Anda di halaman 1dari 25

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : CHAIRU SHOLIHIN


NPM : 203122029
MATA KULIAH : MEKANIKA TANAH LANJUTAN

LAPORAN PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DIATAS TANAH LUNAK

PENYELIDIKAN TANAH

(UJI COBA LAPANGAN – METODE DCP)

LOKASI DI KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

HASIL ANALISA DATA DCP (Dynamic Cone Penetrometer)

Proyek : DED Pembangunan Jalan Bayat – Mubur Kecil – Piasan Pian Pasir – Palah Kecamatan Palmatak

Lokasi : Kabupaten Kepulauan Anambas

Beban kendaraan yang dilimpahkan kelapisan perkerasan melalui roda-roda kendaraan


selanjutnya disebarkan kelapisan-lapisan di bawahnya dan akhirnya diterima oleh tanah dasar. Dengan
demikian tingkat kerusakan kontruksi perkerasan selama pelayanan tidak saja ditentukan oleh kekuatan
dari lapisan perkerasan tetapi juga oleh tanah dasar. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis
tanah, tingkat kepadatan kadar air kondisi dranase dll. Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada
perencanaan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Beraing Ratio). Pada proyek DED
Pembangunan Jalan Bayat-Mubur Kecil-Piasan-Pian Pasir-Palah Kecamatan Palmatak nilai CBR didapat
dari pengujian DCP, untuk pengujian DCP ini dilakukan dititik kiri dan kanan pada tiap 500m agar hasil
yang didapatkan lebih spesifik, Sehingga nilai yang menyatakan kwalitas tanah dasar dibandingkan
dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100 % dalam memikul beban
lalulintas dan nilai CBR rencana tanah dasar minimum 6%.

Dalam laporan DED Pembangunan Jalan Bayat-Mubur Kecil-Piasan-Pian Pasir Palah Kecamatan
Palmatak ini akan dibahas mengenai cara menentukan nilai CBR lapangan dengan menggunakan data
Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Dengan dilakukan pengujian DCP ini kita dapat mengetahui nilai CBR
tanah dasar dan diharapkan dapat sesuai dengan nilai CBR rencana yaitu 6%, sehingga umur jalan sesuai
dengan apa yang sudah direncanakan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Secara umum maksud penelitian tanah ini adalah untuk mengetahui kondisi dan karakteristik/sifat
tanah baik secara fisik maupun secara mekanik darilokasi Proyek DED Pembangunan Jalan Bayat-Mubur
Kecil-Piasan-Pian Pasir-Palah Kecamatan Palmatak. Adapun tujuan pengujian DCP ini untuk mendapatkan
data nilai CBR tanah dasar/Lapisan tanah asli yang diperlukan untuk desain tipe perkerasan di atasnya.

1.3 Ruang Lingkup Pengujian

Ruang lingkup pekerjaan penclitian tanah ini adalah pelaksanaan pekerjaan pengujian CBR
lapangan dengan menggunakan alat uji Dynamic Cone Penetromeler (DCP) dan pembuatan laporan
antara lain :

1. Pekerjaan Penelitian Lapangan (Field Investigation)


2. Penelitian penetrasi dengan alat Dynamic Cone Penetromeler (DCP)
3. Pekerjaan Pembuatan dan Penyusunan Laporan

Hasil pengujian di lapangan (Field Investigation) dihitung dan di analisa yang selanjutnya disajikan
dalam bentuk laporan.

1.4 Lokasi Pengujian

Desa Bayat-Mubur Kecil-Piasan-Pian Pasir-Palah Kecamatan Palmatak

1.5 Jadwal Pelaksanaan Pengujian

Waktu pelaksanaan pengujian DCP di lapangan adalah 3 tiga (hari)

2. METODE PELAKSANAAN PENGUJIAN

Metode pelaksanaan pengujian CBR Lapangan menggunakan alat DCP yang dilaksanakan sesuai
metode SNI SNI -03 — 1742 — 1998 Tenatang cara uji
2.1 Prosedur Pengujian

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR tanah dasar. Pengujian ini akan
memberikan data kekuatan tanah sampai kedalam ± 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada,
atau permukaan tanah dasar. LapisanJapisan bahan perkerasan yang ada perlu disingkirkan terlebih
dahulu. Pengujian inidilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensinya dan
sudut konusnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu yang berat dan tinginya tertentu.

2.2 Metode Penelitian

1.2.1 Spesifikasi DCP


1. Konus Baja khusus diameter 20 mm, sudut kemiringan 30˚,60˚
2. Palu Penumbuk : Berat 8 kg, tinggi jatuh 60 cm
3. Mistar : 100 cm

4. Batang Penetrasi : Diameter 16 mm


Hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan :

Penetrabilitas Skala penetrometer (SPP) yaitu mudah atau tidaknya melakukan penetrasi kedalaman
tanah. Dinyatakan dalam mm /pukulan

1.2.2 Peralatan

1. Peralatan Utama

Alat DCP terdiri dari tiga bagian utama yang satu sama Iain harus disambung sehingga cukup
kuat/kaku, seperti terlihat pada halaman berikut ini.

a. Bagian atas
1. Pemegang.
2. Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi jatuh setinggi 60 cm; 3) Penumbuk berbentuk
silinder berlubang, berat kg.

b. Bagian tengah
1. Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja;
2. Cincin peredam kejut;
3. Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk kedalaman.
c. Bagian bawah
1. Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm;
2. Batang penyambung, panjang antara 40 cm — 50 cm, diameter 16 mm
3. Penggaris berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja;
4. Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut dibagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60˚
atau 30˚; 5) Cincin penguat.

2. Peralatan Bantu
Peralatan bantu adalah cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill apabila pengujian
pada lapisan perkerasan beraspal, alat ukur panjang/pita ukur yang bisa dikunci, kunci pas, formulir
lapangan dan alat tulis.

3. Personil

Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi, yaitu :

 Satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan tegak;


 Satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan penumbuk, satu orang mencatat hasil.

1.2.3 Persiapan Alat dan Lokasi Pengujian

a. Persiapan alat dan lokasi pengujian


b. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan batang atas dengan
landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah tersambung dengan kokoh;
c. Tentukan titik pengujian, catat Sta/Km, kupas dan ratakan permukaan yang akan diuji;
d. Buat lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal, sehingga didapat lapisan tanah dasar;
e. Ukur ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan dicatat

1.2.4 Cara Pcngujian

a. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yangakan diuji;
b. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus diatas dasar yang rata dan stabil,
kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
c. Mencatat jumlah tumbukan;
1. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh batas
pegangan;
2. Lepaskan penumbuk sehinggajatuh bebas dan tertahan pada landasan;
3. Catat jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir DCP, sesuai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
- Untuk lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak keras
maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap I tumbukan atau 2 tumbukan
- Untuk lapis pondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka harus
dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai dengan IO tumbukan.
4. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari Imm/3 tumbukan. Selanjutnya
lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut pada sampai mencapai bagian yang
dapat diuji kembali.

1.2.5 Rumusan Korelasi DCP-CBR

Perhitungan Penetrometer Konus Dinamis ( DCP ) dan CBR digambarkan pada rumus berikut ini:
CBR = 2,8135-1.313 DC'? untuk konus 60˚ (tanah butir halus)

Logo CBR = 1.3520-1,125 logo DC'P untuk konus 30˚ (tanah butir kasar)
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data-data pengujian yang diperoleh dapat dilihat jumlah penetrasi yang terjadi untuk
tiap lapisan tanah. dari grafik CBR (%) dan Komulatif Tumbukan didapat CBR analysis

a. Pada titk I (Bayat)


 Pada kedalaman 0 — 106 mm dengan ketebalan lapisan 106 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
26.5 mm/pukulan dan nilai CBR yang tajadi adalah 4,8%.
 Pada kedaJaman 106 — 682 mm dengan ketebalan lapisan 576 mm, nihi SPP yang terjadi adalah
96.0 mm/pukulan dan nilai CBR yang te$adi adalah 1,7%
 Pada kedalaman 682 — 917 mm dengan ketebalan lapisan 235 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
58.8 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 4,2 %

b. Pada titik 2 (Bayat)


 Pada kedalaman 0 — 284 mm dengan ketebalan lapisan 284 mm, nilai SPP yang terjadi adalah 36
mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 5.6%.
 Pada kedalaman 284 - 544 mm dengan ketebalan lapisan 260 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
20.3 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 14.3%.
 Pada kedalaman 544 - 929 mm dengan ketebalan lapisan 385 mm, nilai SPP Yang terjadi adalah
27.5 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 9.1 0/0.
c. Pada Titik 3 (Mubur Kecil)

 Pada kedalaman 0 — 490 mm dengan ketebalan lapisan 490 mm, nilai SPP yang terjadi adalah 70
mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 1.9%. Pada kedalaman 490 933 mm dengan
ketebalan lapisan 443 mm, nilai SPP yang terjadi adalah 44.3 mm/pukulan dan nilai CBR yang
terjadi adalah 4.5%

d. Pada Titik 4 (Mubur Kccil)

 Pada kedalaman O 361 mm dengan ketebalan lapisan 361 mm, nilai SPP yang terjadi adalah 60.2
mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 2.1%
 Pada kedalaman 361 852 mm dengan ketebalan lupisan 491 mm, nilai SP P yang tcrjadi adalah
34.4 mm/pukulan dan nilai CBR yang tcrjadi adalah 7.0%

e. Pada Titik 5 (Piasan)

 Pada kedalaman 0 — 344 mm dengan ketebalan lapisan 344 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
34.4 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 6.1%
 Pada kedalaman 344 — 553 mm dengan ketebalan lapisan 209mm, nilai SPP yang terjadi adalah
17.2 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 16.4%

f. Pada Titik 6 (Piasan)

 Pada kedalaman 0 — 547 mm dengan ketebalan lapisan 547 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
54.7 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 2.3%
 Pada kedalaman 547 829 mm dengan ketebalan lapisan 283 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
18.3 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 8.3%
g. Pada Titik 7 (Pian Pasir)

 Pada kedalaman 0 — 623 mm dengan ketebalan lapisan 623 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
19.3 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 13.1%

h. Pada Titik 8 (Pian Pasir)

 Pada kedalaman 0 97 mm dengan ketebalan lapisan 97 mm, nilai SPP Yang terjadi adalah 24.3
mm/pukulan dan nilai CBR yang terjad adalah 6,3%
 Pada kedalarnan 97 553 mm dengan ketebalan lapisan 456 mm, nilai SPP yang terjadi adaiah 91.2
mm/pukulan dan nilai CBR yang terjad adalah 4.1%
 Pada kedalaman 553 — 728 mm dengan ketebalan lapisan 175 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
23.3 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 12.1%
i. Pada Titik 9 (Palah)

 Pada kedalaman 0 — 421 mm dengan ketebalan lapisan 421 mm., nilai SPP yang terjadi adalah
842 mnt/pukulan dan nilai CBR yzng terjadi adalah 1.3%
 Pada kedalaman 421 — 500 mm dengan ketebalan lapisan 79 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
34.7 mm./pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 23,2%

j. Pada Titik 10 (Palah)

 Pada kedalaman 0 — 109 mm dengan ketebalan lapisan 109 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
36,3 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 2.6%
 Pada kedalaman 109 — 141 mm dengan ketebalan lapisan 32 mm, nilai SPP yang terjadi adalah
12-0 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adaiah 29.8%
 Pada kedalaman 141 — 860 mm dengan ketebalan lapisan 719 mm, nilai SPP vano teriadi adalah
39,9 mm/pukulan dan nilai CBR yang terjadi adalah 5,7%
SARAN

Dari kcsimpulan di atas dapat di sarankan hal-hal scbagai berikut :

Dari data CBR lapangan mcnggunakan alat DCP terlampir, didapat nilai CBR beberapa titik lebilı kecil
dari nilai CBR yang sudah ditctapkan yaitu 6% sehingga perlu dilakukannya pemadatan kembali pada
tanah dasar karena tidak memenuhi standar nilai CBR yang sudah ditetapkan.
Diketahui :

Cv = 0.025 m/day
Cc = 0.325
e0 = 1.125 M
Cr = 0.154
Pc' = 60 kN/M2
σt = 19 kN/M3
σsat = 18 kN/M3

A. Distribusi tegangan akibat beban timbunan tanah di titik A (tengah) dan B (bawah) dengan cara
sederhana menggunakan Rule 2:1.
A ∆σzA = Q
B + z c

= 9 + 9 x 3 x 18 x 1
18 + 5 x 1

= 972
23

2
= 42.26 kN/M

B ∆σzB = Q
B + z c

= 9 + 9 x 3 x 18 x 1
18 + 10 x 1

= 972
28

2
= 34.71 kN/M

B. Berapa waktu tercapai konsolidasi 90% dengan cara Casagrande (1 tahun= 364 hari)
Tv = Cv x t90
H2

Tv = -0.93 Log 1 - Uam - 0.085


= -0.93 Log 1 - 0.9 - 0.085
= 0.848

H = 1/2 Tebal Lapisan Tanah


= 5 M'

Tv = Cv x t90
H2

0.848 = 0.025 x t90


25

t90 = 0.848 x 25 = 848.00 Hari = 2.32 tahun


0.025
C. Hitung settlement akibat konsolidasi
PI = Po + ∆P

∆P = 60 + 4 x 42.26 + 34.71
6

2
∆P = 43.96 kN/M

Po' = σ' x h

= 18 - 10 x 5

2
= 40 kN/M

PI' = Po' x ∆P

= 40 x 43.96

2
= 83.96 kN/M

dari diatas di hasilkan settlement akibat konsolidasi adalah :

Sc = Cr H Log Pc' + Cr H Log Po' + ∆P

1 x eo Po' 1 x eo Pc

= 0.154 10 Log 60 + 0.154 10 Log 40 + 43.96


1 x 1.125 40 1 x 1.125 60

= 0.233 m = 23.34 Cm

D. Jarak susunan vertical sand drain (a)


Jika d = 40 cm = 0.4 m
UAV = 85% (drajat konsulidasi yang terjadi)
2
Ch = 1.5 Cv = 0.038 m /det
t = 120 hari = 10368000 det
H = 10 m (drainse 1 arah)

setelah penurunan 848 hari turun :


UAV = S1
Sc

85% = S1
23.336

S1 = 19.84 cm

diharapkan penurunan terjadi adalah :


S = 23.34 - 19.84
= 3.50 cm

Arah vertikal (Ur) :


Tv = Cv x t
H2

Tv = 0.025 x 120
100

= 0.0300
Asumsi : Uv < 60% maka,

Tv = π Uv 2
4

4 x Tv
Uv 2 =
π

4 x 0.0300
Uv 2 =
3.14

Uv = 0.019 < 60% Asumsi Ok !

Arah radial (Ur) :


1 - UAV = 1 - UAV x 1 - Ur

1 - 0.850 = 1 - 0.019 x 1 - Ur

0.150 = 0.981 x 1 - Ur

1 - Ur = 0.150
0.981

1 - Ur = 0.153

Ur = 0.847

Ch R
Tr = t dan n =
4R2 r
R = n x rd

Bentuk segitiga, maka : R = 0.525 a

dilakukan trial dan error untuk nilai n !


dicoba n dari Tr dari grafik dengan Ur = 0.847
Tr
[- 8 Tr/F (n)]
Check Ur = 1 - e

D
F (n) = Ln - 0.75
d

2.R
= Ln - 0.75
2r

2.n.r
= Ln - 0.75
2r

n
= Ln n - 0.75

Dicoba :
n Tr Fn Ur Ket
4.94 0.166 0.847 = 0.847 TRUE
5 0.162 0.859 ≠ 0.847 FALSE
9 0.050 1.447 ≠ 0.847 FALSE
10 0.041 1.553 ≠ 0.847 FALSE
Sehingga dihasilkan :
R = n x rd

= 4.94 x 0.2

= 0.988 meter

0.988 = 0.525 a

a = 1.882 Meter

1.88 m

E. Jarak pemasangan PVD (s) dengan susunan persegi


Jika dw = 5 cm = 0.05 m
L = 10 cm = 0.10 m
Uv = 0.02
Ur = 0.85

Ur = 1 - e [- 8 Tr/F (n)]
0.85 = 1 - e [- 8 Tr/F (n)]
e [- 8 Tr/F (n)] = 0.15
Ln e [- 8 Tr/F (n)] = Ln 0.15
-8Tr = -1.88
Fn
8Tr = 1.878 ….......................persamaan (1)
Fn

0.038
Tr = 120
D2

4.5 ….......................persamaan (2)


Tr =
D2

Subtitusikan persamaan (2) ke persamaan (1)


36 = 1.878 x Fn
D2

Fn = Ln D - 0.75
dw
36 = 1.878 Ln D - 0.75
D2 dw

Jika dilakukan Trial & Error dengan D = 2.467

36 = 1.878 Ln 2.467 - 0.75


6.086 0.05

5.915 = 5.913

maka jarak yang di hasilkan : 1.34 m


D = 1.13 x S
1.34 m

2.467 = 1.13 x S

S = 1.337 meter
Apabila akan dibangun underpass jalan raya berada di tanah sandy silt (lanau kepasiran) dan posisi muka
air tanah relatif dangkal, berada 1m di atas lantai struktur underpass. Jelaskan:

a. Hal apa saja yang harus dipertimbangkan terkait parameter tanah yang diperlukan untuk analisis
kestabilan struktur ini.
1. Sudut geser tanah adalah merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam
adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya
yang melebihi tegangan gesernya.
2. Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam tanah, dinyatakan dalam satuan berat
per satuan luas. Kohesi tanah akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar. ... Sudut
geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan
tegangan geser di dalam material tanah atau batuan.
3. Permeability Secara kuantitatif permeabilitas tanah diartikan sebagai kecepatan bergeraknya
suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah
air, dan sebagai media berpori adalah tanah.
4. Konsolidasi proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh
berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan
terperasnya air pori keluar dari rongga tanah. Konsolidasi umumnya berlangsung dalam satu
arah saja yaitu arah vertikal.

b. Analisis apa saja yang wajib dilakukan agar struktur underpass ini aman.
1. Analisis Longsor
Adapun faktor yang mempengaruhi tanah longsor diantaranya adalah kemiringan lereng, tekstur
tanah, permeabilitas tanah, tingkat pelapukan batuan, kedalaman efektif tanah, kerapatan
torehan, kedalaman muka air tanah, dan curah hujan sedangkan faktor non alami meliputi:
penggunaan lahan dan kerapatan vegetasi.

2. Rembesan air bawah tanah


a. mengetahui efektivitas berbagai teknik pengendalian rembesan air
b. memberi data kuantitatif dan cara pengujian parameter permeabilitas tanah untuk desain
sistem pengontrolan yang dipilih
c. memperkirakan rembesan air pada srtruktur
d. memberi saran penempatan instrumen rembesan air seperti pisometer dan pengamat
rembesan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai