Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Permen PUPR No 4 tahun 2023, Permen PUPR No 5 tahun 2023, dan


Pedoman Nomor 11/P/BM/2023

Disusun Oleh :

1. Anugrah Ramadhan 2102049


2. Evantri Dangga Uma 2102125
3. Inggil Rowansyah 2102177
4. Intan Surya Septia Ningrum 2102178
5. Rizky Ananda Haradea 2102325
6. Tiara Maulida Azzahra 2102359

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT
INDONESIA – STTD BEKASI
2021
Laik fungsi adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan
untuk memberikan keamanan dan keselamatan bagi penggunanya serta persyaratan
administratif yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan
sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum.Setiap jalan yang dioperasikan harus
laik fungsi berdasarkan hasil uji laik fungsi jalan dan dinyatakan dalam sertifikat laik fungsi
jalan.Ruang lingkup pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan mencakup jalan Jalan nasional (tol dan
non tol), Jalan provinsi, Jalan Kabupaten/Kota, Jalan Desa, Jalan Khusus untuk lalu lintas
umum. Untuk penerbitan sertifikat berdasarkan kewenangan penyelenggara jalan.

Konsep pemeringkatan Bintang


Pemeringkatan bintang adalah penilaian secara objektif dari kemungkinan dan tingkat
fatalitas (tingkat keparahan) terjadinya kecelakaan di jalan.Pemeringkatan bintang dibagi
dalam 5 (lima) kategori: Bintang 1 sampai Bintang 5.Pemeringkatan Bintang dilakukan untuk
pemeriksaan teknis.
Kategori Pemenuhan Persyaratan Teknis Laik Fungsi Jalan Penilaian atas pemenuhan
persyaratan teknis laik fungsi jalan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu:
a. Bintang 1
b. Bintang 2
c. Bintang 3
d. Bintang 4
e. Bintang 5
Jalan yang ditetapkan laik fungsi harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis dengan kategori minimal sebagai berikut:
a. Bintang 4 untuk jalan tol
b. Bintang 3 untuk jalan baru non tol
c. Bintang 2 untuk jalan baru non tol tanpa perkerasan/penutup
d. Bintang 1 untuk jalan non tol yang sudah beroperasi.
Kelaikan fungsi jalan dapat ditinjau ulang secara berkala paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau sesuai dengan kebutuhan. Peninjauan ulang dapat dilakukan berdasarkan:
a. Inisiatif penyelenggara jalan
b. Usulan penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan; dan/atau
c. Usulan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Keanggotaan Tim ULFJ


Tim ULFJ terdiri atas:
a. Ketua, yang berasal dari unsur penyelenggara jalan
b. Sekretaris, yang berasal dari unsur penyelenggara jalan
c. Anggota, yang berasal dari unsur penyelenggara jalan, penyelenggara lalu lintas dan
angkutan jalan, Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memiliki kompetensi
teknis, dan/atau profesional jika diperlukan.

Tugas Tim ULFJ


Tugas Tim ULFJ adalah sebagai berikut:
A. Unsur penyelenggara jalan
1. Menilai pemenuhan persyaratan teknis ULFJ berdasarkan pemeringkatan bintang
(star rating)
2. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrative.
3. Memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan, terutama untuk segmen
penilaian jalan dengan skor pemeringkatan bintang yang paling tinggi.
4. Menyusun berita acara ULFJ bersama anggota lainnya; dan
5. Melaporkan berita acara ULFJ kepada penyelenggara jalan.
B. Unsur penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan
1. Melaksanakan ULFJ tentang penyelenggaraan manajemen rekayasa lalu lintas dan
perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan pengguna jalan.
2. Memberikan rekomendasi berdasarkan tugas pokok dan fungsi.
C. Unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia
1. Melaksanakan ULFJ tentang penyelenggaraan manajemen rekayasa lalu lintas dan
perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan pengguna jalan;
2. Memberikan rekomendasi berdasarkan tugas pokok dan fungsi.

Nilai faktor risiko atau Crash Modification Factors (CMF) merupakan faktor pengali yang
digunakan untuk menghitung perkiraan jumlah kecelakaan setelah dilakukan penanganan di
lokasi tersebut. CMF digunakan dalam pemeringkatan bintang untuk menghubungkan atribut
jalan dengan tingkat kecelakaan.

Skor Pemeringkatan Bintang


Skor pemeringkatan bintang atau Star Rating Score (SRS) dipengaruhi oleh 5 (lima) tipe
kecelakaan, yaitu:
1. kecelakaan akibat keluar dari badan jalan,
2. tabrak depan-depan akibat hilang kendali,
3. tabrak depan-depan akibat menyalip,
4. kecelakaan pada persimpangan, dan
5. kecelakaan pada akses properti.
Rumus perhitungan SRS sebagai berikut:

SRS = SRSRun-off + SRSHo-Loc + SRSHo-ot + SRSInt + SRSPa

Skor Tipe Kecelakaan


Skor tipe kecelakaan dihitung berdasarkan keterkaitan antara tipe kecelakaan, faktor risiko, dan
atribut jalan, yang dijelaskan sebagai berikut:
A. Skor kecelakaan akibat keluar dari badan jalan (SRSRun-off) merupakan hasil kali dari
faktor:
1. Kemungkinan (likelihood) yang terdiri atas atribut:
a. Lebar lajur;
b. Lengkung horizontal/tikungan;
c. Kualitas tikungan;
d. Delineasi;
e. Marka tepi bertekstur;
f. Kondisi perkerasan jalan;
g. Kelandaian; dan
h. Kekesatan jalan
2. Keparahan (severity) yang terdiri atas atribut:
a. Jarak objek sisi jalan (kanan dan kiri);
b. Jenis objek sisi jalan (kanan dan kiri); dan
c. Lebar bahu diperkeras (kanan dan kiri).
3. Kecepatan operasional kendaraan (operating speed);
4. Pengaruh arus eksternal (external flow influence) yang dipengaruhi atribut Lalu Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) dan jumlah lajur; dan
5. Median traversability yang dipengaruhi atribut jenis median.
B. Skor tabrak depan-depan akibat hilang kendali (SRSHo-Loc) merupakan hasil kali dari
factor
1. Kemungkinan (likelihood) yang terdiri atas atribut:
a. Lebar lajur;
b. Lengkung horizontal/tikungan;
c. Kualitas tikungan;
d. Delineasi;
e. Marka tengah bertekstur;
f. Kondisi perkerasan jalan;
g. Kelandaian; dan h) Kekesatan jalan.
2. Keparahan (severity) yang dipengaruhi atribut jenis median;
3. Kecepatan operasional kendaraan (operating speed);
4. Pengaruh arus eksternal (external flow influence) yang dipengaruhi atribut Lalu Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) dan jumlah lajur; dan
5. Median traversability yang dipengaruhi atribut jenis median.
C. Skor tabrak depan-depan akibat menyalip (SRSHo-ot) merupakan hasil kali dari faktor:
1. Kemungkinan likelihood) yang terdiri atas atribut:
a. Jumlah lajur;
b. Kelandaian;
c. Kekesatan jalan; dan
d. Pembedaan batas kecepatan.
2. Keparahan (severity) yang dipengaruhi atribut jenis median;
3. Kecepatan operasional kendaraan (operating speed);
4. Pengaruh arus eksternal (external flow influence) yang dipengaruhi atribut Lalu Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) dan jumlah lajur.
D. Skor kecelakaan pada persimpangan (SRSInt) merupakan hasil kali dari faktor:
1. Kemungkinan (likelihood) yang terdiri atas atribut:
a. Tipe persimpangan;
b. Kualitas persimpangan;
c. Kelandaian;
d. Penerangan jalan;
e.Kekesatan jalan;
f.Jarak pandang;
g.Kanalisasi persimpangan; dan
h.Rekayasa pengatur kecepatan.
2. Keparahan (severity) yang dipengaruhi atribut tipe persimpangan;
3. Kecepatan operasional kendaraan (operating speed);
4. Pengaruh arus eksternal (external flow influence) yang dipengaruhi atribut Lalu Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) dan jumlah lajur.
E. Skor kecelakaan pada akses properti (SRSPa) merupakan hasil kali dari faktor:
1. Kemungkinan (likelihood) yang terdiri atas atribut:
a. Akses masuk properti;
b. Jenis median; dan
c. Jalur lambat.
2. Keparahan (severity) yang dipengaruhi atribut akses masuk properti;
3. Kecepatan operasional kendaraan (operating speed); dan
4. Pengaruh arus eksternal (external flow influence) yang dipengaruhi atribut Lalu Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) dan jumlah lajur.

Kategori Pemeringkatan Bintang


Pemeringkatan bintang pada suatu segmen penilaian jalan atau ruas jalan dikategorikan
berdasarkan hasil perhitungan skor pemeringkatan Bintang. Berikut ini merupakan penjelasan
setiap kategori pemeringkatan Bintang :
a. Bintang 1 dan Bintang 2 merupakan jalan yang dianggap paling berisiko terjadi
kecelakaan
b. Bintang 3 merupakan jalan yang dianggap sudah berkeselamatan; dan
c. Bintang 4 dan Bintang 5 merupakan jalan yang dianggap lebih berkeselamatan (safer
road)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NO.


5, BN 2023
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini mulai berlaku pada
tanggal 09 Mei 2023.
2. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 24 dan Pasal 86 Peraturan Pemerintah
Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan dan untuk mewujudkan jalan yang memenuhi
ketentuan keamanan, keselamatan, kelancaran arus penumpang dan barang, dan
jaringan jalan yang berkelanjutan perlu disusun ketentuan mengenai persyaratan teknis
jalan dan perencanaan teknis jalan.
3. Dasar Hukum Peraturan Pupr Adalah Pasal 17 Ayat (3) UUD 1945; UU No. 38 Tahun
2004; UU No. 39 Tahun 2008; PP No. 34 Tahun 2006; Perpres No. 27 Tahun 2020;
Peraturan Pupr No. 13 Tahun 2020
4. Pasal 5
a. Lebar badan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b merupakan
ukuran dari bagian ruang manfaat Jalan yang terdiri atas: a. jalur lalu lintas; b. bahu
Jalan; c. median; dan d. pemisah lajur.
b. Lebar badan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan
mempertimbangkan minimal fungsi Jalan, kelas Jalan, dan kapasitas rencana.
c. Lebar badan Jalan ditentukan berdasarkan Persyaratan Teknis Jalan yang tercantum
dalam Tabel Persyaratan Teknis Jalan dan Ilustrasi Konfigurasi Potongan
Melintang Badan Jalan sebagaimana termuat dalam Lampiran I dan Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Anda mungkin juga menyukai