Anda di halaman 1dari 72

Faktor yang Mempengaruhi

Kinerja Perkerasan
LAPORAN PENELITIAN

[ r I .r]

FAKTOR*FAKTOR YANG MEIVIPENGARUHI


KINERJA PERKJ~ASN

·.
""' .

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PU
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN
FAKTOH.-FAKTOR YANG IVlEl\IIPENGARlJHI
KINERJA PERKI~ASN

I I I r
~ /' ~
" '

Maret 1993

D E I' A R T E M l~ N I' E K E R J A A N U 1\1 U !\1


BADAN PENELITIAN DA~ PENGE1\'IBANGAN PU
Pt :s .. \T PENELITIAN DAN PE~GMBA N GAN .JALA:\
Jal an Rayu Tina.- 26-S, Kocak Pos 2, Tilp. 7802.5 I. 780 2.5 2. 7802.53. Tlx. 28377 pppj bd, Fa~ 02 2-70805 2 Ua1<lw•~ l -1 0 ~94 )
ABSTRAK

Dimakk/umi bahwa sampai saat lni masih terclapat ruas-ruas }alan yang perkerasann.va
mengalami kerusakan dini, yaitu kerusakan lerjadi sebelum umur rencananya hahis.
Terjadinya kerusakan tersebut disebabkan o/eh berbagai faktor, yang pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke da/am tiga katagori, yaitu, faktor la/u-lintas, sifat bahan, dan fa"-"tor
/ingkungan atau kondisi lapangan. Yang termasuk kondlsi lapangan antara lain, kondisi
geometrik, kondisi bahu dan letak permukaan balm, kondisi saluran samping dan drainase,
kondis1 lereng. letak permukaan air bebas.

Sebagai upaya menemukan kepastian penyebab kerusakan di lapangan, serta selanjutn.va


merumuskan cara untuk mengatasinya, pada Tahun Anggaran 1992/1993 Bidang Teknik
.Jalan, Pusal Litbang Jalan telah melakukan penalitian dengan judul "Faktor~( yang
~\1empngaruhi Kinerja Perkerasan. ·

Penelitian dilala-tkan dengan menginventarisasi berag~i jenis k~rusan perkerasan padu


sekri-seksi pengamatan yang dipilih berdasarkan informasi yang tersedia serla data hasil
.mrvai pendahuluan. Pada saat yang bersa.maan, dilakukan jugu inventarisasi berbagai .faktor
lapangan yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya kerusakan. Pengumpulan data
lapangan, baik untuk survai pendahuluan, inventarisasi ken1sakan dan kemungkinan
penyebab dilakukan dengan menggunakan prosedur yang khusus disap~n untuk keperluan
penelitian ini. Data yang terla.tmpul selanjutnya diolah, diana/isis dan diuji untuk
mendapt~ pola hubungan antara kejadian kerusakan den~a kemungkinan penyebah
r(l/."1o-~kt kemungkinan penyebab yang diana/isis pada penelitian ini, terbatas pada
kondis1 geometri },1/an. f..7.mdisi dan letak permukuan hahu. kondisi saluran sampin~. serlu
kondisi lereng samping; sedangkan jenis kerusakan yang diana/isis adalah kerusakan tepi.
retak dan penurwwn padu jejak roda luar, serla lubang . Sejauh' ini, untuk me/ilia! polu
lmbungan 'mtara terjadinya kerusakan dengan kemungkinan penyebab, dilakukan melalui
pengujian sec,;1ru vi:ilwl (examined by eyes) terlwdap data yang suduh diolah.

/Jerdasarkan hasil an,llisis dan pengujian yang diperoleh. ternyata balrwa juktr~1
kemun~iJ penyehab .\lang disebutkan di alas tidak memheri penganth yang cukup /cua/
terhadap terjadi1~v kerusakan. Hal ini kemungkinan disehabkan oleh lebih kuatnya pengaruh
./~1"-or kemungkinan penyeb,?b lainnya, misal, sifat-sifat bahan dan kondisi perkerasan lama.
hila ddhmdingkan deng,m pengaruhfuktor kemungkinan pen_vehuh yang diana/isis.
D,.\Ji'TAR lSI
Halaman

Tim Pcneliti (i)


ABSTRAK (ii)
Daft.ar isi (iii)
1. Pendahuluan 1
1.1. Vmum 1
1.2. Pengertian kinelja 1
2. Tujunn dan tahap penelitian 2
2.1. Tujuan penelitian 2
2.2. Tahap penelitian 2
3. Jenis-jenis kerusakan beraspal 2
3.1. B~ban lalu-lintas 6
3.2. Sifat-sifat bahan perkerasan beraspal 6
3.3. Parameter kekuatan perkerasan 7
3.4. Cuaca 8
3. 5. Faktor-f:tktor lingkungan lainnya 9
4. Proscdur sutvai 9
4.1. Prosedur Sutvai Pendahuluan (SKP) 10
4.2. Prosdur Inventarisasi Kondisi Perkerasan (IKPJ dan IKP2) 11
5. Ruas-ruas pengmatan dan kerusakan yang terjadi 16
5.1. Ruas-ruas pengamatan 16
5.2. Rangkuman data SKP 16
6. Scksi-scksi pengamatan, data keruakan, dan data kemungkin:m pcnycbab 18
6. 1. Seksi-seksi pengamatan 18'
6.2. Data kerusakan 18
6.3. Data kemungkinan penyebab kerusakan 19
7. Kerusakan, kemungkinan penyebab, scrta hubungannya 36
7.1. tJmum 36
7.2. Sadang-Subang 37
7.2.1. Data umum 37
7.2.2. Jenis kerusakan 37
7.23. Kcrnungkin:m pcnychah 17
7.2.4. Hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebab 38

Ill
7.3. Cirebon-Kuningan 41
7.3.1. Data umum 41
7.3.2. Jenis kerusakan 41
7.3.3. Kemungkinan penyebab 41
7.3.4. Hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebab 42
7.4. Kuningan·Cikijing 45
7.4. 1. Data umurn 45
7.4.2. Jenis kerusakan 45
7.4.3. Kemungkinan penyebab 45
7.4.4. Hubungan antara kerusakan dengan kemtingkinan J)enycbab 46
7. 5. Ciamis·Cikijing 50
7.5.1. Data umum 50
7.5.2. Jenis kerusakan 50
7.5.3. Kemungkinan penyebab 50
7.5.4 . .Hubungan antara ·kerusakan dcngan kemungkinan penyebab 51

7. 6. Majalcngka-Cikijing 53
7.6.1. Data umum 53
7.6.2. Jenis kerusakan 53
7.6.3. Kemungkinan penyebab 53
7.6.4. 1-Iubungan antara kerusakan dcngan kcmungkinan peliychah .54
7. 7. Pamanukan-Lohbem:r 57
7.7.1. Dala umum 57
7.7.2. Jenis kerusakan 57
7. 7.3. Kemungkinan penyebab 57
7. 7.4. I Iubungan antara kcrusakan dcngan kcmungkinan pcnychab 58
S. Kcsimpulan dan saran 61
X. I . Kcsimpulan 61
8.2. Saran 62

IV
F AKTOR-li'AKTOR
YANG M.El\1PENGARUHI KINERJA PERKERASAN

1. Pcndahuluan

1.1. Umwn
Scsuai dcngan program Bidang Teknik Jalan, pada Tahun Anggaran
199211993 telah dilakukan penelitian Faktor-faktor ynng Mempengaruhi Kinerja
Perkerasan Jalan. Secara pendanaan, penelitian ini berada di bawah
Proyek!Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Masalah Jalan. Baik
Bidang Teknik Jalan ataupun Proyek/Bagian Proyek Penelitian dan
Pengembangan Masalah .Talan, kedua-duanya berada di bawah Pusat Penelitian
dan Pengembangan · Jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan
Umum, Departemen Pekeljaan Umum.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dijumpainya kerusakan dini pada perkerasan


yang tcrdapat di bcberapa lokas~ sehingga perlu dicari penyebab dan cara untuk
mengatasinya.

1.1. Pengertlan kinerja


Sebngaimana diketahui bahwa penyediaan fasilitas perkerasan adalah untuk
melayani lalu-lintas darat agar dapat bergerak secara aman, nyaman dan cepat
serta secara ekonomi dapat mengakibatkan biayn angkutan yang murah. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka suatu perkerasan secara fisik harus mcmenuhi
persyaratan awet, kuat, kesat dan rata. Dalam tulisan ini, selanjutnya pen,'Yaratan
yang disebutkan pertama dikatagorikan sebagai persyaratan fungsional dan
merupakan kepentingan para pemakai jalan; sedangkan persyaratan yang
disebutkan kemudian, dikatagorikan sebagai persyaratan struktural dan pada
dasamya merupakan kepentingan para pengclola jalan.

Karcna fungsi dan karakteristiknya, perkerasan akan mengalami penurunan


kondisi sesuai dcngan berjalannya waktu, atau dengan perkataan lain, pada
pcrkerasan akan tet:iadi kcrusakan yang makin h1ma makin parah. Akibat
kejadian ini, pat·a pcngelola jalan harus berupaya untuk mempertahankan
perkerasan agar tetap pada kondisi y<mg layak sehingga dapat mcmbcrikan
pelayanan yang masih diterirna oleh para pemakai jalan.

1
Dari uraian eli atas kiranya dapat dikemukakan bahwa kinerja perkerasan adalah
kemampuan perkerasan dalam menahan perubahan kondisi yang terjadi sebagai
akibat beban lalu-lintas dan waktu.

2. Tujunn dan tahap penelltian


2.1. Tujuan penelltian
Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara
kerusakan dengan beberapa faktor di lapangan yang kemungkinan menjadi
penyebabnya, berdasarkan data yang diperoleh melalui inventarisasi pada
beberapa lokasi pengamatan.

2.2. Tahap penelitian


untuk mencapai tujuan di atas, penelitian pada dasamya mencakup tahap-tahap
sebagai beikut:

(i) . menyusun pmsedur inventarisasi kerusakan dan kemungkinan-


kemungkinan penycbabnya;
(ii) melakukan inventarisasi jenis-jenis kerusakan dan kemungkinan-
kemungkinan penyebabnya;
(iii) melakukukan pengumpulan data penunjang;
(iv) mengevaluasi jenis-jenis kerusakan yang terjadi;
(v) mengevaluasi penyeb'!b kcrusakan yang dipandang dominan;
(vi) merumuskan cara-cara untuk mengatasi kerusakan dini.

Pengumpulan data kerusakan di atas dilakukan pad<t lokasi-lokasi yang lcrdapal


pada hcbcrapa ruas jalan yang dipilih .

.l .Jl'ni~-j kcrusakan perl,ca·asan hl'rnspal

lnfonnasi mengenai ketusakan yang terjadi pada perkcrasan merupakan dasar untuk
mengctahui apakah suatu pcrkcrasan masih mcmpunyai tingkat pclayanan yang layak
atau tidak. Selanjutnya infonnasi ini diperlukan untuk menentukan penanganan yang
dipel'lukan.

·y odcr dan Witcz.1k ( 1975) mengclompokkan kerusakan fung.l)ional d:m keruskan


struktural. Kerusakan yang pertama mengakibatkan perkerasan dalam waktu dckat tid<tk
akan mampu mcnj:slankan fungsinya, scdangkan kcrusakan yang kedua ditunjukkan
dcngan terjadinya kerusakan pada bahan-bahan perkcrasan.

2
Paterson (1987) membagi kcrusakan ke dalam tiga modus, yaitu, r~tak, disnt~gra dan
defonnasi, yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam kelompok-kelompok sebagaimana
ditunjukkan pada Table 2.1.

Pcngelompokkan lain dilakukan berdasarkan penyebabnya, yaitu ketrekaitarmya dengan


lalu-tintas dan yang tidak sebagaiman yang ditunjukkan pada Tabel2.2 dan Tabel2.3.

Tabel 2.1. Kalsi.fikasi kerusakan menurut modus dan jenis

1
r-~"

1
MODUS JENIS URAIAN
f.
I Retak (cracking) 1 Kulit buaya Saling berhubungan membentuk -;~ligon
(crocodile) dengan diameter kurang dad 300 nun ,
Memanjang. Mempunyai arah yang sejajar dengan sumbu I
(longitudinal) pcrkerasan . I
Melintang Mempunyat arah yang tegak lurus dengan i
I I (transverse) sumbu perkerasan I
mcmpunyai I
I I Tidak beraturan Tidak berhubungan dan tidak
(irregular) pola yang beraturan

f ------------ -P~t;(a· s~;-bhunga me~bntuk poligon I


dcngan diameter lebih dari 300 mm i
Disintegrasi Pelepasan butir Lepasnya butir-butir agregat dati permukaan I
I

j ( disintegrastion) (ravelling) pcrkerasan


'
Lubang Rongga terbuka pada permukaan dengan dia- i
(potholes) I meter ->150 nun dan kcdalaman >50 mm) I
Gompal (edge , Lepasnya fragmen-fragmen bagian tepi per- i
I
break) kcrasan I
I
-----------+---------t------------------·------------_j
i Def01masi Alur (rut) 1 Penurunan lsepanjangjejak roda
I
I Deprcsi · Cekungan pada pe1mukaan
Jcndul (mound) Pcninggian sctmp<~l pada pcrrnub;m
Tanggul (lidge) Peninggian longitudinal pada permukaan
Kctiting Pcnurunan-pcnurun:m mclintang dcng;m
(corrugation) jarak yang herdekatan (<5 m)
Gelombang Penurunan-penurunan metintang dcngan
Ijamk yang h·c~j<uan
I
(undl<~io) (.· ·5 m)
Ketidakrataan I Ketidakrataan pcnnukaan sepanjang jcjak
L_ _ (roughness) 1
roda
-----------L-------------L

3
Tabel2.2. Kerusakan yang disebabkan oleh lalu-lintas

---------r----------------.---------- -----.------------, i

KATAGORI 1 MANIFEST ASI


M~DUS-t:!A.
-D~integras ILubang yang dalam Lemalmya Lubang j

(disintegration) I perkerasan I
Lubang yang dangkal ! Lepasnya agregat de- Delaminasi I

ngan bantuan air (delamination) I


Kehilangan butir-butir Lepasnya agregat Pelepasan butir ·
__j_agregat (stripping) I
r I
1-{e-ta_k_(fracture) B--er-b-en_tuk
___k-uli-.,-b-uaya Kelelahan pada Retak kclah~
! perkerasan (fatigue) i
l I Berbentuk bulan sabit Pergeseran akibat Retak selip 1
11

lalu-lintas yang selip (slippage


careking) I
I

Ucntuk bcratunm ; Rctlcksi da1ip01da rc- Rctak rc.Jlcksi


r-·+~ta;c.:k_di=bwlmv ---!---------.
j Distorsi Alur pada jejak roda Pemadatan lapi'i per- · Alur (rutting) i
1 (distortion) mukaan· I
Alur pada· jejak roda Pemadatan lapis pon- Alur (rutting)
i

! Hilangnya
·-~ ··- dasi alau tanah dasar
Licin · akibat pengaus- Jelekriya bahan' Pengausan
kekesntan an agregat (polishing) I
Licin akibat "slick" Kelebihan aspal Kelebihan aspal I
pcnnukaan
.--L----·-----··---·-
(bleding~
-------
j

4
Tabel2.3. Kerusakan yang disebabkan oleh bukan lalu-lintas

KATAGORI MANIFEST ASI MODUS NANIA

Disintegrasi Agregat hancur Perubahan volwne Kehancuran


(disintegration) pada agergat agregat
Kehilangan butir-butir Pengerasan aspal Oksidasi
halus (embrittlement)
Kehilangan butir-butir Pengerasan aspal Pelepasan butir
agregat (parah) (ravelling)

Retak (fracture) Saling berhubungan Perubahan volwne Retak susut


membentuk poligon- pada lapis permukaan (suface
poligon bersudut tajam shrinkage)
Saling berhubungan Perubahan kadar air Retak susut
sepanjang perkerasan pada lapis pondasi (base shriTikage)
I
(pada daerah kecil)
I
Saling berhubungan Perubahan kadar air Rctak rneman-
(jarak O.S-2 m) pada tanah dasar jangtmelintang
Retak yang panjang Penurunan lapis pon- Rctak meman-
searah sumbu jalan dasi atau tanah dasar jang
--·-
Distorsi Adanya lempung Sungkur (heave) aki- Sungkur (heave)
(distortion) bat pcngcmbangan
lempung I

Adanya bahan kirnia Sungkur akibal rcaksi ' Sungkur (hcaw)


l
I
I

1
.. ktmta
bah,m l 1
I
I
Hilangnva
"
! Lie~- ~ldbat pengaus~- ·-~Licht (sli~;) 1
;~d:l
kekesatan
kedalaman Rongga terisi aspal Licin (slippery) I
tekstur ~

5
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kerosakan

Mekanisme teijadinya kerusakan pada perkerasan ·sangatlah kompleks, karena


dipengaruhi oleh banyak faktor yang. nampaknya tidak semuanya bisa ditelusuri secara
tepat. Namun dernikian, secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu: faktor ~alu-ints, faktor sifat-sifat bahan dan kekuatan perkerasan,
serta faktor lingkungan.

3.1. Behan lalu-lintas

Sesuai dengan tujuannya bahwa penyediaan perkerasan adalah untuk mclayani


lalu-lintas. Dengan demikian, maka. kerusakan yang terjadi pada perkerasan
sangat dipengaruhi oleh jumlah dan besar be ban lalu-lintas yang melewatinya.

Jumlah beban lalu-lintas yang bekerja pada perkerasan biasanya dinyatakan


dalam jumlah Beban Ekivalen Sumbu Standar (Equivalent Standard Axle Loads
- ESA) yang teijadi pada suatu kurun waktu tertentu. Jumlah beban tersebut
scbanding dengan besamya beban untuk masing-masing konfigurasi sumbu, dan
jumlah kendaraan pada kurun waktu tertentu.

Besamya Behan Ekivalen Sumbu Standar diartikan sebagai perbandingan antara


tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu beban sumbu dengan tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh bebansumbu standar (AASHTO, 1972), yang
dipengaruhi oleh kekuatan perkerasan (structural number, SN) dan kondisi akhir
(tenninal serviceability, Pt>· Untuk konfigurasi sumbu tunggnl, besamya beban
sumbu standar adalah 18 kips atau 80,1 kN .atau sekitar 8,2 ton; sedangka·n
untuk kofigurasi sumbu ganda, besamya beban sumbu standar adalah mendckati
34 kips atau 51,2 kN atau 15,4 ton.

3.2.. Slfat-sifat bahan perkerasan beraspal

Karena sifat aspal, maka bahan beraspal dikcnal scbagai bahan yang
mempunyai sifat visco-elastis, artinya kemampuan bahan dalam mcmikul beban
sangat tergantung pada suhunya serta lama pembebanan. Kcmampuan suatu
bahan dalam menahan · beban biasanya ditunjukkan oleh bcsarnya kekakuan
(stiffiless).

Hubungan antara kekakuan aspal dengan suhu dan lama pembcbanan


ditunjukkan oleh nomgraph tang dikembangkan olch Van dcr Poel. Brown
(1978) menyebutkan bahwa VanderPoel juga telah mengembangan hubungan

6
antara kekakuan bahan beraspal dengan kekakuan aspal dan jumlah agrcgat
dalam campuran yang dinyatakan dalam Cv, di mana:

Vol. Agregat

V ~1. Agregat + Vol. As pal

=-------
(Ma/Ga) + (M8 /Gb)

di manaMa dan Ma adalah persentase berat agregat dan aspal, sedangkan Ga


dan ~ adalah berat jensi agregat dan aspal. Pengembangan lebih lanjut
menghasilkan suatu hubungan, yang dapat memperkirakan besamya k~uatn
bahan beraspal (Sm)· Untuk campuran yang mepunyai Cv antara 0, 7 dan 0,9
serta Sb =::: 10 MNm-2 hub~nga tersebut adalah sebagai berikut:

I· 2,5 C'v ln
= sb 11 +-:-.--- I
L n(1 -C'v) J
di mana, Sb = kekalman aspal dalam campuran yang tcrhampar

C'v
C'v =
1 + (0,01 v v- 0.03)
( 4 X 104 l
n = 0.83 log I I
~ sb J
3.3. Parameter kekuatan pcrkerasan

Di samping sifat-sifat bahan, untuk keperluan-keperluan yang lebih praktis


seringkali diperlukan suatu parameter yang mcncerm.inkan kekuatan perkerasan.
Salah satu parameter tersebut adalah n.ilai struktural perkerasan yang scmula
hanya untuk menunjukkan kekuatan perkerasan saja, tanpa kekuatan tanah
dasar.

Hubungan antara nilai struktural perkerasan dengan parameter kekuatan bahan


dan tanah dasar dinyatakan dalam persamaan sebagai bcrikut (Paterson, 1987);

SNC = 0,04 2: aihi + SNsg


di mana,

7
SNC = indeks kekuatan perkerasan yang sudah dimodiflkasi (modified
structural number);
~ = koefisien kekuatan bahan pada masing-masing lapisan;
~ = teballapisan-laipsan, dalam mm (di mana 2: ~:; 700mm);
SNsg = sumbangan kekuatan tanah dasar
= 3,51log 10 CBR- 0,85 (log 10 CBR)2- 1,43;
CBR = nilai CBR di tempat (in situ).

Parameter lain yang biasa digunakan untuk menggambarkan kekutan perkerasan


adalah lendutan yang teljadi pada pennukaan sebagai akibat pembebanan roda
ganda dcngan bcban sumbu standar sebesar 8,2 ton atau 80 kN.

Penelitian oleh Brazil-UNDP telah menghasilkan hubungan antara besarnya nilai


struktural dcngan lcndutan dalam persamaan sebagai berilrut:
( 1) Untuk J)erkerasan dengan lapis pondasi bahan granular:

DEF '" 6 5 SNc-1,6


'
SNC = 3 2 DEF-0,63
'
(2) Untuk perkerasan dengan lapis pondasi mengandung semen:
DEF = 3 5 SNC-1,6
'
SNC = 2,2 DEF-0,63
3.4. Cuaca

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja perkerasan adalah


cuaca, terutama yang menyangkut air dan suhu. Keberadaan air pada tanah
dasar dan lapis perkerasan tidak beraspal secara Jangsung dapat memperlemah
kekuatan laipsan-lap.isan tersebut rum selanjutnya memperlemah kekuatan
perkerasan secara keseluruhan sehingga akan mudah mengalami kerusakan. Di
samping itu, tanah dasar yang mempwtyai kembang susut yang besar, biasanya
pada musim hujan akan mengalami pengembangan (swelling) sehingga
mengakibatkan defonnasi pada perkerasan; sedangkan pada musim kemarau
tanah tersebut akan mengalami penyusutan (shrmkage) dan selanjutnya
mengakibatkan retak-retak pada perkerasan.

Terhadap lapisan beraspal, air bersama-sama dengan sinar mata hari akan
mempercepat teljadinya oksidasi, di mana aspal menjadi kaku (brittle) sehingga
perkerasan mudah mengalami retak atau pelepasan butir. Di sisi lain,

8
sebagaimana telah diw-aikan di atas, suhu yang tinggi akan menumnbn
kekuatan lapis beraspal sehingga pada saat dilewati kendaraan akan mudah
menglami perubahan bentuk yang dimanifestasikan dalam bentuk alur,
gelombang, atau keriting.

!\fengingat keberadaan air sangat mempengamru kinerja perkerasan, maka


sistem draiitase yang memadai nampaknya sangat diperlukan.

3.5. Faktor-faktor lingkungan lainnya

Geometrijalan dan kondisi bahu agaknya merupakan faktor-taktor lain dari pada
lingkungan yang juga mempengaruhi terjadinya kerusakan pada perkerasan.

Pada daerah tanjakan, kecepatan kendaraan biasanya menjadi rendah sehingga


mengakibatkan waktu pembebanan yang relatif lama. Di samping itu, pada
daerah tanjakanlturunan agaknya teijadi gaya geser yang lebih besar hila
dibandingkan dengan di daerah yang datar. Pada daerah tikungan, dengan
adanya gaya sentrifugal, maka gaya geser ke arah luar menjadi besar pula.
Situasi ini sudah barang tentu akan mempercepat tctjadinya kerusakan pada
perkerasan, misa~ dalam bentuk deformasi dan pelepasan butir.

Bahu, disamping sebagai ruang darurat untuk lalu-lintas, adalah untuk


memberikan tahanan samping bagi perkerasan serta untuk rneneruskan
pengaliran ~. baik air permukaan atau air yang berasal daia lapis perkerasan.
Apabila fu_ngsi-fungsi ini terganggu, maka kerusakan pada perkerasan akan
mudah tetjadi.

Kcbemdaan lereng di kiti dan kanan jalan serta letak pcrmukaan air di sekitar
jalan agaknya merupakan faktor-iaktor lingkungan yang turut mempengaruhi
tcijadinya kerusakan perkerasan.

Prosed ur survai

Ag3r bisa mengevaluasi penyebab kerusakan, maka perlu disusun suatu prosedur yang
<bp:it mcuginventarisasi, baik jenis-jenis kcmsakan yang tcrjadi ataupun kemungkinan-
kt:mungkinan yang menjadi penyebabnya. Untuk keperluan ini tclah disusun prosedur
survai scbagaimana diuraikan pacta lampiran.
I

Pro;,;edur survai yang telah disusun terdiri dati dua, yaitu untuk keperluan pengumpulan
data pcndahuluan serta untuk keperluan pengurnpulan data uta!lla. Prosedur yang
pertama dinamakan Prosedur Survai Pendahuluan Konclisi Perkerasan Jalan, disn~:.kal

9
SF..P; sedangkan prosedw· swvai yang kedua dinamakan Prosedur Inventarisasi
Kerusakan, disingkat IKP.
I

4.1. Prosedur Survai Pendahuluan Kondisi Perkerasan (SKP)


Swvai ini diterapkan pada ruas-ruas jalan yang dipilih, di mana pencatatan data
dilakukan untuk setiap segmen 1 kilometer, yang pada dasamya menyangkut
gambaran umum mengenai ada atau tidak adanya kerusakan serta faktor-faktor
yang kemungkinan menjadi penyebab kerusakan. Kegunaan data yang diperoleh
dari survai ini, adalah untuk menentukan seksi-seksi pengamatan, di samping
untuk melihat secara umum hubungan antara kerusakan dengari kemungkinan
penyebabnya.

Adapun jenis-jenis kerusakan serta faktor-faktor yang dicatat tersebut adalah:

Retak 0 = tidak ada retak


1 =ada retak

Alur/amblas 0 = tidak tetjadi alur/amblas


1 = tetjadi alur/amblas

Kandungan aspal 0 = aspal normal


1 = kurang atau kering
2 = berlebih
r ekstur pennukaan 0 = pennukaan rapat atau kedap
1 = pennukaan terbuka atau tidak kedap

Tambal:111 0 = tidak ada


1 =ada
Kerusakan tepi 0 = tidak ada
1 =ada

Kerusakan bahu 0 = tidak ada


1 =ada

Salw·an samping 0 = kondisi baik


1 = kondisi kurang baik atau kurang berfungsi
2 = kondisi jelek a tau tidak berfungsi
3 = tidak ada tapi perlu
4 = tidak ada dan tidak perlu

10
Lcmg::;or 0 = tidak ada
1 = teljadi di scbelah kiri jalan
2 = terjadi di sebelah kanan jalan
3 = teijadi di sebelah kiri dan kanan jalan
Proftl memanjang 0 = datar
1 = tanjakan
2 = turunan

Geometri horizontal : 0 = lurus


1 = berbelok-belok

Pohon pelindung 0 = tidak ada


1 = terdapat di sebelah kiri jalan
2 = terdapat di sebelah kanan jalan
3 = terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan
Gorong-gorong jumlah yang ada

Muka air letak permukaan air dati pe1mukaan perkerasan ( dalam


satuan m)

Jenis tanah 0 == lemptmg


1 = pasir
2 = padas
3 = batu
4 = beronjong
5 = tembok penahan

4.~- P•·oscdur Inventarisasi Kondisi Pt~rkeasn (IKPl dan IKP2)

Survai ini diterapkan pada seksi-seksi pengamatan, di mana pencatatan dilakukan


l):&d<i s~tiap segrnen sepanjang 10 meter untuk masing-masing arah lalu-lintas,
yan2 menyangkut data kerusakan perkcrasan serta faktor-faktor yang
kcmungkinan merupakan penycbab kerus<akan secara lebih rinci. Data kerusakan
perk~asn dicatat pada Fommlir ll(Fl sedangkan data kemungkinan penyebab
kcru3:ilcan dicatat pada Formulir IKP2. Baik pada Fonnulir IKPl ataupun IKP2,
di;~tar pula informasi mengenai seksi pcngamatm1, scrta catatan yang dipandang
p.::riu untuk melengkapi data utama.

P.:all formulir dicatat pula infonnasi ruas, nama petugas dan tanggal survai.

11
Data kerusakan yang dicatat pada Fonnulir IKP1 adalah sebagai berikut:

• Kerusakan tepi : 0 = tidak ada


1 = gompal (lepasnya bagian perkerasan)
2 = pelelehan/pergeseran
• Retak dicatat untuk masing-masing posisi melintang: Bagian Tepi
(BTP), Jejak Roda Luar (JRL), Antara Jejak Roda (A.TR),
Jejak Roda Dalam (JRD), Bagian Tengah (BTG):
0 = tidak ada
1 = memanjang tunggal
2 = memanjang lebih dari satu garis tidak berhubungan
3 = memanjang lebih dari satu garis berhubWigan
4 = melintang tunggal
S = melintang lebih dari satu garis tidak berhubungan
6 == melintang lebih dari satu garis berhubungan
7 = tidak beraturan tunggal
8 = tidak beraturan lebih dari satu garis tidak berhubungan
9 = tidak beraturan lebih dari satu garis berhubwtgan
10 = meneyrupai kulit buaya
11 = garis-garis membentuk blok
12 =retak yang diserL-.i lepasnya bagian perkerasan
,. Alur/penurunan: - untuk posisi BTP, AJR dan BTG dicatat keberadaannya:
0 = tidak ada
1 =ada
- untuk posisi JRL dan JRD yang dicatat adalah kedalaman
(mm) serta jenisnya, yaitu:
0 = tidak ada
1 = penurunan
2 = pelelehan
• Keriting dicatat untuk masing-masing posisi melintang:
0 = tidak ada
1 =ada

• Pelepasan butir: dicatat untuk masing-masing posisi melintang


0 = tidak ada
l ~ad

12
dicatat jurnlalmya (buah)

fJ T ambalan dicatat untuk masing-masing posisi melintang


0 = tidak kada
1 = tambalan permukaan (laburan)
2 == tunbalan stmk1ural

~ K:mJungan aspal 0 = normal


1 = kurangfkering
2 = berlebih

Cj Amblas 0 = tidak ada


1 =ada

• Kerusakan sambungan memanjang


0 = tidak ada
1 o:-: ada

Data kemungkinan penyebab kerusakan yang dicatat pada Formulir IKP2 adalah
scbagai berikut:

• Jenis perkerasan 1 = HRS


2 = Beton Aspal (AC)
3 = Penetrasi Makadam (PENMAC)
4 = B urtu/Burda
5 = Laburan Pasir (Buras)
• Profll memanjang 0 = datar
1 = tanjakan
3 = tunman

• Profil melintang 0 = rata


1 = cembung
2 = cd.'Ung

• Geometri horiz 0 = lurus


1 = tikungan luar
2 "" tikungan dalam
~· I\:kbaran 0 '= tidak nda
1 ''"ada

13
• Bahu Jenis
0 = tanah
1 = kerikil/sirtulbatu pecah
2 = lapisan beraspal
3 = tertutup tumput

Lebar : dalam satuan meter

Jenis kerusakan:
0 = tidak ada
1 = berlubang
2 == amblas
3 = erosi
4 = retak

Panjang daerah yang rusak


0 = tidak ada
1 = <10%
2 = 10-30'%
3 = 30-50%
4 =>SO%

Letak permukaan: ditaksir dalam satuan milimeter

Kemiringan melintang:
0 = datar
1 = miring ke luar
2 = miring ke dalam
3 = aliran air tertahan

• Saluran samping Jenis Kondisi


0 = tanah 0 = berfungsi
1 = permanen (mis, pas batu) 1 = kurang berfungsi
2 = tidak ada dan tidak perlu 2 = tidak berfungsi
3 =-= tidak ada tapi perlu 3 = tid:tk ada
Lebar, ditaksir dalrun satuan meter

Kedalaman, ditaksir dalam s:.1tua:n meter

14
• Saluran samping Fungsi:
0 = berfungsi, atau tidak ada dan tidak perlu
1 = kurang berfungsi, tidak berfungs~ tidak ada tapi perlu

• Pohon pelindung Jumlah, buah


Posisi, jarak dari tepi perkerasan, dalam satuan meter

• Lereng samping Kemiringan, ditaksir dalam satuan derajat

Kondisi
0 = mantap
1 -== tererosi
2 -= tidak mantapllongsor

• Daerah pengawasan jalan

Jenis
0 = pemukiman 4 = semak
1 o= sawah 5 = hutan
2 c;;c darat/ kcbun
3 = padang rumput

Jenis tanah (lihat untuk jenis tanah pada lereng)

Letak permukaan air, ditaksir dalam satuan meter

Pengaruh air:
0 == tidak ada air, muka air > 1 m di bawah permukaan
perkcrasan
'""'muka air -: 1m di hawah pctmukaan pcrkcrasan atau
muka air terletak di atas pennuaak perkerasan

"Gorong-gorong Jumlah, buah

Kondisi Fungsi
0 '-- berfungsi 0 = berfungsi, tidak ada dan
1 = kurang berfungsi tidak perlu
2 = tidak berfungsi 1 = kurang berfungsi,
3 = tidak ada dan tidak perlu tidak berfungsi,
4 == tidak ada tapi perlu tidak ada tapi perlu

15
5. Ruas-ruas pengamatan dan kerusakan yang terjadi
5.1. Ruas,-ruas peilgamatan

Sesuai dengan informasi yang tersedia sebelurn penelitian, maka untuk pernilihan
seksi-seksi pengamatan yang didasarkan atas hsil sutvai pendahuluan, telah dipilih
ruas-ruas sebagaimana yang tercanturn pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Daftv ruas pengamatan

I !
NAMARUAS

Sadang-Subang
LOKASI
(dari km ke km)

108,000-150,000
JENIS
PERK

HR.S
UMUR"'
(tahun)

5
um.••

4155
TEREIN ·

Pbk
Cirebon-Kuningan 003,320-033,000 HR.S 5 5784 Dtr/Pbk
Kuningan-Cikijing 033,000-056,000 HR.S 5 2912 Pbk
Ciamis-Cikijing 122,000-172,000 HR.S 5 3867 Pbk
Majalengka-Kadipaten 051' 500-064,440 HRS 1 2741 Dtr
Lohbener-Pamanukan 060,000-115,000 HRS 2 13810 Dtr

* Per awal1992 ....., Per 1992 (Bina Marga)

5.2. Rangkuman data SKP


5.2.1. Data kerusakan
Tabel5.2. Jurnlah blok (@ 1 km) yang mengalami kerusakan
~

II . NAMA JUML JillvfL BLOK (bh/%)


RUAS BLOK RE- PENU PELEP LU- TAM- KER
I (bh) TAK RUN BUTm. BANG BAL TEPI

rs~-Subang 42 35/83 9/21 25/60


26/87 I 12140
0/0 32/76 21150
I Cireb-Kuninglm 30 26/87 6/20 21170 9/30
Kuning-Cikijing 23 17174 9/39 8/35 219 14/61 231100
I Ciamis-Cikijing so 50/100 49/98 47/94 10/20 46/92 38176
! ?vlajal-Kadipaten 14 10/71 11/78 11/78 0/0 0/0 3/21
l Lohb-Pamanukan j 56
I
56/100 37/66 13/23 0/0 17/30 30/54

16
5.2.2. Data kemungkinan penyebab kerusakan

Tabel 5.3. Jumlah blok yang kemungkinan menjadi penyebab kerusakan

! NAMA JUML JUML BLOK (bh/%)


II
I 1
RU AS BLOK KERU KERU LONG- T ANJ/ BELO MK

L
I

j Sadang-Subang
(bh)

42
BH

4/10
SSAM SOR

4/ 10 0/0
TURU

28/67
KAN

28/67
AIR

0/0
I

i Cireb-Kuningan 30 11133 20/67 113 24/80 19/63 0/0


I Kuning-Cikijing
I
23 3/13 17/74 0/0 22/96 18/78 0/0
i Ciamis-Cikijing 50 31162 34/68 6/ 12 45/90 47/94 010
! Majal-Kadipaten 14 3121 I 4128 1/7 8/57 7/50' 0/0
! Lohb-Pamanukan
I
56 33/ 59 1 17/3o 0/0 010 12/21 010
'------ - - - - -

GAMBAR 5 .1. KERUSAKAN BERDASARKAN SKP


(% JU ML.AH BLOK)
IIRTK
100 mPEN
90 • PBT
so 0 LBG
mTMB
70
OKTP
SCi

50
40
30
20
10

0
SOSB ~KN

17
6. Seksi-seksi pengamatan, data kerusakan dan data kemungkinnn penyebab kerusak.'ln

6.1. Seksl-seksl pengamatan

Berdasarkan hasU sutvai 'pendahuluan (SKP) pada ruas-ruas· yang dipilih, kemudian
dipilih seksi-seksi pengamatan untuk disurvai secara 1ebih rinci, yaitu dengan
menggunakan Prosedur Inventarisasi Kerusakan Perkerasan (IKP) Pemilihan seksi-
seksi didasarkan atas kondisi 1apangan (terein) disamping volume lalu-lintas dan
umur pel'kerasan. :seut·seur pengamtan tersebut' amarapkan ctapat mewalilll berbagat
volume lalu-lintas, serta berbagai kondisi lapangan yang akan dilihat pengaruhnya
terhadap terjadinya kerusakan. Seksi-seksi pengamtan tersebut dapat dilihat pada
Tabel6.1.

Tabel 6.1. Daftar seksi pengamatan

NAMARUAS SEKSI ·(dari JENIS UMUR* LI-m** TEREIN


km ke km) PERK (tahun)
1--------

Sadang-Subang 121 '000-126, 000 HRS s 4155 Pbk


Cirebon-Kuningan 018,000-023,000 HRS s ;
5784 Dtr/Pbk '
Kuningan-Cikijing 036,000-041 '0001-JRS s 2912 Phk
Ciamis-Cikijing 144,000-149,000 1-ffi.S 5 3867 Pbk
Majalengka-Cikijing 065,000-070,000 HRS 1 2741 Dlr
Lohbener-Pamanukan 086,000-091 '000 I-ffi.S 2 13810 Dt'r
-. -- .. ---------- --- ··- .. - ··-·· -- ------ -- ; ····· .... -- -------- -~ ----- ---·· · - - - - --·--- -------
"' Per awal 1992 .,.... Per 1992 (llina Marga)

6.2. Data kerusaknn

Scsuai dcngan hasil survai pada buhm Oktobcr 1992, pada Tabel 6.2 disajikan data
kerusakan perkerasan pada seksi pengamntan berdasarkan hnsU pencntntan kcrusakan
yang tcrjadi pada sctiap hlok scpanjang 10 m. .Jumlah hlok yang rncngalami
kerusakan dinyatakan sebagai persentase dari pada jumlah blok yang terdapat pada
setiap segmen sepanjang satu kilometer. Adapun jcnis kerusak:m yang disajikan
dalam tabel adalah kerusakan, tcpi, serta retak dan pcnurunan yang. masing-masing
tcrdapat pada bagian tepi, jejak roda luar, antara jejak roda, jejak roda dalmn dan
bagian tenganh perkcrasan. Sccm·a grafik, datu kcrusakan terscbut disajikan pula
pada Gambar Kl .:ampai dengan Kl2. JeniG keru.:akan yang diG:ljibn pada g:unbar

18
adalah kerusakan tep~ retak pada jejak roda luar, alur/penumnan pada jejak roda
luar, dan lubang. Kerusakan-kerusakan ini diperkirakan akan mempunyai hubungan
dengan kemungkinan penyebab kerusakan, sehingga diharapkan mempunyai korelasi
yang cukup nyata, apabila penyebab kerusakan tersebut bukan oleh faktor lain di luar
kondisi lapangan (lalu-lintas, sifat-sifat bahan, dan kondisi perkerasan s~belum diberi
lapis tambah)

6.2. Data kemungkinan penyebab kerusakan

Pada saat yang bersamaan dengan inventarisasi kerusakan, dilakukan juga


inventarisasi faktor-faktor yang kemungi~ menjadi penyebab kerusakan, yang
menyangkut profil memanjang (tanjakan atau turunan), profll melintang (datar atau
cekung), gcometrik horizontal · (tikungan), pelebaran, kcrusakan ballU, lctak
pennukaan bahu (di atas atau di bawah pennukaan perkerasan), kondisi saluran
samping (tidak ber.fungsi atau tidak ada tapi perlu), kondisi lereng samping (tidak
mantap atau longsor), letak pennukaan air bebas, dan kondisi gorong-gorong. Yang
di maksud dengan air bebas adalah air yang terdapat di sekitar jahm, dan dalam hal ini
dianggap akan mempunyai pengaruh terhadap kerusakan apabila letaknya kurang dati
1 m di bawah permukaan perkerasan atau terletak di atas pennukaan perkerasan.
Kondisi gorong-gorong dianggap akan mempunyai pengaruli terhadap kemsakan
apabila gorong-gorong tersebut kurang atau tidak berfungsi <atau tidak ada tapi pcrlu.

Kcmungkinan pcnychilb kcrusak•m yang tcrmilsuk dalilm fnktor Jalu-linl:ts, sifttl-sif:at


bahan, dan kondisi ·perkerasan sebelum diberi lapis tambah tidak tennnsuk dalam
pcnclilian ini. Ilasil d:tri pada invcnl<trisasi kcmungkinan pcnychah kcrus:1kan yang
teramali di lapangan disajikan pada Tabel 6.3, dan secant graftk disajikan pada
Gambar PI sampai dengan Pl2.

19
Table 6.2. Jwnlah blok yang mengalami kerusakan (%)
;-----L-O_KA
__S_I_____,_IK-RS--
• .--------R--E_T_A
__K________,_______P_E_N_U_R_UN
__A_N_____,_IL-l-l-1·

(km-km) TEPI BTP JRL AJR JRD BTO BTP JRL AJR JRD BTG BNG

i SADANO-SUBANG
; ARAH SUBANG
2 2~
I. 121.000-122.000 7 2 6 2 2 1 10 15 0 12
122.000-123.000 1 28 12 0 0 0 0 34 3 11 01 16

I 123.000-124.000
124.000-125.000
0
0
32
30
24
13
7
5
4
2
0
2
0
8
31
))
0
19
30
8j
0
I
17
2

I 125.000-126.000
ARAHSADANG
I 2 30 27 I I 10 I 0 0 6 0!
I
16 5

I 121.000-122.000 0 15 19 5 0 0. 2 33 0 21 I 0 i2

l
1 I22.ooo-t23.ooo ·o 25 6 11 8 2 12 30 16 111 o 1 j
123.000·124.000 0 4~ 26 6 13 0 0 32 3 7 0 i II I
124.000-125.000 0 IS 57 23 31 4 0 30 0 35 I 0
-~1.=:25oc;6·+' +--4:...:..5-+-__. :. .1 +-_;1.:o~'=3524" __ o _ 4I
I
1

i C1REBON-KUNINO I I i
I ARAH KUNINGAN I
' 018.000-019.000 1I 6 37 I 1 I 0 12 . 00 19 0 6 0 0
019.000-020.000 <> ,. 7 17 0 , H 21 I 0 () () 0
o2o.ooo-o21.000
2
3 11 o
4
I 4 6 0 I 0 2 0 0
021 .000-022.000 0 1 4 I 6 II 0 I 0 5 0 1
I 022.000-023.000 0 5 16 I 0 II 0 16 3 17 0 2
ARAH CIREBON
018.000-019.000 0 4 69 25 38 50 0 2 0 1 0 0
019.000-020.000 0 I 29 9 23 n I I 0 l 0 0
020.000-021.000 0 0 4 2 2 2 0 I 0 0 0 0
021.000-022.000 0 2 4 2 2 8 1 3 0 3 0 8
02.-~ .. . . ,_. . .. _. - . . - f-- . ---0 . 2 ... -18... ll 22 19 I 7 0 lj 0 9
.- .....

KUNINO-CIKIJINO
ARAB C'JKIJINO
036.000-03 7.000 6 10 5 61 19 31 0 62 0 0 0
037.000-038.000 0 2 23 6 22 36 0 32 I 0 0
038.000-039.000 0 20 38 25 21 2~ 0 7 9 0 2
039.000-040.000 0 12 13 2 10 19 0 11 6 0 0
040.000-041.000 0 0 4 3 0 0 0 1 13 2 0
ARAH KUNINOAN
036.000-037.000 0 1 21 3 42 51 0 18 0 37 0 0
o:\7.000-038.000 o 2 20 ts :n 40 o 6 o 2t~ o o ,
038.000-039.000 0 0 30 17 22 31 0 9 0 I I 0 3 I
039.000-040.000 0 2 16 21 8 21 20 12 17 0 I 0 0 I

L 040 ~ ~- L-~o_.,s __4__!.._ _9._l.._ _ o.L_sl2~! _____o i __ -~ i1


o .....
l'llhltllll: KRS = kerunkan liTP • bagian tepi JRL = jejak rods luar AJR =an tara jejak rod a
JRD jt!jal. h>du tlltlum BTG ~ bagian lcngah

20
Table 6.2. Jumlah blok yang mengalami kerusakan (%) (lanjutan)

LOKASI KRS RETAK PENURUNAN LU-


I

I (km-km) TEPI BTP JRL AJR JRD BTG BTP JRL AJR JRD BTG BNG

I CIA~S-KJNO
ARAH C'IKIJINO
144.000-145.000 9 16 45 37 23 11 0 35 0 13 0 I
145.000-146.000 10 14 54 41 44 41 0 32 0 21 0 4
146.000-147.000 4 13 54 35 42 44 0 29 0 21 0 1
I 147.ooo-148.ooo 4 25 64 31 49 38 I 65 0 31 0 Oi
148.000·149.000 2 4 32 14 20 15 3 18 0 5 3 3
I ARAHCIAMIS
, I 44.000-145.000 2 12
151
3 4 0 0 17 0 9 0 0
1 145.ooo-146.ooo 0 11 49 20 39 26 1 61 0 16 0 0
i I 46.000-147.000 0 23 36 21 28 16 2 32 4 15 0 ' I I
~
147.000-148.000 5 6 33 25 36 27 0 33 7 II 0 0
148.000-149.000 0 42 69 49 52 47 ! 0 50 I 23 0 I
MAJAL·CIKlJINO I
ARAH CIKIJlNP
I 065.000-066.000 - I i
I o66.ooo-o67.ooo 0 5 15 3 3 4

~I...
2 10 0 0 10
067.000-068.000 1 11 19 6 9 7 1 0 0 0 I
068.000·069.000 2 17 27 8 11 10 2 1 0 0 4
..,!
069.000-070.000 0 18 7 14 11 11 0 5 0 0 0
ARAH MAJALENG
065.000-066.000 0 22 16 9 6 5 0 23 0 10 0 0
066.000-067.000 0 22 12 I
067.000·068.000 1 4 10
15
1
6
2 I
0
0
10
10
0
0
12
12
0
0
111
12
068.000-069.000 1 29 33 7 0 Oj
L 069.ooo-o7o.ooo 0 22 24 6
9
4 0
7
0
23
25
0
0
7
18
0
0 I
I PAMAN"LOHBEN I
I ARAH
I LOHBENER
086.000-087.000 0 100 100 oj 0 0 0 100 83 100 0
I os1 .ooo-o8s.ooo 0 100 100 0 0 0 99 81 12
I 088.000·089.000 15 65 40 0 6 8 0
' 089.000-090.000 91 31 4 0 0 0·
100 1100
ol
I 090.000-091.000 15 42 1 1 I 0 88
100
35
96
49 I I I
I ARAII PAMANlJK
I !
I 086.000·087.000' 15 91 91 H 0 0 () : I}') I00 I)') II () I
I 087.000-088.000 4 79 79 15 7 2 0 100 80 100 0 0
I OH8.000-0R9.000
089.000-090.000
26
27
86
40
55
0
0
0
20
0
~0
0
0 , I 00
0 78 I
I 00
100
I00
99
0
0
0
0
i
I.
090.000-091.000
J....: 2 I I
-·~ -~· ~ ..... :~L-3 ~ . . . . -~ o
Catatan: KRS = kerunkan BTP = bagian tepi JRL =jejak roda luar AJR = antarajcjak roda
JRD = jejak roda dalam BTG = bagian fengah

21
Table 6.3. Jwnlah blok di mana kemungk.inan penyebab kerusakan terletak (%)
r-
I
I
I
I
LOKASI
(km·km)
I PROF
MEM
PROF
MEL
OEO
HOR
PE-

LEB
I
KRS
BAHU
PER
BAHU
I SAL
SAM
LER-1 MAIR
ENG I BBS
G:l
ORO
I
1 SADANO-SUBANO
I ARAH SUBANO
I
I
i 121.000-122.000 0 0 0 0 5 41 10 0 0 0
122.000-123.000 0 0 0 0 Q 42 1 0 0 0

~I
123.000-124.000 0 0 0 0 1 3 0 .0 0
124.000-125.000 0 0 0 0 2 5 I
0 0 0
125.000-126.000 0 1 6. 0 2 2 0 0 0 0
ARAHSADANO
I 6 0
! 121.000-122.000 0 0 0 0 10 10 0 0

~I
I 122.000-123.000 0 0 0 0 0 22 0 0 0
i 123.000-124.000 0 0 0 0 2 25 0 0 12
I
: 124.000-125.000 0 ·o 0 0 4 80 52 0 0 0
~ 125.000-I26.000 0 1 12 0 8 54 31. 0 0 0
CIREBON·KUNINO
I
! ARAH KUNINGAN
018.000-019.000 66 60 0 0 0 0 96 20 () 0
019.000-020.000 100 9 34 0 0 0 9 3 0 0
020.000-021.000 100 9 34 0 0 0 9 3 0 0
021.000-022.000 100 0 0 0 0 70 20 0 0 0
022.000-023.000 80 0 20 0 0 30 0 0 0 0
ARAH CIREBON
018.000-019.000 100 100 2 0 2 2 20 18 5 100
019.000-020.000 100 100 47 0 2 0 II 56 0 0
020.000-021.000 100 IOO 50 0 0 0 9 20 90 0
021.000-022.000 68 91 0 0 0 65 0 0 0 0
022.000-023.000 IOO 100 0 0 2 34 0 25 0 0
Kl!NINO-Cl KIJING
ARAH CIKIJINO
036.000-037.000 67 0 44 0 0 0 18 6 0 0
037.000-038.000 76 0 7 0 I 0 15 12 I 0
038.000-039.000 80 20 0 0 0 0 0 I 0 0
039.000-040.000 100 20 0 0 0 0 0 20' 0 0
040.000-04I.OOO 50 0 10 0 20 0 0 9 0 0
ARAH KUNINGAN !
036.000-037.000 70 99 33 0 0 43 0 33 100 96
I 037.000-038.000 68 100 5 0 0 7 29 26 0 . 97
038.000-039.000 83 100 44 0 0 35 3 20 97
I 0/

~ !. 4~ l.. ~:j
039.000-040.000 90 80 II 0 0 51 20
I
040.000-041.000 80 100 8 0 26 I4
! .I - - ·- -- .. - . ·-.
01
-· --- --- . -. --· - -

22
Table 6.3. Jum1ah b1ok di mana kemungkinan penyebab .kerusakan ter!etak (%) (lanjutan)

LOKASI I PROF PROF GEO~' PE- KRS PER l SAL LER- MAIR ORO- :

(km-km) I MEM MEL HOR LEB BAHU BAHU SAM ENG BBS ORO
: ~·s-KuNa __..._l_ _ _ _ _ t---+--- ·--+----+ 1--1-·
; ARAH CIKIJINO 1·
: 144.ooo-145.ooo 96 1 96 66 7 1 20 25 67 6 95
i 145.000-146.000 100 1 100 '84 0 2 3 12 57 0 98
146.ooo-14".ooo
147.000-148.000
1oo 1
100 '
89
82
87
71
0
0
7
0
8
0
6
5
so
76
I 0
0
99
100
148.000-149.000 100 100 . 87 3 2 9 4 81 I 0 99
ARAH CIAMIS
I
144.000-145.000 100 0 0 62 47 861 93
145.000-146.000 100 0 66 0 0 53 77 I
"I
Ol 100
146.000-147.000 100 0 85 0 0 29 95 i 0 97 1
147.000-148.000 85 0 70 0: 0 0 34 1 68 0 98 .
--.------ .---- ----- --r----.. ·---· .----- --·-0 ___ ...75--
148.000-149.000 100 0 10 56 83 0

MAJAL-CJKIJ1NG I I
ARAH CIKIJING .
065.000-066.000 100 I 91 50 0 I 100 0 89
I
I 0 0
066.000-067.000 100 89 83 0 3 100 0 40 1 100 0

~I
067 000-068.000 100 I 100 94 0 4 100 0 100 0
06H.000-069.000 97 100 34 25
~I
77 100 0 0
069.000-070.000 100 94 89 0 100 3 26 4 56
I
ARAH MAJALENG
065.000-066.000 75 100 65 0· 0 100 0 60 3 971
066.000-067.000 ol 2 I
1~ I
67 0 100 91 0 95
I 067.000-068.000 0 52 0 0 43 0 53 95 99
i 068.000-069.000 66 0 28 0 I 7 38 69 2 95
l 069.000-070.000 63 . 1 56 0 2 84 0 92 5 97

I PAMAN-LOHBEN
I ARAH LOHBENER
086.000-087.000 0 0 0 0 0 I 00 j 100 0 0 0
I 087.000-088.000 0 0 0 0 0 781 70 0 0 0
ORR. 000-0Rl). 000 0 0 0 0 I 5S 1 100 0 0 0
089.000-090.000 0 0 0 0 5 tiO 100 0 0 0
090.000-091.000 0 0 0 0 0 43 97 0 0 01
ARAH PAMANlJK

;
L------
OHCdlOO-OS7 .000
087.000-088.000
088.000-089.000
089.000-01.)0.000
090.000-091.000
0
o
0
0
0
0
o
0
00
J 0
o

(0)
o
0
0
0
() 0
o
0
3
0,
6~
10
14
21 .
IN I()()
60
43
100
97
0
o
I
0
0
I
I
u
()
o
0
() :
0
·

1
0
o
°0
0
-~' _ ____J__ __ L _ _ _ _ __!_ _ __

23
GAMBAR K1. KERUSAKAN SADANG-SUBANG arah Subang
(% jml blok)

100 C KTEPI
0 RETAK
80 mALUR
·-" 0 LBG
-=-1
...:;_. 60
' 40
!,-...:··

20

0
121-122 122-123 123-124 124-125 125-126
km-km

GAMBAR P1. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


SADANG-SUBANG arah Subang (% jml blok)

tl PROFMEM
100 0 GEOHOR
I!J PELEBAR
80
0 KRSBAHU
60 D PERBAHU
. I
0 SALSAMP
..
40 0 MUKAAIR
(!I LEr~NG
20

0 r n r - r-T""'' _0_=._

121-122 122-123 123-124 124-125 125-126


km-km

24
GAMBAR K2 . KERUSAKAN SAOANG-SUBANG arah Sad.ang
(%jml blok)

C KTEPI
100 0 RETAK
• ALUR
80 0 LUBANG
....:
·~
::c 60
.~ 40
1>--"

20

0
121 .122 122-123 123-124 124-125 125-126
km -km

GAMBAR P2. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


SADANG-SUBANG arah Sadang (% jml blok)

mPROFMEM
100 0 GEOHOR
'B PELEBAR
80 0 KRSBAHU
-"' 0 PERBAHU
::0
0 60 0 SALSAMP
,l_, II MUKAAJR
~.. 40 ~
E!l LERENG
20

0
121.122 122-123 123-124 124-125 125-126
km-km

25
GAMBAR K3. KERUSAKAN CIREBON-KUNINGAN
arah Kuningan (% jml blok)

l!l KTEPI
100 0 RETAK
8ALUR
80 0 LUBANG
-"<
0
::0 60
1 40
ll-!'

20

0
18-19 19-20 20-21 21-22 22-23
km -km

GAMBAA P3. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


CIREBON-KUNINGAN arah Kuningan (% jml blok)
~-

Eil PROFMEM
0 GEOHOR
100 B PELEBAR
:,
Cl KRSBAHU
80
~i I!!I·PERBAHU
-"'

:0 60
.·:
.<
.·:·
..::
t"'_I; IJ SALSAMP
8 MUKAAIR
1. 40 :,_. Ill LERENG
~ ;~

20
0
16-19 19-20 20-21 21 -22 22-23
km -km

26
GAMBAR K4. KERUSAKAN CIREBON-KUNINGAN
arah Cirebon (% jml blok)

1m KTEPI
100 0 RETAK
BALUR
80 0 LUBANG
..,- ~

~ ~
60
~

40
~

20

0
18-19 19-20 20-21 22-23
km-km

GAMBAR P4. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


CIREBON -KUNINGAN arah Cirebon (% jml blokr-----,
1:1 PROFMEM
0 GEOHOR
100 Ill PELEBAR
[J KRSBAHU
80 IC PERBAHU
- ~
0 SALSAMP
::0 60 II MUKAAJR
-~ . mLERENG
40
~

20

0
18-19 19-20 20-21 21-22 22-23
km~

27
GAMBAR K5 . KERUSAKAN KUNINGAN-CIKIJING
a rah Cikijing (% jml blok)

mKTEPI
100 Cl RETAK
Ill ALUR
80 D LUBANG
..:><
_g 60
.D

.E... 40
~

20

0
36-37 37-38 38-39 39-40 40-41
km-km

GAMBAR P5. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


KUNINGAN-CIKIJING arah Cikijing (% jml blok)

~ PROFMEM
D GEOHOR
100
B PELEBAR
80 0 KRSBAHU
liil PERBAHU
..:¥
0
-c; 60 .
1-:,
· D SALSAMP

.l 40
, ..
&- ~

20
0
'36 -3/ 31 -3U 3U -3C} 3C)-40 40 -41
km-km

28
GAMB6R K6. KERUSAKAN KUNINGAN-CIKIJING
arah Kuningan (% jml blok)

ID KTEPI

-'~ ::lt 60
1:1 RETAI<
• AL.UR
Cl LUBANG

~; 240 0 I+.~a-L=4U . ,·~


,·;,;
., -~:.
·.:~

36~7
~ ~: ~i
~

37~8
'

.
g...
i·,:·;··.'.' ,
~. .. .::.

38-39
'I
fl ~.·'
39-40
~ U.L-~
~

40-41
km -km

GAM8AR P6. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


KUNINGAN -CIKIJING arah Kuningan (% jml blok)

iOO
.. tl:l PROFMEM
0 GEOHOR
• PELEBAR

ao 0 KRSBAHU
83 PERBAHU
••<
·:.> 60 Cl SALSAMP
'1.:
• MUKAAIR
s. 40
'*
20

0
36-37 37-38 38-39 39-40 40-41
km-km

29
GAMB6R K7. KERUSAKAN CIAMIS-CIKIJING arah Cikijing
(% jml blok)

mKTEPI
100 C RETAK
• A!.UR
80 D LUBANG
.:.;

~-5
0
60
.~
40
;~

20

0
144-145 145-146 146-147 147-148 148-149
km-km

GAMBAR P7. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


CIAMIS-CIKIJING arah Cikijing (% jml blok)

100

80

~ 60
.£...
40
~ -

20

0
144-145 145-146 146-147 147-148 148-149
km -km

30
GAMB6R K8. KERUSAKAN CIAMIS-CIKIJING arah Ciamis
(%jml blok)

I!J KTEPI
"100 IS RETAK
II ALUR
80 Cl LUBANG

-""0 60
::0

.
~
-- 40

20

0
144-145 145-146 146-147 147-148 148-149
k m-km

GAMBAR P8. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


CIAMIS-CIKIJ:NG arah Ciamis (% jml blok)

100

80
..::.c
()
60 ~ ~
J:. ~- ; ~
~ 40
n
;~ ~ > :-·
:.::-.

!K' u
;r;
~ :<:

.
{)>;:
:;-:
20 '
-~.

<;
r..~ ;;, _ ..
0
144-145 145-146 146-147 147-148 148-149
km-km

31
GAMB6R K9. KERUSAKAN MAJALENGKA-CIKIJING
arah CiKIJING (% jml blok)

rJ KTEPI
0 RETAK
100
II ALUR
80 Cl LUBANG

-"'
..:2 60
.:::>
-~ 40
!~ ~

20
I

0~
65-66 66-67 67-68 68-69 69-70
km-km

GAMBAR P9. KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


MAJALENGKA-CIKIJING arah Cikijing (% jml blok)

66-67 67-68 68-69 69-70


km-km

32
GAMB6R K10. KERUSAKAN MAJALENGKA-CIKIJING
arah Majalengka (% jml blok)

11.11 KTEPI
0 RETAK
100
.ALUR
80 0 LUBANG

--"'
::0 '"' 60
~ 40
"' ~
20

0
65-66 66-67. 67-68 68-69 69-70
km -km

GAMBAR P10. KEMUNGf<INAN PE:NYEBAB KERUSAKAN


MAJALENGKA-CIKiJlNG arah Majalengka (% j ml blok)

100

80

:c~
·"'c . 60
..
~

£:..
40

20

0
65-66 66-67 67-68 68-69 69-70
km -km

33
GAMB6R K1 1. KERUSAKAN PAMANU KAN-LOHBENER
arah Lohbener (% jml blok)
II! KTEPI
mRET AI<
.ALUR
100

80
....>L
0
::0 60
_§_
40
1' ~

20

0
66-87 87-86 . 68-89 69 -90 90-91
km -km

GAMBAR P11 . KEMUNGKINAN PENYEBAB KERUSAKAN


PAMANUKAN-LOHBENER arah Lohbener (% jml blok)

,
00 !"" P' .,

t
'
~
.;:, ·'
80 .. <>
_~;j
~t
-o
:0 60 I~ .-
•' -~
r ...
;r.
'
~=
::'
T:l., x:-
.<

-~
.;:-
.,.,
,;.:

•. :i'
..•• -·=~ ;.:
~
40 '-I' .i' i F,f. ~.
l·p
ff n
:-: ·::-:
!;·< ~ -~

~"
.:.:
-: ..;
l;;; ·.<
~ ;~r
:·:
20 rJ .: .
·.:-;
~

·.1 "
Jl
.X
{
0
!:,;., ·~ H( r J. ·'
86-87 87-88 88-89 89-90 90-91
km-km

34
GAMB6R K12. KERUSAKAN PAMANUKAN-LOHBENER
arah Pamanukan (% jml blok)
Iii KTEPI
0 RETAK
100

80
:.<
0
::0 60
.£. 40
~

20

0
86-87 87-88 88-89 89-90 90-91
km -km

GAMBAR P12. KEMUNGKJNAN PENYEBAB KERUSAKAN


PAMANUKAN-LOHBENER arah Pamanukan (% jml blok)

100
T
rr·..... ..
80
..
~ : ~.1 '
-""
60
=-~
. £..
40
~ ~'
·•·

s--e .. ..
r
0 ,.
20

0 ·~
~

86-87 87-88 88 -89 89-90 90-91


km -km

35
1. Kerusakan, kemungkinan penyebab, serta hubungannya

7.1. l. 'mum
s~bagimn diuraikan di depan, bahwa ada tiga kelompok faktor yang
mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada perkerasan, yaitu faktor lalu-
lintas. sif:1t-sifat dan kekuatan bahan, dan faktor lingkungan. Yang termasuk dalam
faktor lingkungan, antara lain, cuaca, kondisi bahu, kondisi saluran samping dan
drainase, kondisi lereng, kondisi geometri, letak permukaan air bebas di sekitar jalan,
serta.kondisi perkerasan lama scbelum diberi lapis tambah.

Analisis hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebabnya dilakukan


per seksi untuk kedua arah (masing-masing arah seksi mempunyai panjang 5 km,
atau terdiri dari lima segmen, dan masing-masing segmen terdiri dari 100 blok
dengan panj~g masing-~ 10 m), sehingga faktor lalu-wyas, cuaca, dan kondisi
perkerasan . lama pada masing-masing seksi dianggap mempunyai sumbangan
pengaruh yang sama terhadap tet:iadinya kerusakan; dengan perkataan lain, faktor-
faktor tersebut dikeluarkan dari analisis. Disamping itu, faktor-faktor lain yang
dirnasukkan dalam analisis hanyalah faktor-faktor yang diperkirakan akan
memberikan swnbangan cukup nyata tcrhadap terjadinya kerusakan, yaitu, letak
permukaan dan kondisi bahu, kondisi saluran samping, kondisi lereng, dan letak
permukaan air di sekitar jalan. Lebih lanjut diasumsikan bahwa, sumbangan
pengaruh masing-rnasing faktor yang ditinjau dianggap mempunyai bobot yang sama.

Dcngan asumsi-asumsi di atas, hubungan antma kerusakan dengan kemungkinan


penyebabnya untuk rnasing-masing seksi pcngamatan, sccara gambm· (pictorial)
disajikan pada Gambar 7.1 sarnpai dcngan Garnbar 7.24, di mana sumbu "x"
meyatakan 'kemungkinan penyehab kerusakan dalam satuan persen jumlah blok,
sedangkan swnbu "y" meyatakan jenis-jenis kerusakan, yaitu, kerusakan tep~ retak
p:~da jejak roda luar, alur pada jcjak roda luar, dan lubang, masing-masing dalam
s:1t11at1 persen jumlah blok.

Sejauh ini. analisis hubungan kerusakan dan kemungkinan penyebabnya dilakukan


mclalui pengujian secara visual (examined by eyes) terhadap gambar-gambar yang
dist:butkan di atas. sedangkan analisis gambaran kemsakan. dan kemungkinan
pt:nyebabnya didasarkan atas data yang disajikan pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3.

36
'1.2. 8 ~. dang-Sub

i .2.1 . Data urnurn. Pada saat penelitian dilalmkan, umur lapis tambah pada Seksi
Pcngamatan Sadang-Subang adalah sekitar 5 tahun. Data lapangan menunjukkan
bahwa seksi ini terletak pada daerah pedataran di mana tidak terdapat
tanjakan/turunan terdapat sedangkan tikungan terdapat pada delapan belas blok.

7.2.2. Jenis kerusakan. Secara umum, pada Seksi Sadang-Subang terjadi berbagai
jenis kerusakan yang hampir menyeluruh, di mana jenis kerusakan yang terbanyak
adalah penurunan atau alur (_yang dimaksud dengan penuninan dalam analisis ini
adalah penurunan yang mempunyai kedalaman 3 mm atau lebih) dan retak pada
jejak roda luar. Blok pada seluruh seksi yang mengalami kerusakan adalah sebagai
berikut:

I · Rata-rata
I Jenis Jumlah :Minimum Maksimum
Kesrusakan (blok/seksi) (bloklsegm) (bloklsegm) (bloklsegm)

Penurunan 263 26,3 0 35


iI Retak
.
235 33,5 6 57
1 Lubang 76
I 7,6 0 17 I
~ erusakn Tepi I 20
I 2,0 0
i 1~
7.2.3. Kemungldnan penyebab kerusakan. Kemungkinan penyebab kerusakan
yang paling banyak adalah letak permukaan bahu. Permukaan bahu dianggap
mempengaruhi terjadinya kerusakan apabila letaknya 50 mm atau lebih besar di
atas aum di bawah permukaan perkerasan. Berdasrak Table 6.3 penyebab kerusakan
pad<; selW\Jh seksi dirangkum sebagai berikut:

j :J~i
! ld ~"_
- K emung-
Penyebab (bloklseksi)
· Junilim I
1- (bloks_'!"~
Rata-rata .
l
I !v1inimum
(blok_ls_
e gm
MakSimum.
_ )-t-_Cb_lo_kl
_ s_e_gm_)
j
r<erusak Bahu j 36 · . 3,6 I 0 8
IPcrmuk Bahu 279 1 27,9 .o 80
i S.1luran Samp 112 i 11,2 0 52
! L.~ re ng 0 I 0 0 0
!L...i' _______
~: n~ - kan Air 12 I
___.___
1,2
_i 0 :
__l____! 12
__ _ _j

37
7.2.4. Hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebab

(1) Kerusakan tl:pi


Dari Gambar 7.1, terlihat bahwa pengaruh kemungkinan penyebab terhadap
kerusakan tepi dapat dikatakan hampir tidak ada. Untuk berbagai jumlah
blok kemungkinan penyebab, kerusakan tepi selalu terletak pada rentang 0
sampai 10 blok dengan nilai yang tidak konsisten.

(2) R~tak pad a jejak roda luar


Titik-titik hubungan antara retak pada jejak roda luar dengan kemungkinan
penyebab kerusakan sebagaiman yang ditunjukkan pada Gambar 7.2
mempunyai kedudukan yang tersebar, terutama pada daerah kemungkinan
penyebab di bawah sekitar 40%, meskipun garis hubungan secara umum
mempunyai kecenderungan yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk kemungkinan penyebab di bawah 40%, hubungan antara kerusakan
dan penyebabnya adalah tidak nyata, sedangkan untuk kemungkinan
penyebab di atas 40% hubungan tersebut mempunyai kecenderungan ya&g
cukup nyata.
(3) Alur pad a jejak rod a luar
Gambar 7.3 menunjukkan bahwa pada kemungkinan penyebab di bawah
20%, terdapat hubungan antara terjadinya alur dengan kemungkinan
penyebab, meskipun tidak benar-benar konsisten; sedangkan untuk
kemungkinan penyebab di atas 20%, tetjadinya alur adalah kira-kira tetap
pada nilai sekitar 30%, tanpa dipengaruhi oleh besamya jumlah
kemungkinan penyebab.

(4) Lubang
Lubang biasanya terjadi setelah retak, sehingga hubungan masing-amsing
antara kedua jenis kerusakan dengan kemungkinan penyebab akan mirip.
Namun dari Gambar 7.3 dan 7.4 temyata hal tersebut tidak tetjadi. Dari
Gambar 7.4 terlihat bahwa untuk kemungkinan penyebab di bawah 10%
tetjadi pengumpulan titik dengan jumlah maksimum kejadian lubang adalah
di bawah sekitat 18%. Untuk kemungkinan penyebab di atas10%, titik-titik ·
kejadian lubang menunjukkan jumlah yang naik turun dengan jumlah
maksimum dan minimum masing sekitar 18 % dan 0%. hri berarti bahwa
hubungan antara kejadian lubang dengan kemungkinanpenyebab adalah tidak
cukup nyata.

38
GAMBAR 7.1. SADANG-SUBANG
PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN
100.,.-----·

:};)-1
i
!
oo1
!Z"
...
2i
i
rof I

c eol
a:w wJ
1-
z I
~ ~oi
-t
"'
::1
a:
w
soi
ll' i
~0
i
10; • •• •
• •
oW-- •• •
0 10 20 sO 4o 50 60 70 eo 00 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAR 7.2. SADANG-SUBANG


PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN

7<1
oo{ • • • •
501 • • •
40~
30-j
I
• •
20 • •
10
... •
• • • •
0+-r~.,
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

39
GAMBAR 7.3. SADANG-SUBANG
I'ENGARUH I'ENYEBAB TERHAOAI' KERUSAKAN
100·

~f.
~
..2
-'1

~
oo-\
ooJ
70i
!
l
a:
<
.:l 60~
!'
• .J
>$. I
0
!! 5~j
:.:
...,4,
&:J

<
t>
"')
¥>~·
·:.v ••
• •

.

~
"' • • •
lr.
;:)
:20~
.,··' ·,o.ri • •
i
. I
.)......-
0 10 20 --r---,---·--.-------r----r---··-,-·--.---J·
~ ~ ro
KEMUNGKINAN PEtiYEBAB (% jrnl blok)
ro ro oo ~ 100

GAMBAR 7.4. SADANG-SUBANG


I'ENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN
100

1 oo,

z
70~ #

..2
-'1 0~
I
~ 50~
li< I
40
11)
::l
-'
30

20
•• •
10 • • •• • •
0
0

• -••
10 20

~

40 60 5070

KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)
·--,--
00 90 100

40
7.4. Circ~b•:m-Kunga

7. 3 .1. Data umum. Seksi Cirebon-Kuningan mempunyai umur perkerasan sekitar 5


t:thun. dan terletak pada daerah yang ticlak rata. Hal tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya blok yang mempunyai tanjakanltunman, tikungan dan lereng, yaitu masing-
masing sebanyak 914, 187 dan 145 blok untuk kedua arah.

7.3.2. Jcnis kerusakan. Dari keempatjenis kerusakan pada ini, retak merupakan se~i

jcnis k~rusai yang paling banyak tct:iadi. dan selanjutnya diikuti oleh alur, lubang
dan kerusakan tepi. Adapun rinc.ian data kerusakan adalah sebagai berikut:
-- ·--------,--------,---···-··------r----J
.lenis 1 Jumlah ! Rata-rata I lvfinimun1 Maksimum 1

Kerusakan i (blok!seksi) ! (blok/segm) I (blok/segm) (blok/segm) I


:~an- r- 250: :- 25~ ----- ;----r-- ~:-
. Lubang 20 2,0 0 9
'-~rusakn Te~ __ _:-:______ 0,3 0 J 2 __ j
Apabila persentase jumlah blok dianggap sama dengan persentase luas, maka dari
data di atas terlihat bahwa tanpa memperhatikan jenis dan Iebar celah, retak tetjadi
I

pada · daerah lebih dari 20~to luas, sedangkan alur, tanpa memperhatikan
kcdalamannya di atas 3 mm, terjadi pada daerah seluas lebih dari 5%.

7.3.3. Kemungkinan penyebab. Hasil inventarisasi memmjukkan data


kcmu11gkinan penyebab sebagai berikut:

r -Je~ _!___Rat~
Ket~ng-l Jumlah Minimum Maksimum I
: kinan Penyebab i (blok!seksi) j (blok/se~) ! (blok/segm) '(blok/segm) ~
··------ -------------! ~-:· ---- ______ __j
Kerusak Bahu ; 6 1 0,6 1
0 2 1

Permuk Bahu 201 20,1 I 0 J 70 1

: Saluran Samp
Lereng
. Permukaan Air
174
145
95 1
17 4
14:5
9, 5
'
.1
1
0
0
0
Ji 96
56
90 _j
I
--'--- - -~_L -------

Dari data di atas terlihat bahwa letak petmukaan bahu mcrupakan kemungkinan
p~nyeba yang paling banyak, cbn diikuti oleh kondisi saluran samping, lereng,
ktal~ petmukaan air bebas, serta kerusakan balm.

~
7.3A. llubungan ant.ara kerusakan dengan kemungklnan pcnyebnb

(I) K erusakan tepi


Dari Gambar 7. 5. terlihat bahwa kerusak.an tepi tidak dipengaruhi oleh
kemungkinan penyebab. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah blok
kejadian kerusakan tepi yang hampir selalu terletak pada nilai 0 untuk
berbagai jumlah blok kemungkinan penyebab.

(2) Retak pad a jejak rod a luar


Gambar 7.6 menunjukk.an bahwa kenaikan jumlah blok kemungkinan
penyebab tidak sejalan dengan kenaikan jumlah blok retak, bahkan secara
garis besar dapat dikatakan bahwa untuk jumlah blok kemungkinan
penyebab di bawah sekitar 30%, jumlah blok retak lebih besar dari pada
untUk jumlah blok kemungkinan penyebab di atas 30%. Di samping itu, pada
masing-masing daerah tersebut tidak terjadi kecenderungan yang konsisten.
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada seksi ini, kemungkinan penyebab
tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap kejadian reta1c

(3) Alur pad a jejak rod a luar


Hubungan antara alur dengan kemungkinan penyebab sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 7.8 tidak terlihat secara nyata. Untuk jumlah blok
kemungkinan penyebab yang semakin merungkat, terjadi jumlah blok alur
yang naik turun pada rentang antara 0 dan sekitar .20%.
(4) Lubang
Kejadian lubang yang ditunjukkan pada Gambar 7.8. agak mmp dengan
kejadian untuk alur, yaitu untuk jumlah blok kemungkinan penyebab yang
makin meningkat, terjadi jumlah blok lubang yang naik turun pada rentang
an tara 0 dan sekitar 10%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kt;jadina
lubang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan pcnyeba~

42
GAMBAA 7.5. CIAEBON-KUNINGAN
I"ENGIAf'IUH I"ENYEBAB TERHADAI" KERUSAKAN
, 00,.--.-
I
I
l
9()·~

OOi'
:i'
0
I
70~
:a
I
1
c 0~
A:
w
....
zc.(
~1
:.:: 40~
I
~ I
~

:j
a:
w
:.::

-.----.--.---,---_j
'
'0~
i
o • .: • •••• • ' • ' • I
c 10 ~ oo ~ ro ro ro oo oo 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAA 7.6. CIAEBON-KUNINGAN


PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN

:g '~
::c
I
t . 701 • •
i ••
r.:
eo~
c(
:-:>
--'
~-= I
0 I

:f
:.:: ~
..,
<(
40-1
I
..,w ·T • •
c(
0
c(
:~. • •

i~
ll..
:.::
c.(
.... • • • •
jg 10 • •
• • • • •
0
70 80 100
~
0 10 20 30 40 50 60
KEMUNGIKINAN PENYEBAB (% jml blok)

43
GAMBAR 7.7. CIAEBON-KUNINGAN
PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN
100!

:z0 ~l
I
1i
~-1
1
~ 10-!
a: II
<
::::l
_.; 1301
0
< '
50~
~ I
!-'
..,< i
w ., 40l

Q
<
< :~
Q..
a:
::::l
....
20i • • •
< I
10

0, •. • •
• j
0 •• ••I
10
I
20
I
30
---,-
40 50
I •
60
I
10
' 00
'
90 '100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% Jml blok)

GAMBAR 7.8. CIREBON-KUNINGAN


PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN
100-r

r.,c-1
''
'
~.)
!
:?
701
0 I
:::;
ool
I I

!'~ sc-j
I

~ I
<t
IQ
::::l
401
~l
-'

201

.,. .20,
• •
lOr •
u 0 -· 10

30 40 50 ro 10
I
00 • •I
90 100
KEMUNGKINAtJ PENYEBAB (% jml blok)
7:4. Kuningan-Cikijing

7.4.1.. Data umum. Seperti halnya Seksi Cirebon-Kuningan, Seksi Kuningan-Cikijing


mempunyai umur perkerasan sekitar 5 tahun, namun dengan LHR. yang lebih rendah,
yaitu sekitar setengahnya. Medan yang tidak rata ditunjukkan .dengan banyaknya blok
yang mempunyai tanjakan/turunan, tikungan dan lereng, yaitu masing-masing
sebanyak 764, 162 dan 144 blok wttuk kedua arah.

7.4.2 . .Jenis kerusakan. Retak nampaknya merupakan kerusakan yang paling banyak
terjadi pada seksi ini, meskipun tidak sebanyak pada Seksi Cirebon-Kuningan.
Berdasarkan T abel 6. 2 dapat diturunkan rangkuman data kerusakan sebagai berikut:
- . -- --- ----T--·----····--.. -1·~ l
Jenis. I Jumlah I Rata-rata 1 Minimum• I Maksimum
~- Kerusakan . (bloklseksi) I (blok/segm__) -+'·_(_h_lo_k_ls_egm_)--+_(_bl_o_kl_se_gm_) 4
1

i Retal<: 1 17 5 17, 5 I 4 I'


38
Penurunan 1 163 16,3 1 62
; Lubang 5 0,5 0 I 3
!_ ~usakn Tepi j ___6 ___ j 0,6 j __~-6'
Dari data di atas terlihat bahwa jumlah kejadian retak hampir sama dengan jumlah
kejadian alur, meskipun tidak terlihat apakah retak tersebut tetjadi pada blok yang
bersamaan dengan blok di mana alur tetjadi, atau tidak.

7.4.3. Kemungkinan penycbab. Berdasarkan Tabel 6.3 dapat diturunkan


ran~ data kemungkinan penyebab sebagai berikut:

Jenis Kemung- j Jumlah Rata-rata -r-1 'Minimum Maksimum I


, kinan Penyebab j (blok/seksi) (blok/segm) , (blok/segm) (bloklsegm) 1

------·+---- ---+--------+------1
Kerusak Bahu 21 2,1 0 20
Permuk Bahu 50 5,0 0 43
'
! Saluran Samp 174 17,4 0 51
' Lereng 144 14,4 l' 0 I 33
I Permukaan Air
. --------·---------- L ...
tn L 11,1
--- ---- - - - - - - - -------
o 1oo
--- -- ---- __,___ _[_ ______ ------ _J

Letak permukaan air bebas di sekitar jalan nampaknya merupakan kemungkinan


pcnycbab yang paling banyak, dan diikuti oleh kondisi saluran samping, lereng,
permukaan bahu, serta kemsakan bahu.

45
7.4.4. Hubungan antara kerusakan dcngan kemungkinan pcnyebab

( l) Kt.•rusakan tepi
P<1da Gambar 7.9 terlihat bahwa kemungkinan penyebah tidak menunjukkan
pengaruhnya · terhadap kerusakan tepi. Untuk berbagai jumlah blok
kemungkinan penyebab, titik-titik yang mcnyatakan jumlah blok kerusakan
tepi praktis terletak pada garis 0.

(2) Retak pada jejak roda luar


Titik-titik hubungan antara kejadhm retak dcngan k~;mungia penyebab
sehagaimana y:mg ditunjukkan pada Gam bar 7.1 0, hampir seluruhnya
terletak pada absis di ba~vh 50% dan ordinat di bawah 40~ 1 o. Pada daerah
ini, kedudukan tikny~ . tersebar, di mana jumlah kemungkinan penyebab
yang makin besar tida~' selalu diikuti oleh jumlah kejadian retak yang
~:cmakin besar. Dengan demikian, dapat dikatakn bahwa untuk seksi ini
kejadian retak tidak dipengaruhi oleh penyebab.

( 3! .'.\Jur pad a jejak rod a luar


G;unbar 7.11 menunjukkan bah\va hampir seluruh titik hubungan antara
k~iadn lubang dengan kemungkinan penyebab terletak di daerah absis di
bawah 60% dan ordinat di bawah sekitar 60%. Apabila daerah irri dibagi
lJgi, terlihat bahwa untuk jumlah blok kemungkinan penyebab antara 0 dan
20°·o. jumlah blok kejadian lubang terletak antara 0 dan 60%; sedangkan
untuk jumlah blo.k kemu.ngkinan oenyebab antara 20 dan 60%. jumlah blok
kejadian lubang terletak antara sekitar :5 dan 20~'. Berdasarkan gambaran ini
dapat di'>impulkan hahwa sulit diperoleh hubungan yang nyata antara
kejadian lubang dengan kemungkinan penyebab.

(-1.) Lubang
Kejadian lubang sebagim~ yang ditunjukkan padl Gambar 7.12 adalh
mirip dengan kcjadian kcrusakan tepi, yaitu, untuk berbagai jumlah blok
kcmungkinan pcnyebab, jumlah blok kejadian lubang hampir seluruhnya
terletak pada garis 0~. Hal ini berarti bahwa kejadian lubang tidak
dipengaruhi oleh kemungkinan penyebab.

46
GAMBAA 7.9. KUNINGAN-CIKI.JING
I"ENGAAUH PENYEBAB TERHAOAP KI!RUSAKAIJ
-··))r----· ---------------------,
d')-j

::;:
0
7C~
:5
I.o !
s-:H
~:. i
0:
...z
111
wl
< 401
"(.')
< !
@ :c~
u.:
"' 20~

·a~

o•l~-.·r [• 11) 20 :30 40 50 60 70 100


KEMUNGKINAN PENYEBAB (% )ml blok)

GAMBAR 7.10. KUNINGAN-CIKIJING


PENGAAUH PENYEBAB TEAHAOAP KEAUSAKAN

11
:z
..2
~
~
_g

i I

~
a:
7~ !
c(
::1 60-1
-'
c(
a ·i
2 501
::.::
...,<t 40~
u.: ..,
<l
c. 30l. • II

~.
<1 I
• ••
. .. Jl
~

~
~
....
1-
w • ••
a:
'j +-,.~r
0
• • • ••
I
10
I
20 30 40 50 60 70 80 00 100
KEMUNGI~A PENYEBAB ('7o jml blok)

4-7
GAM BAR 7 .11. KUNINGAN-CIKI.JING
PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KF.RUSAKAN
·-cc-!
,.~J
I
j
O:C,
!
10-i
I

u •

• •

• •
~o-f
r " •. . ••
I
• •

'" j
:)-t------'!,----'1''¥- -r----,.-·---- ----r--------r----,-------,--·-.-----i
n 10 20 30 40 !Al oo 10 eo 00 100
KEMUNGKINAN PeNYEBAB (% jml blok)

GAMBAR 7.12. KUNINGAN-CIKIJING


PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN

'COl
:
0~
I
I

:;.- 001
70

.Q
.ll €0
1 I
t 50-~
I
ez I

<
II) 401
3 :30~
i
i
20-1
I
·o-1I

~C-,· 10
••• - .....-..,..1.....~-.·r,<jo •
__...,.._........
20 30 40 50 60 70 00 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

48
7.5. Ciamis-Cikijing

7.5.1. Data umum . .Seksi Ciamis-Cikijing dapat dikatakan terletak di daerah


perbukita11, di mana hampir selumh bagian seksi pengamatan terletak pada
tanjakan/turunan dan sebagian terbesar blok terdiri dari tikunt<m dan mempunyai
lereng samping.' Secara kwantitatif, gambaran tersebut dapat ditunjukkan dengan 981
blck tan_iakan/turunan, 754 blok tikungan, dan 770 blok lereng. Umur lapis tambah
pada Seksi Ciamis-Cikijing adalah sekitar 5 tahUJ.i.

7.5.2. Jenis kei'Usakan. Pada seksi ini, retak dan alur terjadi pada hampir setengah
dari pada daerah pengamatan, sedangkan lubang dan kemsakan tepi tetjadi hanya
pada sebagian kecil daerah pengamatan. Gambaran kwantitaif dari pada masing-
masing j~nis kerusakan adalah sebagai berikut:
· ··-··- ----- ·-·T _____ -·-----1··· ·-·--·-- ----- ··-T··-· ···--·- -- ··r -- -···- -· -- ·- ·-· i

Jenis i .Tumlah : Rata-rata i Minimum I Maksimum


L-~e_rusakn+1(biol) l (blok/segm) (blok/segm) (blok/segm)
. Retak 451 i 45,1 15 69
i I I
' Penurunan 450 I 45,0 jl 17 65
Lub:;ng 11 l, 1 0 I 4

'-~lan_T.epi1j _ _3_6 L 3,6 L_ _ o._ _ l.__Io_ __,


Sehagaitnan halnya pada Seksi Kuningan-Cikijing, terlihat bahwa pada scksi ini
jumlah hlok kejadian retak hampir sarna dengan jumlah blok kejadian alur.

7.5.3. Kemungkinan penyebab. Berdasarkan Tabel 6.3 dapat ditumnkan


rangkuman data kemungkinan penyebab sebagai betikut:

----- ---···---- --- -·~,

krus Kemung- i Jumlah i Rata-rata I ~finmu I Maksimum I


kmanPenyebab • (blokse.i~+ (bloklsegm) j_<l'1~fegmJo2"s-
Kcrusak Bahu 17 1, 7 I 0 I 1 I
Pennuk Bahu 112 11,2 0 I 62
Saluran Samp 271 27,1 4 s6 I
J.creng I 770 77,0 57 95 I
r:~mkan - -·-
Air i 10 i 1,0
._ .. ________ _, _ _ _ _ _ _ _ _ _ 1 _ _ _ _. _ _ _ _ _ .~
0 6
__j
!

49
7.5.4. Hubungan antara kerusaimn dcngan kemungidnan penyebab

( l) Kerusakan tepi
Gambar 7.13 menunjukkan bahwa unruk berbagai jumlah blok
kemungkinan penyebab, jumlah blok kejadian kemsa~n tepi terletak pada
rentang antara 0 dan 10% dengan pola yang naik turun. Ini berarti bah\va
I

pengaruh kemungkinan penyebab hanya memberikan sumbangan pada


kejadian kerusakan tcpi maksimum 1O~'o, atau mungkin tidak mebrik~n

s~mbang.

\ ~·.! Retak pad a jejak rod a luar


Titik-titik hubungan antara kejadian retak dengan kemlmgkinim penyebab
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gam bar 7.14 secara gruis besar terdiri
dari dua kelompok, yaitu yang terletak pada daerah jumlah blok
kemungkinan penyebab di bawah 50% serta yang terletak pada daerah
jumlah blok ke-mungkinan penyebab di atas 50%. Titik-titik hubungan !'ada
kelompok pertama tertumpuk pada daerah jumlah blok kemungkinan
penyeb'ab di bawah kira-kira 12%, sedangkan pada kelompok yang kedua
lebih tersebar. Pada kedua kelompok, jumlah blok kejadian retak terletak
pada rentang antara 15 dan 70% dengan pola yang naik turun. Dengan
gambaran tersebut, kiranya sulit diperoleh hubungan yang konsisten.

(3) Alur padajejak roda luar


Kejadian aluar sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7.15 mirip
dengan kejadian retak pada (2) di atas, yaitu titik-titik hubungan terkelompok
di dalam dua bagian, di mana jumlah blok kejadian alur terletak pada rentang
antara kira-kira 20 dan sampai kira-kira 65%. Demikian juga, untuk
kelompok pertama, alur tcrjadi tcrutama pada jumlah kemungkinan
penyebab di bawah 10%, sedangkan untuk kelompok kedua alur terjadi
tersebar pada rentang jumlah blok sekitar 18 dan 65%. Berdasarkan posisi
titik-titik hubungan tersebut., nampaknya kemingkian penyebab tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata.

(-1-} Lubang
Titik-titik pada Gambar 7.16 rnenunjukkan bahwa untuk berbagai jumlah
blok kemungkinan pcnyebab. kcjadian lubang hampir tidak teijadi, atau
hampir seluruhnya terlctak pada garis 0. Ini mcnunjl.':kan bahwa kejadian
lubang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan pcnyebab.

50
GAMBAR 7.13. CIAMIS-CIKIJING
PENGAAUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN
. C-.J-r-----
I
i
';,()l
1"(1 ~

"5 7:~-
:.0
l :C·j
t:.
Ci: I
w '50-j
1-

40~
%
c(

"'::>-«
;.? I
a: xj
w
:;&: I

-=:;,·.~r ·~-,_:r=.J
t?O-j

,o..jr,. •

oL··-·0 10 20 oo 40 ~
I • ..
oo

ro oo oo 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAR 7.14. CIAMIS-CIKIJING


PENGAAUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN

1~

:i<
0
~ I
J5

~
1
ct • • •
a:
c(
;:) • •
-'
0
~
c(

"'..,w
l-- I• •

• •





c(

..,
c
a
4}••
'10·, •
• • • •

:'
<!.
a..
:,.:
<
1-
lU
2()-j
i •• • •
I
-·--r--J
(.£:.
I
lOJ

0 .----r----.-
Cl 10 20 30 40 50 00 70 60 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

51
GAMBAA 7.15. CIMAIS-CIKIJING

1'.SJ·.,.-- ------------------------------------------------------l
PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUSAKAN


• •
• •

• • • • • •• •

• • II

c+ (1 10 20 30 40 50 eo 10 BO 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAA 7.16. CIAMIS-CIKIJING


PENGARUH PENYEBAB TERHAOAI" KERUSAKAN
• ~), 0-

~-\

~)-f

'
m~

~)
2
:!
l i
5<.'1
~ ,~

"~ 2:
4:.~

__
::1 ,
'"'_j

JC-j
L'l'

10 3:) 40 50 60 70 eo 90 100
KEMUNGKINAN PEt~YBA t% jml blok)

52
7.6. Majalengka-Cikijing

7 .6.1. Data urn urn. Seksi Mjalengka-Cikijing mempunyai karakteristik lapangan


sepcrti Seksi Cirebon-Kuningan, Kuningan-Cikijing, atau Ciamis-Cikijing, yaitu
lerlc!l<lk p<lda daerah perbukitan dengan 864 blok tanjakan/turunan, 617 hlok
tikungan, dan 541 blok lereng sampi:ng.

7.6.2. ..Jenis kerusakan. Pada seksi ini, retak dan alur merupakan jenis kerusakan
yang paling banyak terjadi, meskipun tidak sebanyak pada Seksi Ciamis-Cikijing.
Bila dibandingkan dengan seksi-seksi lainnya, jurnlah blok kejadian · lubang
nampaknya yang paling banyak, sedangkan kerusakan tepi dipandang sedikit.

- ------------,.-------· - - , - · - - - - · - , - · - - - - - - - - - - . , - - - - - - - - - . ,
Jenis Jumlah : Rata-rata !\.1inimum Maksimum

•·· . . ~".flJS (blokse~ir! (bl~k/segm) >-+_(bloksegm)~


_<_hl_o_kl__s_e_gm
___
~ Retak I 163 1
16,3 7 33
! Penurunan . I 107 1 10,7 1 1 • 25
• f.ubang I 40 4,0 0 I 12 j
Kc.:rusakan Tepi l 5 I 0,5 I 0 I 2 I
·-· -·-· ·····-·--_j___ - · - ______ l _____________ _j _______ -- ____ j _____________ _

Terlihat bahwa kejadian retak pada seksi ini lebih banyak dari pada kejadian
alur'penurunan, meskipun kondisi lapangannya mirip dengan kondisi lapangan Seksi
Ciamis-( 'ikijing.

7.6.3. Kemungkinan penyebab. Berdasarkan Tabel 6.3 dapat diturunkan


rangkuman data kemungkinan penyebab sebagai berikut:
.-·. -r~, --,
Jenis Kemung- I Jumlah : Rata-rata Minimum Maksimum I'
kinan Penyebab i (blok!seksi) i (blok!segm) (blok!segm) (blok/segm)
II
K~.:nisak Bahu 21 2, I 0 4
II
Pcnnuk Bahu I 834 83,4 7 100
I
Saluran Samp 75 7,5 0 38
Lereng 541 54,1 8 91
Pennukaan Air 334 33,4 0 100
- --------·

Lhn darJ di atas terlihat bahwa letak pennukaan bahu cu~-p mencolok, demikian
juga kreng samping dan pennukaan air bebas.

53
7.6.4. Hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebab

(1) Kerusakan tepi

Gam bar 7.1 7 menuf\iukkan bahwa untuk berbagai jumlah blok


kemungkinan penyebab, seluruh jumlah blok kejadian kemsakan tepi
ierletak pada garis 0%. Hal ini menunjuk.kan bahwa kemungkinan
pcnyebab tidak berpengaruh terhadap kejadian kerusakan tepi.

(2) Retak padajejak roda luar

Titik kejadian retak St)bagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7.18


tt;rletak pacta dacrah jumlah blok sekitar 7 dan 3 5°--o dengan pola yang naik
mrun. Titik-titik tersebut terkelompok ke dalam tiga bagian, yaitu, untuk
dacrah jumlah blok kemungkinan penyebab di bawah 1Oo/o, antara 10 dan
0 0'~·o, dan di atas 90%. Dari ketiga kelompok ini, tidak satupun yang
menunjuk.kan konsistensi hubungan antara kemungkinan penyebab dengan
k~.:jadi<m k~rusan, schingga tidak agaknya tidak ada korelasi yang nyata.

( 3) Alur pad a jejak rod a luar

K.ejadian alur sebagaimana yang ditunjukkan pacta Gam bar 7.19 adalah miiip
dengari kejadian retak pada (2) di atas, yaitu titik-titik hubungan terkclompok
ke dalam tiga bagian. Untuk ketiga kelompok tersebut, jumlah blok kejadian
alur berkisar antara 0 dan kira-kira 25%. Dengan pola ini, kiranya sulit
diperoleh garis hubungan yang nyata .

. (-+) Lubang
Titik-titik hubungan antara kejadian lubang dengan kemungkinan penyebab
terkelompok ke dalam tiga bagian, yaitu di daerah jumlah blok kernungkinan
penyebab di bawah 15%, antara 15 dan 80%, serta di atas 80%. Jumlah
maksimum dari pada blok kcjadian lubang adalah kira-kira 12%, sedangkan
jumlah rninimumnya adalah 0%.

54
GAM BAA 7. "17. MAJALENGKA-CIKIJING

·, 0..1

:=...:.i·'
PENGARUH PENYEBAB TERHAOAP KERUISAKAN

---, I
I
I
I
t:i:-.

:?
0
:lS 70"

l (~1
~
a:w I

1- "('i
z
oct 4C·1 I
.,
l.:
~ I
~ ..
w
:.::
()·...; I
I
'j~T.!-,· ) 10 20 :l'J
a
.;r;
• ...!!.. . - ..
~· ';0
~-.
·ro
-.....---l!,---·-,·---,1•-o-!!•'--l
rJO oo 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jrnl blok)

GAMBAA 7.18. MAJALENGKA-CIKIJING


PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSA!<AN
1 (l(h-

7 90-i
0
:lS
80·•
l 0
/0
(;:_
,,
:)
1~'
<(
0
~ '.o-!
• I
::.::
..,oct 40·1 I
I
...,
·-
!!J

~
<f
0 .30~
• • •
' •• • • •
<f
•• •

;
Q_
:.::
4: :?0 .. • • •
;-
10;..·
-
LU
• •
J
oc:

I •
i
0-r---------..----·-- r-·---· ~-r ----r--- -r-
0 10 20 30 40 50 60 70 uo 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

55
GAMBAR 7. 19. MAJALENGKA-CIKI,JING
PENGAAUH PENYI:BAB TEAHADAP KERUSAKAN
'~J(;-· ----------------------------------------

s:~;-

,j.
I
i
'J . . .

::• -&
- ~•.-o
.
T ____JL __
20
.-~
3()
• •
-·--r---- -··--r
40 ~.

-
6fJ 70 ~ofj 90

• •
"'
---···-r----r-- ·--'T·-----...,...------·-·-*
I

1 00
KEMUNGKINAN PENYEBAB t% jml blok)

GAMBAR 7.20. MAJALENGKA-CIKIJING


PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN
----- ---- -r~

I
i
-/,\:· - I
~-l'
I I
-"0
]) o<)
I
'
l c-·,_.
·'"i'"·:

(!)
I
z•.( -~:·
.:u
::)
__,
-~

~ (Je
- I

......
8.fi
j

!L.,_-'•"<~or·

10 20

30

• •

40 50

E<:1 70 00
•• 1
90
j
ICC
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

56
7. 7. Pamanukan-Lohbener

7.7.1. Data umum. Seksi Pamanukan-Lohbener terletak di daerah yang datar, di


mana tidak terdapat tanjakanlturunan, tikungan dan lereng samping. Adapun umur
lapis tambah pada seksi ini adalah sekitar 2 tahun. Di samping itu diketahui pula
bahwa seksi ini merupakan terletak pada ja1aur yang dilewati lalu-lintas berat dan
padat.
· 7. 7.2. Jenis kerusakan. Keculai jenis kerusa~n lubang, pada seksi ini terjadi
kerusakan yang hampir menyeluruh. Hal tersebut ditunjukkan dengan data
kerusakan sebagai berikut:

r--- I
Jenis I Jwnlah i Rata-r~-r Minimum I Maksimum

1
I

Kerusakan (blok/seksi) i (blok/se blok/segm) I (blok/segm)

: Retak 471 I 47,1 T---1 100


i
i I I
, Penurunan , 915 I! 91,5 75 100
1
I
, Lubang
.Kerusakan T epi
'--- -----------
I
I
14
195
____ LI
I 1,4
19,5
L~ 1
p
9~ __ j
!

Terlihat bahwa kejadian alur/penurunan terjadi pada hampir seluruh seksi,


sedangkan retak dan kerusakan tepi masing-masing tetjadi pada hampir setengah
dan seperlima seksi.

7.7. ~.Kemungkinan penyebab. Berdasarkan Tabel 6.3 dapat diturunkan


rangkuman data kemungkinan penyebab sebagai berikut:

.- - - -·- .knis ·-,~r+ .Kemung- 1 Jumlah ! Rata-rata Minimum Maksimum


C-~!enyab i~ok/seiL(blgm) (blok/se~) (blok/segm)

Kemsak Bahu 9 II 0,9


!
0 5
Pcnnuk Bahu I 513 ! 51,3 I 10 100 I
Saluran Samp ' ? ! ? ? '? I
I
I .creng 1 0,] 0 1
1\:rmukaan Air i 0 0 0 I 0 I!
__________ l _____________ - ' - ----- ... . __ j. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ j_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ .......:

Yang menonjol dari kcmungkinan penycbab ini adalah permukaan bahu. lni
mcnut\iukkan bahwa hampir pada seluruh seksi. pennukaan bahu terletak 5 em
atau kbih besar di atas atau di hawah pennukaan perkcrasan.

57
7. 7.·+. ! Iubungan antara kcrusalmn dengan kcmungkinan penyeb<tb

( I ·~ Kerusakan tepi

Gambar 7.21 memmjukkan bahwa untuk berbagai jumlah blok


kemungkinan penyebab, jumlah hlok kejadian kerusakan tcpi tersebar
antara 0 dan 90~'o, meskipun seba'gi.an tcrbes~ terletak di bawah 30%
secara naik turun. Dcngan k..:dudukan titik-titik seperti ini, nampaknya
pengaruh kemungkinan pcnyebab terhadap kerusakan tepi sulit
dit~njuka.

( ,, ' Retak pada jejak rod a luar

. UntuJ.i. berbagai jumlah hlok kemungkinan penycbab, letak titik-titik kejadian


retak sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7.22 sangat tersebar pada
daerah jumlah blok 0 dan 100%. Titik-titik tersebut terkelompok ke dalam
dua bagian, yaitu, untuk daerah jumlah blok kcmungkinan pcnyebab di
bawah 30°/o, dan di atas 30%. Untuk kelompok pertama, pengaruh
kemungkinan penyebab terhadap kejadian retak sangat tidak beraturan,
sedangkan untuk kelompok yang kcdua ada keccnderungan sejalan,
mcskipun tidak bcnar-henar konsisten.

( 3) Alur pad a jejak rod a luar

, Untuk setiap jumlah blok kemungkinan penyebab, kejadian alur sebagaimana


yang ditunjukkan pada Gambar 7.23 terletak pada daerahjumlah blok antara
75 dan 100%. Dengan melihat kedudukan titik-titik kcjadian retak, te111tama
pada daerah jumlah blok kemungkinan penyebab yang rendah, misal di
bawah 1O~'o, maka hampir dapat dipastikan bahwa kejadian alur tidak
dipengaruhi oleh kcmungkinan penyebab.

(-t.) Lubang
Gambo,tr 7.24 menunjukkan bahwa untuk berbag.ai jumlah blok kemungkirian
penyebab, kejadian Iubang terletak antara 0 dan kira-kira 12% dengan
kedudukan yang naik tumn. Dengan pola hubungan seperi yang tergambar,
kiranya pengaruh kcmungkinan pcnyehab terhadap kejadian lubang adalah
sangat lemah atau mungkin tidak ada.

58
GAMBAR 7.21. PAMANUKAN-LOHBENER
PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN
1 L'U -·----- --··-- ·-·--··-----·--··-·--·--------- ---·-·- -~

,;o.olo • •

:2
·~-:. r
0
n~-!
:0
1 <:0-j
!
a: ':0~
~
z<(
:>: 4()~
<(
(/J
::>
:s:: :J>i
w
~
'"'. • • • •
20·~

'0 .
... • • . . .t
::;:-- •
. , - - ,10
- e - . - - ; - · · · - - r - . -···
20 30
-T--
4()
--- -~ 50 60
-....----.-
70 00
-,~ 00 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAR 7.22. PAMANUKAN-LOHBENER


PENGARUH PENYEBAB TERHADAP KERUSAKAN

1OO<r-----------------·---;------- ---------------,.
i

• r
101
a:
<(
::>
I
-l 6(t·i I
<(
• • • i'
0
~ bOt
"'..,
<(
40<1-
..,
w
!
<(
0
<(
:J(]-1
"- I
"' ;.>O-J

; j
<(
1-
w
a: 101
' '
~-: -~. -~ --- r-----7---!l--r- --r-------r----·--r·---,-----_!11
0 10 20 30 40 50 60 70 60 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

59
GAMBAR 7.~ PAMANUKAN-LOHBENER

---------------
PENGAAUH PENYEBAB TEAHADAP KEAUSAKAN
':)Cp-·- ------

• • • -----.---, I

2
~-;.
• • I
i
0
:0 'K;i •
+
.


• •

l
! 1C:.--'
a:
<t i
_.
::l ':j)-'

<t
0
~0-1
~ I
I

..,<t"'
w
40JI
I
-, I
<t :)J-j
0
<t
II.. I
a: 20"1
::l _.
<t ~ .... ..4

i
0-r,~.j
0 HI 20 :)) 40 50 60 70 80 90 100
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)

GAMBAR 7.24. PAMANUKAN-LOHBENER


PENGAAUH PENYEBAB TEAHAOAP KERUSAKAN

·:~-,

00-j

70~
::; j
_g
.0 50~
i '
~- 50j
(.~ I
z 4()~
<t
co
::l _.
:)~
;>Ol
1oT • •

o~• () • •
10
..
. . . . .>--.....- - - -....- -. .1
20 :))
-
40
I
50
KEMUNGKINAN PENYEBAB (% jml blok)
I ••
50 70

60
8. Keslmpulan dan saran
8.1. Kesimpulan

( 1) Gambaran umum seksi-seksi pengamatan


Rangkuman data di bawah kiranya dapat memberi.kan gambaran umuin
mengenai kondisi ·seksi-seksi pengamatan, baik mengenai kerusakan yang
I

·terjadi pada perkerasannya, mengenai kondisi lapangan yang kemungkinan


menunjang terhadap tetjadinya kerusakan tersebut, ataupun hallainnya.

;-~KS
!
'
r UMUR

(th)
1
~
:~!li
TANJ/ ! LER-r;~AI
T1JRUN : SAMP ! BAHU I BEBAS
~ETA-rLUR
j JRL 1~
JRL
~-
I BANG I ~EPI
~
I

.~:. ..:· .r -~. -,:: -~ : ;-:,- .~- -4-- ::: -~ - ':: !I :: I ',0 ~
, KNG-CKJ 5 764 144 50 177 175 163 5 6
I. CMS-CKJ 5 981 770 112
I
I 10 451 450 36
11
' i
~ MJL-\KJ 'i(?) R64 541 83 I 1 334 163 107 40 5
I

P!\.1\'-LB\! 0 i 51:\ 0 471 915 14 195


I
L_ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _J __ _ _ __ L_ _ _ _ _L ____~- -~

(2) Hubungan antara kerusakan dengan kemungkinan penyebab


(berdasarkan hasil pengujian visual terhadap Gam bar 7.1- 7. 24)

0 Kerusakan tepi.

Untuk berbagai tingkat kemungkinan penyebab, pola garis kejadia,n


kerusakan tepi cenderung mendatar, dengan perkataan lain, pengaruh
kemungkinan penyebab terhadap kerusakan tepi adalah lemah.

& Retak padajejak roda luar

Untuk berbagai tingkat kemungkinan penyebab, letak titik-titik kejadian


kerusakan tepi adalah tersebar. Dengan demikian, kemungkinan
penyebab ada pengamhnya terhadap kejadian retak, meskipun kurang
kuat.

61
~ Alur pada jejak rod a luar

Hubungan antara k~jadin alur dengan kemungkinan pcnyebab tidak,


menunjukkan pola yang jelas. Untuk berbagai titik kemungkinan
pcnyebab, titik-titik kejadian alur kadang-kadang terletak secara terscbar
pada daerah yang luas, atau tersebar pada suatu koridor. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh kemungkinan penyebab terhadap
kejadian alur dapat dikatakan kecil.

G Lubang

Kejadian lubang nampaknya mirip dcngan kejadian kerusakan tcpi, yai:,_;


tetjadinya lubang kuarng dipengaruhi oleh kemungkinan penyebab.

g ., Silran

(I) Untuk keperluan penelitinn lebih lnnjut


0 Terhadap data yang sudah ad~t, perlu dilakukan pcngt~jia sccara statistik
yang lebih mendalam.
fJ Penclitian perlu dilanjutkan agar mcncakup pengujian faktor-faktor
kemungkinan penyeb;tb lainnya, temtama yang mcnyangkut sifat bahan
dan kondisi perkcrasan sehelum diberi lapis tambah, serta agar mencakup
matrik yang lebih lengkap.

(2) Untuk keperluan praktis


0 :\!leskipun menurut analisis sejauh ini faktor-~1 kemungkinan
pt:nyebab yang dianalisis tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap
tet:1adinya kerusakan, namun kiranya diyakini bahwa htk1or-faktor
tersebut sampai tingkat tertentu memberikan sumbangan. Oleh karena
itu, faktor-faktor tersebut pcrlu diperhatikan, baik pada saat pelaksanaan
ataupu pada saat pemeliharaan.
fJ Dipcrkirakan, bahwa terjadinya kerusakan terutama disebabkan oleh
kondisi perkerasan lama dan sifat-sifat campuran. Dengan demikian,
maka perbaikan kondisi perkerasan lama serta penyempumaan sifat-sifat
campuran metupakan hal yang penting.

62
Daftar pustaka
1. AASHTO (1981). AASHTO INTERIM GUDE FOR DESIGN OF PAVE:MENT
STRUCTURE 1972. Washington, D.c. 200001.

2. BINA MARGA. (1992). INTEGRATED ROAD MANAGEMENT SYSTEM:


OVERVIEW OF THR IRNIS. Jakarta, Indonesia.

3. HRB (1962). The AASHO Road Test Report 5, Pavement Research. National
Academy of Sciences- National Research Council, Washington D.C.

4. INSTITUTE OF ROAD ENGINEERING and Technology of Tmasfer Unit, Transport


and Road Research Laboratory, United Kingdom (1992). DRAFT INTERIM REPORT
O'N ROAD STRENGTI-lliNING AND REHABILITATION RESEARCH
PROGRA.."tvllvlE. BAndung, Indonesia.

5. \;lAH\;fl.'D. S. Pengembangan ~\iodel Penurunan Kondisi Perkerasan Jalan Sebagai


Salah Satu Penelitian J.i Puast Litbang Jalan (1993). Disajikan pada Konferensi
Regional Teknik 1alan ke-3 di :VIataram. 19-21 April 1993.

6. OECD (1987). ROAD TRANSPORT RESEARCH: PAVEMENT MANAGEMENT


SYTE~f. Paris.

7. PATERSON, W.D.O. (1987). Road Deterioration and Maintenance Effects: Models


for Planning and Management. The Wodd Bank, Wasington D.C.

8. TOOLE, T, MAIDvfl...JD S., DACI-ll..AN A.T. (1990). Research on Hot Rolled Sheets I

in Indonesia. IN: Fourth Annual Conference on Road Engineering, Jakarta, 19-21


~ovcmbL 1990.

9. TOOLE. T., DACI-ll..AN, A.T. (1991). THE PERFOAAIANCE OF A SELECTION


I

OF REt'~T ROADWORKS IN INDOl\"'ESIA. In: Third Pasca Sarjana Workshop,


Bandung 21-22 August 1991.

I 0. \\' atanada. T. et al (1987) The Highway Design and ~faintec Standards Model,
\"olum<.: 1. Description ofHD~I-il Model. The World Bank, Wasignton D.C.

11. Yoder E.J.. Witzak M.W. (1975). Ptinciples of Pavement Design, Second Edition.
JCH-I>.: \\1LEY & SONS, INC.: ~cw York, London, Sydney, Toronto.

63
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai