Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK ASPAL PORUS MENGGUNAKAN LIMBAH BETON

PENGGANTI PARSIAL BATU PECAH ALAM DENGAN PENGIKAT


LIQUID ASBUTON

CHARACTERISTICS OF POROUS ASPHALT USING CONCRETE WASTE


AS A PARTIAL REPLACEMENT FOR NATURAL CRUSHED STONE WITH
LIQUID ASBUTON

Surya Kencana Bhakti, M. Wihardi Tjaronge, Achmad Bakri Muhiddin

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:
Surya Kencana Bhakti
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar,90245
HP: 081241260728
Email: mr.uya_mone@yahoo.co.id

1
Abstrak

Aspal porus merupakan struktur lapisan perkerasan yang mempunyai rongga-rongga yang membuat air tidak
tergenang di permukaan jalan, mengurangi percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga
mengurangi kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana pengaruh aspal porus
menggunakan pecahan limbah beton dan batu pecah alam dengan bahan pengikat liquid asbuton melalui
karakteristik pengujian Marshall, Indirect Tensile Strength (ITS), dan Cantabro. Serta mendapatkan nilai
campuran gradasi agregat kasar dan Kadar Aspal Optimum (KAO) yang sesuai. Metodologi Penelitian yang
digunakan dalam pengkajian adalah metode eksperimen di laboratorium. Aspal porus diproduksi sebagian
menggunakan jenis agregat kasar pecahan limbah beton dan sebagian agregat langsung dari stone cruser dengan
bitumen yang sama. Komposisi dan variasi aspal yang akan diteliti adalah 100% liquid Asbuton dengan kadar
aspal 7%, 8%, 9%, dan 10%. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai stabilitas Marshall, nilai
uji keausan (Cantabro Test).dan Indirect Tensile Strength (ITS). Dari hasil penelitian yang dilakukan
mengindikasikan bahwa campuran beraspal porus menunjukan pengaruh terhadap nilai karakteristik aspal porus
khususnya pada gradasi limbah beton 50% tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8” dimana dari hasil
analisa didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum yaitu 9.5%. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope
(SEM) dapat dilihat secara mikrostruktur dan kandungan unsur kimia yang terdapat di dalam aspal porus
membuktikan bahwa seluruh unsur-unsur dari senyawa liquid asbuton dengan limbah beton dapat menyatu dan
mengikat dengan baik.

Kata Kunci: Aspal porus, limbah beton, marshal test, cantabro test, indirect tensile strenght test.

Abstract

Porous asphalt is a road pavement layer which allow water flow through its hollow space that can reduce water
splash and avoid road slippery thereby reducing road accidents. This study aims to analyze how the effect of
porous asphalt concrete using concrete waste fractions and natural crushed stone with liquid asbuton as binder
material through Marshall Test, Indirect Tensile Strength (ITS), and Cantabro. As well as getting the coarse
aggregate gradation and optimum binder content as appropriate. The research methodology that used in the
study is the experimental method in the laboratory. Porous asphalt that contained both coarse aggregate
fractions of concrete waste and natural crushed stone with the same binder. Composition and variation of
binder material that will be examined is 100% liquid Asbuton with binder content 7%, 8%, 9%, and 10%.
Further observations to determine Marshall stability, durability (Cantabro tset.) and indirect tensile strength
(ITS). The results of research indicates that porous asphalt mixture showed an influence on the value of the
characteristics of porous asphalt particularly at concrete waste fraction grading 50% retained 1/2 " and 50%
natural crushed stone retained 3/8" where the values obtained from the analysis of optimum binder content is
9.5%. Based on the Scanning Electron Microscope (SEM) can be seen the microstructure and content of
chemical elements present in the porous asphalt which prove that all elements of the liquid asbuton and
concrete waste can blend and bind well.

Keywords: Porous asphalt, waste concrete fractions, marshal test, cantabro test, indirect tensile strenght test

2
PENDAHULUAN
Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dalam menunjang
berbagai kegiatan sosial dan perekonomian. Tujuan pembangunan jalan raya diantaranya
adalah menyelenggarakan terwujudnya lalu lintas yang aman, cepat dan nyaman. Oleh karena
itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap segi keamanan dan kenyamanan
dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, mengurangi
percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga roda kendaraan kendaraan
tidak mudah tergelicir dan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas ketika musim hujan,
meredam suara kendaraan sehingga dapat menurunkan tingkat polusi suara (Ferguson, 2005).
Untuk menciptakan jalan raya yang aman dan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan lalu
lintas, salah satunya yang perlu diperhatikan adalah struktur konstruksi lapisan permukaan
perkerasan jalan yang akan tetap memuaskan selama layananya. Salah satu tipe perkerasan
untuk mengurangi dampak tersebut diatas maka dikembangkan teknologi Aspal Poros.
Banyak negara telah menggunakan jenis capuran ini, seperti di Inggris mulai tahun
1967. Belanda tahun 1971. Kanada tahun 1974. Spanyol tahun 1980. Belgia dan Perancis
tahun 1990 dan Italia 1989. Untuk Asia penggunaan campuran ini masih dikategorikan baru,
seperti Jepang, dan Korea Selatan yang menggunakan campuran ini tahun 1990. Aspal
berongga telah digunakan sebagai lapisan permukaan jalan pada daerah pedestrian seperti
tempat-tempat pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman-taman, trotoar dan untuk
kendaraan ringan (light vehicle). Di Jepang, Belanda dan sejumlah negara lainnya telah
menggunakan aspal berongga sebagai jalan utama (Miradi dkk., 2009) dan (Katsuji dkk.,
2009).
Permasalahan utama yang dijumpai pada aspal porus konvensional satu lapis (single
function). Hal ini disebabkan terjadinya penyumbatan (clogging) rongga oleh debu.
Permasalahan ini sudah dapat dikurangi dengan menerapkan lapisan aspal porus dua lapis
(twinlay). Seperti yang disajikan (Borchove, 1996). Aspal porus adalah aspal yang dicampur
dengan agregat tertentu yang setelah dipadatkan mempunyai 20 % pori-pori udara. Aspal
porus umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari beton aspal yang
menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang
digunakan lebih banyak fraksi halus (Cabrera dkk., 1996). Aspal porus adalah jenis
perkerasan jalan yang didesain untuk meningkatkan besar koefisien gesek pada permukaan
perkerasan.
Masalah utama dalam pekerjaan beraspal di Indonesia adalah kebutuhan aspal
nasional yang mencapai 1.2 juta ton/tahun yang tidak dapat dipenuhi dari produksi aspal

3
dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah tersebut masih harus diimpor. Sementara
ketersedian aspal minyak yang semakin terbatas dan harganya yang cenderung naik seiring
dengan kenaikan harga pasar minyak mentah dunia. Oleh karena itu Aspal Buton merupakan
material alam yang terdapat di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tengah baik dalam bentuk
padat (Buton Granular Asphalt) maupun dalam bentuk cair (Liquid Asbuton). Untuk
menjawab tantangan ini Indonesia memiliki deposit Rock Asphalt di Pualu Buton yang
disebut Asbuton cukup besar yaitu sekitar 677 juta Ton dalam bentuk Rock Asbuton.
Pembangunan prasarana jalan nasional hendaknya dapat memanfaatkan aspal alam ini,
baik dalam bentuk padat (Buton Granular Asphalt) maupun dalam bentuk cair (liquid
asbuton). Penelitian mengenai karakteristik campuran aspal beton AC-WC yang
menggunakan asbuton cair dengan variasi penambahan aspal minyak penetrasi 60/70
menyimpulkan bahwa semakin banyak asbuton cair yang digunakan maka semakin besar
VIM yang dihasilkan (Haeruddin, 2010), sedangkan Liquid Asbuton yang dapat menjadi
aspal alternative untuk mengisi kekurangan kebutuhan aspal, sehingga perlu dilakukan
penelitian terhadap penggunaannya, suatu proses pemurnian Asbuton tanpa pencampuran
aspal minyak telah berhasil membuat , liquid Asbuton memiliki penetrasi yang sangat rendah,
sehingga digolongkan sebagai aspal keras. pada umumnya mengandung 60% sampai dengan
75% kadar bitumen sisanya adalah mineral 25%-40% sebagai bahan pengisi alam. (Ali dkk.,
2011).
Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan pengaruh penggunaan
pecahan limbah beton dalam campuran aspal porus.dengan liquid Asbuton sebagai bahan
pengikat jika ditinjau dari karakteristik Marshall, Indirect Tensile Strength (ITS), dan
Cantabro Test.

METODOLOGI
Desain penelitian
Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komposisi campuran
menggunakan gradasi terbuka menggunakan agregat kasar pecahan limbah beton lolos
saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan pecahan batu alam lolos saringan 1/2” tertahan
saringan 3/8” dengan variasi penambahan agregat halus 9% dengan komposisi campuran
yang menggunakan trial gradations dan pencampuran aspal dengan liquid Asbuton
menggunakan 7%, 8%, 9%, 10% kadar liquid Asbuton.

4
Pengumpulan data primer dan data sekunder
Metode pengumpulan data digunakan data primer dengan menganalisa hasil dari
penelitian yang dilaksanakan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium dimana Aspal
Porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat dengan sistem gradasi terbuka (open
graded) dan menggunakan Asbuton sebagai bahan pengikat, sedangkan data sekunder dengan
membaca sejumlah buku, artikel-artikel ilmiah sebagai landasan teori dalam menuju
kesempurnaan penelitian ini.
Metode analisis data
Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai Porositas, Stabilitas
(Marshall Test), nilai Uji Keausan (Cantabro Test), dan nilai Kuat Tarik Tak Langsung
(Indirect Tensile Strenght (ITS).

HASIL
Pengujian sifat fisik agregat
Hasil pengujian sifat diperlihatkan pada Tabel 1 menunjukkan nilai penyerapan
limbah beton tertahan saringan ½” adalah 6,79% sangat tinggi disebabkan Karakteristik
limbah beton mempunyai pori yang besar dibandingkan pengujian agregat kasar batu alam
tertahan saringan 3/8” dan karakteristik agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi
untuk digunakan sebagai agregat campuran beraspal.
Pengujian sifat fisik asbuton cair
Hasil pengujian sifat fisik asbuton cair pada Tabel 2 menunjukkan bahwa asbuton cair
memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai bahan pengikat pada campuran
beraspal. Dari hasil pengujian penetrasi sebelum kehilangan berat dengan nilai 42,1 mm
memperlihatkan bahwa liquid Asbuton merupakan jenis aspal keras, hasil solubility
memperlihatkan bahwa liquid Asbuton mengandung aspal 69,16% sehingga mineral yang
terkandung selain aspal sebesar 30,84%.
Pengujian permeabilitas dan porositas
Pengujian Permeabilitas ini menggunakan benda uji yang sama dengan benda uji
Marshall, menunjukkan bahwa koefisian pereabilitas semakin kecil dengan semakin
bertambahnya kadar liquid Asbuton maka volume rongga yang berada di dalam benda uji
semakin berkurang hal ini disebabkan rongga yang terisi oleh liquid semakin kecil sehingga
waktu untuk mengalirkan air dipermukaan akan lebih lama. Hasil pengujian menunjukkan
nilai terendah 19,40% pada gradasi limbah beton 25% tertahan ½” dan batu alam 75%
tertahan 3/8” sedangkan nilai tertinggi 24,63% pada gradasi limbah beton 75% tertahan ½”

5
dan batu alam 25% tertahan 3/8”. Fenomena perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga
dari persentase porositas dalam campuran aspal porus yaitu minimal 10-1 cm/detik. Dari
hasil pengujian porositas, campuran aspal porus telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
yaitu 15% - 25%.
Pengujian stabilitas (Marshall Test)
Proses pengujian Marshall dilakukan sesuai prosedur pengujian yang mengacu pada
SNI 06-2489-1991. Pengujian Marshall ini dilakukan hanya untuk mengukur stabilitas dan
alir (flow), hal ini merupakan salah satu parameter indikasi nilai kekuatan yang dimiliki oleh
suatu campuran dalam hal pemenuhan kebutuhan berdasarkan parameter perencanaan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai stabilitas terendah diperoleh 470,66 kg
pada gradasi Limbah Beton 75 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 25 % Tertahan 3/8" dengan
kadar aspal 7 %. Sedangkan nilai stabilitas tertinggi diperoleh 837,09 kg pada gradasi
pecahan Limbah Beton 50 % Tertahan 1/2" dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dengan kadar
aspal 9 %. Hanya gradasi campuran angregat kasar 75:25 dengan kadar liquid asbuton 7 %
dengan nilai stabilitas 470.66 tidak memenuhi standar spesifikasi, sedangkan gradasi
campuran angregat kasar 75:25, 50:50, dan 25:75. Pada semua kadar variasi liquid asbuton
dapat memenuhi standar minimal spesifikasi yaitu 500 Kg.
Pengujian indirect tensile strenght (ITS Test)
Hasil pengujian Kuat Tarik Tak Langsung (ITS Test) mendapatkan nilai kuat tarik
tak langsung yang terendah 0,087 N/mm² pada gradasi limbah beton 75 % Tertahan 1/2" dan
batu alam 25 % Tertahan 3/8" sedangkan nilai kuat tarik tak langsung yang tertinggi 0,166
N/mm² pada gradasi limbah beton 50 % Tertahan 1/2" dan batu alam 50 % tertahan 3/8"
dengan kadar aspal 9 % memberikan pengaruh besar terhadap besarnya titik puncak kekuatan
gaya tarik dari campuran aspal porus tersebut.
Pengujian tingkat keausan (Cantabro Test)
Hasil pengujian menunjukkan nilai keausan tertinggi diperoleh 41,21% pada gradasi
pecahan limbah beton 75% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 25% tertahan saringan 3/8”
dengan kadar aspal 7%. Sedangkan nilai keausan terendah diperoleh 10,77% pada gradasi
pecahan limbah beton 25% tertahan saringan 1/2” dan batu alam 75% tertahan saringan 3/8”
dengan kadar aspal 10%.
Penentuan kadar asbuton cair optimum pada gradasi 100% tertahan saringan 1/2”
Penentuan kadar aspal optimum untuk gradasi agregat 100% tertahan pada saringan
1/2" tidak dapat ditentukan karena tidak terdapat titik temu antara semua kriteria, meskipun

6
untuk kriteria permeabilitas, porositas, stabilitas, kelelehan, kekakuan Marshall dan kuat tarik
tak langsung untuk kadar aspal 7% - 10% memenuhi spesifikasi. Hal ini berarti untuk gradasi
agregat 100% tertahan saringan 1/2”, kadar aspal yang digunakan pada penelitian ini belum
memenuhi untuk mendapatkan campuran dengan ketahanan yang tinggi.
Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) dan SEM (Scanning Electron Microscope) asbuton
cair
Berdasarkan data pengujian XRD asbuton cair menunjukkan bahwa unsur penyusun
asbuton cair ini didominasi oleh Karbon (C) dan Silika (Si). Pada fase intan (diamond),
Karbon merupakan penyusun asbuton cair yang terbesar yaitu 68,17%. Selain fase intan,
Karbon pada asbuton cair juga berupa hidrokarbon Dimethoxymethane sebanyak 7,9%.
Asbuton cair mengandung mineral yang terbentuk dari senyawa silicon oxide (SiO2) pada
fase coasite.
Melalui pengujian SEM, ditemukan atom-atom maupun oksida penyusun asbuton cair
yang sulit ditemukan melalui analisis dari Pengujian XRD. Asbuton cair terdiri dari bitumen
dan butiran-butiran mineral yang tersebar di antara bitumen. Dari hasil pengujian SEM
diketahui bahwa dalam asbuton cair ini juga terdapat atom Sulfur (S) sebesar 5,45% yang
membentuk oksida SO4, Aluminium sebesar 8,64%yang membentuk oksida Al2O3 dan
Kalsium (Ca) sebesar 3,33%.
Pengujian XRD limbah beton
Data pengujian XRD limbah beton menunjukkan bahwa limbah beton yang digunakan
tersusun atas senyawa-senyawa yang terbentuk dari unsur Kalsium (Ca), Silika (Si),
Aluminium (Al) dan Oksigen (O2). Senyawa ini merupakan unsur utama yang terdapat dalam
semen. Fase terbesar dalam limbah beton adalah fase Tobermorite yaitu senyawa yang
berbentuk kristal yang merupakan hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S yang menyusun
limbah beton sebesar 68,7%. Hasil dari reaksi hidrasi C3S maupun C2S selain Tobermorite
adalah Portlandite (Ca (OH)2) yang terdapat dalam limbah beton sebesar 4,51%.
Fase penyusun limbah beton terbesar kedua adalah Anorthite (Ca Al2Si2O8) sebesar
8,81%. Selain itu terdapat fase Ettringite sebesar 8,71% dan fase Gypsum (CaSO4.2H2O)
sebesar 3,21% serta Quartz (SiO2) sebesar 7,5%.
Foto SEM briket aspal berongga
Pengujian foto SEM briket aspal berongga terlihat bahwa hingga pada ketelitian 100
μm, seluruh permukaan agregat tertutup oleh aspal, serta dapat diprediksi ketebalan film atau
aspal yang menutupi agregat briket tersebut adalah sekitar 60 hingga 70 μm.

7
Hasil foto SEM pada Aspal Porus gambar 1 terlihat mineral tersebut adalah jenis batu
kapur, berwarna putih tulang berasal dari senyawa CaCO3. Aspal porus tersusun oleh unsur
kimia Oksigen (O), Calsium (Ca), Carbon (C), Aluminium (Al), Silicon (Si), Iron (Fe),
Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Dari analisa pengujian aspal porus diatas tersusun oleh
beberapa unsur Magnesium (Mg) dan Oksigen (O) sehingga berubah menjadi Magnesium
Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang
membuat briket akan semakin kuat

PEMBAHASAN
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin terbuka gradasi suatu campuran beraspal
maka kuat tariknya akan semakin menurun. Di lain sisi, kuat tariknya akan meningkat jika
kadar aspalnya bertambah hingga mencapai kuat tarik maksimum (pada kadar aspal
optimum) karena daya lekat agregatnya semakin kuat. Akan tetapi jika kadar aspal meningkat,
kuat tarik mulai menurun karena telah melewati kuat tarik maksimum. Pengujian kuat tarik
tak langsung juga mengahasilkan pola retakan yang mengindikasikan retakan yang akan
terjadi di lapangan (Sunarjono, 2007), sedangkan campuran beraspal yang didesain
mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain, sifat poros
diperoleh karena campuran aspal porus menggunakan proporsi agregat halus lebih sedikit
dibanding campuran jenis yang lain. Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar
diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat
kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran
drainase di dalam campuran (Djumari., dkk 2009).
Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang
membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan
horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di
atas lapisan aspal yang kedap air. Ketika rongga udara semakin kecil, maka air yang mengalir
ke dalam campuran aspal akan semakin lambat (Tanan, 2010). Lapisan aspal porus ini secara
efektif dapat memberikan tingkat keselamatan dan kenyamanan terutama diwaktu hujan agar
tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar
dan dapat mengurangi kebisingan (Setyawan, 2008).
Dari hasil pengujian ini dilakukan untuk mencari kadar aspal optimum dari suatu
campuran beraspal yang dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu Permeabilitas, Porositas,
Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik
Tak Langsung, Cantabro. Dengan Gradasi Agregat Limbah Beton 75%; 50%; 25% Tertahan

8
½” dan Batu Alam 25%; 50%; 75% Tertahan 3/8” , Agregat Halus 9%. Kemudian Liquid
Asbuton 7%, 8%, 9%, 10%. (Tjaronge dkk., 2011)
Selanjutnya untuk menetukan Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan dengan metoda
bar-chart yang merupakan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria
campuran beraspal yaitu Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall, Kelelehan (flow), Hasil
Bagi Marshall, Indeks Kekuatan Sisa, Kuat Tarik Tak Langsung, Cantabro ditunjukan seperti
pada Gambar 2 Nilai kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari rentang kadar
aspal maksimum dan minimum yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi, sehingga
diperoleh KAO untuk campuran Aspal Porus yang bergradasi agregat limbah beton 50%
tertahan ½” dan batu alam 50% tertahan 3/8”, agregat halus 9% dan kadar liquid asbuton
9% - 10% adalah 9.5 %.
Dari hasil pengujian XRD dan SEM dengan benda uji liquid asbuton, limbah beton dan
aspal porus mempunyai data analisa kimia sebagai berikut. Untuk pengujian XRD dengan
benda uji liquid asbuton menguraikan fase senyawa bitumen dan mineral yang terdiri dari
Oksigen (O), Karbon (C), Silika (Si), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan Besi (Fe), sedangkan
benda uji limbah beton menguraikan unsur-unsur penyusunnya yang tediri dari Kalsium (Ca),
Silika (Si), Aluminium (Al) dan Oksigen (O). Untuk mendukung hasil pengujian XRD, maka
pengujian foto SEM dilakukan agar dapat diuraikan komposisi briket aspal porus yang
merupakan perpaduan antara limbah beton dan liquid asbuton secara analisis terdapat elemen
atom yaitu Oksigen (O), Karbon (C), Kalsium (Ca), Almunium (Al), Silika (Si), Besi (Fe),
Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) yang membentuk ikatan senyawa CaCO3 mineral tersebut
dalah jenis batu kapur berwarna putih tulang yang terbakar pada suhu 825 °C dan Magnesium
Oksida (MgO) dimana ikatan tersebut menjadi filler untuk menahan retakan dari pori yang
membuat briket akan semakin kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan dari
hasil pengujian dilakukan seperti Pengujian Permeabilitas, Porositas, Stabilitas Marshall,
Kelelehan (flow), Indeks Kekuatan Sisa (IKS), ITS test, Cantabro menunjukkan pengaruh
terhadap karakteristik aspal porus khususnya pada gradasi Limbah Beton 50 % Tertahan 1/2"
dan Batu Alam 50 % Tertahan 3/8" dimana dari hasil analisis dapat dilihat jelas garis
hubungan trendline grafik didapatkan nilai Kadar liquid Asbuton Optimum yaitu 9.5%
sedangkan hasil XRD dan SEM membuktikan bahwa seluruh unsur-unsur dari senyawa liquid
asbuton dengan limbah beton dapat menyatu/mengikat dengan baik. Untuk selanjutnya perlu

9
alat/mesin khusus di dalam pengolahan limbah beton sehingga dapat digunakan dengan
jumlah banyak dan perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk pengolah liquid asbuton
sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang sesuai, agar dapat dimasukkan kedalam
spesifikasi bina marga.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur., Tjaronge, Wihardi., Ismunandar, Irsan., Asriandy, Dwi., (2011), Studi
Karakteristik Aspsal Porus Yang Menggunakan liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat
Dan Agregat Kasar Gradasi Bina Marga, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Bruce K. Ferguson, (2005), Porous Pavements (p.cm: Integrative studies in water
management and land development. Taylor & Francis Group, 577.pp.
Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, (1991),”Aggregate Grading Design for Porous Asphalt”, In
Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds).”Performance and Durability of Bitumenious
Materials”, Proceding of, Symposium, University of Leads., Mach 1994, London.
Djumari., Sarwono, Djoko. (2009). Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material
Lokal dengan Metode Pemampatan Kering, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari
2009, pp. 9-14.
Haeruddin. (2010). Karakteristik Campuran Aspal Beton AC-WC Menggunakan Liquid
Asbuton dengan Variasi Penambahan Aspal Minyak Penetrasi 60/70, Tesis, Teknik Sipil,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Katsuji Nishijima, Shigeo Higashi and Masaki Ikeuchi, (2009), Development of re-paved
porous asphalt pavement method for reconstructing existing dense graded asphalt
pavement into porous asphalt pavement using the in-place surface recycling method,
Proceeding of 13th Conference of the Road Engineering Association of Asia and
Australasia (REAAA),9-15
M.Miradi, A.A.A. Moleenar, M.F.C. van de Ven, (2009), Performance modeling of porous
asphalt concrete using artificial intelligence, Road Materials and Pavement Design,
ICAM 2009,pp.263-280
Setyawan Ary, Sanusi. (2008). Observasi Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi Dengan
Material Lokal, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari 2008, pp. 15-20.
Sunarjono, Sri. (2007). Tensile Strength and Stiffness Modulus of Foamed Asphalt Applied
to A Grading Representative of Indonesian Road Recycled Pavement Materials,
Dinamika Teknik Sipil, Volume 7 Nomor 1 Januari 2007, pp. 1-10.
Tanan, Benyamin. (2010). Kajian Eksperimental Karakteristik Aspal Porus Dengan
Menggunakan High Bounding Asphalt (HBA 50) Dan Agregat Maksimum 14 mm,
Jurnal Adiwidia, Edisi Maret 2010, pp. 32-39.
Tjaronge, M.W., Ali, N., Ferdi D., Darmawansyah. (2011). Pengaruh Penambahan Agregat
Halus Terhadap Karakteristik Aspal Porus Dengan Liquid Asbuton Sebagai Bahan
Pengikat, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Van Bochove, G.G., (1996), “Twinlay, A New Concept of Drainage Asphalt Concrete”,
Proceedings of Eurasphalt Eurobitume Congress 1996. Starssbourg, France.

10
Tabel 1 Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar dan halus

Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.


AGREGAT KASAR
Keausan Agregat
(Abration) % 32,81 ≤ 40
Indeks Kepipihan % 7,58 ≤ 25
Indeks Kelonjongan % 49,66 ≤ 25
LIMBAH BETON TERTAHAN SARINGAN 1/2”
Penyerapan % 6,79 ≤ 3,0
Berat Jenis Bulk gr/cc 2,45 ≥ 2,5
Berat Jenis SSD gr/cc 2,62 ≥ 2,5
Berat Jenis Semu gr/cc 2,94 ≥ 2,5
BATU ALAM TERTAHAN SARINGAN 3/8”
Penyerapan % 2,24 ≤ 3,0
Berat Jenis Bulk gr/cc 2,64 ≥ 2,5
Berat Jenis SSD gr/cc 2,70 ≥ 2,5
Berat Jenis Semu gr/cc 2,81 ≥ 2,5
AGREGAT HALUS
Penyerapan % 2,40 ≤ 3,0
Berat Jenis Bulk gr/cc 2,51 ≥ 2,5
Berat Jenis SSD gr/cc 2,58 ≥ 2,5
Berat Jenis Semu gr/cc 2,68 ≥ 2,5
(sumber: Hasil Pengujian)

11
Tabel 2 Hasil pengujian sifat fisik liquid asbuton

Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.


Penetrasi (25 C, 5 dtk, 100 gr) 0,1 mm 41,00 Maks. 60
Penetrasi Setelah Kehilangan % semula 55,30 Min. 55
o
Titik Nyala C 300 Min. 225
o
Titik Lembek C 57 Min. 55
Berat Jenis (25 C) gr/cc 1,33 Min. 1
Penurunan Berat % berat 1,16 Maks. 2
Viscositas 170 Cst o
C 172 -
(Suhu Pencampuran)
Viscositas 280 Cst o
C 154 -
(Suhu Pemadatan)
Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) Cm 73,5 Min. 50
Solubility of Asphalt Binders % semula 69,16 -
(sumber: Hasil Pengujian)

Aspal masuk
kedalam Rongga

Miner

Gambar 1 Foto SEM briket aspal berongga

12
KAO : Lim bah Beton 75 % Terta han 1/2" dan Ba tu Alam 25 % Terta ha n 3/8"
M a rs hall
Ind eks
K ad ar P e rm e abil Cant abro
P as ir K el eleh an Has i l B agi K ek ua ta n IT S
Gra das i A spal it as P o ro sit as S t abi lit as Los s
(F low) M ars ha ll S is a

(% ) (% ) cm / det i k (% ) kg mm kg / m m (% ) M pa (% )

Li m bah B et on 7 5 % 7 9 0. 30 22. 50 470 .6 6 3 .1 7 14 8. 56 79 .2 1 0 .0 87 41. 21


Tert ahan 1 / 2" dan 8 9 0. 28 22. 15 511 .3 6 3 .3 0 15 4. 99 85 .3 9 0 .1 21 39. 68
B at u A lam 2 5 % 9 9 0. 26 19. 75 670 .0 8 3 .8 3 17 4. 74 81 .9 4 0 .1 46 29. 48
Tert ahan 3 /8 "
10 9 0. 17 20. 87 618 .0 0 3 .5 0 17 6. 50 69 .9 9 0 .1 34 17. 03 S p e si fi ka si

Pe rm e ab ilita s ( cm /det) 0. 30 7 7 7 0. 17 -

Porosita s (% ) 22. 50 20 .8 7 10 - 2 5

St abilita s M a r shall ( kg) 4 70. 66 511. 36 61 8. 00 M i n. 500

K e le le ha n ( mm ) 3. 17 3. 50 2 -6

H asil B agi M a rs ha ll (k g/mm ) 1 48. 56 17 6. 50 M ak s. 400

Inde ks K e kua tan S isa (% ) 79. 21 < 90 69 .9 9 M in. 90

Kua t Tar ik Tak Lang sung ( N/mm ) 0. 087 0. 13 4 -

C an tab ro ( %) 41. 21 29. 48 17 .0 3 M a k s. 20

Ka d ar Asp al (% ) 7 8 9 10

KAO : Lim bah Beton 50 % Terta han 1/2" dan Ba tu Alam 50 % Terta ha n 3/8"
M a rs hall
Ind eks
K ad ar P e rm e abil Cant abro
P as ir K el eleh an Has i l B agi K ek ua ta n IT S
Gra das i A spal it as P o ro sit as S t abi lit as Los s
(F low) M ars ha ll S is a

(% ) (% ) cm / det i k (% ) kg mm kg / m m (% ) M pa (% )

Li m bah B et on 5 0 % 7 9 0. 30 23. 54 524 .5 0 3 .1 7 16 5. 69 89 .2 1 0 .0 96 41. 10


Tert ahan 1 / 2" dan 8 9 0. 28 21. 42 684 .9 4 3 .2 7 20 9. 74 87 .4 9 0 .1 46 33. 36
B at u A lam 5 0 % 9 9 0. 18 20. 76 837 .0 9 4 .1 7 20 1. 04 92 .4 5 0 .1 66 18. 71
Tert ahan 3 /8 "
10 9 0. 16 21. 04 803 .9 6 3 .4 3 23 4. 17 90 .6 6 0 .1 59 14. 23 S p e si fi ka si

Pe rm e ab ilita s ( cm /det) 0. 30 7 7 7 0. 16 -

Porosita s (% ) 23. 54 21 .0 4 10 - 2 5

St abilita s M a r shall ( kg) 5 24. 50 80 3. 96 M i n. 500

K e le le ha n ( mm ) 3. 17 3. 43 2 -6

H asil B agi M a rs ha ll (k g/mm ) 1 65. 69 23 4. 17 M ak s. 400

Inde ks K e kua tan S isa (% ) 89. 21 87. 49 92. 45 90 .6 6 M in. 90

Kua t Tar ik Tak Lang sung ( N/mm ) 0. 096 0. 15 9 -

C an tab ro ( %) 41. 10 33. 36 18. 71 14 .2 3 M a k s. 20

Ka d ar Asp al (% ) 7 8 9 9 .5 10

KAO : Lim bah Beton 25 % Terta han 1/2" dan Ba tu Alam 75 % Terta ha n 3/8"
M a rs hall
Ind eks
K ad ar P e rm e abil Cant abro
P as ir K el eleh an Has i l B agi K ek ua ta n IT S
Gra das i A spal it as P o ro sit as S t abi lit as Los s
(F low) M ars ha ll S is a

(% ) (% ) cm / det i k (% ) kg mm kg / m m (% ) M pa (% )

Li m bah B et on 2 5 % 7 9 0. 29 24. 60 517 .3 0 3 .2 7 15 8. 37 83 .9 4 0 .0 96 33. 60

Tert ahan 1 / 2" dan 8 9 0. 27 23. 57 674 .3 3 3 .3 3 20 2. 28 84 .0 9 0 .1 34 30. 32


B at u A lam 7 5 % 9 9 0. 16 19. 96 742 .5 5 3 .7 0 20 0. 84 81 .6 3 0 .1 63 16. 78
Tert ahan 3 /8 "
10 9 0. 15 19. 40 635 .0 4 3 .3 0 19 2. 43 86 .0 7 0 .1 60 10. 77 S p e si fi ka si

Pe rm e ab ilita s ( cm /det) 0. 29 7 7 7 0. 15 -

Porosita s (% ) 24. 60 19 .4 0 10 - 2 5

St abilita s M a r shall ( kg) 5 17. 30 63 5. 04 M i n. 500

K e le le ha n ( mm ) 3. 27 3. 30 2 -6

H asil B agi M a rs ha ll (k g/mm ) 1 58. 37 19 2. 43 M ak s. 400

Inde ks K e kua tan S isa (% ) 83. 94 < 90 86 .0 7 M in. 90

Kua t Tar ik Tak Lang sung ( N/mm ) 0. 10 0. 16 -

C an tab ro ( %) 33. 60 16. 78 10 .7 7 M a k s. 20

Ka d ar Asp al (% ) 7 8 9 10

Gambar 2 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

13

Anda mungkin juga menyukai