinginkan. Kelebihan alat
ini adalah  dapat mencampur atau memproduksi beton ready mix dalam
produksi yang besar. Disamping kelebihan terdapat kekurangan-nya karena
hanya untuk menimbang saja.
10. Tower Crane
Tower crane adalah suatu jenis alat berat yang sering dipakai untuk
membangun jembatan, gedung bertingkat, apartemen. Alat tower crane ini
memiliki fungsi untuk mengangkut material atau bahan konstruksi bangunan
dari atas menuju bagian yang ada di atas.

(bila butuh gambar dibawah)

1.
2.

3. \

4.

5.
6.

7.

8.

9.
10.

2.3 Klasifikasi
Alat berat juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi.
Klasifikasi tersebut adalah klasifikasi fungsional alat berat dan klasifkasi
operasional alat berat.
a. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat berat adalah
pembagian alat tersebut berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan
fungsinya alat berat dapat dibagi menjadi berikut ini :
1. Alat Pengolah Lahan
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli
yang harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada
lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan
dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan
lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk
pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan juga
motor grader.

Buldoser dapat dibedakan menjadi dua yakni menggunakan roda


kelabang (Crawler Tractor Dozer) dan Buldoser yang menggunakan roda
karet (Wheel Tractor Dozer). Pada dasarnya Buldoser menggunakan
traktor sebagai tempat dudukan penggerak utama, tetapi lazimnya traktor
tersebut dilengkapi dengan sudu sehingga dapat berfungsi sebagai
Buldoser yang bisa untuk menggusur tanah.
Buldoser digunakan sebagai alat pendorong tanah lurus ke depan
maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraannya. Untuk
pekerjaan di rawa digunakan jenis Buldoser khusus yang disebut Swamp
Bulldozer.
Pengaplikasian buldoser dapat diaplikasikan pada pekerjaan
proyek menengah hingga besar. Beberapa pengaplikasian bulldozer
dalam pekerjaan proyek diantaranya :
- Cut and spreading pada pembangunan jalan (land scaping) dan
bendungan;
- Pembukaan lahan (land clearing) pada pembangunan jalan
- Pembebasan lahan
- dan masih banyak lagi.

2. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat
berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk
di dalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline, dan
clamshell.

Pengaplikasian alat pengangkut seperti backhoe, dragline dan


clamshell adalah sebagai berikut :
- Penggalian rencana untuk proyek bendungan, bendung, dll
- Penggalian timbunan tanah untuk menetukan rencana elevasi existing
untuk pembangunan jalan
- Pembangunan basement di gedung;
- Pembangunan gedung seperti struktur bawah yaitu rencana kedalaman
fondasi
- Penghancuran bangunan yang diadakan pembebasan lahan.

3. Alat Pengangkut Material


Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material,
karena alat ini dapat mengangkut material secara vertikal dan
kemudian memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau
yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material lepas (loose
material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang
digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini
memerlukan alat lain yang membantu memuat material ke
dalamnya.

Pengaplikasian alat angkut material ini dapat digunakan


pada pengangukutan hasil galian yang akan dibawa timbunan
tersebut ke suatu tempat. Sesuai dengan standar berat dan dimensi
yang berlaku truk, galian atau barang yang akan diangkut oleh truk
pastinya memiliki ketentuan. Untuk truk biasa dapat digunakan
sebagai bahan pengangkut material bahan ke suatu proyek
menengah seperti proyek gedung, jembatan, bendung dan
bendungan. Untuk pengangkutan lebih besar seperti alat angkut
hasil tambang dapat digunakan truk dengan dimensi yang besar.
4. Alat Pemindahan Material
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang
biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan
untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain.
Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.

Pengaplikasian alat berat pemindah material dapat


digunakan dalam berbagai pekerjaan konstruksi seperti :
- Pembangunan perumahan yang luas untuk pekerjaan perataan
tanah
- Pembangunan konstruksi dengan volume yang cukup besar
seperti bendung, bendungan, jembatan dll.

5. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan
tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk
pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat
adalah tamping roller, pneumatictiredroller, compactor, dan lain-lain.
Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul
sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat
dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah
menyusust dengan sendirinya, namun cara ini perlu waktu lama dan
hasilnya kurang sempurna, agar tanah benar-benar mampat secara
sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah.

Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan


menggunakan mesin penggilas (Roller). Klasifikasi Roller yang
dikenal antara lain adalah:
 Berdasarkan cara geraknya, yaitu  ada yang bergerak sendiri, tapi ada
juga yang harus ditarik traktor.
 Berdasarkan bahan roda penggilasnya, yaitu ada yang terbuat dari baja
(Steel Wheel) dan ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
 Dilihat dari bentuk permukaan roda, yaitu ada yang punya permukaan
halus (plain), bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan
sebagainya.
 Dilihat dari susunan roda gilasnya, yaitu ada yang dengan roda tiga
(Three Wheel), roda dua (Tandem Roller), dan Three Axle Tandem
Roller.
 Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).

Pengaplikasian alat pemadat ini umumnya digunakan pada


proyek pembangunan jalan, Alat pemadat ini dapat digunakan sebagai
pemadat lapis fondasi jalan yaitu tanahnya sendiri dan pemadat aspal
untuk pemerataan jalan raya agar jalan tersebut dapat digunakan
secara nyaman.
6. Alat Pemroses Material
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam
menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini
misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang
termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck.
Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga
dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concretebatch
plant dan asphalt mixing plant.

Pengaplikasian alat pemroses material ini dapat diaplikasikan


di bermacam proyek konstruksi yang membutuhkan material beton
yang dimana alat pemroses material ini memproses beton dalam truk
dan terus di putar oleh mesin agar beton tersebut tidak kering. Untuk
penggunaan alat ini dapat digunakan pada proyek konstruksi yang
jauh dari tempat pengolahan material beton dengan cara mengirimkan
material beton ke tempat pekerjaan dengan memperhitungkan material
ini agar sampai sesuai dengan mutu yang diinginkan.

7. Alat Penempatan Akhir Material


Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu
untuk menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan.
Ditempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan
dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang
termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt
paver, motor grader, dan alat pemadat.
Pengaplikasian alat ini tentunya untuk proyek jalan yang
dimana alat ini bekerja untuk menghamparkan aspal ke permukaan
jalan rencana untuk nantunya akan diproses dengan

b. Klasifkasi operasional
Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi
alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini :
1. Alat dengan Penggerak
Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang
menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat
penggerak adalah crawler atau roda kelabang dan ban karet.
Sedangkan belt merupakan alat penggerak pada conveyor belt.

2. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah towercrane,
batching plant, baik untuk beton maupun untuk aspal serta crusher
plant.

Crane (alat pengangkat) jenisnya ada bermacam-macam:


Crane gelegar, crane kolom putar, crane putar, crane portal, crane
menara, crane kabel, dan mobile crane. Beberapa jenis Crane banyak
digunakan dalam proyek-proyek bangunan sipil yang berkaitan
dengan pemindahan tanah adalah mobile crane, sebab crane ini dapat
dengan mudah dipindah-pindahkan, karena pekerjaan pemindahan
tanah secara mekanis membutuhkan mobilitas alat yang relatif tinggi.

Anda mungkin juga menyukai