II
TEKNIK DAN PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA
Persiapan diatas harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang, sehingga tahap
penyusunan perencanaan desain menjadi optimal. Dalam tahap ini Konsultan juga akan mengadakan
konfirmasi kembali dengan Pemberi Tugas tentang lokasi dan ruas Jalan dan Jembatan yang akan
dilaksanakan serta mengumpulkan informasi umum mengenai kondisi Jalan dan Jembatan yang ada yang
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
5. Gambar skema lokasi dan situasi pada ruas jalan dan persimpangan.
Tahap antara merupakan tahapan yang dilakukan untuk melakukan pengumpulan data-data aktual di
lapangan. Data-data tersebut digunakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai kondisi
infrastruktur di lapangan.
Survey Pendahuluan Rencana Jalan Kegiatan yang dilakukan pada survey rencana jalan adalah :
a. Survei Titik Refferensi (DRP)
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
jalan diperkeras. Informasi yang diperoleh dari survei ini harus digunakan sebagai acuan untuk
survei-survei lainnya baik dalam pengumpulan datanya maupun dalam pemrosesan datanya.
Penyedia Jasa
harus merekam informasi dari setiap ruas jalan
a. Nomor Ruas
b. Nama Ruas
c. Panjang
d. Awal Ruas
e. Akhir Ruas
Maksud survei Titik referensi Lokasi (LRP) adalah untuk menetapkan lokasi-lokasi LRP, jarak
antara LRP yang berdekatan dan koordinat GPS semua LRP yang kemudian membentuk jalan.
Ditjen Bina Marga telah menerapkan system LRP berdasarkan Patok Km, jembatan, dan lain
sebagainya sebagai referensi jalan.
Pengguna Jasa akan menyiapkan informasi tentang simpul-simpul ruas jalan yang ada dan LRP
termasuk jarak-jaraknya dalam format digital. Penyedia Jasa harus menggunakan informasi ini
ketika melaksanakan pengumpulan data. Penyedia Jasa harus selalu mengukur jarak ke LRP untuk
setiap pengumpulan data. Kesalahan pengukuran jarak yang diijinkan adalah 30 meter per ruas
jalan. Bila Penyedia Jasa menemukan perbedaan jarak, Penyedia Jasa dapat mempertimbangkan 2
skenario berikut :
a. Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, namun masih dalam batas kesalahan yang
diijinkan, maka hasil pengukuran dapat dikoreksi secara berskala menyesuaikan dengan
panjang total yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Faktor skala harus ditetapkan untuk setiap
ruas jalan dan faktor tersebut harus digunakan untuk mengoreksi ukuran panjang di ruas
tersebut.
b. Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, dan melampaui batasan kesalahan yang
diijinkan, Penyedia Jasa harus mengukur ulang ruas jalan tersebut. Bila survei kedua
mengkonfirmasi hasil survei pertama; maka Penyedia Jasa harus segera menginformasikan ke
Pengguna Jasa.
a. Penyedia Jasa harus menyediakan informasi rinci mengenai alat yang digunakan untuk
mengukur data referensi lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi rinci tersebut
mencakup nama alat, fungsi, kapasitas, ketelitian, kondisi, serial number, tahun perolehan.
c. Pengukur Jarak – instrument transducer pengukur jarak harus dipasang pada roda kanan
kendaraan survei, sehingga hasil pengukuran jarak yang dilakukan akan mewakili pengukuran
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
pada sumbu jalan. Dengan cara seperti ini, akan mengurangi berkurangnya ketelitian akibat
pergerakan kendaraan pada tikungan. Semua jarak harus diukur dengan alat ukur jarak yang
memiliki ketelitian 0,1% panjang pengukuran atau lebih baik. Semua posisi LRP dan tanda-
tanda penting lainnya (misalnya: persimpangan, jembatan, gorong-gorong, perlintasan Kereta
Api) harus dinyatakan dengan jarak dari titik acuan sebelumnya. Chainage (sta pengukuran)
diukur secara menerus mulai dari awal ruas hingga akhir ruas. Pada setiap simpul, jarak
pengukuran harus di set ulang ke 0. Dengan cara ini, semua jarak dinyatakan sebagai jarak
dari simpul sebelumnya.
d. GPS pengukur koordinat –Koordinat spasial setiap simpul, LRP dan sumbu jalan harus
direkam dan dilaporkan. Koordinat harus diukur dengan GPS yang memiliki
e. ketelitian + 1m pada 90% waktu pengukuran. Referensi GPS harus dibuat sedekat mungkin
dengan sumbu jalan. Referensi altitude harus dibuat pada permukaan perkerasan jalan, dan
Penyedia Jasa harus menyerahkan data koordinat dengan interval tidak lebih dari 10 meter
pada sumbu jalan; interval harus cukup untuk menempatkan semua fitur yang diperlukan dan
informasi geometrik jalan pada tingkat ketelitian yang ditetapkan. Bila jalur lalu lintas terpisah
(divided), data lokasi sama seperti yang digunakan untuk menetapkan sumbu jalan. Semua
sumbu jalan harus memenuhi topologi yang benar dan lengkap (misalnya: persimpangan jalan
harus saling bersilangan) dan setiap ruas jalan harus memiliki sumbu jalan yang unik. Di
dalam Rencana Mutu kontrak, Penyedia Jasa harus menjelaskan metodologi yang akan
diterapkan dalam menetapkan sumbu jalan. Penjelasan tersebut harus mencakup :
1. Tata cara pengumpulan data
2. Metoda Real-time atau post-processed differential correction untuk alat GPS
3. Koreksi terhadap data anomali (misalnya: kehilangan sinyal GPS, gyro drift over time,
satellite downlink DGPS, differences between measured and GPS derived lengths,
avoidance of obstacles etc.)
4. Pemrosesan data, dan pengintegrasian dengan koordinat hasil survei LRPS
f. Kamera yang dilengkapi dengan GPS – untuk merekam semua fitur jalan termasuk titik-titik
referensi lokasi Semua lokasi LRP harus ditetapkan, dan umumnya patok Km dapat ditetapkan
sebagai LRP Utama (Primary LRP) atau, bila patok Km hilang, obyek-obyek tetap lainnya seperti
jembatan dapat ditetapkan sebagai LRP Tingkat II (Secondary LRP). Jarak antar LRP harus diukur
dengan tingkat ketelitian 0,1% panjang pengukuran dan koordinat setiap lokasi LRP diukur dengan
GPS (longitude/latitude). Semua LRP harus diberi tanda yang jelas dan ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat oleh tim survei berikutnya. Arah pergerakan dan jumlah LRP harus
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
bertambah/semakin besar sejalan dengan jumlah patok Km (chainage) yang dijalani. Bila patok
Km tidak dijumpai, LRP ditetapkan sebagai pertambahan jarak dari titik awal hingga titik akhir
ruas jalan. Untuk penyimpanan dalam geo-database Bina marga, semua data yang dikumpulkan
harus diikat menggunakan Location Referencing System (LRS) berikut :
1. Nomor ruas
2. Referensi jarak (chainage/jarak dari titik awal ruas)
3. Koordinat GPS
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
KA
Chainage dari Deskripsi Jenis Panjang,
Dinding Penahan
titik awal ruas Ya Tinggi Dinding Penahan
Tanah
jalan Tanah
Dsb . . . .
2.4. Survey Inventori Jaringan Jalan
Survei inventori jaringan jalan mencakup beberapa komponen berikut :
a. Survei Inventori Penampang Melintang Jalan
Maksud dari Survei inventori penampang melintang adalah untuk mendapatkan informasi dasar
tentang obyek, jenis, atribut dan lokasi asset. Informasi ini sangat diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam manajemen asset, dan pelaporan yang diperlukan.
Berbagai elemen dan komponen inventori asset merupakan bagian penting untuk pelaporan
asset, standar pelayanan, pengukuran kinerja asset atau berbagai kegiatan manajemen asset.
Survei ini umumnya dilakukan sekali dalam 5 tahun, kecuali untuk pemutakhiran setelah
selesainya pekerjaan konstruksi pada ruas tertentu dan diperintahkan secara khusus oleh Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional Banten Ditjen Bina Marga.
Tujuan Adalah mengukur lebar jalur dan lajur lalu lintas, bahu, lajur kendaraan tak bermotor,
median, saluran, dsb, yang merupakan komponen konfigurasi penampang melintang jalan.
Prosedur – Pengumpulan data inventori dapat dilakukan dengan menggunakan gambar video
atau pencatatan elektronik secara manual untuk mencatat keberadaan dan lokasi setiap jenis
obyek yang ada Lebar perkerasan, bahu dan ambang pengaman diukur dengan ketelitian hingga
10 cm pada awal ruas dan direkam. Jenis perkerasan dan bahu juga harus direkam. Observasi
pada lebar setiap bagian penampang melintang dapat dilakukan melalui gambar video atau
dilakukan secara jalan kaki bila diperlukan. Setiap ada perubahan pada setiap elemen, lebar
setiap elemen pada penampang melintang diukur kembali dan direkam, termasuk chainage
lokasi adanya perubahan.
Bila tidak ada perubahan pada setiap elemen penampang melintang, observasi dapat dilanjutkan
hingga akhir ruas jalan, Atribut data yang dikumpulkan pada survei inventarisasi jalan sebagai
berikut :
1. Tipe jalan
2. Jenis Permukaan
3. Lebar perkerasan (m)
4. Lebar median (m)
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
5. Lebar bahu (m)
6. Lebar saluran samping (m)
7. Jenis Terrain
8. Tata guna lahan
9. Alinyemen: Data RAW GPS yang ada
Kondisi Bahu :
1. 0: TIDAK ADA BAHU
2. 1: BAHU LUNAK
3. 2: BAHU YANG DIPERKERAS
b. Inventori Drainase
Tujuan mencatat drainase yang ada di sepanjang ruas jalan. Survei ini cukup dilakukan sekali
dan merupakan bagian dari survei inventori penampang melintang. Survei ini tidak perlu
diulang setiap tahun. Jenis data yang dikumpulkan adalah data seksi/menerus.
Prosedur – observasi terhadap drainase dapat dilakukan melalui gambar video atau dengan
berjalan kaki bila perlu :
1. Lebar saluran dan jaraknya dari sumbu jalan diukur hingga ketelitian 10cm pada awal ruas
jalan dan direkam. Jenis saluran juga direkam.
2. Setiap ada perubahan pada lebar atau jenis saluran, lebar atau jenis saluran yang baru harus
diukur kembali dan direkam, termasuk chainage lokasi adanya perubahan.
3. Bila tidak ada perubahan pada lebar atau jenis saluran pada penampang melintang,
observasi dapat dilanjutkan hingga akhir ruas jalan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
permukaan jalan, sedangkan Road Condition Index (RCI), disebut juga dengan indeks kondisi
jalan, dapat dikatagorikan kedalam penentuan parameter kinerja perkerasan secara subjektif.
Kedua parameter kinerja perkerasan tersebut dikelompokan kedalam kinerja fungsional.
Sukirman (1999), kinerja fungsional berhubungan dengan bagaimana jalan tersebut
memberikan pelayanan kepada pemakai jalan yaitu berupa kenyamanan mengemudi. Selain
kinerja fungsional tedapat juga kinerja struktural yang dipengaruhi oleh beban lalu lintas dan
lingkungan yang dapat dinyatakan dengan parameter Present Serviceability Index (PSI).
2. International Roughness Index
International Roughness Index (IRI) atau ketidakrataan permukaan jalan dikembangkan oleh
Bank Dunia pada tahun 1980an. IRI digunakan untuk menggambarkan suatu profil memanjang
dari suatu jalan dan digunakan sebagai standar ketidakrataan permukaan jalan. Satuan yang
biasa direkomendasikan adalah meter per kilometer (m/km). IRI adalah Parameter
Ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak / panjang permukaan jalan yang diukur. Sayer et al. (1986)
telah mengembangkan nilai IRI untuk berbagai umur perkerasan dan kecepatan. Untuk
ketidakrataan permukaan jalan baru nilai IRI < 4 m/km yang dapat ditempuh pada kecepatan
100 km/jam dan untuk jalan lama nilai IRI < 6 m/km dengan kecepatan sekitar 80 km/jam.
Metode pengukuran yang dikenal pada umumnya adalah metode NAASRA (SNI 0334261994),
Rolling Straight Edge, Slope Profilometer (AASHO Road Test), CHLOE Profilometer, dan
Roughometer.
3. Peralatan
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui mengenai alat Roughometer III :
a. Memberikan hasil pengukuran “Roughness” yang obyektif.
b. Alat praktis dan portabel yang mudah digunakan.
c. Dapat dipasang dengan cepat dan mudah pada hamper semua jenis mobil.
d. Didesain untuk digunakan pada jalan yang dilapisi perkerasan fleksibel (aspal)/Rigid
maupun yang tidak dilapisi perkerasan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
e. Sebagai alternatif lain yang lebih terjangkau dibandingkan dengan alat “laser profiling”.
f. TIDAK memerlukan kalibrasi tahunan/pabrikan.
g. Ke-akurasian yang tinggi dan stabil dengan beragam jenis kendaraan, suspensi, jumlah
penumpang dan kecepatan survey.
h. Sensor Inersia yang inovatif dipasangkan pada as roda digunakan untuk menentukan profil
jalan, “roughness” & jarak.
i. Pengumpulan data terkonsentrasi pada “hand-held controller” yang portable, tidak
membutuhkan perangkat computer didalam kendaraan.
j. Output dalam bentuk International Roughness Index (IRI).
k. Data dapat dengan mudah di pindahkan ke Personal Computer/ laptop.
l. Alat ini dilengkapi dengan sensor jarak yang akurat dan pilihan untuk menambahkan
koordinat GPS. Data yang dihasilkan berupa row data, grafik, dan peta koordinat GPS
yang berawarna warni sesuai dengan tingkat nilai IRI. Pelaporan dalam bentuk grafik,
tabel, atau peta GPS dapat di eksport untuk digunakan sebagai spreadsheet.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Prosedur
Prosedur survei pengumpulan data ketidakrataan IRI (profil memanjang) sebagai berikut :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Kalibrasi Jarak Proses kalibrasi jarak adalah sebagai berikut :
Nyalakan Sistem Roughometer
Roughometer Controller:
Pilih menu Distance Cal. Tekan tombol Yes
Pilih Cal. Distance : 1000 m (tekan tombol panah kiri/kanan untuk memilih jarak
kalibrasi), tekan tombol Yes.
Posisikan Mobil di Start Point, tekan tombol Start.
Mobil berjalan menempuh jarak kalibrasi, setelah sampai di End Point.
berhenti, tekan tombol Stop.
Old 1002 New 1000, tekan tombol Yes.
Update nilai kalibrasi baru.
Kalibrasi Sensor
Nyalakan Sistem Roughometer
Roughometer Controller: o Pilih menu Calibrate sensor. Tekan tombol Yes.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Sensor pada posisi 0 derajat, tekan tombol Yes.
Pembacaan Sensor = 2.52V (Contoh), tekan tombol Yes.
Sensor diputar 180 derajat , tekan tombol Yes.
Pembacaan Sensor = 2.28V, tekan tombol Yes.
Old 4.10 New 4.14 (Contoh), tekan tombol Yes. Nilai kalibrasi yang baru harus
antara : 4.06 s/d 4.27.
Update nilai kalibrasi baru.
Proses Survei
Proses survey ketidakrataan menggunakan alat Roughometer III sampai dengan
pemindahan data dan pemrosesan data keluaran alat adalah seperti di bawah ini :
Setup GPS
a. Jalankan Software Roughometer.
b. Lakukan Sinkronisasi Waktu Penerimaan GPS.
c. Hubungkan GPS ke PC melalui konektor RS-232 to USB adapter.
d. Pilih menu Setup Survey.
e. GPS harus menerima minimal 3 sinyal satelit untuk sinkronisasi tersebut.
f. Sinkronisasi berhasil maka data lama akan dihapus dari memori GPS.
g. Lepaskan GPS dari PC.
Proses
Hubungkan semua peralatan dari roughometers Survey
a. Letakkan GPS di atas atap mobil,
b. Tekan menu “New Survey” kemudian tekan .
c. Tekan menu “Survey n” kemudian tekan .
d. Posisikan mobil 50 - 150m sebelum start control point, tekan tombol Start, kemudian
mobil berjalan menuju start control point dengan kecepatan diatas 30km/jam.
e. Ketika mobil berada di start point, tekan tombol .
f. Tekan tombol < ►> atau untuk menandai kejadian (Events).
g. Tekan untuk menandai Control Point bila ada.
h. Tekan pada “End Control Point”. o Lanjutkan untuk minimal 50m. Kemudian tekan .
i. Matikan dan lepaskan semua peralatan roughometer
Data Retrieve
Dalam proses ini beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Jalankan
Software Roughometer/
Pilih menu Pengambilan Data Roughometer :
Nyalakan dan sambungkan roughometer ke PC.
Pilih file yang akan dambil dari roughometer.
Tekan tombol .
Setelah selesai, lepaskan Roughometer. Pengambilan Data GPS:
Nyalakan dan sambungkan GPS ke PC.
Data akan otomatis diambil.
Setelah selesai, lepaskan GPS.
Pemrosesan Data :
a. Pilih menu <Proses>.
b. Pilih file data yang akan diproses.
c. Enter header information.
d. Edit nama kejadian (Event).
e. Simpan dan cetak laporan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Diagram alir tahap perancangan desain
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Perencanaan transportasi PU Bina Marga,
Dishub Provinsi
Hasil studi terdahulu Berbagai instansi
terkait
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Survey kondisi Jalan dan Jembatan dilakukan terhadap Jalan dan Jembatan nasional,
provinsi, kabupaten, hingga Jalan dan Jembatan lingkungan dan desa. Hal ini
dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi Jalan dan Jembatan yang ada di Provinsi
Banten saat ini, sedangkan untuk kondisi lalu lintas dilakukan survey Traffic Count
(TC) pada beberapa titik yang dianggap mewakili lalu lintas di Provinsi Banten
Metode pelaksanaan survey sangat ditentukan oleh karakteristik wilayah serta lamanya
waktu pekerjaan, dalam hal ini kegiatan survey yang terkait pada studi ini dengan
melihat waktu yang sangat singkat perlu dilakukan suatu stretegi yang tepat sehingga
waktu serta sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Kecamatan, dari node ke node, nama Jalan dan Jembatan , batas persimpangan Jalan dan
Jembatan keJalan dan Jembatan , diisi sama dengan I.J.K - 1.
Lembar I.J.K – 3
Formulir ini dipergunakan sebagai laporan inspeksi Jalan dan Jembatan, padadasarnya cara
melakukan survai ini hampir sama dengan cara melakukan inventarisasi Jalan dan Jembatan
yang ditambah beberapa komentar.
Penjelasan cara pengisian formulir :
Di luar kotak
Kecamatan, diisi nama kecamatan yang disurvai, rute dan nomorformulir. Jalan dan
Jembatan, diisi nomor node pada rute yang telah ditentukan. Segm no, diisi nomor
segment. Lokasi, adalah lokasi yang diukur dari awal node dan padameter keberapa
tersebut.
Di dalam kotak
Nama, diisi nama setempat.Lantai, diisi bahannya terbuat dari apa. Konstruksi, diisi baja,
beton, dll. Pondasi, diisi tiang pancang langsung, sumur, dll Pagar, diisi bahannya Panjang
bentang, berapa meter bentang Jalan dan Jembatan Tembok penahan. Lebar kereb, diisi
berapa cm jarak antara batas perkerasan dengan trotoar. Tinggi, diisi berapa cm tinggi
kereb. Trotoar, diisi berapa meter lebar trotoar. umum, diisi berapa tahun umur Jalan dan
Jembatan. Umur bila diperbaiki.
Himpunan IJK Jalan dan Jembatan Kabupaten per Kecamatan
Formulir ini dipergunakan untuk menghimpun hasil inventarisasi Jalan dan Jembatan
Kabupaten. Pengisian Formulir :
Nomor, diisi nomor ruas Jalan dan Jembatan
Nama Jalan dan Jembatan , sudah jelas.
Node ke node, panjang, lebar perkerasan, lebar bahu, selokan,damija, diisi serupa dengan
IJK - 1.
Penggunaan lahan, kondisi, keterangan.
Himpunan IJK Jalan dan Jembatan
Formulir ini dipergunakan untuk menghimpun hasil inventarisasiKabupaten per Kecamatan.
Pengisian Formulir :
Kecamatan, tanggal, cukup jelas.
Arah arus, diisi ke kanan atau kiri
Nama dan nomor Jalan dan Jembatan , diisi nama dan nomor Jalan dan Jembatan
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Dari node ke node, diisi nomor node lokasi Jalan dan Jembatan
Panjang, span, lebar jalur, cukup jelas
Trotoar, diisi lebar trotoar kiri dan kanan
Tipe, kias, konstruksi dan kondisi bangunan atas/bawah.
Metode survei inventarisasi prasarana Jalan dan Jembatan dilakukan dengan melakukan survei
langsung ke lapangan atau melakukan survei ke instansi yang memiliki data tersebut. Pandua
lengkap untuk survei inventarisasi prasarana Jalan dan Jembatan dapat diperoleh dalam TATA
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
CARA PELAKSANAAN SURVAI INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN DAN KOTA
(NO. 017/T/BNKT/1990). Dalam panduan tersebut dijelaskan langkah-langkah perancangan survei
inventarisasi Jalan dan Jembatan ini berikut dengan formulir survei.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Panduan melakukan survei volume lalu lintas dengan cara manual terdapat dalam
Pedoman Konstruksi dan Bangunan : Survai Pencacahan Lalu Lintas dengan cara
Manual (Pd. T-192004-B) berikut dengan formulir survei.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Dalam merencanakan survei ada 2 (dua) hal pokok yang harus dilakukan, yaitu :
Perancangan teknis, ditetapkan hal-hal berikut :
Tujuan Survei dan Data yang sudah ada. Tujuan survei harus diberikan dengan
jelas :
- Mengapa survei dilakukan
- Parameter yang diukur
- Hasil yang didapatkan Setelah tujuan tersebut jelas, kemudian dapat
ditentukan data yang harus dikumpulkan beserta tingkat akurasinya. Tinjauan
pustaka dan data sekunder dilakukan untuk mendukung hal diatas
Ruang Lingkup Survei
Populasi obyek survei harus ditentukan dan dijelaskan untuk memudahkan pemilihan
sampel. Populasi ini dapat berdasarkan wilayah administrasi (misalnya propinsi), jenis
kendaraan (misalnya angkutan umum penumpang), atau struktur kependudukan
(misalnya penduduk yang berumur antara 10 dan 65 tahun). Berdasarkan populasi dan
tujuan survey akan ditentukan sampel. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Tipe/jenis sampel, misalnya : lalu lintas diJalan dan Jembatan Malang, Penduduk
Surabaya.
Satuan sampel, misalnya: orang, KK, smp/jam
Kerangka sampel: daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh sampel
Jumlah sampel dan tingkat akurasinya
Secara umum pelaksanaan studi ini terdiri dari 3 tahapan utama yaitu persiapan, pengumpulan
data, dan akhir. Urutan proses pelaksanaan studi ini disampaikan pada Gambar B.1. Setting waktu
dan bahasan untuk setiap tahapan disesuaikan dengan kewajiban pengumpulan laporan (laporan
pendahuluan, laporan bulanan dan laporan akhir). Setiap tahap studi di-set untuk menyelesaikan
kegiatan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan kerangka
pelaksanaan studi berupa persiapan survey, kajian literatur, dan pengenalan awal wilayah
studi, meliputi kegiatan :
Inisiasi studi: berupa kegiatan konsolidasi tim, pengumpulan dan pelaksanaan studi
literatur,
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Persiapan analisis: berupa kegiatan pemantapan metodologi analisis khususnya terkait
dengan penyusunan pola pikir studi, penyiapan peta dasar, Persiapan survey: berupa
kegiatan untuk memilih metoda survey, penyiapan formulir dan perlengkapan survey
serta SDM pelaksana survey.
2. Tahap Pengumpulan Data
Ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer yang dibutuhkan dalam
kegiatan inventarisasi data jaringan Jalan dan Jembatan dan di Provinsi Banten, meliputi
kegiatan :
Pelaksanaan survey: berupa kegiatan survey primer (pengamatan lapangan,
pengukuran/penghitungan) dan pengumpulan data dari sumber sekunder khususnya
terkait dengan data statistik wilayah, kuantitas dan kualitas penyediaan jaringan
transportasi dan permintaan perJalan dan Jembatan an, dan dokumen perencanaan
serta hasil studi terdahulu terkait dengan penyusunan Inventarisai Data Jalan dan
Jembatan dan Provinsi Banten ;
Kompilasi data: berupa kegiatan tabulasi dan verifikasi data hasil survey untuk
mendapatkan data olahan yang terstruktur sebagai modal untuk pelaksanaan analisis
dan program pembangunan Jalan dan Jembatan dan Jalan dan Jembatan.
Analisis berupa kegiatan penyampaian dan persepsi terhadap data yang diperoleh dan
potret kondisi serta permasalahan sistem transportasi di Provinsi Banten. Analisis awal
ini dilakukan dalam konteks untuk menyiapakan kerangka awal bagi pelaksanaan
analisis lanjutan.
Pemeriksaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) untuk Jalan dan Jembatan yang
belum beraspal.
Pemeriksaan Benkelman Beam untuk Jalan dan Jembatan yang telah beraspal.
Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan berikut foto-foto dokumentasi.
Pemeriksaan lokasi Sumber material disekitar lokasi proyek.
Inventarisasi Jalan dan Jembatan berikut foto dokumentasi.
Mengumpulkan data perhitungan lalu lintas, peta lokasi dan IainIain.
Pengukuran Topografi seluruh ruas Jalan dan Jembatan .
Pemeriksaan tambahan yang meliputi:
Pemeriksaan sistem drainase
Pemeriksaan kestabilan lereng
Pemeriksaan Marka Jalan dan Jembatan dan perlengkapan Jalan dan Jembatan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pemeriksaan kemiringan melintang Jalan dan Jembatan lama.
Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan cara yaitu cara pengumpulan data lapangan yang telah dikembangkan oleh Bina
Marga sejak tahun 1983. Rangkuman dari pengumpulan data lapangan tersebut dapat dilihat
pada lampiran (contoh pengambilan data lapangan). Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya nilai lendutan balik dari konstruksi perkerasan Jalan dan Jembatan yang
masih beraspal. Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Truk yang dipakai harus dibebani sehingga tercapai beban gandar belakang sebesar 8.2 ton
dengan tekanan angin ban sebesar 80 psi.
Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan Jalan dan
Jembatan timbang atau dengan alat lain yang telah terbukti dapat dipakai untuk
pengukuran beban gandar, dan hasil pengukuran beban gandar harus dicatat dengan jelas
pada formulir pemeriksaan Benkelman Beam (DL 2.1.1.)
Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran yang standard
misalnya perbandingan batang 1 : 2. Dimensi geometrik dari Benkelman Beam
harus dicatat dengan jelas pada formulir pemeriksaan (DL 2.1.).
Alat pembacaan (Dial Gauge) lendutan harus dalam kondisi yang baik dan skala ketelitian
pembacaan jarum penunjuk harus dicatat dalam formulir pemeriksaan (DL 2.1.1,).
Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 m
sepanjang mas Jalan dan Jembatan beraspal yang telah ditetapkan.
Selama pemeriksaan, Konsultan harus mencatat hal-hal khusus yang dijumpai
seperti kondisi drainase, kondisi serta lebar perkerasan, nama daerah yang dilalui, cuaca,
waktu, lokasi peninggian permukaan Jalan dan Jembatan , tinggi muka air tanah dan
sebagainya.
Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (patok Km, Sta).
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan Benkelman Beam (DL
2.1.2. dan DL 2.1.3
3. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan tanah dasar pada ruas ruas Jalan
dan Jembatan yang belum beraspal, seperti Jalan dan Jembatan tanah, Jalan dan Jembatan
krikil atau Jalan dan Jembatan aspal yang telah rusak sehingga nampak lapisan
pondasinya. Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuanketentuan sebagai
berikut :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran seperti yang
diberikan dalam gambar 3.2.
Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan 200 m.
Pemeriksaan dilakukan pada sumbu Jalan dan Jembatan dan pada permukaan lapisan
tanah dasar.
Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan
sirtu, lapisan-lapisan Telford, lapisan pasir dan sebagainya.
Pemeriksaan dilakukan dengan kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan batuan) sebelum
mencapai kedalaman 90 cm.
Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu diperhatikan
seperti timbunan, kondisi drainase, kondisi dan tebal lapis perkerasan lama, lebar
perkerasan lama, tinggi muka air dan sebagainya.
Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini, dicatat dalam formulir DL 2.2.1. dan DL
2.2.2.
4. Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi
perkerasan yang ada dan kondisi geometrik Jalan dan Jembatan yang bersangkutan.
Pemeriksaan dilakukan dengan metoda yang disederhanakan, yaitu cukup mencatat
kondisi rata-rata setiap 1.0 km yang tercatat selama berkendaraan. Data yang harus
diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
Jarak antara masing-masing patok kilometer
Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Nacas, Lasbutag, Penetrasi Me
Adam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dan sebagainya.
Nilai kekasaran Jalan dan Jembatan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh
dari hasil Survey Roughness Meter atau ditentukan secara visual dengan ketentuan
skala sebagai berikut :
Kondisi daerah samping Jalan dan Jembatan serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing ke pinggir perkerasan.
Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang
ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
Data yang diperoleh harus dicatat didalam formulir DL 3.1.
Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik Jalan dan Jembatan minimal 1
(satu) buah foto per kilometer. 8. Foto ditempel pada formulir DL 3.2. dengan
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
mencantumkan hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas Jalan dan
Jembatan , arah pengambilan foto, tanggal pengambilan foto dan tinggi petugas yang
memegang nomor Sta.
5. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahanbahan
perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada ruas-ruas
Jalan dan Jembatan yang akan dikerjakan. Informasi yang harus diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah :
Jenis bahan untuk perkerasan yang ada, misalnya pasir, kerikil, tanah timbunan, batu.
Lokasi quarry setiap jenis bahan perkerasan berikut perkiraan jumlah yang ada.
Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan perkerasan.
Perkiraan jarak pengangkutan bahan quarry ke lokasi rencana Base Camp proyek.
Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasinya (Km, Sta).
Data yang diperoleh dicatat di dalam formulir DL 4.
6. Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi Jalan dan
Jembatan dengan bentang kurang dari 10 m yang terdapat pada ruas Jalan dan Jembatan
yang ditinjau. Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
Nama dan lokasi Jalan dan Jembatan
Dimensi Jalan dan Jembatan yang meliputi bentang, lebar, kebebasan, jenis, lantai
dan kondisi Jalan dan Jembatan .
Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.
Detail kondisi struktur dari setiap Jalan dan Jembatan dan setiap elemen dalam
struktur yang sangat membutuhkan pengembalian kondisi.
Data yang diperoleh dicatat dalam formulir DL 5.1. 6. Foto dokumentasi sebanyak 2
(dua) lembar untuk setiap Jalan dan Jembatan yang diambil dari arah memanjang dan
melintang. Foto ditempel pada formulir DL 5.2.
Mengumpulkan data yang lain yang berkaitan dengan ruas Jalan dan Jembatan yang
bersangkutan yang berguna dalam proses perencanaan, misalnya data Roughmeter Survey,
data perhitungan lalu lintas, FS dan SEP, peta lokasi dan IainIain.
7. Survey Topografi
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pengukuran topografi dimaksud untuk mengumpulkan data pengukuran yang cukup untuk
kebutuhan perencanaan dan dilakukan pada semua ruas Jalan dan Jembatan . Detail dari
pengukuran ini adalah sebagai berikut: Pengukuran Polygon dengan ketelitian 1 : 10.000
dan patok-patok permanen harus dipasang dengan interval tidak lebih dari 500 m serta
dapat terlihat dengan mudah. Pengukuran jarak dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan titiktitik sementara dan bantuan alat ukur elektronis. Patok-patok
pengukuran dapat berupa :
Patok beton bertulang dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa paralon dia 4” yang
isis adikan beton, dipasang ditempat yang bebas dari gangguan lalu lintas atau lainnya
selama pelaksanaan.
Paku yang dipasang pada beton atau cara lainnya pada bangunanbangunan tetap
seperti abutmen Jalan dan Jembatan dan Iain-Iain.
Pengukuran harus meliputi :
Titik-titik kontrol vertikal dan horizontal berupa patok-patok kayu yang dipasang
setiap interval max. 100 m pada rencana as Jalan dan Jembatan . Ukuran petak kayu
adalah 5 x 7 x 60 cm dan dapat ditancapkan kedalam tanah sedalam 50 cm. Pada
Pengukuran polygon :
Titik kontrol horizontal
Pengukuran menggunakan theodolit T2 dengan ketelitian bacaan 1 detik dan ketelitian
orde ketiga.
Titik kontrol vertikal
Pengukuran menggunakan Sipat datar (waterpas) dengan ketelitian 1,5 - 2,5 mm/km,
pengukuran dilakukan dengan dua arah.
Pengukuran lebar Right of way dengan menyebutkan tata guna tanah serta lainnya
seperti pemukiman, sawah dan Iain-Iain.
Cross Section
Cross Section dibuat untuk setiap interval 100 m pada tiap-tiap titik kontrol. Lebar
Cross Section minimal adalah 25 m kekanan dan kekiri dari As Jalan dan Jembatan.
Perhitungan dan penggambaran peta topografi berdasarkan atas koordinat titik kontrol
diatas.
Gambar peta topografi dibuat pada kertas milimeter dengan skala 1 : 1.000 dengan garis
contour tiap interval 1 meter. Semua titik-titik kontrol harus dicantumkan dalam gambar.
8. Penyelidikan Geologi ( Tanah )
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Penyelidikan tanah dilakukan pada daerah-daerah yang direlokasi, dengan cara
pelaksanaan sebagai berikut : Penyelidikan tanah untuk daerah yang perlu direlokasi
adalah dengan melakukan pemboran yang harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
Pemboran dilakukan dengan bor tangan (Hand Auger Boring) atau alat bor mesin,
sesuai dengan keperluannya.
Penanaman dari masing-masing jenis tanah harus dilakukan pada saat itu juga, sesuai
dengan kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
Apabila tanah yang ada perpotensi longsor/runtuh harus disiapkan alat bor yang
dilengkapi casing.
Apabila ditemukan air pada lobang bor, maka harus dicatat kedalamannya serta waktu
alat bor tersebut menyentuh air.
Bila ditemukan lapisan tanah yang mudah terperas (Compressible Strata), maka
pemboran harus dilanjutkan untuk mengetahui ketebalannya.
Lobang-lobang bor diusahakan sedekat mungkin dengan as Jalan dan Jembatan
dengan interval jarak minimal 250 m1 serta kedalaman rata-rata sebagai berikut :
Urugan pada daerah rawa sedalam 2 (dua) kali ukuran tersebut diukur dari
permukaan air.
Urugan pada daerah biasa, sedalam 2 (dua) meter dari permukaan Jalan dan
Jembatan
9. Pengambilan dan Pengujian Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan tanah tersebut dilaboratorium.
Pengambilan contoh tanah dikerjakan dengan cara Disturb dan Undisturb Sample dengan
jumlah dan kedalaman yang disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya pada lapisan tanah
yang berbeda harus dilakukan pengambilan contoh tanah. Dalam hal ini dilakukan batasan-
batasan sebagai berikut :
Pada daerah-daerah yang tanahnya sama, sekurang-kurangnya jarak 3 meter harus
diambil 1 buah contoh tanah dari setiap macam lapisan sesuai dengan test yang akan
disesuaikan pada petunjuk ini.
Pada tempat-tempat dimana terjadi perubahan lapisan tanah, baik kedudukan maupun
macamnya harus diambil contoh tanah.
10. Test Laboratorium
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pelaksanaan test dilaboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan datadata yang
digunakan dalam perhitungan perencanaan. Test yang dimaksudkan antara lain meliputi :
Analisa Saringan
Hasil analisa saringan akan digunakan menentukan cara-cara dan kemungkinan
pemadatan lapisan tanah, baik sebagai subgrade maupun sebagai base (Quarry,
Materials).
Moisture Content Test
Hasil dari Moisture Content dari contoh tanah tidak terganggu (Undisturb Sample)
dipakai pada perhitungan Pavement Design dan Embankment.
Compaction Test
Hubungan Moisture Content dan Dry Density akan digunakan pada pelaksanaan
pekerjaan konstruksi Jalan dan Jembatan.
Atterberg Limits Test
Pengukuran Atterberg Limits Test akan memungkinkan kelengkapan Klasifikasi tanah
dan peninjauan untuk Pavement Design dan Embankment.
Direct Shear Test / Shear Strength Test / Unconfined Compression Test
Penyelidikan ini digunakan terutama untuk menghitung stabilitas lereng-lereng galian
dan urugan Jalan dan Jembatan serta penetapan nilai c dan q.
CBR Test
Nilai-nilai test digunakan untuk Klasifikasi Daya Dukung Tanah Subgrade. CBR Test
hendaknya dikerjakan sesuai dengan CBR Modified AASHTO.
11. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan System Drainase Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan
informasi kondisi system drainase yang ada. Informasi yang harus diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah :
Bentuk, ukuran dan profil memanjang dari semua salah sepanjang sisi Jalan dan
Jembatan .
Jenis, ukuran, lokasi, panjang dan kondisi dari gorong-gorong melintang Jalan dan
Jembatan, termasuk detail dari setiap struktur tembok kepala dan lantai apron.
Lokasi, dimensi dan ukuran/type gorong-gorong tambahan yang diperlukan.
Semua data dicatat dalam formulir 4 (DL 6.4.1) dan (DL6.4.2)
12. Analisis Pengolahan Data
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang dibutuhkan,
selanjutnya dikelompokkan sesuai identifikasi tujuan permasalahan sehingga diperoleh
analisis pemecahan yang efektif dan terarah.
Adapun analisis yang digunakan adalah membahas berbagai permasalahan berdasarkan
hasil pengumpulan data primer, data sekunder dan data penunjang.
Perhitungan dan perencanaan geometrik disain pada Jalan dan Jembatan yang
direlokasi.
Menghitung lendutan baik rencana dari data pemeriksaan Benkelman Beam.
Menghitung CBR rencana dari data pemeriksaan DCP.
Menentukan "Unique Section" yang akan dipakai dalam proses perencanaan.
Menentukan volume pekerjaan dan perkiraan biaya.
Membuat gambar-gambar standard dan khusus.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
menentukan kapan aktivitas – aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan
sehingga pengendalian sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut
kebutuhan yang telah ditentukan. Fungsi time schedule adalah sebagai berikut :
Menentukan durasi proyek.
Menentukan jalur dan kegiatan kritis.
Menentukan proses pelaksanaan ( kurva “ S ” )
Dasar untuk menghitung aliran kas.
Pengendalian proyek.
Data yang dipergunakan untuk pembuatan time schedule antara lain :
Daftar semua kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek.
Hubungan masing – masing kegiatan.
Diagram jaring, yang sudah dihitung.
Diagram balok disebut juga barchart.
Untuk menunjukan kemajuan pekerjaan dengan mudah dibuat kurva “S”. kurva “S”
merupakan gambar diagram % ( persen ) komulatif biaya yang diplot pada suatu sumbu
absis, dimana sumbu X menyatakan satuan waktu sepanjang durasi proyek dan sumbu Y
menyatakan nilai % ( persen ) komulatif biaya selama durasi proyek tersebut. Cara
membuat kurva “ S ” adalah sebagai berikut :
Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.
Bobot item pekerjaan itu dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi biaya total
pekerjaan dikali 100 %.
Setelah bobot masing – masing item dihitung pada masing – masing
didistribusikan bobot pekerjaan selama durasi masing – masing aktivitas.
Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu, di jumlah secara
kumulatif.
Angka komulatif pada setiap periode ini diplotkan pada sumbu Y (ordinat) dalam
grafik dan waktu pada absis.
Dengan menghubungkan semua titik – titik di dapat kurva “ S ”. Data yang digunakan
untuk pembuatan kurva “ S “ antara lain :
Diagram bagan balok.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pada umumnya kurva “ S ” diplotkan pada diagram balok, dengan tujuan untuk
mempermudah melihat kegitan – kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu
pengamatan progres pelaksanaan pekerjaan.
15. Pekerjaan Survey Geology Dan Geoteknik
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk melakukan
pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan,
memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik
tanah untuk keperluan bahan Jalan dan Jembatan dan struktur, serta mengidentifikasi
lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.
i. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase Jalan dan Jembatan /untuk setiap jarak 500 – 1000
meter. Lokasi titik tersebut Diutamakan pada posisi abutmen.
ii. Penyelidikan lapangan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase Jalan dan Jembatan dan dipetakan dan
batas- batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk
selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3.
Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan,
kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian
hasilnya diplot diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan
tentang, Gerakan tanah, Tebal pelapukan tanah dasar, Kondisi drainase alami, pola
aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa
(apabila rencana trase Jalan dan Jembatan tersebut harus melewati daerah rawa
iii. Penyelidikan Geoteknik
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji,
lokasi, kedalaman).
Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (“split tube” untuk tanah keras atau “piston
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada
setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan)
dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan interval sekurang-kurangnya 100
meter dan/atau setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-
kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil
harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan
lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut :
- Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
- Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary drilling)
dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
- Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1
putaran per detik.
- Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
- Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing
dengan diameter minimum 100mm
- Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak
terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
- Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan
sampel berikutnya
Pemboran Tangan.
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719
Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring
Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan ketentuan
Berikut :
- Digunakan single core barrel dengan cara putar
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam
kantong plastik dan ditutup dengan cara diikat atau cara lainnya yang
diizinkan Pengawas.
- Kantong plastik diberi label nomor contoh, nomor bor, kedalaman,
tanggal, proyek.
Pengambilan Contoh dengan Single & Double Core
Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan dengan
ketentuan berikut :
- Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm.
- Panjang tabung minimal 500 mm.
- Panjang ruang contoh dalam tabung minimum 40 mm.
- Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua ujungnya
dan kemudian diberi label seperti pada butir C.
Pengambilan Contoh Tanah dengan Fixed Piston Sampler
- Diameter tabung minimum 70 mm.
- Tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Cukup kuat untuk menahan terjadinya deformasi yang berlebihan pada
waktu proses pengambilan contoh.
- Area ratio maksimum 15%
- Panjang tabung minimum 600 mm.
- Apabila panjang tabung lebih dari 800 mm, maka “inside clearance ratio”
harus berkisar dari 0.5% sampai 1.0%
- Sudut ujung tabung tidak boleh lebih dari 10 o
Apabila “drilling mud” digunakan, pemboran dapat dilakukan sampai
kedalaman pengambilan contoh, dengan catatan dilakukan pembersihan dasar
lubang bor terlebih dahulu, apabila tidak menggunakan “drilling mud”, maka
pemboran dihentikan 20 cm diatas kedalaman pengambilan contoh dan
dilakukan penekanan untuk mencapai kedalaman pengambilan contoh yang
diinginkan.
Tabung harus ditutup sehingga kedap air dengan cara yang disetujui
Pengawas.
Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam getaran dan
memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan kendaraan yang
tertutup.
Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang lembab
dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.
Sondir (Pneutrometer Static)
- Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras,menentukan lapisan lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus
dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan :
- Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
- Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pneutrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir Belanda
(Dutch Pneutrometer atau Dutch Deepsounding Apparatus) atau percobaan
Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test ) Pembacaan dilakukan pada setiap
penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan
pada manometer berturutturut menunjukan harga >150 kg/cm2, kedua alat sondir
terangkat keatas, sedangkan pembacaan manometer belum menunjukan angka
yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja
kanal jangkar.
Keuntungan Alat Sondir :
- Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras
- Dapat memperkirakan perbadaan lapisan
- Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya
dukung tiang
- Cukup baik digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.
Kekurangan Alat Sondir :
- Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
- Tidak dapat mengetahui jenis lapisan tanah langsung
- Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang
diperoleh meragukan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Tidak boleh dilakukan pada daerah endapan alluvium yang mengandung
komponen dari kerakal dan berangkal, hasilnya memberikan indikasi
lapisan tanah keras yang salah.
- Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping yang
berongga.
- Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan lekat, Grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat
pada tiap hambatan.
iv. Survey Kerusakan Jalan dan Jembatan
Tahap perancangan desain dituangkan dalam diagram alir yang merupakan suatu
kerangka dasar yang membentuk alur kerja dan berfungsi sebagai pedoman umum
untuk membantu proses perancangan desain. Diagram alir tahap perancangan
desain adalah sebagai berikut.
MULAI
MULAI
SELESA
I
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pelaksanaan metoda konstruksi yang baik adalah yang memenuhi pokok-pokok
berikut :
Kualitas pekerjaan yang baik.
Kemudahan pelaksanaan dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Ekonomis.
Waktu pelaksanaan yang singkat.
Menggunakan peralatan/alat bantu yang sudah tersedia dan mudah didapat
Program kerja yang diusulkan konsisten dengan pendekatan teknis dan metodologi
yang disampaikan pada bagian sebelumnya.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
2.9. Pola Kerja Konsultan
3.9.1 Alur Koordinasi
Alur koordinasi kegiatan ini adalah seperti pada gambar berikut :
Quality Process
Quality Policy
Acceptance Criteria
Quality Standar
QA Activities
Configuration management
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Project Tim quality responsibility
Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal yang dimaksud adalah komunikasi dengan pihak di luar tim,
yang antara lain : Media komunikasi pertemuan dengan pengguna jasa dilakukan
melalui forum baik formal maupun informal dalam bentuk diskusi, asistensi maupun
presentasi, hal ini akan dilakukan secara kontinu dan berkala untuk menjamin
bahwa hasil pekerjaan sesuai dengan harapan pengguna jasa. Media komunikasi
melalui data dan laporan, hal ini dilakukan agar pengguna jasa dapat mengontrol
progress pekerjaan tim ahli konsultan dan menilai kesesuaian hasil yang dicapai,
dan diharapkan adanya feed back bagi tim konsultan guna penyempurnaan hasil.
Komunikasi dengan instansi terkait melalui selain guna keperluan permohonan data,
juga sekaligus dapat berfungsi sebagai penjaringan aspirasi melalui media diskusi
ataupun wawancara
Komunikasi Internal
Komunikasi internal yang dimaksud adalah komunikasi antar tim ahli konsultan,
yang antara lain dilakukan melalui media :
- Pertemuan Mingguan: hal ini dilakukan untuk membahas progress mingguan,
pencapaiannya, deviasi (jika ada), juga alternatif pemecahannya dan dibahas pula
rencana minggu depan berikut targetnya. Selain itu koordinasi mingguan juga
menjadi ajang bagi tim ahli untuk berkoordinasi secara lebih intensif mengenai
keterkaitan tugas antara yang satu dan yang lain terkait substansi kegiatan yang
menjadi tanggung jawab masingmasing.
- Koordinasi insidentil: koordinasi insidentil ini tidak terjadual, namun dapat
dilakukan kapan saja untuk tetap menjaga keselarasan pencapaian target dan
sasaran pekerjaan.
- Koordinasi khusus: koordinasi ini dilakukan khususnya menjelang penyampaian
laporan ke pengguna jasa, untuk memastikan dengan mengevaluasi ulang produk-
produk pekerjaan yang dihasilkan sebelum disampaikan kepada pengguna jasa
3.9.4 Pelaporan
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Nilai ketidakrataan yang dilaporkan untuk setiap lajur segmen adalah nilai ketidakrataan
Lajur, IRI (m/km) tidak lebih dari 2 (dua) desimal, dengan interval pelaporan 100 meter
per lajur. Data ketidakrataan yang dilaporkan harus diikat dengan titik referensi yang telah
ditetapkan agar bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Lokasi spasial segmen
jalan yang diukur harus dicatat menggunakan GPS. Laporan ketidakrataan jalan harus
secara jelas menunjukkan lajur yang diukur, arah pengukuran, kecepatan kendaraan saat
mengukur, tanggal, cuaca saat pengukuran, faktor-faktor yang mengganggu pengukuran,
data hilang/tidak tercatat atau tidak valid termasuk penyebabnya (misalnya: adanya
pekerjaan konstruksi jalan, kemacetan lalu lintas, permukaan yang basah, adanya genangan
air di permukaan jalan, kendaraan berpindah lajur karena hambatan atau menyusul
kendaraan lain) Data yang harus dicatat dan dilaporkan untuk setiap pengukuran
ketidakrataan, antara lain :
a. Nomor dan Judul Kontrak
b. Waktu survei, Tanggal dan Jam
c. Tanda Pengenal Alat Survei yang digunakan
d. Nama Operator
e. Nama Pengemudi
f. Nomor Ruas dan Titik referensi
g. Nama Ruas
h. Arah pengukuran
i. Lajur yang diukur
j. Referensi Awal dan Akhir pengukuran
k. Titik referensi data
l. Faktor-faktor yang mengganggu proses dan hasil survei
m. Catatan (event) yang menunjukkan kondisi khusus.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
1. Data Format
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten.
2. Penerimaan
Setelah menerima data dari Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan melakukan audit
data dan/atau verifikasi& validasi terhadap format, ketelitian, kelengkapan, dan
kewajaran data. Penyedia Jasa harus memberikan penjelasan dengan disertai
buktibukti untuk setiap permasalahan atau isu yang ada pada data yang diserahkan.
Apabila hasil audit membuktikan adanya ketidaksesuaian atau permasalahan
lainnya, maka Penyedia Jasa harus segera mengambil tindakan perbaikan atau
penyelesaian masalah. Tindakan perbaikan dapat mencakup perbaikan pemrosesan
data atau melakukan survei ulang sebagian atau seluruh ruas jalan yang
dipermasalahkan. Bila dianggap perlu, Pengguna Jasa dapat memeriksa ulang data
yang telah diserahkan ulang, semua biaya yang diperlukan Pengguna Jasa untuk
pemeriksaan ulang data menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. Setelah format,
ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh Pengguna Jasa,
maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data yang dapat
dilakukan secara parsial/bertahap sesuai dengan volume pekerjaan survei yang telah
diselesaikan dan diterima. Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau ahir
harus menjadi salah satu syarat pembayaran tagihan Penyedia Jasa untuk perioda
waktu yang sesuai
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan bagian dari
sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Keselamatan Konstruksi diartikan segala kegiatan
keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan
standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja keselamatan publik, harta benda, material, peralatan, konstruksi
dan lingkungan. SMKK ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan di antaranya:
Undangundang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang undang No.2 tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi serta mengadopsi ISO 45001:2018 dengan beberapa
penyesuaian. Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, mengamanatkan
pada Pasal 3, bahwa tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi diantaranya memberikan
arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha
yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas. Selain
itu penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada UU tersebut mengamanahkan untuk
mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan. Atas dasar hal tersebut, Pemerintah Pusat diberikan tanggungjawab atas
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang sesuai dengan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan (Standar K4) sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf c, serta
kewenangan Pemerintah sesuai amanat Pasal 5 ayat (3) dan kemudian bahwa Standar K4
wajib untuk dipenuhi oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sesuai amanat Pasal 59 ayat
(1) UndangUndang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
debu silika, dan asbes. Dalam pelaksanaan pekerjaan sering timbul kecelakaan kerja.
Untuk itu penerapan Sistem Manajemen K3 dalam industri jasa konstruksi sangatlah
penting. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja.
Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dalam pelaksanaan
kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan berbagai dampak yang tidak dinginkanantara
lain yang menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu suatu
perusahaan yang bergerak di bidang kerja konstruksi harus mempunyai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Adapun bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Kesuksesan program
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi
tidak lepas dari peran berbagai pihak yang saling terlibat, berinteraksi dan bekerja sama.
Hal ini sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam pelak-sanaan pembangunan
proyek konstruksi yang dilakukan oleh tim proyek dan seluruh manajemen dari berbagai
pihak yang terkait didalamnya. Masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab bersama
yang saling mendukung untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi yang ditandai
dengan evaluasi positif dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Di
Indonesia ada beberapa pedoman penerapan SMK3 Konstruksi salah satunya adalah PP
No 50 tahun 2012. Peraturan tersebut berisi tentang peraturan SMK3 Sistem Manajemen
K3 di perusahaan konstruksi, khususnya Kontraktor Jasa Konstruksi adalah masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Dalam PP No 50 tahun 2012 penerapan SMK3 bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi. Juga mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan manajemen, pekerja atau buruh.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 01/Men/1980 Tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
SKB Menaker Dan Menteri PU No. 174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 No.
174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 Tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Beserta Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
SE Menakertrans No.321 tahun 2007
Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2014 Tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum
Skematika Program K3
Skema Program SMK3 dalam Pekerjaan Konstruksi, dapat dilihat pada
gambar berikut :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Program Pencegahan Kecelakaan
Melakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, dengan
memprioritaskan upaya meniadakan bahaya, mengurangi bahaya, mengisolasi sumber
bahaya, mengikuti prosedur yang selamat, dan upaya yang terakhir memakai alat
pelindung diri, dengan uraian sbb :
Peniadaan bahaya (eliminasi) yaitu mencegah secara langsung, misal menutup
sumber bahaya, memberi pagar pelindung dari jatuh, dsb.
Penggantian bahan, metode, alat, proses menjadi yang lebih kecil bahaya dan
risiko-nya, misalnya penggunaan beton precast, penggantian asbes dengan
gypsum, dsb.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pengendalian rekayasa, misalnya dengan memberi pelindung pada bukaan, metode
kerja/metode pelaksanaan yang lebih selamat, penggunaan alat bantu mekanis dsb.
Pengendalian administratif, misalnya membuat prosedur kerja, ijin kerja,
pelatihan, pemberian rambu-rambu dsb.
Penggunaan alat pelindung diri (APD), antara lain pelidung kepala dari benturan
(helmed) pelindung kaki (safety shoes), pencegah jatuh (safety harness),
pelindung mata (google), pelindung
Membuat analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis) langsung di
tempat/lokasi pekerjaan nya untuk memastikan, jenis bahaya yang ada dan apa
upaya pengendalian yang paling tepat.
Melakukan pengendalian yang langsung bias mencegah kecelakaan di tempat
kerja :
- Mengendalikan perilaku pekerja agar disiplin pakai APD (Alat Pelindung
Diri) dari kecelakaan,
- Mengendalikan kondisi tempat, alat, bahan, & lingkungan kerja dengan
memasang APK (alat pelindung kerja) a.l: pagar, tangga, barikade, jaring
pengaman dll untuk mencegah kecelakaan.
Penjelasan Bahaya & Pencegahan Risiko Kecelakaan (Safety Induction)
Setiap orang yang baru masuk pertama kali ke lokasi proyek, apakah pegawai,
pengguna jasa, konsultan, subkontraktor, tamu dsb. Harus mendapatkan safety
induction, yaitu penjelasan tentang :
- Peraturan Keselamatan dan kesehatan kerja di proyek
- Potensi bahaya terkait dengan pekerjaan atau lokasi yang akan dihadapi
- Upaya pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan ketika berada di tempat
berbahaya
- Petunjuk keselamatan yang harus diikuti
- Tindakan darurat, yang harus disadari, dipahami dan dilakukan bila terjadi
keadaan darurat
Perbincangan K3 (Safety Talk, Safety Morning Talk)
Mengumpulkan semua pekerja di lapangan sebelum mulai bekerja, dan menyampaikan
himbauan / komitmen bersama setiap Jum’at pagi selama +/- 15 menit, untuk terus
melindungi dan menjaga keselamatan dan kesehatan diri masing-masing dan orang-
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
orang yang berada di dekatnya dengan mematuhi peraturan K3 dan terus disiplin
memakai APD dan berperilaku selamat dan hati-hati.
Pemeliharaan dan Peningkatan Kesadaran K3 (Safety Awareness).
Promosi dan memberikan motivasi kepada semua orang yang ada ditempat kerja untuk
secara terus-menerus melaksanakan program K3 secara konsisten agar tidak ada
kecelakaan, berupa :
- Pemberian informasi dan berita terkait K3 melalui papan pengumuman,
- Poster, sapanduk K3, dan Rambu-rambu,
- Mengadakan safety sharing event, pemberian penghargaan ketaatan dan sanksi
pidana
Inspeksi K3 & Patroli K3 (Safety Inspection & Safety Patrol)
- Inspeksi K3 berkala (Harian, Mingguan, pakai Formulit Inspeksi) untuk setiap
item pekerjaan, alat, material dan lingkungan kerja, untuk menguji kesesuaiannya
dengan standar K3, spesifikasi teknis Inspeksi insidentil/dadakan, untuk menguji
tingkat penerapan program K3 dan perilaku pekerja secara real/nyata apakah telah
betul membudaya atau diikuti hanya jika ada jadwal inspeksi.
- Patroli K3 (safety patrol) secara rutin oleh tim proyek atau dari pengawas dan
pengguna jasa. Tujuan inspeksi ini adalah untuk menguji Kesesuaian terhadap
standar K3 setiap sumberdaya dan proses, untuk segera dilakukan perbaikan dan
tindakan pencegahan, karena menyangkut keselamatan dan kesehatan, yang
sewaktu waktu dapat menimbulkan kecelakaan berat dan fatal.
Pengukuran Kinerja SMK3
- Pengukuran kinerja SMK3 terhadap indikator positif, berupa Tingkat Penerapan
SMK3, sejauh mana program SMK3 dilaksanakan, mengukut tingkat kepatuhan
terdap Peraturan dsb. Sifatnya lebih pro aktif guna meningkatkan kinerja dan
mencegah kecelakaan.
- Pengukuran terhadap indikator negatif, antara lain jumlah insiden, jumlah hari
kerja hilang, jumlah pelanggaran, nearmiss, dsb. - Melakukan penyelidikan
insiden, dan
- Membuat Laporan ketidak sesuaian
- Melakukan observasi nearmiss, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan,
- Melakukan Audit internal untuk mengukur efektifitas penerapan SMK3
Rapat K3 (Safety Meeting)
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Menyelenggarakan Rapat Pertemuan K3 seminggu sekali setiap hari Rabu untuk
membahas : Pencapaian targetK3, Angka Pelanggaran, Efektifitas pelaksanaan, Tindk
lanjut hsl inspeksi dan Tindak lanjut audit. Dalam rapat ini diharapkan setiap masalah
K3 bisa diperbaiki.
Audit Internal SMK3 (Safety Internal Audit)
Dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk mengevaluasi seberapa jauh efektifitas
SMK3, tindakan perbaikan dan pencegahan secara sistemik yang harus dilakukan.
Pelatihan K3 (Safety Training)
Pelatihan K3 bagi pekerja cara menggunakan APD dan APK, agar sehat, selamat
dan produktif. Pelatihan K3 bagi mandor dan staf proyek agar dapat melatih &
memotivasi pekerja untuk belerja sehat & selamat dalam kondisi apapun.
Materi/subyek yang dilatihkan, meliputi sekurang-kurangnya: Penggunaan APD,
alat, dan bahan, Dasar-dasar K3, P3K, evakuasi, Pemadaman Api, dan Simulasi
keadaan darurat
Pengendalian Dokumen Dan Rekaman K3
Menyusun dan mengendalian Dokumen SMK3, meliputi prosedur, instruksi dan
metode kerja untuk setiap item pekerjaan yang harus dikendalikan bahaya dan
risikonya. Membuat Rekaman Pelaksanaan SMK3, memelihara Data Hasil
Inspeksi, rnotulen rapat, Laporan-laporan kejadian, bukti–bukti, dan dokumen
lainnya.
Membuat Laporan Pelaksanaan Program K3
Laporan Jenis dan Jumlah penyimpangan Rencana K3, dan Rencana Tindak
Lanjut Perbaikannya. Laporan Kejadian dan Penanganannya untuk : a. Kecelakaan
Ringan, b. Kecelakan Berat, c. Kecelakaan fatal, d. Kecelakaan Peralatan Berat, e.
Penyakit Umum, f. near-miss dsb.
Mengirimkan laporan :
Kegiatan P2K3 3 bulanan ke Depnaker setempat. Laporan kinerja SMK3 ke
kantor Pusat dan ke Pengguna Jasa
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Bendera K3 (berada di sisi paling kanan jika di lihat dari depan, tinggi 3,5m),
bendera RI (berada di tengah, tinggi 4 m) dan bendera WIKA (di sisi paling kiri
jika dilihat dari depan, tinggi 3,5 m) jarak masing-masing 2m.
- Spanduk, berisi: Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Papan-papan Tanda (Sign Board) berisi Slogan-slogan K3 berupa gambar/pamflet
berisi peringatan tentang bahaya dan kecelakaan serta penyakit di lokasi pekerjaan
dan ajakan untuk memperhatikan K3. Papan tersebut di pasang di tempat yang
strategis dan mengenai sasaran.
Fasilitas Penunjang Program K3, meliputi
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Penyelenggaraan Housekeeping, meliputi penyediaan Prasarana kerja yang sehat
yaitu terjaminnya kebersihan, kerapihan dan ketertiban antara lain :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Rencana Pencegahan terhadap kehilangan
- Pertolongan Pertama/ Prosedur Medis
- Pelatihan Personil terhadap aspek-aspek K3
- Ijin Kerja
- Pencegahan / perlindungan terhadap Kebakaran
- Emergency Response Plan
- House Keeping
- Environmental Hazard
- Inspeksi dan audit terhadap Pencegahan Kehilangan dan Audit
- Penyelidikan terhadap kecelakaan
- Peraturan K3
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
3.9.11 Jenis Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Beserta Fungsinya
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja berdasarkan (Permenaker Pasal 1 dan 2 tahun 2010). Alat
pelindung diri wajib diberikan perusahaan kepada para pekerjanya sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara cuma-cuma. Pengusaha dan pengurus wajib
memasang rambu-rambu peringatan mengenai kewajiban memakai alat pelindung diri di
tempat kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis Alat
Pelindung Diri yang sering dipakai. Alat-alat APD terdiri dari alat pelindung kepala, alat
pelindung mata dan wajah, alat pelindung telinga, alat pelindung pernapasan, alat
pelindung tangan, alat pelindung kaki, pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh
perorangan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
(lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penahan
jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Departemen Peke rjaan Umum
Direktorat Jende ral Bina Marga Lembar ke …. dari ….
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Truk 2 Sumbu
Truk 2 Sumbu
dan Mini bus
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran
4 Roda
6 Roda
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Waktu
Jumlah
Catatan
Pengawas :
( _______________)
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga
Lembar ke …… dari …..
Nomor Propinsi :
Nama Propinsi :
Nomor Pos :
FORMULIR SURVEI PERHITUNGAN LALU LINTAS Lokasi Pos :
(FORMULIR LAPANGAN) Kelompok Hitung :
Periode :
Tanggal/Bulan/Tahun :
Arah Lalu Lintas, Dari : Ke : Wilayah Pengaruh : Km……………. ke Km……………….
GOL. 1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
Waktu
Sepeda motor, sekuter Sedan, Opelet, pick-up-opelet, Pick-up, micro Bus Bus Truk Truk Truk Truk Truk Kendaraan
sepeda kumbang dan jeep dan suburban, combi dan truk dan kecil besar 2 sumbu 2 sumbu 3 sumbu Gandengan semi trailer tidak
roda 3 station wagon mini bus mobil hantaran (4 roda) (6 roda) bermotor
Petugas :
Pengawas :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9