Anda di halaman 1dari 7

Campuran Aspal Porus

Campuran bergradasi terbuka merupakan campuran yang memiliki rongga udara yang
tinggi dan hanya sedikit memiliki kandungan agregat halus. Kestabilan campuran gradasi
terbuka tergantung pada friksi dan keadaan saling mengunci dari butiran agregat dan
kohesi dari aspal sebagai pengikat. Contoh dari campuran gradasi terbuka ini adalah
campuran aspal porus.Campuran aspal porus merupakan campuran perkerasan yang
direncanakan ketika diletakkan dan dipadatkan akan membentuk suatu permukaan dengan
perbandingan rongga di dalam campuran berkisar 22%.
Terdapat beberapa keunggulan dari aspal porus, diataranya adalah (Kraemer, 1997):
1. Menghilangkan perencanaan air;
2. Ketahanan terhadap selip yang lebih besar;
3. Meningkatkan penglihatan dikarenakan pengurangan cipratan dan siraman;
4. Pengaliran air yang cepat dari permukaan perkerasan dimana mengurangi waktu basah
dari permukaan;
5. Makrotekstur yang negatif dengan waktu layan yang panjang;
6. Mengurangi tingkat kebisingan bagi pengguna dan penduduk sekitar;
7. Mengurangi rolling resistance;
8. Mengurangi pemantulan cahaya, baik pada siang hari maupun malam hari;
9. Mengurangi pengaliran air ke jaringan saluran pembuangan;
10. Fleksibilitas tanpa fatigue atau rutting.
Selain keunggulan tersebut di atas, terdapat beberapa kekurangan yang dimiliki oleh
campuran aspal porus ini, diantaranya adalah (Falderika, 2014):
1. Stabilitas yang rendah;
2. Membutuhkan biaya yang mahal;
3. Mempunyai durabilitas yang rendah sehingga umur layan dari perkerasan tersebut
berkisar 7 hingga 10 tahun;
4. Peluang terjadinya pelapukan pada perkerasan sangat tinggi;
5. Bahaya penguraian perkerasan.
Untuk mendapatkan nilai rongga udara yang cukup tinggi, maka perlu dibuat suatu gradasi
agregat yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Falderika. 2014.Evaluasi Modulus Resilien dan Deformasi Permanen Campuran Aspal
Porus Dengan Bahan Tambah Buton Natural Asphalt (BNA). Tesis Tidak
Dipublikasikan (M.T.).Bandung,Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan
Raya, Institut Teknologi Bandung.

Konstruksi perkerasan Asphalt Porous merupakan salah satu alternatif dari perkerasan lentur (Flexible
Pavement) dengan tujuan memberikan ke leluasaan air melakukan Penetrasi ke dalam lapisan
permukaan atas (Surface Layer) secara Vertikal dan Horizontal serta menyalurkannya dalam sistem
drainase perkerasan.

Mirza Ghulam R., Wahyu Nariswari, Enes Ariyanto S., Tri Gunawan

Konstruksi perkerasan aspal porus mempakan salah satu alternatif dari perkerasan lentur (flexible
pavement) dengan tujuan memberikan keleluasaan air melakukan penetrasi ke dalam lapisan
permukaan atas (surface layer) secara vertikal dan horizontal serta menyalurkannya dalam sistem
drainase perkerasan (Muh. Nahsir, 2013).

Menurut Jauhari, 2013 keuntungan penggunaan Asphalt Porous antara lain dapat mengurangi
Aquaplaning apabila permukaan aspal basah akibat tingginya kadar pori dalam Asphalt Porous.

Jauhari, Sri Nurul (2013), Karakteristik Marshall Test Pada Lapisan Perkerasan Aspal Berongga
Menggunakan Batu Karang Dan Buton Natural Asphalt, Makasar: Skripsi Teknik Sipil Universitas
Hasanudin.

Banyaknya agregat dalam campuran aspal pada umumnya berkisar antara 90% hingga 95% terhadap
total berat campuran atau 70% hingga 85% terhadap volume campuran aspal (Wahyudi, 2010).

Campuran Aspal Porus merupakan campuran generasi baru dalam perkerasan lentur, yang
memperbolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course). Dengan meresapnya air maka
bisa langsung meresap dan mengalirkannya ke dalam tanah dan menjadi air tanah. PENGARUH
PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL
PORUS Hendi Bowoputro, Ludfi Djakfar, Rahayu Kusumaningrum, Avista Candra Dewi S, Ristradianti Dwi
A.2016

Campuran aspal porus didominiasi oleh agregat kasar untuk memperoleh pori yang cukup tinggi agar
didapat permeabilitas yang tinggi, dimana permeabilitas difungsikan untuk subsurface drain

Aspal porus adalah jenis campuran aspal yang komposisi agegatnya menggunakan gradasi seragam,
yaitu gradasi yang memiliki prosentase agregat kasar lebih besar dibandingkan agregat halus. Gradasi ini
mempunyai rongga/ pori yang besar dan menyebabkan ikatan antar agregat (interlocking) menjadi
sangat lemah dan mudah lepas, sehingga memiliki umur layan lebih pendek dibandingkan campuran
aspal konvensional.

Lapis Permukaan (Surface Course) Lapis permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas,
yang terdiri dari lapis aus (wearing surface) dan lapis antara (binder course). Fungsi lapis permukaan
adalah: 1) Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkannya untuk mengurangi tegangan
pada lapis bawah lapisan perkerasan jalan. 2) Menyediakan permukaan jalan yang rata, aman, dan kesat
(anti selip). 3) Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air, sehingga melindungi struktur
perkerasan jalan dari perubahan cuaca. 4) Menahan gaya geser dari beban roda kendaraan. 5) Sebagai
lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru. b. Lapis
Pondasi Atas (Base Course) Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah dasar apabila tidak menggunakan lapis pondasi
bawah. Fungsi lapis pondasi atas antara lain sebagai: 1) Lapis pendukung bagi lapis permukaan. 2)
Pemikul beban horisontal dan vertikal. 3) Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.

c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) 70 Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang
terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar, yang berfungsi sebagai: 1) Lapis pencegah masuknya
tanah dasar ke lapis pondasi atas. 2) Lapis pertama pada pembuatan perkerasan. 3) Mengurangi tebal
lapisan diatasnya yang lebih mahal. 4) Melindungi lapis tanah dasar langsung setelah terkena udara. d.
Tanah Dasar (Sub Grade) Tanah dasar (sub grade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah
galian atau permukaan tanah yang setelah dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk
perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya, yang berfungsi: 1) Memberi daya dukung terhadap lapisan
diatasnya. 2) Sebagai tempat perletakan pondasi jalan

2.1 Konstruksi

Perkerasan Jalan Raya

Perkerasan jalan raya dibagi menjadi dua, yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Di

Indonesia, konstruksi perkerasan lentur paling banyak digunakan. Kontruksi perkerasan lentur

terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-

lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu dan menyebarkannya ke lapisan di

bawahnya. Menurut Dwiraharjo (2010), lapisan-lapisan tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Lapis Permukaan (Surface Course)

Lapis permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas, yang terdiri dari lapis aus

(wearing surface) dan lapis antara (binder course). Fungsi lapis permukaan adalah:

1) Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkannya untuk mengurangi tegangan

pada lapis bawah lapisan perkerasan jalan.

2) Menyediakan permukaan jalan yang rata, aman, dan kesat (anti selip).

3) Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air, sehingga melindungi struktur

perkerasan jalan dari perubahan cuaca.

4) Menahan gaya geser dari beban roda kendaraan.


5) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan

yang baru.

b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis

pondasi bawah atau dengan tanah dasar apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi

lapis pondasi atas antara lain sebagai:

1) Lapis pendukung bagi lapis permukaan.

2) Pemikul beban horisontal dan vertikal.

3) Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.

c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah

dasar, yang berfungsi sebagai:

1) Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi atas.

2) Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.

3) Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.

4) Melindungi lapis tanah dasar langsung setelah terkena udara.

d. Tanah Dasar (Sub Grade)

Tanah dasar (sub grade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau

permukaan tanah yang setelah dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk

perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya, yang berfungsi:


1) Memberi daya dukung terhadap lapisan diatasnya.

2) Sebagai tempat perletakan pondasi jalan

PLASTIK Polietilen dengan densitas rendah atau Low Density Polyetilen (LDPE).
Polimer ini terdiri dari konsentrasi subtansial cabang yang dapat
menghindari proses kristalisasi menghasilkan densitas yang relatif rendah.
LDPE memiliki densitas 0,91-0,94 g/cm3, separuhnya berupa kristalin (50-
60%) dan memiliki titik leleh 115oC. Kebanyakan LDPE digunakan
sebagai bahan pelapis plastik, lapisan pelindung sabun, tenpat
penyimpanan makanan dan mainan anak-anak.

Bahan tambahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa limbah plastik
Linier Low Density Polyetilen (LLDPE). LLDPE merupakan resin yang
terdiri dari molekul dengan tulang punggung polietilen linear yang
ditempel dengan gugus alkil pendek secara radom. LLDPE memiliki
densitas 0,90-0,94 g/cm3. Linier Low Density Polyetilen (LLDPE)
mempunyai karektiristik : buram, lemas, ulet (tidak mudah sobek, aman
bersentuhan langsung dengan makanan. LLDPE memiliki sifat fisik dan
mekanik yang bagus. LLDPE mempunyai titik leleh yang tinggi, dan
transparan serta mempunyai kekedapan yang cukup bagus.
Keunggulan LLDPE :
1. Harga lebih murah
2. Density ( berat jenis ) lebih tinggi
3. Sifat mekanik lebih baik pada temperature rendah
4. Flex life ( kuat lentur ) tinggi
5. Titik leleh tinggi
SEPRISKHA DIANSARI 2016

memberikan perubahan terhadap sifat fisika.


Low density polyethylene (LDPE) meru-pakan polietilena dengan kisaran densitas antara
0,910-0,925 g/cm3 dengan cabang pendek mau-
pun panjang. Perbedaan densitas akan mempe-
ngaruhi sifat-sifat polietilena antara lain sifat termal (titik leleh), sifat optik (haze, gloss, clarity), dan
sifat fisika (ketahanan pukul
takik, ketahanan sobek dan kuat tarik). Arum Yuniari 2014

Pertama kali dibuat ialah LDPE (low density


polyethylene) ,material ini mengambang pada larutan campuran air dan
alkohol. Karakteristik LDPE ialah lunak dan fleksibel sehingga pertamakali
diaplikasikan sebagai isolator kawat listrik, namun saat ini aplikasinya telah
berkembang diantaranya untuk pembuatan film , wraps (pembungkus
makanan) ,botol ,kantong sampah , dan sarung tangan yang sekali pakai
buang.

Salah satu jenis plastik yang cukup banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah plastik jenis Low Density
Poly Ethylene (LDPE). LDPE merupakan jenis plastik yang diproduksi pada suhu tinggi (200-300C) dan
tekanan etilena superkritis (130–260 MPa), mengunakan bantuan radikal bebas peroksida. LDPE
memiliki rantai panjang dan bercabang dengan massa jenis bervariasi antara 0.915 sampai 0.925 g/cm3 .
Plastik jenis ini banyak digunakan sebagai pembungkus makanan karena memiliki sifat yang lentur
namun kuat. (Cahyono & Styana, 2017).

mikroorganisme di dalam tanah sehingga bisa menimbulkan pencemaran lingkungan berupa terjadinya
degradasi tanah. Sebagai contoh, sampah kantong plastik apabila ditimbun di dalam tanah, butuh
sekitar 1000 tahun untuk dapat diuraikan oleh mikroorganisme (Bashir, 2013)

Saat ini, kebanyakan sampah plastik LDPE dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau
landfill. Sementara sisanya dibakar dan sebagian lagi didaur ulang (recycle). Penanganan tersebut tidak
menyelesaikan masalah karena suatu saat TPA akan penuh dengan sampah plastik. Sementara
pemusnahan sampah plastik dengan cara dibakar pada suhu rendah akan menimbulkan masalah polusi
karena menghasilkan senyawa berbahaya yang bersifat karsinogen, seperti poly chloro dibenzodioxins
dan poly chloro dibenzofurans (Ermawati, 2011)

Polietilen densitas rendah/LDPE (Low Density Polyethylene)


LDPE (Low Density Polyethylene) merupakan salah satu jenis plastik yang memiliki massa jenis
rendah, kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya agak berlemak. Pada suhu dibawah
suhu 600C sangat resisten terhadap senyawa kimia dan daya proteksi terhadap uap air tergolong baik,
namun kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Titik lelehnya berkisar antara 105-1150C.
LDPE biasanya digunakan untuk film, mangkuk, botol, dan wadah/kemasan. Plastik LDPE dapat
didaur ulang, namun sulit dihancurkan (Julianti dan Nurminah, 2006). Plastik ini mempunyai
kekuatan terhadap kerusakan dan ketahan putus yang tinggi.Nilai kuat tarik LDPE yaitu 9,86 Mpa
dan kemuluran 100% (Boedeker plastic, 2013).

Plastik LDPE
Polietilena berdensitas rendah (low density polyethylene, LDPE) adalah termoplastik yang terbuat dari minyak bumi.
Pertama kali diproduksi oleh Imperial Chemical Industries (ICI) pada tahun 1933 menggunakan tekanan tinggi dan
polimerisasi radikal bebas. LDPE dicirikan dengan densitas antara 0.910 - 0.940 g/cm3 dan tidak reaktif pada
temperatur kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut dapat menyebabkan kerusakan. LDPE
dapat bertahan pada temperatur 90 oC dalam waktu yang tidak terlalu lama. Titik leleh plastik ini adalah 248°F atau
120°C dengan kekuatan tensile 1700 psi dan specific gravity-nya 0.92
LDPE memiliki percabangan yang banyak, lebih banyak dari pada HDPE sehingga gaya antar molekulnya rendah.
Ketahanan LDPE terhadap bahan kimia diantaranya:

- Tak ada kerusakan dari asam, basa, alkohol, dan ester.

- Kerusakan kecil dari keton, aldehida, dan minyak tumbuh-tumbuhan.

- Kerusakan menengah dari hidrokarbon alifatik dan aromatik dan oksidator.

- Kerusakan tinggi pada hidrokarbon terhalogenisasi.

LDPE memiliki aplikasi yang cukup luas, terutama sebagai wadah pembungkus. Produk lainnya dari LDPE
meliputi:

- Wadah makanan dan wadah di laboratorium

- Permukaan anti korosi

- Bagian yang membutuhkan fleksibilitas

- Kantong plastik

- Bagian elektronik

Penggunaan polietilena yang sangat luas menjadi masalah lingkungan yang amat serius. Polietilena dikategorikan
sebagai sampah yang sulit didegradasi oleh alam, membutuhkan waktu ratusan tahun bagi alam untuk
mendegradasinya secara efisien. Faisol Asip*, Tiara Anggun, Nurzeni Fitri 2014

Plastik merupakan bahan yang dapat


dilunakkan dan memiliki kekristalan yang lebih
rendah dibandingkan dengan serat. Plastik dapat
dibuat sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi, laminasi, maupun
ekstrusi [6]. Komponen utama plastik sebelum
membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai
yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan
dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai
yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak,
menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorf,
jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar [6].

Anda mungkin juga menyukai