DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
A. Jembatan ........................................................................................................ 3
IV. Pentup
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Kombinasi Baja Mutu Tinggi dan Beton Mutu Tinggi ................................ 8
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu lintas angkutan darat
yan sangat penting khususnya untuk mobilisasi dan sebagai perwujudan terhadap
pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan dan jasa perdagangan serta jasa
pergerakan atau sejenisnya. Sistem jaringan jalan dan jembatan yang merupakan hal
yang utama untuk dijaga kemampuan daya layanannya.
Jembatan yang bagian dari jalan sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi
darat yang akan menunjang lancarnya roda perekonomian kawasan pabrik yang akan
datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi perlu diperhatikan
seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapau
sasaran umur jembatan yang direncanakan.
Dalam perencanaan itu sendiri perlu memperhatikan dari lingkupan lokasi perencanaan
model perencanaan dan teknis pelaksanaan oleh karna itu disini kami menawarkan satu
model untuk pelaksanaan perencanaan teknis jembatan bentang 30 meter
B. Lingkup Pekerjaan
D. Data Acuan
Data dan standar yang digunakan dalam kegiatan analisis struktur ini adalah:
A. Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti danau, lembah, jurang, saluran irigasi, jalan kereta api dan semacamnya. Jenis
jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini
telah mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang kompleks.
Kalau berdasarkan lokasinya, jenis jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Jembatan di atas sungai atau danau
b. Jembatan di atas lembah
c. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert)
d. Jembatan di atas jalan yang sudah ada (fly over)
e. Jembatan di dermaga (jetty)
pilar. Struktur bangunan bawah perlu didesain khusus sesuai dengan jenis
kekuatan tanah dasar dan elevasi jembatan.
- Girder atau gelagar merupakan balok yang membentang secara memanjang maupun
melintang yang berfungsi menerima dan menyebarkan beban yang bekerja dari atas
jembatan dan meneruskannya ke bagian struktur bawah jembatan.
- Abutment atau lebih dikenal dengan perletakan jembatan berfungsi sebagai
pendukung struktur jembatan sekaligus penerima beban dari gelagar dan
meneruskannya ke tanah dasar.
- Railing atau tiang sandaran pada jembatan berfungsi sebagai pembatas dan
keperluan keamanaan pengguna jalan
- Plat lantai merupakan bagian dari struktur atas jembatan dimana merupakan tempat
kendaraan untuk lewat. Secra fungsi, plat lantai jembatan merupakan struktur
pertama yang menerima beban dan meneruskan ke struktur lainnya.
Beton prategang atau beton pratekan merupakan beton bertulang yang telah
diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam
beton akibat beban kerja (Manual Perencanaan Beton Pratekan Untuk Jembatan
Dirjen Bina Marga, 2011).
Jembatan beton pratekan atau yang dikenal dengan PSC Bridge merupakan salah
satu jenis jembatan dengan material konstruksi beton pratekan atau beton yang berisi
kabel baja dengan tujuan untuk memberikan tegangan awal berupa tegangan tarik
terhadap beton akibat sifat beton yang tidak mampu menahan gaya tarik. Dalam hal ini,
beton pratekan sebagai solusi untuk mengatasi besarnya tegangan tarik yang timbul
pada struktur beton khususnya pada struktur dengan bentang yang besar.
Material yang digunakan untuk sistem ini adalah material beton dan sistem kabel.
Sistem kabel terdiri dari kabel (wire, strand, bar), selongsong dan angkur (angkur
hidup, angkur mati).
Dalam perkembangannya ada tiga (3) konsep beton pratekan yang menjelaskan
bagaimana suatu sistem pratekan membantu menahan gaya luar, yaitu :
a. Sistim pratekan yang bisa menjadikan beton sebagai bahan elastis yang bisa
menahan tegangan tarik akibat dari beban luar. Konsep ini diperkenalkan oleh
Eugene Freyssinet, dimana menurut teorinya beton yang telah diberikan
tegangan awal terlebih dahulu dapat bertransformasi menjadi bahan yang
elastis. Kondisi ini menunjukan bahwa tegangan tarik pada beton tidak ada.
Pada kondisi ini pun, beton akan mengalami dua (2) kondisi yaitu :
Gaya pratekan berada pada garis penampang atau dikenal dengan
kondisi dimana c.g.c dan c.g.c saling berhimpit. Kondisi seperti ini
disebut gaya pratekan kosentris.
Kondisi lainnya adalah gaya pratekan tidak berada atau tidak bekerja pada
garis penampang sehingga dapat disimpulkan c g c dan c g s tidak berhimpit
atau dikenal dengan kondisi gaya pratekan eksentris. Adapun besarnya
tegangan yang diperhitungkan dalam kondisi ini adalah sebagai berikut
i. Serat Atas
b. Sistem pratekan yang merupakan kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi. Konsep ini merupakan kombinasi dua material yang
menggambarkan bahwa beton merupakan material yang menahan gaya tekan
dan baja merupakan material yang menahan gaya tarik. Kedua gaya tersebut
membentuk kopel gaya yang berfungsi untuk menahan gaya eksternal.
w 8. F .h
L2
Dimana :
Wb : beban merata akibat gaya pratekan
h : tinggi lintasan kabel pratekan
L : panjang bentang balok
F : gaya pratekan
Berdasarkan konsepnya, beton diberikan gaya pratekan berbentuk tendon atau kabel
baja. Pemberian gaya pratekan pada beton terdiri dari dua (2) cara, yaitu :
a. Pra Tarik
Prinsip kerja metode ini adalah kabel baja diregangkan terlebih dahulu sebelum
beton dicetak. Awalnya tendon prategang ditarik kemudian dilakukan pengangkuran
pada abutment. Setelah tendon terpasang, maka beton dapat dicetak. Setelah itu,
tendon dapat dipotong sehingga gaya prategang dapat dicetak. Setelah itu, tendon
dapat dipotong sehingga gaya prategang dapat ditransfer ke beton. Pada kondisi ini,
kuat tekan beton harus sesuai dengan yang diisyaratkan. Konsep ini digambarkan
sebagai berikut:
b. Pasca Tarik
Prinsip kerja metode ini adalah beton dicetak terlebih dahulu, kemudian setelah
beton kering kabel ditarik. Awalnya beton dicetak mengelilingi selongsong
atau selubung tendon dimana kabel prategang berada didalam selongsong
selama pengecoran kemudian setelah beton mengeras diberi gaya prategang
dengan cara mengukur kabel prategang ke abutment. Pada saat itu gaya prategang
ditransfer ke beton sehingga beton akan tertekan. Konsep ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
D. Pembebanan Jembatan
Faktor Beban
Jangka K U ; MS
Waktu K S ; MS Biasa Terkurangi
Baja, aluminium 1.0 1.1 0.9
Beton pracetak 1.0 1.2 0.85
Tetap Beton dicor ditempat 1.0 1.3 0.75
Kayu 1.0 1.4 0.7
(Sumber: SNI-T-02-2005 tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan)
15.1 – 18.75 5
18.8 – 22.5 6
Pada kasusu tertentu, seperti truk yang digunakan untuk pembebanan hanya
terdapat 2 as saja maka berat yang distribusikan oleh truk disesuaikan dengan
berat aktual dari truk tersebut. Berdasarkan prinsipnya, distribusi beban truk
ini bertujuan untuk memperoleh momen dan geser pada gelagar jembatan.
Faktor beban dinamik untuk pembebanan truk adalah 30%.
Pada pembebanan truk momen lentur ijin rencana akibat beban truk dapat
digunakan untuk plat yang membentangi gelagar atau balok dalam arah
melintang dengan panjang bentang 0.6 m dan 7.4 m. Bentang efektif yang
digunakan sebagai berikut:
Plat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding tanpa dilakukan
peninggian bentang efektif sama bentang bersih
Plat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan yang berbeda atau tidak
dicor bersama, bentang efektif merupakan penjumlahan dari bentang
bersih dan setengan lebar dudukan tumpuan.
c. Aksi Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistim pembebanan jembatan adalah
suhu dari struktur jembatan, drainase atau aliran air, beban angina, beban
gempa dan tekanan tanah. Faktor – faktor diatas mempengaruhi pembebanan suatu
jembatan tetapi untuk penelitian ini tidak memperhitungkan akibat beban dari
lingkungan.
d. Aksi Lainnya
Beban – beban yang termasuk dalam aksi lainnya adalah akibat gesekan pada
tumpuan dan akibat getaran yang terjadi pada jembatan.Faktor – faktor ini juga
diperhitungkan di lapangan.
Dari beberapa faktor pembebanan yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini hanya
mempertimbangkan beban akibat beban lalu lintas secara spesifik yaitu beban truk "T".
Ini dikarenakan pengujian pembebanan yang dilakukan dilapangan hanya
memperhitungkan akibat beban hidup yang bekerja dalam hal ini beban truk. Beban
truk yang digunakan tidak melebihi beban yang distandarkan. Beban truk yang
digunakan memiliki berat sebesar 27 ton.
Tegangan Yang
Digunakan Dalam
Prosen Terhadap
Tegangan Izin
Kombinasi Pembebanan dan Gaya
Keadaan Elastis
I. M + (H +K) + Ta + Tu 100%
II. M + Ta + Ah + Gg + A + SR +Tm 125%
III. Komb. (I) + Rm + Gg + A + SR + Tm + S 140%
IV. M + Gh + Tag + Gg + Ahg + Tu 150%
V. M + Pl 130%
VI. M + (H + K) + Ta + S Tb 150%
dimana :
A : beban angin
Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg : gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempa
Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak
M : beban mati
Rm : gaya rem
S : gaya sentrifugal
Tb : gaya tumbuk
Tu : gaya angkat
Berdasarkan SNI 03 – 2874 – 2002 tegangan yang terjadi pada suatu konstruksi
jembatan perlu ditinjau dari 2 (dua) kondisi, yaitu :
- Pada Kondisi Transfer
- Pada Kondisi Layan
Adapun Contoh tahapan perhitungan tegangan gelagar jembatan adalah sebagai berikut:
a. Dimensi penapang balok prategang harus sesuai dan jelas (bisa ikuti referensi
penyedia barang) sebagai trail and eror
F. Pengujian Jembatan
Pengujian jembatan memiliki tujuan untuk menentukan kapasitas atau kemampuan dari
suatu jembatan dalam menerima beban. Pada pelaksanaannya, ada 3 (tiga) jenis
pengujian jembatan yang sering digunakan di lapangan yaitu :
Aspek teknis yang sangat penting dalam analisa struktur terletak pada proses
1. Lokasi jembatan
3. Pemilihan kondisi berdasarkan kontur yang ada dan disesuaikan dengan tipe
B. Jembatan Insipirasi
Dalam perencanaan jembatan Arch Bridge ini terinspirasi oleh jembatan mahakam ulu
Jembatan Mahakam Ulu memiliki bentang tengah 200 meter dengan panjang
keseluruhan jembatan 789 meter. Panjang jembatan itu belum termasuk jalan pendekat.
Lebar jembatan adalah 11 meter, sementara tinggi jembatan dengan permukaan air
sungai tercatat 18 meter. Jembatan ini mempunyai bentang lingkar baja yang menjadi
C. Model Rencana
IV. PENUTUP