11.1Teori Umum
Tanah merupakan pondasi bagi perkerasan, salah satu persoalan yang dihadapi oleh
para perencana dan pelaksanaan pembangunan jalan atau lapangan terbang adalah
cara menangani tanah atau bahan yang kurang baik agar dapat digunakan sebagai
daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum. Bila perkerasan apron tidak
perkerasan jalan atau lapangan terbng. Pengujian dapat dilakukan dengan cepat dan
lokasi pengujian dapat mudah dirapikan. Ketika digunakan untuk dercun, uji DCP
dilkukan ketika perkerasan jalan atau lapangan terbang berada pada kondisi basah.
Uji DCP umum dilakukan dengan tiga orang yang dapat melkukan 20 pengujian
dalam satu hari dengan interval 50 dan 500 meter. DCP dapat memberikan
informasi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memperkirakan kekuatan
perkerasan dan kemajuan pekerjaan yang sudah didesain. Hasil dari uji DCP dapat
juga digunakan untuk menentukan posisi paling tepat untuk melakukan tes pit
DCP terdiri dari konus didasar dari batang vertical sebuah palu diangkat dan
untuk menghasilkan pukulan yang standar, “blow” kepada konus yang menekan
penetrasi dan konus. Penetrasi dan jumlah pukulan di catat pada lembar dan data
uji. Penetrasi per pukulan atau nilai penetrasi dicatat selama konus menenkan
bersama kedalam lapisan perkerasan dari lapisan dasar, sub-base, dan subgrade
Prinsip kerja DCP adalah bahwa kecepatan penetrasi dari konus ketika ditekan oleh
kekuatan standar, sebanding dengan kekuatan bahan yang diukur. Bila lapis
menentukan dan memperkirakan nilai. CBR tanah atau bahan granular dapat
menggunakan beberapa metode, namun yang cukup akurat dan paling murah
sampai saat ini adalah dengan penetrasi konus dinamis atau dikenal dengan nama
Disamping ini DCP adalah salah satu cara pengujian tanpa merusak atau
Nondestructive Testing (NDT) yang stabilisasi tanah dengan semen atau kapur dan
tanah dasar.
3.Informasi kekuatan dan desain dapat dikorelasikan dengan uji lain (CBR).
2.DCP dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras secara berulang-ulang
kekakuan).
Bentuk hubungan DCP – CBR dari data, didapat nilai DCP yang diambil adalah
jumlah rat-rat dari penetrasi DCP (mm/blow). Dari nilai DCP yang ada, dapat dicari
nilai CBR yang ada. Semakin kecil nilai penetrasi DCP (mm/blow) maka makin
besar nilai CBR yang terjadi, sebaliknya semakin besar nilai penetrasi DCP
(mm/blow), maka makin kecil nilai CBR yang terjadi. Nilai koreksi yang terjadi
didapat dari beberapa percobaan yang telh dilakukan oleh beberapa peneliti.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang lampau, banyak hubungan DCP dan CBR
Dengan:
Dynamic Cone Penetrometer digunakan untuk menentukan nilai CBR sub grade,
sub base, atau base course suatu sistem secara cepat dan praktis. Biasa dilkukan
menentukan lapis keras di bandar udara (airport pavement) ada dua jenis yaitu lapis
– keras lentur (flexible pavement) dengan pengikat aspal dan lapis – keras kaku
(rigid pavement) dengan pengikat semen (PC). Perancangan yang dilakukan disini
Pavement design metoda FAA yang digunakan disini, menggunakan nilai CBR
tanah dasar (subgrade) sebagai dasar, sehingga sering disebut CBR method.
penghitungan. Oleh sebab itu ada yang mengatakan metode ini merupakan salat
satu metoda CBR. Dalam perancangan, nilai CBR yang digunkan adalah nilai CBR
laboratorium dengan tanah yang diambil dari rencana lokasinya. Hanya dalam
menggunakan grafik yang sesuai dengan jenis design aircraft atau sesuai dengan
jenis konfigurasi roda utama dari design aircraft. Nilai CBR dari subgrade adalah
nilai CBR laboratorium. Seterusnya nilai CBR pada muka subbase dianggap = 20%,
sedang nilai CBR pada muka base course dianggap = 80%. Selanjutnya, tebal base
course tidak boleh kurang dari tebal minimum yang bisa dicek dari garfik atau tabel.
course suatu sistem secara cepat dan praktis. Biasa dilakukan sebagai pekerjaan
2.Batang penetrasi
3.Konus
4.Landasan penumbuk
5.Stang pelurus
6.Palu penumbuk
7.Kunci pas
8.Tas terpal
2. Memegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus diatas dasar yang
rata dan stabil, kemudian mencatat pembacaan awal pada mistar pengukur
kedalaman;
berikut;
a) Untuk lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang
b) Untuk lapis pondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras
sampai 10 tumbukan;
4. Menguji per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari
permukaan tanah;
Mulai
Meletakkan alat
DCP pada titik uji
Menghentikan
pengujian jika Belum Mengulangi
penetrasi < 1 mm/ Langkah
tumbukan prcobaan
Sudah
Selesai
11.7.2 Perhitungan
a. Perhitungan selisih = X1 – X0
1) No pukulan 1 : Δx=2-0 = 2 cm
2) No pukulan 2 : Δx=3-2 = 1 cm
3) No pukulan 3 : Δx=5-3 = 2 cm
9) No pukulan 9 : Δx=197-17,7 = 2 cm
b. Nilai kumulatif
1) No pukulan 1 : K= 2+0 = 2 cm
2) No pukulan 2 : K= 1+2 = 3 cm
3) No pukulan 3 : K= 2+3 = 5 cm
6) No pukulan 6 : K= 3,5+9,5 = 13 cm
c. Perhitungan DCP
1) DCP pukulan 1 – 6
(13 – 2)
=
(6-1)
= 2,2 cm/tumbukan
= 22 mm/tumbukan
2) DCP pukulan 7 – 14
(32,1 – 15,4)
=
(14-7)
= 2,386 cm/tumbukan
= 23,86 mm/tumbukan
3) DCP pukulan 15 – 21
(46,5–34,6)
=
(21-15)
= 1,983 cm/tumbukan
= 19,83 mm/tumbukan
4) DCP pukulan 22 – 34
(62,2 – 48,1)
=
(34-22)
= 1,175 cm/tumbukan
= 11,75 mm/tumbukan
5) DCP pukulan 35 – 58
(75 – 62,9)
=
(58-35)
= 0,526 cm/tumbukan
= 5,26 mm/tumbukan
6) DCP pukulan 59 – 68
(77,3– 75,3)
=
(68-59)
= 0,222 cm/tumbukan
= 2,22 mm/tumbukan
d. Menentukan CBR %
Dengan menggunakan Grafik 11.2 dapat diperoleh nilai CBR sebagai berikut:
11.8 Grafik
11.8.1 Daftar Grafik
Grafik 11.1 Hubungan Komulatif Tumbukan dan Komulatif Penetrasi (Terlampir)
Grafik 11.2 Menunjukkan hubungan antara DCP dan CBR, dengan menggunakan
konus 60° berdasarkan grafik didapat nilai korelasinya antara lain untuk nilai DCP
22,2 mm/tumbukan nilai CBR sebesar 10,7%, DCP 23,86 mm/tumbukan sebesar
10%, DCP 19,83 mm/tumbukan sebsar 11%, DCP 11,75 mm/tumbukan didapat
nilai CBR 18%, untuk DCP 5,26 mm/tumbukan nilai CBR nya sebesar 80% dan
tanah sebagai berikut: pada pukulan 1 – 6 didapatkan nilai CBR nya sebesar 10,7%,
11.9.2 Saran
pukulan yang di berikan stabil agar data yang diperoleh sesuai dan tidak melakukan
pada tanh tidak keras dan 5 sampai 10 tumbukan pada tanah keras maka tanah
LAMPIRAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
(ASTM D1883)
DCP
90
80
70
60
penetrasi
50
40
Series1
30
20
10
0
0 20 40 60 80
pukulan
LAMPIRAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
(ASTM D1883)
LAMPIRAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
(ASTM D1883)
65 76,6 77 0,4 77
66 77 77,1 0,1 77,1
67 77,1 77,2 0,1 77,2
68 77,2 77,3 0,1 77,3
Mengetahui
Asisten Laboratorium
Fahrus Sabri
NIM.3336170052