Anda di halaman 1dari 82

BAB.

II
TEKNIK DAN PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA

2.1. Tahap Persiapan


Persiapan bertujuan untuk menyiapkan alur kegiatan survey pendahuluan Tahap persiapan ini harus
dilakukan untuk memastikan segala aspek, baik aspek teknis maupun administrasi dapat terakomodasi
sehingga kegiatan survey pendahuluan dapat berjalan dengan lancar. Tahap persiapan merupakan rangkaian
kegiatan sebelum pengumpulan dan pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan
dengan tujuan untuk mengefektifkan dalam perencanaan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan sebagai
berikut.
a. Studi pustaka terhadap materi desain untuk menentukan desain.
b. Menentukan kebutuhan data.
c. Pengumpulan data-data administrasi seperti dokumen kontrak, dokumen lelang pekerjaan, KAK,
SPMK, dan data administrasi lainnya.
d. Pengumpulan data sekunder berupa data ruas jalan, stripmap penanganan, data kondisi ruas jalan, dan
data BMS.
e. Mendata instansi terkait yang dapat dijadikan nara sumber.
f. Pengadaan persyaratan administrasi untuk pengadaan data.
g. Melakukan koordinasi dan konfirmasi terlebih dahulu dengan pihak owner yaitu Balai Pelaksanaan
Jalan Nasional Banten untuk melakukan konfirmasi mengenai ruang lingkup pekerjaan dan ruas jalan
yang akan ditangan
h. Survei lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi proyek.
i. Pelaksanaan kalibrasi alat survey bersama-sama dengan petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Provinsi Banten.

Persiapan diatas harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang, sehingga tahap
penyusunan perencanaan desain menjadi optimal. Dalam tahap ini Konsultan juga akan mengadakan
konfirmasi kembali dengan Pemberi Tugas tentang lokasi dan ruas Jalan dan Jembatan yang akan
dilaksanakan serta mengumpulkan informasi umum mengenai kondisi Jalan dan Jembatan yang ada yang

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


akan bermanfaat dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya serta menghindarkan kesalahan yang tidak
perlu.
2.2. Survey Pendahuluan
Survei pendahuluan bertujuan untuk mengumpulkan data–data awal yang diperlukan untuk kebutuhan
survei detail yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Kegiatan survey pendahuluan yang akan
dilakukan berupa :
a. Koordinasi dengan Instansi terkait
Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/unsur unsur terkait di daerah
sehubungan dengan akan dilaksanakannya survei pendahuluan.
b. Studi terdahulu
Pada tahapan ini tim akan mengumpulkan data-data pendukung dari instansi terkait seperti : data
perencanaan terdahulu, laporan DED, data laporan studi kelayakan (FS dan Laporan Survei Kondisi
Jalan).
c. Pengumpulan data sekunder
Komunikasi dengan instansi terkait akan dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder. Tujuan
pengumpulan data sekunder ini adalah untuk menunjang kegiatan inventarisasi yang akan dilakukan.
Data-data sekunder yang diperlukan ditujukan pada tabel berikut :
NO JENIS DATA SUMBER
1 Studi terdahulu (Data Survei Tahun 2021) PUPR Provinsi Banten
2 Data jaringan jalan PUPR Provinsi Banten
1. Studi terdahulu merupakan data-data berupa kajian yang bersifat teknis maupun penunjang yang
didapat dari kegiatan perencanaan sebelumnya.
2. Data jaringan jalan merupakan data yang memuat informasi mengenai sistem jaringanjalan.
Jaringan jalan ini adalah satu kesatuan ruas jalan yang menghubungkan suatu zona atau wilayah
terhadap zona atau wilayah lainnya.
a. Survei pendahuluan inventarisaisi jalan dan jembatan Tujuan dari survei ini adalah untuk melakukan
pengumpulan data mengenai kondisi jalan dan jembatan. Survei ini mengacu pada Tata Cara
Pelaksanaan Survei jalan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Data yang akan
diperoleh dari survei ini antara lain :
1. Panjang, lebar dan konstruksi jalan dan jembatan
2. Kondisi jalan dan Jembatan
3. Bentuk persimpangan jalan utama
4. Bangunan pelengkap yang ada di sebelah kanan/kiri jalan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
5. Gambar skema lokasi dan situasi pada ruas jalan dan persimpangan.

2.3. Tahapan Survey Detail

Tahap antara merupakan tahapan yang dilakukan untuk melakukan pengumpulan data-data aktual di
lapangan. Data-data tersebut digunakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai kondisi
infrastruktur di lapangan.

Survey Pendahuluan Rencana Jalan Kegiatan yang dilakukan pada survey rencana jalan adalah :
a. Survei Titik Refferensi (DRP)

Tujuan Survei Titik Referensi (DRP)


1. Menginventarisasi objek referensi sepanjang ruas jalan
2. Menetapkan lokasi titik awal dan akhir ruas jalan
3. Mengukur jarak asli dari titik awal hingga akhir ruas jalan
4. Merekam koordinatsumbu jalan menggunakan perangkat GPS
5. Mengukur batas tanah kiri dan kanan jalan (ROW jalan)
b. Dalam melakukan survei Titik Reference dibutuhkan Pengukuran Antara Lain :
1. Pengukuran (menggunakan alat ukur RTK)
(RTK) dengan metode yang lain adalah pengukuran dengan metode Real- Time Kinematic (RTK)
mengharuskan menggunakan minimal 2 alat yang berperan sebagai Base dan Rover. Alat yang
berperan sebagai Base tidak boleh bergerak (diam) sedangkan yang berperan sebagai Rover
digerakkan sesuai detail pengukuran yang diinginkan. Pengukuran dengan RTK dilakukan selama
45 hari di semua jalan provinsi. Pengukuran dengan RTK ini dilakukan untuk :
a. Mengetahui koordinat awal dan akhir ruas jalan provinsi, ini dilakukan untuk
b. mengetahui Panjang ruas jalan dan mengetahui lokasi awal dan akhir ruas jalan provinsi
c. Mengetahui atau mengikat titik koordinat patok leger jalan, ini dilakukan ketika patok leger
dilapangan sudah hilang atau untuk pembuatan patok leger jalan baru dan dilakukan
pematokan ulang
d. Mengukur batasan ROW jalan kiri dan kanan ruas jalan, ini dilakukan untuk mengetahui batas
Daerah Milik Jalan dan batas tanah warga
2. Survei Deskripsi Ruas (link description) dan Titik referensi Lokasi (LRP)
umumnya dikerjakan setiap 5 tahun sekali. Survei ini bertujuan untuk pemutakhiran data sebagian
jaringan jalan akibat adanya pekerjaan konstruksi yang baru diselesaikan, seperti pekerjaan
konstruksi pembangunan jalan baru (baik diperkeras maupun tidak diperkeras), pekerjaan
pelebaran jalan, pekerjaan relokasi jalan, pekerjaan rekonstruksi, pekerjaan penambahan panjang

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
jalan diperkeras. Informasi yang diperoleh dari survei ini harus digunakan sebagai acuan untuk
survei-survei lainnya baik dalam pengumpulan datanya maupun dalam pemrosesan datanya.
Penyedia Jasa
harus merekam informasi dari setiap ruas jalan
a. Nomor Ruas
b. Nama Ruas
c. Panjang
d. Awal Ruas
e. Akhir Ruas
Maksud survei Titik referensi Lokasi (LRP) adalah untuk menetapkan lokasi-lokasi LRP, jarak
antara LRP yang berdekatan dan koordinat GPS semua LRP yang kemudian membentuk jalan.
Ditjen Bina Marga telah menerapkan system LRP berdasarkan Patok Km, jembatan, dan lain
sebagainya sebagai referensi jalan.
Pengguna Jasa akan menyiapkan informasi tentang simpul-simpul ruas jalan yang ada dan LRP
termasuk jarak-jaraknya dalam format digital. Penyedia Jasa harus menggunakan informasi ini
ketika melaksanakan pengumpulan data. Penyedia Jasa harus selalu mengukur jarak ke LRP untuk
setiap pengumpulan data. Kesalahan pengukuran jarak yang diijinkan adalah 30 meter per ruas
jalan. Bila Penyedia Jasa menemukan perbedaan jarak, Penyedia Jasa dapat mempertimbangkan 2
skenario berikut :
a. Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, namun masih dalam batas kesalahan yang
diijinkan, maka hasil pengukuran dapat dikoreksi secara berskala menyesuaikan dengan
panjang total yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Faktor skala harus ditetapkan untuk setiap
ruas jalan dan faktor tersebut harus digunakan untuk mengoreksi ukuran panjang di ruas
tersebut.
b. Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, dan melampaui batasan kesalahan yang
diijinkan, Penyedia Jasa harus mengukur ulang ruas jalan tersebut. Bila survei kedua
mengkonfirmasi hasil survei pertama; maka Penyedia Jasa harus segera menginformasikan ke
Pengguna Jasa.
a. Penyedia Jasa harus menyediakan informasi rinci mengenai alat yang digunakan untuk
mengukur data referensi lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi rinci tersebut
mencakup nama alat, fungsi, kapasitas, ketelitian, kondisi, serial number, tahun perolehan.
c. Pengukur Jarak – instrument transducer pengukur jarak harus dipasang pada roda kanan
kendaraan survei, sehingga hasil pengukuran jarak yang dilakukan akan mewakili pengukuran

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
pada sumbu jalan. Dengan cara seperti ini, akan mengurangi berkurangnya ketelitian akibat
pergerakan kendaraan pada tikungan. Semua jarak harus diukur dengan alat ukur jarak yang
memiliki ketelitian 0,1% panjang pengukuran atau lebih baik. Semua posisi LRP dan tanda-
tanda penting lainnya (misalnya: persimpangan, jembatan, gorong-gorong, perlintasan Kereta
Api) harus dinyatakan dengan jarak dari titik acuan sebelumnya. Chainage (sta pengukuran)
diukur secara menerus mulai dari awal ruas hingga akhir ruas. Pada setiap simpul, jarak
pengukuran harus di set ulang ke 0. Dengan cara ini, semua jarak dinyatakan sebagai jarak
dari simpul sebelumnya.
d. GPS pengukur koordinat –Koordinat spasial setiap simpul, LRP dan sumbu jalan harus
direkam dan dilaporkan. Koordinat harus diukur dengan GPS yang memiliki
e. ketelitian + 1m pada 90% waktu pengukuran. Referensi GPS harus dibuat sedekat mungkin
dengan sumbu jalan. Referensi altitude harus dibuat pada permukaan perkerasan jalan, dan
Penyedia Jasa harus menyerahkan data koordinat dengan interval tidak lebih dari 10 meter
pada sumbu jalan; interval harus cukup untuk menempatkan semua fitur yang diperlukan dan
informasi geometrik jalan pada tingkat ketelitian yang ditetapkan. Bila jalur lalu lintas terpisah
(divided), data lokasi sama seperti yang digunakan untuk menetapkan sumbu jalan. Semua
sumbu jalan harus memenuhi topologi yang benar dan lengkap (misalnya: persimpangan jalan
harus saling bersilangan) dan setiap ruas jalan harus memiliki sumbu jalan yang unik. Di
dalam Rencana Mutu kontrak, Penyedia Jasa harus menjelaskan metodologi yang akan
diterapkan dalam menetapkan sumbu jalan. Penjelasan tersebut harus mencakup :
1. Tata cara pengumpulan data
2. Metoda Real-time atau post-processed differential correction untuk alat GPS
3. Koreksi terhadap data anomali (misalnya: kehilangan sinyal GPS, gyro drift over time,
satellite downlink DGPS, differences between measured and GPS derived lengths,
avoidance of obstacles etc.)
4. Pemrosesan data, dan pengintegrasian dengan koordinat hasil survei LRPS
f. Kamera yang dilengkapi dengan GPS – untuk merekam semua fitur jalan termasuk titik-titik
referensi lokasi Semua lokasi LRP harus ditetapkan, dan umumnya patok Km dapat ditetapkan
sebagai LRP Utama (Primary LRP) atau, bila patok Km hilang, obyek-obyek tetap lainnya seperti
jembatan dapat ditetapkan sebagai LRP Tingkat II (Secondary LRP). Jarak antar LRP harus diukur
dengan tingkat ketelitian 0,1% panjang pengukuran dan koordinat setiap lokasi LRP diukur dengan
GPS (longitude/latitude). Semua LRP harus diberi tanda yang jelas dan ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat oleh tim survei berikutnya. Arah pergerakan dan jumlah LRP harus

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
bertambah/semakin besar sejalan dengan jumlah patok Km (chainage) yang dijalani. Bila patok
Km tidak dijumpai, LRP ditetapkan sebagai pertambahan jarak dari titik awal hingga titik akhir
ruas jalan. Untuk penyimpanan dalam geo-database Bina marga, semua data yang dikumpulkan
harus diikat menggunakan Location Referencing System (LRS) berikut :
1. Nomor ruas
2. Referensi jarak (chainage/jarak dari titik awal ruas)
3. Koordinat GPS

Tabel E.2. Obyek-obyek Referensi Lokasi


GPS
Event Feature Location Description
coordinate S
Apa yang dihubungkan oleh
Lokasi titik awal jalan dimulai dari mana
Awal ruas jalan Ya
ruas jalan Nama tempat (persimpangan,
pasar, kota, dsb)
Dimana jalan berakhir
Akhir ruas jalan Lokasi Patok Km Ya Nama tempat (persimpangan,
pasar, kota, dsb)
Chainege titik awal ruas
jalan
Patok Km Lokasi Patok Km Ya
Chainege dari patok Km
Deskripsi patok Km
Chainage dari
Deskripsi jenis, Bentang,
Jembatan titik awal ruas Ya
Lebar Jembatan
jalan
Chainage dari
Deskripsi Jenis dan Dimensi
Gorong-gorong titik awal ruas Ya
Gorong-gorong
jalan
Chainage dari Deskripsi Jenis
Persimpangan Jalan
titik awal ruas Ya persimpangan (persimpangan
(kiri/kanan)
jalan T, Y, X)
Perlintasan Rel KA Chainage dari Ya Deskripsi Jenis perlintasan
titik awal ruas Rel KA (sebidang/tidak
jalan sebidang) Jumlah Lajur Rel

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
KA
Chainage dari Deskripsi Jenis Panjang,
Dinding Penahan
titik awal ruas Ya Tinggi Dinding Penahan
Tanah
jalan Tanah
Dsb . . . .
2.4. Survey Inventori Jaringan Jalan
Survei inventori jaringan jalan mencakup beberapa komponen berikut :
a. Survei Inventori Penampang Melintang Jalan
Maksud dari Survei inventori penampang melintang adalah untuk mendapatkan informasi dasar
tentang obyek, jenis, atribut dan lokasi asset. Informasi ini sangat diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam manajemen asset, dan pelaporan yang diperlukan.
Berbagai elemen dan komponen inventori asset merupakan bagian penting untuk pelaporan
asset, standar pelayanan, pengukuran kinerja asset atau berbagai kegiatan manajemen asset.
Survei ini umumnya dilakukan sekali dalam 5 tahun, kecuali untuk pemutakhiran setelah
selesainya pekerjaan konstruksi pada ruas tertentu dan diperintahkan secara khusus oleh Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional Banten Ditjen Bina Marga.
Tujuan Adalah mengukur lebar jalur dan lajur lalu lintas, bahu, lajur kendaraan tak bermotor,
median, saluran, dsb, yang merupakan komponen konfigurasi penampang melintang jalan.
Prosedur – Pengumpulan data inventori dapat dilakukan dengan menggunakan gambar video
atau pencatatan elektronik secara manual untuk mencatat keberadaan dan lokasi setiap jenis
obyek yang ada Lebar perkerasan, bahu dan ambang pengaman diukur dengan ketelitian hingga
10 cm pada awal ruas dan direkam. Jenis perkerasan dan bahu juga harus direkam. Observasi
pada lebar setiap bagian penampang melintang dapat dilakukan melalui gambar video atau
dilakukan secara jalan kaki bila diperlukan. Setiap ada perubahan pada setiap elemen, lebar
setiap elemen pada penampang melintang diukur kembali dan direkam, termasuk chainage
lokasi adanya perubahan.
Bila tidak ada perubahan pada setiap elemen penampang melintang, observasi dapat dilanjutkan
hingga akhir ruas jalan, Atribut data yang dikumpulkan pada survei inventarisasi jalan sebagai
berikut :
1. Tipe jalan
2. Jenis Permukaan
3. Lebar perkerasan (m)
4. Lebar median (m)

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
5. Lebar bahu (m)
6. Lebar saluran samping (m)
7. Jenis Terrain
8. Tata guna lahan
9. Alinyemen: Data RAW GPS yang ada

Kondisi Bahu :
1. 0: TIDAK ADA BAHU
2. 1: BAHU LUNAK
3. 2: BAHU YANG DIPERKERAS
b. Inventori Drainase
Tujuan mencatat drainase yang ada di sepanjang ruas jalan. Survei ini cukup dilakukan sekali
dan merupakan bagian dari survei inventori penampang melintang. Survei ini tidak perlu
diulang setiap tahun. Jenis data yang dikumpulkan adalah data seksi/menerus.
Prosedur – observasi terhadap drainase dapat dilakukan melalui gambar video atau dengan
berjalan kaki bila perlu :
1. Lebar saluran dan jaraknya dari sumbu jalan diukur hingga ketelitian 10cm pada awal ruas
jalan dan direkam. Jenis saluran juga direkam.
2. Setiap ada perubahan pada lebar atau jenis saluran, lebar atau jenis saluran yang baru harus
diukur kembali dan direkam, termasuk chainage lokasi adanya perubahan.
3. Bila tidak ada perubahan pada lebar atau jenis saluran pada penampang melintang,
observasi dapat dilanjutkan hingga akhir ruas jalan.

Berikut adalah Jenis Saluran Samping yang umum digunakan :


1. Tanah Terbuka
2. Beton/Pasangan Batu Terbuka
3. Saluran Irigasi
4. Beton/Pasangan Batu Tertutup
5. Tidak Ada
c. Historis Penanganan Perkerasan
Tujuan mengidentifikasi kapan dan bagaimana konstruksi perkerasan awalnya dibangun dan
bentuk pemeliharaan apa yang telah dilakukan sejak selesai dibangun atau minimal 2 (dua)
tahun terakhir. Prosedur beberapa sumber utama untuk mendapatkan data yang relevan, antara
lain:
1. Gambar Terbangun (mengindikasikan kapan pelaksanaan konstruksi dilakukan), atau
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
2. Sumur Uji (test pit) dan/atau pengujian DCP (bila diperlukan)
d. Format Data
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga (SIPDJD) harus sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Marga.
e. Penerimaan
f. Setelah menerima data dari Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan melakukan audit data dan/atau
validasi & verifikasi terhadap format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data. Penyedia
Jasa harus memberikan penjelasan dengan disertai bukti-bukti untuk setiap permasalahan atau
isu yang ada pada data yang diserahkan. Apabila hasil audit membuktikan adanya
ketidaksesuaian atau permasalahan lainnya, maka Penyedia Jasa harus segera mengambil
tindakan perbaikan atau penyelesaian masalah. Tindakan perbaikan dapat mencakup perbaikan
pemrosesan data atau melakukan survei ulang sebagian atau seluruh ruas jalan yang
dipermasalahkan.
Bila dianggap perlu, Pengguna Jasa dapat memeriksa ulang data yang telah diserahkan ulang,
semua biaya yang diperlukan Pengguna Jasa untuk pemeriksaan ulang data menjadi
tanggungjawab Penyedia Jasa.
Setelah format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh Pengguna Jasa,
maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data yang dapat dilakukan
secara parsial/bertahap sesuai dengan volume pekerjaan survey yang telah diselesaikan dan
diterima.
Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau akhir harus menjadi salah satu syarat
pembayaran tagihan Penyedia Jasa untuk perioda waktu yang sesuai.

2.5. Survey Profil Jalan


Survei profil jalan yang akan dilaksanakan yaitu survei profil memanjang (roughness – ketidak
rataan) jalan Survei Profil Memanjang (Ketidak rataan – IRI).
1. International Roughness Index (IRI)
Kinerja perkerasan (pavement performance) harus dapat memberikan pelayanan yang aman dan
nyaman selama umur rencana. Secara umum kinerja perkerasan dapat ditentukan dengan dua
cara yaitu cara objektif dan cara subjektif. Dengan cara objektif, parameter kinerja perkerasan
diperoleh dari suatu pengukuran dengan menggunakan alat seperti Roughometer NAASRA,
sedangkan dengan cara subjektif didasarkan kepada hasil pengamatan beberapa orang ahli.
Suwardo (2004), salah satu parameter kinerja perkerasan yang dapat ditentukan dengan cara
objektif adalah International Roughness Index (IRI), disebut juga dengan ketidakrataan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
permukaan jalan, sedangkan Road Condition Index (RCI), disebut juga dengan indeks kondisi
jalan, dapat dikatagorikan kedalam penentuan parameter kinerja perkerasan secara subjektif.
Kedua parameter kinerja perkerasan tersebut dikelompokan kedalam kinerja fungsional.
Sukirman (1999), kinerja fungsional berhubungan dengan bagaimana jalan tersebut
memberikan pelayanan kepada pemakai jalan yaitu berupa kenyamanan mengemudi. Selain
kinerja fungsional tedapat juga kinerja struktural yang dipengaruhi oleh beban lalu lintas dan
lingkungan yang dapat dinyatakan dengan parameter Present Serviceability Index (PSI).
2. International Roughness Index
International Roughness Index (IRI) atau ketidakrataan permukaan jalan dikembangkan oleh
Bank Dunia pada tahun 1980an. IRI digunakan untuk menggambarkan suatu profil memanjang
dari suatu jalan dan digunakan sebagai standar ketidakrataan permukaan jalan. Satuan yang
biasa direkomendasikan adalah meter per kilometer (m/km). IRI adalah Parameter
Ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak / panjang permukaan jalan yang diukur. Sayer et al. (1986)
telah mengembangkan nilai IRI untuk berbagai umur perkerasan dan kecepatan. Untuk
ketidakrataan permukaan jalan baru nilai IRI < 4 m/km yang dapat ditempuh pada kecepatan
100 km/jam dan untuk jalan lama nilai IRI < 6 m/km dengan kecepatan sekitar 80 km/jam.
Metode pengukuran yang dikenal pada umumnya adalah metode NAASRA (SNI 0334261994),
Rolling Straight Edge, Slope Profilometer (AASHO Road Test), CHLOE Profilometer, dan
Roughometer.
3. Peralatan
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui mengenai alat Roughometer III :
a. Memberikan hasil pengukuran “Roughness” yang obyektif.
b. Alat praktis dan portabel yang mudah digunakan.
c. Dapat dipasang dengan cepat dan mudah pada hamper semua jenis mobil.
d. Didesain untuk digunakan pada jalan yang dilapisi perkerasan fleksibel (aspal)/Rigid
maupun yang tidak dilapisi perkerasan.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
e. Sebagai alternatif lain yang lebih terjangkau dibandingkan dengan alat “laser profiling”.
f. TIDAK memerlukan kalibrasi tahunan/pabrikan.
g. Ke-akurasian yang tinggi dan stabil dengan beragam jenis kendaraan, suspensi, jumlah
penumpang dan kecepatan survey.
h. Sensor Inersia yang inovatif dipasangkan pada as roda digunakan untuk menentukan profil
jalan, “roughness” & jarak.
i. Pengumpulan data terkonsentrasi pada “hand-held controller” yang portable, tidak
membutuhkan perangkat computer didalam kendaraan.
j. Output dalam bentuk International Roughness Index (IRI).
k. Data dapat dengan mudah di pindahkan ke Personal Computer/ laptop.
l. Alat ini dilengkapi dengan sensor jarak yang akurat dan pilihan untuk menambahkan
koordinat GPS. Data yang dihasilkan berupa row data, grafik, dan peta koordinat GPS
yang berawarna warni sesuai dengan tingkat nilai IRI. Pelaporan dalam bentuk grafik,
tabel, atau peta GPS dapat di eksport untuk digunakan sebagai spreadsheet.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Prosedur
Prosedur survei pengumpulan data ketidakrataan IRI (profil memanjang) sebagai berikut :

Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi


Sensor (IRI Jarak Roughmeter

Gambar E.5. Flow Chart Penggunaan Alat Roughmeter III

Sensor Inersia terpasang


roda as-roda mengukur
“vertical acceleration”

Gambar E.6. Prinsip Kerja Alat Roughmeter III


Pemasangan alat Roughometer III secara umum seperti yang terdapat pada keterangan di
bawah ini :
a. Pasang Inertial Sensor di As roda belakang sisi kanan (driver), setelah sensor dikalibrasi.
b. Pasang DMI di roda belakang sisi kanan (driver), kemudian dikalibrasi.
c. Pasang GPS di atap roda belakang sisi kanan (driver).
d. Pasang Power cable pada soket lighter mobil.

Kalibrasi alat Roughometer III adalah seperti di bawah ini :

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Kalibrasi Jarak Proses kalibrasi jarak adalah sebagai berikut :
 Nyalakan Sistem Roughometer
 Roughometer Controller:
 Pilih menu Distance Cal. Tekan tombol Yes
 Pilih Cal. Distance : 1000 m (tekan tombol panah kiri/kanan untuk memilih jarak
 kalibrasi), tekan tombol Yes.
 Posisikan Mobil di Start Point, tekan tombol Start.
 Mobil berjalan menempuh jarak kalibrasi, setelah sampai di End Point.
 berhenti, tekan tombol Stop.
 Old 1002 New 1000, tekan tombol Yes.
 Update nilai kalibrasi baru.

Kalibrasi Sensor
Nyalakan Sistem Roughometer
 Roughometer Controller: o Pilih menu Calibrate sensor. Tekan tombol Yes.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Sensor pada posisi 0 derajat, tekan tombol Yes.
 Pembacaan Sensor = 2.52V (Contoh), tekan tombol Yes.
 Sensor diputar 180 derajat , tekan tombol Yes.
 Pembacaan Sensor = 2.28V, tekan tombol Yes.
 Old 4.10 New 4.14 (Contoh), tekan tombol Yes. Nilai kalibrasi yang baru harus
antara : 4.06 s/d 4.27.
 Update nilai kalibrasi baru.
Proses Survei
Proses survey ketidakrataan menggunakan alat Roughometer III sampai dengan
pemindahan data dan pemrosesan data keluaran alat adalah seperti di bawah ini :
 Setup GPS
a. Jalankan Software Roughometer.
b. Lakukan Sinkronisasi Waktu Penerimaan GPS.
c. Hubungkan GPS ke PC melalui konektor RS-232 to USB adapter.
d. Pilih menu Setup Survey.
e. GPS harus menerima minimal 3 sinyal satelit untuk sinkronisasi tersebut.
f. Sinkronisasi berhasil maka data lama akan dihapus dari memori GPS.
g. Lepaskan GPS dari PC.

Proses
Hubungkan semua peralatan dari roughometers Survey
a. Letakkan GPS di atas atap mobil,
b. Tekan menu “New Survey” kemudian tekan .
c. Tekan menu “Survey n” kemudian tekan .
d. Posisikan mobil 50 - 150m sebelum start control point, tekan tombol Start, kemudian
mobil berjalan menuju start control point dengan kecepatan diatas 30km/jam.
e. Ketika mobil berada di start point, tekan tombol .
f. Tekan tombol < ►> atau untuk menandai kejadian (Events).
g. Tekan untuk menandai Control Point bila ada.
h. Tekan pada “End Control Point”. o Lanjutkan untuk minimal 50m. Kemudian tekan .
i. Matikan dan lepaskan semua peralatan roughometer

Lead In – Lead Out


Lead In merupakan titik awal sebelum titik start (titik nol) survey yang pada umumnya
diambil sekitar 50 m sampai dengan 150 m sebelum titik start. Lead Out merupakan titik
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
akhir setelah end point yang umunya juga diambil sekitar 50 m sampai dengan 150 m
setelah end point.

Data Retrieve
Dalam proses ini beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Jalankan
Software Roughometer/
 Pilih menu Pengambilan Data Roughometer :
Nyalakan dan sambungkan roughometer ke PC.
 Pilih file yang akan dambil dari roughometer.
 Tekan tombol .
 Setelah selesai, lepaskan Roughometer. Pengambilan Data GPS:
 Nyalakan dan sambungkan GPS ke PC.
 Data akan otomatis diambil.
 Setelah selesai, lepaskan GPS.
Pemrosesan Data :
a. Pilih menu <Proses>.
b. Pilih file data yang akan diproses.
c. Enter header information.
d. Edit nama kejadian (Event).
e. Simpan dan cetak laporan.

2.6. Tahapan Perancangan Desain


Tahap perancangan desain dituangkan dalam diagram alir yang merupakan suatu kerangka dasar
yang membentuk alur kerja dan berfungsi sebagai pedoman umum untuk membantu proses
perancangan desain. Diagram alir tahap perancangan desain adalah sebagai berikut.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Diagram alir tahap perancangan desain

2.7. Pengumpulan Data


Untuk dapat melaksanakan proses analisis dengan sesuai kebutuhan studi maka dibutuhkan data
dengan jenis yang lengkap, kuantitas yang cukup, kualitas yang memadai, dan cukup up to date.
Untuk itu diperlukan serangkaian survey untuk mengumpulkan data-data tersebut untuk keperluan
penyusunan Inventarisai Data Jalan dan Jembatan dan Provinsi Banten.
Pada dasarnya data yang dikumpulkan berasal dari sumber sekunder maupun primer (survey
lapangan). Pada dasarnya pengumpulan data diusahakan semaksimal mungkin dari data sekunder,
di mana pelaksanaan survey primer hanya dilakukan untuk melengkapi dan memperbarui data-data
yang ada.
Perencanaan Jalan dan Jembatan memerlukan analisis yang teliti terhadap data dari setiap elemen
permasalahan yang terjadi. Penyajian data yang lengkap dan teori yang memadai akan memberikan
hasil perencanaan yang baik. Adapun cara pengumpulan data penyusunan data dapat dilakukan
dengan metode seperti di bawah ini :
a. Studi pustaka (literatur) yaitu metode pengumpulan data dengan menelaah buku literatur yang
relevan
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
b. Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan peninjauan langsung ke
lapangan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data, diantaranya :
a. Jenis data, yang dibedakan menurut jenis dan fungsinya.
b. Sumber data, merupakan darimana data tersebut diperoleh.
c. Data representatif, sampel harus mewakili sifat dari sejumlah populasi yang akan ditinjau.
d. Jenis Data yang dibutuhkan
Sumber Data
No Jenis Data
Data Skunder Survey Primer
1. Data jaringan prasarana transportasi
jalan dan jembatan
a. Panjang, kondisi, fungsi, dam Pengamatan dan
PU Bina Marga
statsus Jalan dan Jembatan pengukuran lapangan
b. Kondisi dan properties Jalan Pengamatan dan
Dishub,
Jembatan pengukuran lapangan
2. Data jaringan pelayanan transportasi
Trayek armada angkutan umum Dishub,
3. Data permintaan perjalan dan
Pengamatan lapangan
jembatan
a. Data asal tujuan (OD) perjalan
Home interview
dan Jembatan
b. Lalulintas kendaraan di Jalan dan
Traffic count
Jembatan
4. Data sosial-ekonomi
a. Data demografi (jumlah, distribusi
BPS
dan pertumbuhan penduduk
b. Data ekonomi (PDRB, sektor
BPS
ekonomi, dll)
5. Dokumen perencanaan
 Perencanaan tata ruang Bapenas,
(RTRWN/P/K) Bapeda Provinsi
Banten

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Perencanaan transportasi PU Bina Marga,
Dishub Provinsi
 Hasil studi terdahulu Berbagai instansi
terkait

e. Metoda Pengumpulan Data


Sesuai dengan karakteristik datanya maka metoda pengumpulan data yang digunakan
dalam studi ini secara umum terkelompokkan sebagai berikut :
 Survey Sekunder
Data yang diperoleh dari instansi terkait. Data sekunder dapat berupa rekaman foto,
laporan tertulis maupun data digital. Kebutuhan data sekunder untuk perencanaan ini
seperti pada tabel kebutuhan data sekunder.
Survey sekunder dilakukan dengan mendatangi institusi terkait untuk memperoleh
data maupun dokumen terkait yang biasanya dimiliki oleh institusi tersebut,
diantaranya data mengenai kondisi sosial ekonomi, penyediaan jaringan prasarana
transportasi, perencana tata ruang, dan hasil-hasil studi terdahulu.
 Survey Primer
Data yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan. Data primer digunakan
untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di lapangan atau lokasi proyek yang akan
dilaksanakan. Adapun metode pengumpulan data tersebut dapat dilakukan melalui
wawancara, observasi pengukuran, dokumentasi dan sebagainya. Dengan mengetahui
kondisi sebenarnya maka diharapkan akan diperoleh desain rencana yang tepat sasaran
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Survey primer dilakukan dalam kegiatan penyusunan Inventarisai Data Jalan dan
Jembatan dan Provinsi Banten untuk memperbaharui data Jalan dan Jembatan dan
yang sudah didapatkan dari survey sekunder. Metoda survey yang digunakan serta
data yang dikumpulkan diantaranya :
 Pengamatan dan pengukuran lapangan: terutama untuk mendapatkan gambaran
mengenai kondisi penyediaan prasarana transportasi,
 Pencacahan lalulintas: untuk mendapatkan data lalulintas kendaraan di Jalan dan
Jembatan yang sampai saat ini masih menjadi moda angkutan paling dominan di
Provinsi Banten.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Survey kondisi Jalan dan Jembatan dilakukan terhadap Jalan dan Jembatan nasional,
provinsi, kabupaten, hingga Jalan dan Jembatan lingkungan dan desa. Hal ini
dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi Jalan dan Jembatan yang ada di Provinsi
Banten saat ini, sedangkan untuk kondisi lalu lintas dilakukan survey Traffic Count
(TC) pada beberapa titik yang dianggap mewakili lalu lintas di Provinsi Banten
Metode pelaksanaan survey sangat ditentukan oleh karakteristik wilayah serta lamanya
waktu pekerjaan, dalam hal ini kegiatan survey yang terkait pada studi ini dengan
melihat waktu yang sangat singkat perlu dilakukan suatu stretegi yang tepat sehingga
waktu serta sasaran yang diinginkan dapat tercapai.

Pelaksanaan Survey Lapangan


Pada umumnya ruas Jalan dan Jembatan -Jalan dan Jembatan kabupaten ruas pajang dan jumlah
jaringan Jalan dan Jembatan nya banyak. Oleh karena itu pembagian daerah survey dibagi
berdasarkan batas aministrasi Kecamatan, hal ini untuk mempermudah input data dan penguasaan
wilayah yang akan di survey. Ada 5 jenis Formulir yang dipakai dalam pelaksanaan survai yaitu :
Untuk Survai Inventarisasi Jalan dan Jembatan Kabupaten dan terdiri dari IJK – 1 dan IJK - 2
 Untuk Survai Inventarisasi terdiri dari IJK – 3
 Lembar I.J.K - 1
Lembar ini adalah daftar petunjuk untuk mengisi jawaban daripertanyaan IJK-1. Pada
dasarnya ada enam bagian besar jawaban, yaitu :
 Permukaan beserta kondisinya.
 Bangunan pelengkap.
 Drainase.
 Bahu/trotoar.
 Kelandaian.
 Banjir.
 Sebagai langkah pertama adalah mengisi nomor form, nama Kecamatan, nama Jalan
dan Jembatan, serta batas persimpangan Jalan dan Jembatan ke Jalan dan Jembatan,
Kemudian isi nomor dari node ke node, dan panjang Jalan dan Jembatan dalammeter
dan kilometer.
 Lembar I.J.K – 2
IJK - 2 adalah gambaran situasi Jalan dan Jembatan antar node. Hal-hal yang ada di damija,
bahu dan trotoar digambarkan dengan jelas dan skalabebas.
Pengisian Formulir IJK – 2 :

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Kecamatan, dari node ke node, nama Jalan dan Jembatan , batas persimpangan Jalan dan
Jembatan keJalan dan Jembatan , diisi sama dengan I.J.K - 1.
 Lembar I.J.K – 3
Formulir ini dipergunakan sebagai laporan inspeksi Jalan dan Jembatan, padadasarnya cara
melakukan survai ini hampir sama dengan cara melakukan inventarisasi Jalan dan Jembatan
yang ditambah beberapa komentar.
Penjelasan cara pengisian formulir :
 Di luar kotak
Kecamatan, diisi nama kecamatan yang disurvai, rute dan nomorformulir. Jalan dan
Jembatan, diisi nomor node pada rute yang telah ditentukan. Segm no, diisi nomor
segment. Lokasi, adalah lokasi yang diukur dari awal node dan padameter keberapa
tersebut.
 Di dalam kotak
Nama, diisi nama setempat.Lantai, diisi bahannya terbuat dari apa. Konstruksi, diisi baja,
beton, dll. Pondasi, diisi tiang pancang langsung, sumur, dll Pagar, diisi bahannya Panjang
bentang, berapa meter bentang Jalan dan Jembatan Tembok penahan. Lebar kereb, diisi
berapa cm jarak antara batas perkerasan dengan trotoar. Tinggi, diisi berapa cm tinggi
kereb. Trotoar, diisi berapa meter lebar trotoar. umum, diisi berapa tahun umur Jalan dan
Jembatan. Umur bila diperbaiki.
 Himpunan IJK Jalan dan Jembatan Kabupaten per Kecamatan
Formulir ini dipergunakan untuk menghimpun hasil inventarisasi Jalan dan Jembatan
Kabupaten. Pengisian Formulir :
 Nomor, diisi nomor ruas Jalan dan Jembatan
 Nama Jalan dan Jembatan , sudah jelas.
 Node ke node, panjang, lebar perkerasan, lebar bahu, selokan,damija, diisi serupa dengan
IJK - 1.
 Penggunaan lahan, kondisi, keterangan.
 Himpunan IJK Jalan dan Jembatan
Formulir ini dipergunakan untuk menghimpun hasil inventarisasiKabupaten per Kecamatan.
Pengisian Formulir :
 Kecamatan, tanggal, cukup jelas.
 Arah arus, diisi ke kanan atau kiri
 Nama dan nomor Jalan dan Jembatan , diisi nama dan nomor Jalan dan Jembatan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Dari node ke node, diisi nomor node lokasi Jalan dan Jembatan
 Panjang, span, lebar jalur, cukup jelas
 Trotoar, diisi lebar trotoar kiri dan kanan
 Tipe, kias, konstruksi dan kondisi bangunan atas/bawah.

Prioritas dan Penyusunan Program Pengembangan Jaringan Jalan dan Jembatan


Hasil rekomendasi dari penyusunan Inventarisasi Data Jalan dan Jembatan di Provinsi Banten
yang diharapkan adalah :
 Rencana Jangka Panjang berupa kebijakan selama 10 tahunan
 Rencana Jangka Menengah berupa strategi kegiatan 5 tahunan, untuk
 menunjang kebijakan yang telah ditetapkan.
 Rencana Jangka Pendek berupa kegiatan Tahunan, untuk menunjang strategi 5 tahunan yang
telah ditetapkan
Perencanaan Umum tidak hanya terfokus dalam kegiatan pembangunan sistemjaringan Jalan dan
Jembatan tetapi penanganan ruas Jalan dan Jembatan sangat penting halnya dalam menjalin
keutuhan pergerakan lalulintas pada suatu system jaringan Jalan dan Jembatan . Oleh karena itu
kegiatan penanganan Jalan dan
Jembatan erat sekali hubungan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan. Rencana Jangka Pendek
pada kegiatan penanganan Jalan dan Jembatan dapat terbagi menjadi :
 Pemulihan Kondisi Eksisting Sistem Jaringan Jalan dan Jembatan dan Jalan dan Jembatan
 Penanganan Jalan dan Jembatan (Pemeliharaan Rutin, Berkala dan Peningkatan struktur dan
Kapasitas)

Survei Inventarisasi Prasarana Jalan dan Jembatan


Survei Inventarisasi Prasarana Jalan dan Jembatan bertujuan untuk memperoleh data-data teknis
dan non teknis dari Jalan dan Jembatan dan (termasuk kondisinya), antara lain :
 panjang, lebar dan konstruksi Jalan dan Jembatan
 panjang, lebar dan konstruksi
 kondisi Jalan dan Jembatan dan Jalan dan Jembatan
 bentuk persimpangan Jalan dan Jembatan utama
 bangunan pelengkap yang ada di sebelah kanan/kiri Jalan dan Jembatan
 gambar skema lokasi dan situasi pada ruas Jalan dan Jembatan dan persimpangan

Metode survei inventarisasi prasarana Jalan dan Jembatan dilakukan dengan melakukan survei
langsung ke lapangan atau melakukan survei ke instansi yang memiliki data tersebut. Pandua
lengkap untuk survei inventarisasi prasarana Jalan dan Jembatan dapat diperoleh dalam TATA
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
CARA PELAKSANAAN SURVAI INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN DAN KOTA
(NO. 017/T/BNKT/1990). Dalam panduan tersebut dijelaskan langkah-langkah perancangan survei
inventarisasi Jalan dan Jembatan ini berikut dengan formulir survei.

Survei arus lalu lintas


Untuk mendapatkan informasi besaran arus lalu lintas perlu dilakukan survey untuk mendapatkan
data yang representatif mengenai besaran arus lalu lintas. Besaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh
waktu, musim (musim hujan atau musim kemarau ataupun musim hari-hari besar keagamaan), hari
pelaksanaan survey (hari pasar), pusat kegiatan, perumahan ataupun pada daerah wisata dan
berbagai faktor lainnya dan jenis kendaraan yang berlalu lintas (klasifikasi kendaraan). lnformasi
mengenai arus lalu lintas adalah sangat penting sekali untuk perencanaan lalu lintas, perancangan,
operasional dan riset. Informasi volume berbeda-beda tergantung pada data seperti berikut :
 Annual Total Traffic Volumes, yang digunakan untuk:
 Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas
 Menentukan perJalan dan Jembatan dan tahunan untuk pembiayaan
 Menghitung nilai kecelakaan
 Menaksir pendapatan dari pemakai Jalan dan Jembatan.
 AADT/ADT Volumes yang digunakan untuk aktifitas perancangan Jalan dan Jembatan raya,
seperti: mengembangkan sistem freeway, major, atau arterial, penentuan Jalan dan Jembatan
menerus, route Jalan dan Jembatan terbaik dan lain-lain.

 Peak Hour Volume yang digunakan untuk :


 Perancangan geometrik dengan memperhatikan jumlah lebar jalur, perancangan
persimpangan, perancangan ramp, dan bentuk geometrik lainnya.
 Menentukan ketidak-efisienan kapasitas
 Petimbangan, perancangan dan penempatan alat pengatur lalu lintas, rambu, marka, lampu
dan lain-lain .
 Klasifikasi Jalan dan Jembatan raya.
 Classified Volumes (tipe, berat, dimensi, dan jumlah as kendaraan) yang digunakan untuk :
 Perancangan geometrik dengan perhatian pada jejak berputar minimum, kebebasan,
kelandaian dan sebagainya.
 Perancangan struktur perkerasan Jalan dan Jembatan , dan lainnya.
 Analisa kapasitas dalam menentukan efek kendaraan komersial
 Penaksiran pendapatan dari pemakai Jalan dan Jembatan.
 Intersectional Volume Counters yang digunakan untuk menentukan :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Jumlah lalu lintas memasuki persimpangan untuk semua kaki persimpangan.
 Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkinan gerakan berbelok
 Jumlah lalu lintas pada periode waktu tertentu
 Klasifikasi tipe kendaraan
 Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk melakukan survey, yaitu
 Survei manual dengan menggunakan tenaga surveyor untuk menghitung arus lalu lintas
yang melalui suatu potong Jalan dan Jembatan, survey ini membutuhkan biaya tenaga
kerja yang besar, tapi dapat dilakukan dengan mudah. Permasalahan yang ditemukan
dengan survai yang dilakukan secara manual adalah keakuratan dari hasil survai yang
sangat tergantung kepada motivasi surveyor yang melakukan survai.
 Survei mekanis/elektronis/digital, merupakan survai yang mempergunakan peralatan
mekanis, elektronis ataupun digital untuk mengukur jumlah kendaraan yang melewati
suatu potong Jalan dan Jembatan ataupun kawasan di persimpangan. Peralatan survai
yang digunakan berupa :
- Tabung pneumatik, merupakan perangkat mekanis pengukur arus lalu lintas dengan
menempatkan suatu pipa pneumatic ditempatkan memotong Jalan dan Jembatan,
pengukuran dilakukan bila roda kendaraan yang menginjak tabung yang kemudian
direkam,
- Loop induksi, merupakan perangkat elektronis yang bekerja atas dasar induksi dari
mesin mobil pada saat melewati loop. Loop ditanam dibawah permukaan Jalan dan
Jembatan,
- Gelombang infra merah/ultra sonik, merupakan perangkat elektronis yang bekerja
dengan memancarkan gelombang infra merah ataupun ultrasonik ke kendaraan yang
lewat. Dengan metode ini selain besar arus juga dapat diklasifikasi serta kecepatan lalu
lintas,
- Kamera video, yang digunakan dengan mengubah data menjadi terukur dalam
prosesor. Dengan metode ini selain besar arus juga dapat diklasifikasi serta kecepatan
lalu lintas
- Dalam pelaksanaan survei volume lalu lintas, kendaraan dikelompokkan menjadi
beberapa golongan sesuai dengan golongan kendaraan menurut Bina Marga :

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Panduan melakukan survei volume lalu lintas dengan cara manual terdapat dalam
Pedoman Konstruksi dan Bangunan : Survai Pencacahan Lalu Lintas dengan cara
Manual (Pd. T-192004-B) berikut dengan formulir survei.

Proses perancangan dimulai dengan mengidentifikasi atau menginventarisasi data yang


sudah dimiliki, sehingga dapat diketahui data mana yang telah dimiliki, data mana yang
perlu disesuaikan/dilengkapi, data mana yang perlu dikumpulkan melalui survei. Untuk
survei lalu lintas yang menjadi data dasar adalah peta jaringan Jalan dan Jembatan, peta
ruas Jalan dan Jembatan yang biasanya sudah dimiliki oleh Dinas Perhubungan ataupun
pada Dinas Bina Marga/Dinas PU setempat. Jenis survei dipilih dengan 3 (tiga) kriteria
yaitu :
 Secara teknis data yang di peroleh harus tepat (dapat mengukur variable yang
diinginkan) dan dengan validitas yang tinggi.
 Secara ekonomi, survei tersebut harus murah (biaya, tenaga, dan waktu).
 Secara Lingkungan survei harus memenuhi syarat lingkungan, dengan demikian
gangguan terhadap lingkungan yang ditimbulkan harus seminimal mungkin.
Lingkungan ini dapat berupa manusia (dan makhluk hidup lainnya), atau Jalan dan
Jembatan (dan benda mati lainnya). Sedapat mungkin dihindari survei yang
melibatkan dan mengganggu masyarakat umum.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Dalam merencanakan survei ada 2 (dua) hal pokok yang harus dilakukan, yaitu :
 Perancangan teknis, ditetapkan hal-hal berikut :
 Tujuan Survei dan Data yang sudah ada. Tujuan survei harus diberikan dengan
jelas :
- Mengapa survei dilakukan
- Parameter yang diukur
- Hasil yang didapatkan Setelah tujuan tersebut jelas, kemudian dapat
ditentukan data yang harus dikumpulkan beserta tingkat akurasinya. Tinjauan
pustaka dan data sekunder dilakukan untuk mendukung hal diatas
 Ruang Lingkup Survei
Populasi obyek survei harus ditentukan dan dijelaskan untuk memudahkan pemilihan
sampel. Populasi ini dapat berdasarkan wilayah administrasi (misalnya propinsi), jenis
kendaraan (misalnya angkutan umum penumpang), atau struktur kependudukan
(misalnya penduduk yang berumur antara 10 dan 65 tahun). Berdasarkan populasi dan
tujuan survey akan ditentukan sampel. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Tipe/jenis sampel, misalnya : lalu lintas diJalan dan Jembatan Malang, Penduduk
Surabaya.
 Satuan sampel, misalnya: orang, KK, smp/jam
 Kerangka sampel: daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh sampel
 Jumlah sampel dan tingkat akurasinya

2.8. Program Kerja

Secara umum pelaksanaan studi ini terdiri dari 3 tahapan utama yaitu persiapan, pengumpulan
data, dan akhir. Urutan proses pelaksanaan studi ini disampaikan pada Gambar B.1. Setting waktu
dan bahasan untuk setiap tahapan disesuaikan dengan kewajiban pengumpulan laporan (laporan
pendahuluan, laporan bulanan dan laporan akhir). Setiap tahap studi di-set untuk menyelesaikan
kegiatan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan kerangka
pelaksanaan studi berupa persiapan survey, kajian literatur, dan pengenalan awal wilayah
studi, meliputi kegiatan :
 Inisiasi studi: berupa kegiatan konsolidasi tim, pengumpulan dan pelaksanaan studi
literatur,

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Persiapan analisis: berupa kegiatan pemantapan metodologi analisis khususnya terkait
dengan penyusunan pola pikir studi, penyiapan peta dasar, Persiapan survey: berupa
kegiatan untuk memilih metoda survey, penyiapan formulir dan perlengkapan survey
serta SDM pelaksana survey.
2. Tahap Pengumpulan Data
Ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer yang dibutuhkan dalam
kegiatan inventarisasi data jaringan Jalan dan Jembatan dan di Provinsi Banten, meliputi
kegiatan :
 Pelaksanaan survey: berupa kegiatan survey primer (pengamatan lapangan,
pengukuran/penghitungan) dan pengumpulan data dari sumber sekunder khususnya
terkait dengan data statistik wilayah, kuantitas dan kualitas penyediaan jaringan
transportasi dan permintaan perJalan dan Jembatan an, dan dokumen perencanaan
serta hasil studi terdahulu terkait dengan penyusunan Inventarisai Data Jalan dan
Jembatan dan Provinsi Banten ;
 Kompilasi data: berupa kegiatan tabulasi dan verifikasi data hasil survey untuk
mendapatkan data olahan yang terstruktur sebagai modal untuk pelaksanaan analisis
dan program pembangunan Jalan dan Jembatan dan Jalan dan Jembatan.
 Analisis berupa kegiatan penyampaian dan persepsi terhadap data yang diperoleh dan
potret kondisi serta permasalahan sistem transportasi di Provinsi Banten. Analisis awal
ini dilakukan dalam konteks untuk menyiapakan kerangka awal bagi pelaksanaan
analisis lanjutan.
 Pemeriksaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) untuk Jalan dan Jembatan yang
belum beraspal.
 Pemeriksaan Benkelman Beam untuk Jalan dan Jembatan yang telah beraspal.
 Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan berikut foto-foto dokumentasi.
 Pemeriksaan lokasi Sumber material disekitar lokasi proyek.
 Inventarisasi Jalan dan Jembatan berikut foto dokumentasi.
 Mengumpulkan data perhitungan lalu lintas, peta lokasi dan IainIain.
 Pengukuran Topografi seluruh ruas Jalan dan Jembatan .
 Pemeriksaan tambahan yang meliputi:
 Pemeriksaan sistem drainase
 Pemeriksaan kestabilan lereng
 Pemeriksaan Marka Jalan dan Jembatan dan perlengkapan Jalan dan Jembatan.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Pemeriksaan kemiringan melintang Jalan dan Jembatan lama.
Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan cara yaitu cara pengumpulan data lapangan yang telah dikembangkan oleh Bina
Marga sejak tahun 1983. Rangkuman dari pengumpulan data lapangan tersebut dapat dilihat
pada lampiran (contoh pengambilan data lapangan). Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya nilai lendutan balik dari konstruksi perkerasan Jalan dan Jembatan yang
masih beraspal. Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 Truk yang dipakai harus dibebani sehingga tercapai beban gandar belakang sebesar 8.2 ton
dengan tekanan angin ban sebesar 80 psi.
 Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan Jalan dan
Jembatan timbang atau dengan alat lain yang telah terbukti dapat dipakai untuk
pengukuran beban gandar, dan hasil pengukuran beban gandar harus dicatat dengan jelas
pada formulir pemeriksaan Benkelman Beam (DL 2.1.1.)
 Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran yang standard
 misalnya perbandingan batang 1 : 2. Dimensi geometrik dari Benkelman Beam
 harus dicatat dengan jelas pada formulir pemeriksaan (DL 2.1.).
 Alat pembacaan (Dial Gauge) lendutan harus dalam kondisi yang baik dan skala ketelitian
pembacaan jarum penunjuk harus dicatat dalam formulir pemeriksaan (DL 2.1.1,).
 Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 m
sepanjang mas Jalan dan Jembatan beraspal yang telah ditetapkan.
 Selama pemeriksaan, Konsultan harus mencatat hal-hal khusus yang dijumpai
 seperti kondisi drainase, kondisi serta lebar perkerasan, nama daerah yang dilalui, cuaca,
waktu, lokasi peninggian permukaan Jalan dan Jembatan , tinggi muka air tanah dan
sebagainya.
 Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (patok Km, Sta).
 Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan Benkelman Beam (DL
2.1.2. dan DL 2.1.3
3. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan tanah dasar pada ruas ruas Jalan
dan Jembatan yang belum beraspal, seperti Jalan dan Jembatan tanah, Jalan dan Jembatan
krikil atau Jalan dan Jembatan aspal yang telah rusak sehingga nampak lapisan
pondasinya. Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuanketentuan sebagai
berikut :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran seperti yang
diberikan dalam gambar 3.2.
 Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan 200 m.
 Pemeriksaan dilakukan pada sumbu Jalan dan Jembatan dan pada permukaan lapisan
tanah dasar.
 Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan
sirtu, lapisan-lapisan Telford, lapisan pasir dan sebagainya.
 Pemeriksaan dilakukan dengan kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan batuan) sebelum
mencapai kedalaman 90 cm.
 Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu diperhatikan
seperti timbunan, kondisi drainase, kondisi dan tebal lapis perkerasan lama, lebar
perkerasan lama, tinggi muka air dan sebagainya.
 Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.
 Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini, dicatat dalam formulir DL 2.2.1. dan DL
2.2.2.
4. Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi
perkerasan yang ada dan kondisi geometrik Jalan dan Jembatan yang bersangkutan.
Pemeriksaan dilakukan dengan metoda yang disederhanakan, yaitu cukup mencatat
kondisi rata-rata setiap 1.0 km yang tercatat selama berkendaraan. Data yang harus
diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
 Jarak antara masing-masing patok kilometer
 Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Nacas, Lasbutag, Penetrasi Me
Adam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dan sebagainya.
 Nilai kekasaran Jalan dan Jembatan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh
dari hasil Survey Roughness Meter atau ditentukan secara visual dengan ketentuan
skala sebagai berikut :

TIPE PERMUKAAN JALAN DAN


RCI KONDISI VISUAL
JEMBATAN
8-10 Sangat rata dan halus Hotmix (AC dan HRS) yang baru
dibuat/ditingkatkan dengan
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
beberapa lapisan aspal

TIPE PERMUKAAN JALAN DAN


RCI KONDISI VISUAL
JEMBATAN
Hotmix setelah dipakai beberapa
tahun atau lapisan tipis Hotmix
diatas Penetrasi Macadam, dipakai
7=8 Sangat baik, rata
untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi disekitar ruas jalan dan
jembatan yang ditingkatkan
6-7 Baik Hotmix lama, Nacas/Lasbutag baru
Cukup, sedikit/tidak ada Penetrasi Macadam Nacas baru atau
5-6
lubang, permukaan rata Lasbutag baru
Penetrasi Macadam berumur 2-3
Jelek, kadang-kadang
4-5 tahun. Nacas lama. Jalan dan
berlubang, tidak rata
jembatan kerikil tidak terawatt
Penetrasi Macadam, Nacas lama,
Rusak, bergelombang dan
3-4 jalan dan jembatan kerikil tidak
banyak lubang
terawatt
Semua type perkerasan yang sudah
2-3 Rusak berat
lama tidak terpelihara
Tidak dapat diketahui kecuali
1-2
oleh Jeep 4 WD

 Kondisi daerah samping Jalan dan Jembatan serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing ke pinggir perkerasan.
 Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang
ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
 Data yang diperoleh harus dicatat didalam formulir DL 3.1.
 Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik Jalan dan Jembatan minimal 1
(satu) buah foto per kilometer. 8. Foto ditempel pada formulir DL 3.2. dengan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
mencantumkan hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas Jalan dan
Jembatan , arah pengambilan foto, tanggal pengambilan foto dan tinggi petugas yang
memegang nomor Sta.
5. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahanbahan
perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada ruas-ruas
Jalan dan Jembatan yang akan dikerjakan. Informasi yang harus diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah :

 Jenis bahan untuk perkerasan yang ada, misalnya pasir, kerikil, tanah timbunan, batu.
 Lokasi quarry setiap jenis bahan perkerasan berikut perkiraan jumlah yang ada.
 Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan perkerasan.
 Perkiraan jarak pengangkutan bahan quarry ke lokasi rencana Base Camp proyek.
 Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasinya (Km, Sta).
 Data yang diperoleh dicatat di dalam formulir DL 4.
6. Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi Jalan dan
Jembatan dengan bentang kurang dari 10 m yang terdapat pada ruas Jalan dan Jembatan
yang ditinjau. Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
 Nama dan lokasi Jalan dan Jembatan
 Dimensi Jalan dan Jembatan yang meliputi bentang, lebar, kebebasan, jenis, lantai
dan kondisi Jalan dan Jembatan .
 Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.
 Detail kondisi struktur dari setiap Jalan dan Jembatan dan setiap elemen dalam
struktur yang sangat membutuhkan pengembalian kondisi.
 Data yang diperoleh dicatat dalam formulir DL 5.1. 6. Foto dokumentasi sebanyak 2
(dua) lembar untuk setiap Jalan dan Jembatan yang diambil dari arah memanjang dan
melintang. Foto ditempel pada formulir DL 5.2.
Mengumpulkan data yang lain yang berkaitan dengan ruas Jalan dan Jembatan yang
bersangkutan yang berguna dalam proses perencanaan, misalnya data Roughmeter Survey,
data perhitungan lalu lintas, FS dan SEP, peta lokasi dan IainIain.
7. Survey Topografi

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pengukuran topografi dimaksud untuk mengumpulkan data pengukuran yang cukup untuk
kebutuhan perencanaan dan dilakukan pada semua ruas Jalan dan Jembatan . Detail dari
pengukuran ini adalah sebagai berikut: Pengukuran Polygon dengan ketelitian 1 : 10.000
dan patok-patok permanen harus dipasang dengan interval tidak lebih dari 500 m serta
dapat terlihat dengan mudah. Pengukuran jarak dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan titiktitik sementara dan bantuan alat ukur elektronis. Patok-patok
pengukuran dapat berupa :
 Patok beton bertulang dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa paralon dia 4” yang
isis adikan beton, dipasang ditempat yang bebas dari gangguan lalu lintas atau lainnya
selama pelaksanaan.
 Paku yang dipasang pada beton atau cara lainnya pada bangunanbangunan tetap
seperti abutmen Jalan dan Jembatan dan Iain-Iain.
 Pengukuran harus meliputi :
 Titik-titik kontrol vertikal dan horizontal berupa patok-patok kayu yang dipasang
setiap interval max. 100 m pada rencana as Jalan dan Jembatan . Ukuran petak kayu
adalah 5 x 7 x 60 cm dan dapat ditancapkan kedalam tanah sedalam 50 cm. Pada
Pengukuran polygon :
 Titik kontrol horizontal
 Pengukuran menggunakan theodolit T2 dengan ketelitian bacaan 1 detik dan ketelitian
orde ketiga.
 Titik kontrol vertikal
 Pengukuran menggunakan Sipat datar (waterpas) dengan ketelitian 1,5 - 2,5 mm/km,
pengukuran dilakukan dengan dua arah.
 Pengukuran lebar Right of way dengan menyebutkan tata guna tanah serta lainnya
seperti pemukiman, sawah dan Iain-Iain.
 Cross Section
 Cross Section dibuat untuk setiap interval 100 m pada tiap-tiap titik kontrol. Lebar
Cross Section minimal adalah 25 m kekanan dan kekiri dari As Jalan dan Jembatan.
 Perhitungan dan penggambaran peta topografi berdasarkan atas koordinat titik kontrol
diatas.
Gambar peta topografi dibuat pada kertas milimeter dengan skala 1 : 1.000 dengan garis
contour tiap interval 1 meter. Semua titik-titik kontrol harus dicantumkan dalam gambar.
8. Penyelidikan Geologi ( Tanah )
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Penyelidikan tanah dilakukan pada daerah-daerah yang direlokasi, dengan cara
pelaksanaan sebagai berikut : Penyelidikan tanah untuk daerah yang perlu direlokasi
adalah dengan melakukan pemboran yang harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
 Pemboran dilakukan dengan bor tangan (Hand Auger Boring) atau alat bor mesin,
sesuai dengan keperluannya.
 Penanaman dari masing-masing jenis tanah harus dilakukan pada saat itu juga, sesuai
dengan kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
 Apabila tanah yang ada perpotensi longsor/runtuh harus disiapkan alat bor yang
dilengkapi casing.
 Apabila ditemukan air pada lobang bor, maka harus dicatat kedalamannya serta waktu
alat bor tersebut menyentuh air.
 Bila ditemukan lapisan tanah yang mudah terperas (Compressible Strata), maka
pemboran harus dilanjutkan untuk mengetahui ketebalannya.
 Lobang-lobang bor diusahakan sedekat mungkin dengan as Jalan dan Jembatan
dengan interval jarak minimal 250 m1 serta kedalaman rata-rata sebagai berikut :
 Urugan pada daerah rawa sedalam 2 (dua) kali ukuran tersebut diukur dari
permukaan air.
 Urugan pada daerah biasa, sedalam 2 (dua) meter dari permukaan Jalan dan
Jembatan
9. Pengambilan dan Pengujian Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan tanah tersebut dilaboratorium.
Pengambilan contoh tanah dikerjakan dengan cara Disturb dan Undisturb Sample dengan
jumlah dan kedalaman yang disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya pada lapisan tanah
yang berbeda harus dilakukan pengambilan contoh tanah. Dalam hal ini dilakukan batasan-
batasan sebagai berikut :
 Pada daerah-daerah yang tanahnya sama, sekurang-kurangnya jarak 3 meter harus
diambil 1 buah contoh tanah dari setiap macam lapisan sesuai dengan test yang akan
disesuaikan pada petunjuk ini.
 Pada tempat-tempat dimana terjadi perubahan lapisan tanah, baik kedudukan maupun
macamnya harus diambil contoh tanah.
10. Test Laboratorium

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pelaksanaan test dilaboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan datadata yang
digunakan dalam perhitungan perencanaan. Test yang dimaksudkan antara lain meliputi :
 Analisa Saringan
Hasil analisa saringan akan digunakan menentukan cara-cara dan kemungkinan
pemadatan lapisan tanah, baik sebagai subgrade maupun sebagai base (Quarry,
Materials).
 Moisture Content Test
Hasil dari Moisture Content dari contoh tanah tidak terganggu (Undisturb Sample)
dipakai pada perhitungan Pavement Design dan Embankment.
 Compaction Test
Hubungan Moisture Content dan Dry Density akan digunakan pada pelaksanaan
pekerjaan konstruksi Jalan dan Jembatan.
 Atterberg Limits Test
Pengukuran Atterberg Limits Test akan memungkinkan kelengkapan Klasifikasi tanah
dan peninjauan untuk Pavement Design dan Embankment.
 Direct Shear Test / Shear Strength Test / Unconfined Compression Test
Penyelidikan ini digunakan terutama untuk menghitung stabilitas lereng-lereng galian
dan urugan Jalan dan Jembatan serta penetapan nilai c dan q.
 CBR Test
Nilai-nilai test digunakan untuk Klasifikasi Daya Dukung Tanah Subgrade. CBR Test
hendaknya dikerjakan sesuai dengan CBR Modified AASHTO.
11. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan System Drainase Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan
informasi kondisi system drainase yang ada. Informasi yang harus diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah :
 Bentuk, ukuran dan profil memanjang dari semua salah sepanjang sisi Jalan dan
Jembatan .
 Jenis, ukuran, lokasi, panjang dan kondisi dari gorong-gorong melintang Jalan dan
Jembatan, termasuk detail dari setiap struktur tembok kepala dan lantai apron.
 Lokasi, dimensi dan ukuran/type gorong-gorong tambahan yang diperlukan.
 Semua data dicatat dalam formulir 4 (DL 6.4.1) dan (DL6.4.2)
12. Analisis Pengolahan Data

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang dibutuhkan,
selanjutnya dikelompokkan sesuai identifikasi tujuan permasalahan sehingga diperoleh
analisis pemecahan yang efektif dan terarah.
Adapun analisis yang digunakan adalah membahas berbagai permasalahan berdasarkan
hasil pengumpulan data primer, data sekunder dan data penunjang.
 Perhitungan dan perencanaan geometrik disain pada Jalan dan Jembatan yang
direlokasi.
 Menghitung lendutan baik rencana dari data pemeriksaan Benkelman Beam.
 Menghitung CBR rencana dari data pemeriksaan DCP.
 Menentukan "Unique Section" yang akan dipakai dalam proses perencanaan.
 Menentukan volume pekerjaan dan perkiraan biaya.
 Membuat gambar-gambar standard dan khusus.

13. Evaluasi Kondisi Eksisting


Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengecekan visual eksisting dan
pengecekan teknis eksisting. Fungsi dari evaluasi adalah mengetahui apakah diperlukan
adanya perbaikan ataupun peningkatan terhadap kondisi eksisting dan seberapa jauh
perbaikan/peningkatan akan dilakukan.
14. Perhitungan Konstruksi Jalan dan Jembatan /Jalan dan Jembatan
i. Gambar Perencanaan
Gambar perencanaan merupakan visualisasi dari analisis dan perencanaan struktur
Jalan dan Jembatan. Tujuan dari gambar perencanaan adalah :
 Mempermudah dalam pembuatan estimasi volume dan biaya pekerjaan.
 Sebagai pedoman dalam pelaksanaan.
 Mempermudah dalam pengawasan saat pelaksanaan.
Dalam gambar perencanaan dibuat dengan benar dan selengkap mungkin, sehingga
mempermudah dalam pembacaan. Beberapa hal yang dapat dituangkan dalam gambar
perencanaan adalah sebagai berikut :
 Gambar peta lokasi pekerjaan.
 Gambar site plan rencana.
 Gambar tampak atas dan potongan memanjang.
 Gambar bangunan atas.
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Gambar bangunan bawah.
 Gambar bangunan pengaman.
 Gambar detail – detail.
ii. Tahap Akhir
Ditujukan untuk melengkapi laporan studi sesuai dengan hasil diskusi dengan
pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai instansi untuk dijadikan hasil
akhir dari studi ini, meliputi kegiatan :
 Penyusunan rekomendasi: berupa kegiatan menyimpulkan hasil studi dan
merangkum saran bagi tindaklanjut hasil studi dalam kebijakan umum
maupun sektoral transportasi di lingkungan Pemerintahan Provinsi Banten
maupun di level yang lebih tinggi,
 Penyempurnaan laporan : berupa kegiatan untuk memperbaiki laporan studi
sesuai dengan masukan pemberi kerja maupun hasil diskusi dengan berbagai
pihak, baik secara substansial maupun editorial,
III. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat – syarat ini merupakan ketentuan tentang rencana kerja
yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan Jalan dan Jembatan.
Dengan adanya RKS ini diharapkan akan memberikan arahan dan persyaratan
sebagai ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan perencanaan.
RKS di dalam laporan TA ini berisi tentang syarat – syarat teknis.pekerjaan. Syarat –
syarat teknis berisi tentang penjelasan pekerjaan dari mulai persiapan, pekerjaan struktur,
hingga pekerjaan finishing. Didalamnya juga dijelaskan tentang peraturan dan syarat yang
berlaku dalam pelaksanaan pekerjaan.
IV. Rencan Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya berisikan tentang besarnya volume pekerjaan, serta biaya
pekerjaan. Besarnya volume pekerjaan dihitung dari volume tiap item pekerjaan,
sedangkan besarnya biaya pekerjaan ditentukan dari harga upah pekerja, harga
bahan, analisa tiap item pekerjaan, dan harga penggunaan alat berat yang
digunakan, dari pengolahan data tersebut ditambah biaya keuntungan dan biaya
PPN dalam pelaksanaan pekerjaan.
V. Time Schedule
Time schedule merupakan fase menterjemahkan suatu perencanaan kedalam suatu
diagram – diagram yang sesuai dengan skala waktu. Dalam time schedule

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
menentukan kapan aktivitas – aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan
sehingga pengendalian sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut
kebutuhan yang telah ditentukan. Fungsi time schedule adalah sebagai berikut :
 Menentukan durasi proyek.
 Menentukan jalur dan kegiatan kritis.
 Menentukan proses pelaksanaan ( kurva “ S ” )
 Dasar untuk menghitung aliran kas.
 Pengendalian proyek.
 Data yang dipergunakan untuk pembuatan time schedule antara lain :
 Daftar semua kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek.
 Hubungan masing – masing kegiatan.
 Diagram jaring, yang sudah dihitung.
 Diagram balok disebut juga barchart.
Untuk menunjukan kemajuan pekerjaan dengan mudah dibuat kurva “S”. kurva “S”
merupakan gambar diagram % ( persen ) komulatif biaya yang diplot pada suatu sumbu
absis, dimana sumbu X menyatakan satuan waktu sepanjang durasi proyek dan sumbu Y
menyatakan nilai % ( persen ) komulatif biaya selama durasi proyek tersebut. Cara
membuat kurva “ S ” adalah sebagai berikut :
 Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.
 Bobot item pekerjaan itu dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi biaya total
pekerjaan dikali 100 %.
 Setelah bobot masing – masing item dihitung pada masing – masing
 didistribusikan bobot pekerjaan selama durasi masing – masing aktivitas.
 Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu, di jumlah secara
kumulatif.
 Angka komulatif pada setiap periode ini diplotkan pada sumbu Y (ordinat) dalam
grafik dan waktu pada absis.
 Dengan menghubungkan semua titik – titik di dapat kurva “ S ”. Data yang digunakan
untuk pembuatan kurva “ S “ antara lain :
 Diagram bagan balok.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pada umumnya kurva “ S ” diplotkan pada diagram balok, dengan tujuan untuk
mempermudah melihat kegitan – kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu
pengamatan progres pelaksanaan pekerjaan.
15. Pekerjaan Survey Geology Dan Geoteknik
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk melakukan
pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan,
memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik
tanah untuk keperluan bahan Jalan dan Jembatan dan struktur, serta mengidentifikasi
lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.
i. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase Jalan dan Jembatan /untuk setiap jarak 500 – 1000
meter. Lokasi titik tersebut Diutamakan pada posisi abutmen.
ii. Penyelidikan lapangan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase Jalan dan Jembatan dan dipetakan dan
batas- batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk
selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3.
Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan,
kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian
hasilnya diplot diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan
tentang, Gerakan tanah, Tebal pelapukan tanah dasar, Kondisi drainase alami, pola
aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa
(apabila rencana trase Jalan dan Jembatan tersebut harus melewati daerah rawa
iii. Penyelidikan Geoteknik
 Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
 Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji,
lokasi, kedalaman).
 Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (“split tube” untuk tanah keras atau “piston

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada
setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan)
dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan interval sekurang-kurangnya 100
meter dan/atau setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-
kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil
harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan
lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
 Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut :
- Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
- Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary drilling)
dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
- Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1
putaran per detik.
- Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
- Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing
dengan diameter minimum 100mm
- Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak
terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
- Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan
sampel berikutnya
 Pemboran Tangan.
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719
 Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring
Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan ketentuan
Berikut :
- Digunakan single core barrel dengan cara putar

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam
kantong plastik dan ditutup dengan cara diikat atau cara lainnya yang
diizinkan Pengawas.
- Kantong plastik diberi label nomor contoh, nomor bor, kedalaman,
tanggal, proyek.
 Pengambilan Contoh dengan Single & Double Core
Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan dengan
ketentuan berikut :
- Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm.
- Panjang tabung minimal 500 mm.
- Panjang ruang contoh dalam tabung minimum 40 mm.
- Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua ujungnya
dan kemudian diberi label seperti pada butir C.
 Pengambilan Contoh Tanah dengan Fixed Piston Sampler
- Diameter tabung minimum 70 mm.
- Tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Cukup kuat untuk menahan terjadinya deformasi yang berlebihan pada
waktu proses pengambilan contoh.
- Area ratio maksimum 15%
- Panjang tabung minimum 600 mm.
- Apabila panjang tabung lebih dari 800 mm, maka “inside clearance ratio”
harus berkisar dari 0.5% sampai 1.0%
- Sudut ujung tabung tidak boleh lebih dari 10 o
 Apabila “drilling mud” digunakan, pemboran dapat dilakukan sampai
kedalaman pengambilan contoh, dengan catatan dilakukan pembersihan dasar
lubang bor terlebih dahulu, apabila tidak menggunakan “drilling mud”, maka
pemboran dihentikan 20 cm diatas kedalaman pengambilan contoh dan
dilakukan penekanan untuk mencapai kedalaman pengambilan contoh yang
diinginkan.
 Tabung harus ditutup sehingga kedap air dengan cara yang disetujui
Pengawas.
 Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam getaran dan
memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan kendaraan yang
tertutup.
 Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang lembab
dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.
 Sondir (Pneutrometer Static)
- Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras,menentukan lapisan lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus
dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki.
 Ada dua macam alat sondir yang digunakan :
- Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
- Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pneutrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir Belanda
(Dutch Pneutrometer atau Dutch Deepsounding Apparatus) atau percobaan
Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test ) Pembacaan dilakukan pada setiap
penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan
pada manometer berturutturut menunjukan harga >150 kg/cm2, kedua alat sondir
terangkat keatas, sedangkan pembacaan manometer belum menunjukan angka
yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja
kanal jangkar.
 Keuntungan Alat Sondir :
- Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras
- Dapat memperkirakan perbadaan lapisan
- Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya
dukung tiang
- Cukup baik digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.
 Kekurangan Alat Sondir :
- Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
- Tidak dapat mengetahui jenis lapisan tanah langsung
- Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang
diperoleh meragukan.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Tidak boleh dilakukan pada daerah endapan alluvium yang mengandung
komponen dari kerakal dan berangkal, hasilnya memberikan indikasi
lapisan tanah keras yang salah.
- Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping yang
berongga.
- Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan lekat, Grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat
pada tiap hambatan.
iv. Survey Kerusakan Jalan dan Jembatan
Tahap perancangan desain dituangkan dalam diagram alir yang merupakan suatu
kerangka dasar yang membentuk alur kerja dan berfungsi sebagai pedoman umum
untuk membantu proses perancangan desain. Diagram alir tahap perancangan
desain adalah sebagai berikut.

MULAI
MULAI

Persiapan alat untuk survey

Mengukur jalan dan diberi stationing jalan setiap 50 meter


menggunakan Roll meter

Mengukur dimensi kerusakan

Mencatat hasil survey form survey telah disediakan

Mengolah data untuk survey

SELESA
I

Gambar 3.4 Daigram Alir Survey Kerusakan Jalan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Pelaksanaan metoda konstruksi yang baik adalah yang memenuhi pokok-pokok
berikut :
 Kualitas pekerjaan yang baik.
 Kemudahan pelaksanaan dengan tingkat keamanan yang tinggi.
 Ekonomis.
 Waktu pelaksanaan yang singkat.
 Menggunakan peralatan/alat bantu yang sudah tersedia dan mudah didapat

Untuk mencapai pokok-pokok tersebut maka diperlukan suatu kajian pelaksanaan


yang baik dengan mempertimbangkan beberapa metoda pelaksanaan yang dapat
dilakukan yang akan menjadi acuan pelaksana pekerjaan fisik. Untuk itu akan
dijelaskan metode pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan Jalan dan Jembatan dan
jembatan. Pada pekerjaan Jalan dan Jembatan dibuat metode pekerjaan untuk lapisan
perkerasan lentur dan lapisan perkerasan kaku. Sedangkan pada pekerjaan jembatan
dibuat menjadi dua metode yaitu metode pekerjaan jembatan pendekat dan jembatan
utama. Semua metode pekerjaan ini akan dijelaskan selanjutnya.
 Pola kerja Konsultan
 Kegiatan utama dari pelaksanaan pekerjaan, meliputi :
 Substansinya
 jangka waktu,
 pentahapan dan keterkaitannya,
 target,
 tanggal jatuh tempo penyerahan laporan-laporan.
 Pra-Rencana Survey Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (pra-RK3K),

Program kerja yang diusulkan konsisten dengan pendekatan teknis dan metodologi
yang disampaikan pada bagian sebelumnya.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
2.9. Pola Kerja Konsultan
3.9.1 Alur Koordinasi
Alur koordinasi kegiatan ini adalah seperti pada gambar berikut :

Alur Koordinasi dan pertanggung jawaban

3.9.2 Manajemen Berbasis Pada Kualitas Pekerjaan


Kualitas disini harus dilihat dari kacamata Pengguna Jasa, karena itu kualitas harus
didefinisikan dan merepresentasikan kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dan deliverablenya
dengan kebutuhan dan harapan Pengguna Jasa. Kualitas tidak dapat dikelola tanpa
membuat ukuran-ukuran kualitas. Karenanya dalam melakukan pemantauan kualitas ada
beberapa hal yang harus dilakukan: mendefinisikan ukuran, mengambil ukuran tersebut,
dan melakukan analisa untuk menentukan bagaimana proses dapat ditingkatkan. Rencana
kualitas meliputi :

 Quality Process

 Quality Policy

 Acceptance Criteria

 Quality Standar

 QA Activities

 Configuration management

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Project Tim quality responsibility

3.9.3 Manajemen Berbasis Pada Kualitas Pekerjaan


Komunikasi yang efektif dan terbuka sangat menentukan setiap tahapan pelaksanaan
kegiatan baik komunikasi eksternal maupun internal tim.

 Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal yang dimaksud adalah komunikasi dengan pihak di luar tim,
yang antara lain : Media komunikasi pertemuan dengan pengguna jasa dilakukan
melalui forum baik formal maupun informal dalam bentuk diskusi, asistensi maupun
presentasi, hal ini akan dilakukan secara kontinu dan berkala untuk menjamin
bahwa hasil pekerjaan sesuai dengan harapan pengguna jasa. Media komunikasi
melalui data dan laporan, hal ini dilakukan agar pengguna jasa dapat mengontrol
progress pekerjaan tim ahli konsultan dan menilai kesesuaian hasil yang dicapai,
dan diharapkan adanya feed back bagi tim konsultan guna penyempurnaan hasil.
Komunikasi dengan instansi terkait melalui selain guna keperluan permohonan data,
juga sekaligus dapat berfungsi sebagai penjaringan aspirasi melalui media diskusi
ataupun wawancara
 Komunikasi Internal
Komunikasi internal yang dimaksud adalah komunikasi antar tim ahli konsultan,
yang antara lain dilakukan melalui media :
- Pertemuan Mingguan: hal ini dilakukan untuk membahas progress mingguan,
pencapaiannya, deviasi (jika ada), juga alternatif pemecahannya dan dibahas pula
rencana minggu depan berikut targetnya. Selain itu koordinasi mingguan juga
menjadi ajang bagi tim ahli untuk berkoordinasi secara lebih intensif mengenai
keterkaitan tugas antara yang satu dan yang lain terkait substansi kegiatan yang
menjadi tanggung jawab masingmasing.
- Koordinasi insidentil: koordinasi insidentil ini tidak terjadual, namun dapat
dilakukan kapan saja untuk tetap menjaga keselarasan pencapaian target dan
sasaran pekerjaan.
- Koordinasi khusus: koordinasi ini dilakukan khususnya menjelang penyampaian
laporan ke pengguna jasa, untuk memastikan dengan mengevaluasi ulang produk-
produk pekerjaan yang dihasilkan sebelum disampaikan kepada pengguna jasa

3.9.4 Pelaporan

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Nilai ketidakrataan yang dilaporkan untuk setiap lajur segmen adalah nilai ketidakrataan
Lajur, IRI (m/km) tidak lebih dari 2 (dua) desimal, dengan interval pelaporan 100 meter
per lajur. Data ketidakrataan yang dilaporkan harus diikat dengan titik referensi yang telah
ditetapkan agar bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Lokasi spasial segmen
jalan yang diukur harus dicatat menggunakan GPS. Laporan ketidakrataan jalan harus
secara jelas menunjukkan lajur yang diukur, arah pengukuran, kecepatan kendaraan saat
mengukur, tanggal, cuaca saat pengukuran, faktor-faktor yang mengganggu pengukuran,
data hilang/tidak tercatat atau tidak valid termasuk penyebabnya (misalnya: adanya
pekerjaan konstruksi jalan, kemacetan lalu lintas, permukaan yang basah, adanya genangan
air di permukaan jalan, kendaraan berpindah lajur karena hambatan atau menyusul
kendaraan lain) Data yang harus dicatat dan dilaporkan untuk setiap pengukuran
ketidakrataan, antara lain :
a. Nomor dan Judul Kontrak
b. Waktu survei, Tanggal dan Jam
c. Tanda Pengenal Alat Survei yang digunakan
d. Nama Operator
e. Nama Pengemudi
f. Nomor Ruas dan Titik referensi
g. Nama Ruas
h. Arah pengukuran
i. Lajur yang diukur
j. Referensi Awal dan Akhir pengukuran
k. Titik referensi data
l. Faktor-faktor yang mengganggu proses dan hasil survei
m. Catatan (event) yang menunjukkan kondisi khusus.

Pada hasil pengukuran harus tercatat :


a. Nilai IRI lajur roda kiri
b. Nilai IRI lajur roda kanan
c. Nilai IRI lajur
d. Kecepatan kendaraan survei
e. Kesalahan dan hambatan
f. Komentar/catatan operator
g. Koordinat survei

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
1. Data Format
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten.
2. Penerimaan
Setelah menerima data dari Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan melakukan audit
data dan/atau verifikasi& validasi terhadap format, ketelitian, kelengkapan, dan
kewajaran data. Penyedia Jasa harus memberikan penjelasan dengan disertai
buktibukti untuk setiap permasalahan atau isu yang ada pada data yang diserahkan.
Apabila hasil audit membuktikan adanya ketidaksesuaian atau permasalahan
lainnya, maka Penyedia Jasa harus segera mengambil tindakan perbaikan atau
penyelesaian masalah. Tindakan perbaikan dapat mencakup perbaikan pemrosesan
data atau melakukan survei ulang sebagian atau seluruh ruas jalan yang
dipermasalahkan. Bila dianggap perlu, Pengguna Jasa dapat memeriksa ulang data
yang telah diserahkan ulang, semua biaya yang diperlukan Pengguna Jasa untuk
pemeriksaan ulang data menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. Setelah format,
ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh Pengguna Jasa,
maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data yang dapat
dilakukan secara parsial/bertahap sesuai dengan volume pekerjaan survei yang telah
diselesaikan dan diterima. Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau ahir
harus menjadi salah satu syarat pembayaran tagihan Penyedia Jasa untuk perioda
waktu yang sesuai

3.9.5 Survey Kondisi Perkerasan Jalan (RCS)


Survey Kondisi Jalan adalah suatu indeks numerik yang digunakan untuk menyatakan
kondisi perkerasan jalan, berdasarkan suatu pengamatan visual terhadap jenis, tingkat
keparahan dan sebaran kerusakan jalan.
 Peralatan Jenis/Tipe GPS Navigasi Garmin 64S Kamera Dijital/Smartphone
 Kamera Dijital Geotagging
 Walking Distance Meter Krisbow
 Meteran Krisbow Formulir RCS dan RCI - Formulir Survei Kondisi Jalan Aspal (Per
Km) - Formulir Survei Kondisi Jalan Aspal / 100 M - Formulir Survei Kondisi Jalan
Tanah/Kerikil

3.9.6 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan bagian dari
sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Keselamatan Konstruksi diartikan segala kegiatan
keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan
standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja keselamatan publik, harta benda, material, peralatan, konstruksi
dan lingkungan. SMKK ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan di antaranya:
Undangundang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang undang No.2 tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi serta mengadopsi ISO 45001:2018 dengan beberapa
penyesuaian. Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, mengamanatkan
pada Pasal 3, bahwa tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi diantaranya memberikan
arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha
yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas. Selain
itu penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada UU tersebut mengamanahkan untuk
mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan. Atas dasar hal tersebut, Pemerintah Pusat diberikan tanggungjawab atas
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang sesuai dengan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan (Standar K4) sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf c, serta
kewenangan Pemerintah sesuai amanat Pasal 5 ayat (3) dan kemudian bahwa Standar K4
wajib untuk dipenuhi oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sesuai amanat Pasal 59 ayat
(1) UndangUndang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

3.9.7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Jasa konstruksi adalah industri dengan bahaya tinggi yang terdiri dari berbagai
kegiatan yang melibatkan konstruksi, perubahan, dan / atau perbaikan. Contohnya
termasuk konstruksi perumahan, pembangunan jembatan, pengaspalan jalan, penggalian,
penghancuran, dan pekerjaan pengecatan dengan skala besar. Pekerja konstruksi terlibat
dalam banyak kegiatan yang dapat menghadapkan mereka dengan bahaya yang serius,
seperti jatuh dari atap, mesin yang tidak dijaga, terkena peralatan konstruksi berat, listrik,

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
debu silika, dan asbes. Dalam pelaksanaan pekerjaan sering timbul kecelakaan kerja.
Untuk itu penerapan Sistem Manajemen K3 dalam industri jasa konstruksi sangatlah
penting. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
lingkungan sekitar tempat kerja.
Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dalam pelaksanaan
kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan berbagai dampak yang tidak dinginkanantara
lain yang menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu suatu
perusahaan yang bergerak di bidang kerja konstruksi harus mempunyai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Adapun bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Kesuksesan program
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi
tidak lepas dari peran berbagai pihak yang saling terlibat, berinteraksi dan bekerja sama.
Hal ini sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam pelak-sanaan pembangunan
proyek konstruksi yang dilakukan oleh tim proyek dan seluruh manajemen dari berbagai
pihak yang terkait didalamnya. Masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab bersama
yang saling mendukung untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi yang ditandai
dengan evaluasi positif dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Di
Indonesia ada beberapa pedoman penerapan SMK3 Konstruksi salah satunya adalah PP
No 50 tahun 2012. Peraturan tersebut berisi tentang peraturan SMK3 Sistem Manajemen
K3 di perusahaan konstruksi, khususnya Kontraktor Jasa Konstruksi adalah masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Dalam PP No 50 tahun 2012 penerapan SMK3 bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi. Juga mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan manajemen, pekerja atau buruh.

 Peraturan Perundangan K3 Bidang Konstruksi

 Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 01/Men/1980 Tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
 SKB Menaker Dan Menteri PU No. 174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 No.
174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 Tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Beserta Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
 SE Menakertrans No.321 tahun 2007
 Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
 Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
 UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2014 Tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum
 Skematika Program K3
Skema Program SMK3 dalam Pekerjaan Konstruksi, dapat dilihat pada
gambar berikut :

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Program Pencegahan Kecelakaan
Melakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, dengan
memprioritaskan upaya meniadakan bahaya, mengurangi bahaya, mengisolasi sumber
bahaya, mengikuti prosedur yang selamat, dan upaya yang terakhir memakai alat
pelindung diri, dengan uraian sbb :
 Peniadaan bahaya (eliminasi) yaitu mencegah secara langsung, misal menutup
sumber bahaya, memberi pagar pelindung dari jatuh, dsb.
 Penggantian bahan, metode, alat, proses menjadi yang lebih kecil bahaya dan
risiko-nya, misalnya penggunaan beton precast, penggantian asbes dengan
gypsum, dsb.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Pengendalian rekayasa, misalnya dengan memberi pelindung pada bukaan, metode
kerja/metode pelaksanaan yang lebih selamat, penggunaan alat bantu mekanis dsb.
 Pengendalian administratif, misalnya membuat prosedur kerja, ijin kerja,
pelatihan, pemberian rambu-rambu dsb.
 Penggunaan alat pelindung diri (APD), antara lain pelidung kepala dari benturan
(helmed) pelindung kaki (safety shoes), pencegah jatuh (safety harness),
pelindung mata (google), pelindung
 Membuat analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis) langsung di
tempat/lokasi pekerjaan nya untuk memastikan, jenis bahaya yang ada dan apa
upaya pengendalian yang paling tepat.
 Melakukan pengendalian yang langsung bias mencegah kecelakaan di tempat
kerja :
- Mengendalikan perilaku pekerja agar disiplin pakai APD (Alat Pelindung
Diri) dari kecelakaan,
- Mengendalikan kondisi tempat, alat, bahan, & lingkungan kerja dengan
memasang APK (alat pelindung kerja) a.l: pagar, tangga, barikade, jaring
pengaman dll untuk mencegah kecelakaan.
 Penjelasan Bahaya & Pencegahan Risiko Kecelakaan (Safety Induction)
Setiap orang yang baru masuk pertama kali ke lokasi proyek, apakah pegawai,
pengguna jasa, konsultan, subkontraktor, tamu dsb. Harus mendapatkan safety
induction, yaitu penjelasan tentang :
- Peraturan Keselamatan dan kesehatan kerja di proyek
- Potensi bahaya terkait dengan pekerjaan atau lokasi yang akan dihadapi
- Upaya pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan ketika berada di tempat
berbahaya
- Petunjuk keselamatan yang harus diikuti
- Tindakan darurat, yang harus disadari, dipahami dan dilakukan bila terjadi
keadaan darurat
 Perbincangan K3 (Safety Talk, Safety Morning Talk)
Mengumpulkan semua pekerja di lapangan sebelum mulai bekerja, dan menyampaikan
himbauan / komitmen bersama setiap Jum’at pagi selama +/- 15 menit, untuk terus
melindungi dan menjaga keselamatan dan kesehatan diri masing-masing dan orang-

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
orang yang berada di dekatnya dengan mematuhi peraturan K3 dan terus disiplin
memakai APD dan berperilaku selamat dan hati-hati.
 Pemeliharaan dan Peningkatan Kesadaran K3 (Safety Awareness).
Promosi dan memberikan motivasi kepada semua orang yang ada ditempat kerja untuk
secara terus-menerus melaksanakan program K3 secara konsisten agar tidak ada
kecelakaan, berupa :
- Pemberian informasi dan berita terkait K3 melalui papan pengumuman,
- Poster, sapanduk K3, dan Rambu-rambu,
- Mengadakan safety sharing event, pemberian penghargaan ketaatan dan sanksi
pidana
 Inspeksi K3 & Patroli K3 (Safety Inspection & Safety Patrol)
- Inspeksi K3 berkala (Harian, Mingguan, pakai Formulit Inspeksi) untuk setiap
item pekerjaan, alat, material dan lingkungan kerja, untuk menguji kesesuaiannya
dengan standar K3, spesifikasi teknis Inspeksi insidentil/dadakan, untuk menguji
tingkat penerapan program K3 dan perilaku pekerja secara real/nyata apakah telah
betul membudaya atau diikuti hanya jika ada jadwal inspeksi.
- Patroli K3 (safety patrol) secara rutin oleh tim proyek atau dari pengawas dan
pengguna jasa. Tujuan inspeksi ini adalah untuk menguji Kesesuaian terhadap
standar K3 setiap sumberdaya dan proses, untuk segera dilakukan perbaikan dan
tindakan pencegahan, karena menyangkut keselamatan dan kesehatan, yang
sewaktu waktu dapat menimbulkan kecelakaan berat dan fatal.
 Pengukuran Kinerja SMK3
- Pengukuran kinerja SMK3 terhadap indikator positif, berupa Tingkat Penerapan
SMK3, sejauh mana program SMK3 dilaksanakan, mengukut tingkat kepatuhan
terdap Peraturan dsb. Sifatnya lebih pro aktif guna meningkatkan kinerja dan
mencegah kecelakaan.
- Pengukuran terhadap indikator negatif, antara lain jumlah insiden, jumlah hari
kerja hilang, jumlah pelanggaran, nearmiss, dsb. - Melakukan penyelidikan
insiden, dan
- Membuat Laporan ketidak sesuaian
- Melakukan observasi nearmiss, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan,
- Melakukan Audit internal untuk mengukur efektifitas penerapan SMK3
 Rapat K3 (Safety Meeting)

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Menyelenggarakan Rapat Pertemuan K3 seminggu sekali setiap hari Rabu untuk
membahas : Pencapaian targetK3, Angka Pelanggaran, Efektifitas pelaksanaan, Tindk
lanjut hsl inspeksi dan Tindak lanjut audit. Dalam rapat ini diharapkan setiap masalah
K3 bisa diperbaiki.
 Audit Internal SMK3 (Safety Internal Audit)
Dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk mengevaluasi seberapa jauh efektifitas
SMK3, tindakan perbaikan dan pencegahan secara sistemik yang harus dilakukan.
 Pelatihan K3 (Safety Training)
Pelatihan K3 bagi pekerja cara menggunakan APD dan APK, agar sehat, selamat
dan produktif. Pelatihan K3 bagi mandor dan staf proyek agar dapat melatih &
memotivasi pekerja untuk belerja sehat & selamat dalam kondisi apapun.
Materi/subyek yang dilatihkan, meliputi sekurang-kurangnya: Penggunaan APD,
alat, dan bahan, Dasar-dasar K3, P3K, evakuasi, Pemadaman Api, dan Simulasi
keadaan darurat
 Pengendalian Dokumen Dan Rekaman K3
Menyusun dan mengendalian Dokumen SMK3, meliputi prosedur, instruksi dan
metode kerja untuk setiap item pekerjaan yang harus dikendalikan bahaya dan
risikonya. Membuat Rekaman Pelaksanaan SMK3, memelihara Data Hasil
Inspeksi, rnotulen rapat, Laporan-laporan kejadian, bukti–bukti, dan dokumen
lainnya.
 Membuat Laporan Pelaksanaan Program K3
Laporan Jenis dan Jumlah penyimpangan Rencana K3, dan Rencana Tindak
Lanjut Perbaikannya. Laporan Kejadian dan Penanganannya untuk : a. Kecelakaan
Ringan, b. Kecelakan Berat, c. Kecelakaan fatal, d. Kecelakaan Peralatan Berat, e.
Penyakit Umum, f. near-miss dsb.
 Mengirimkan laporan :
Kegiatan P2K3 3 bulanan ke Depnaker setempat. Laporan kinerja SMK3 ke
kantor Pusat dan ke Pengguna Jasa

3.9.8 Penyedian dan Penggunaan Fasilitas Prograam K3


 Promosi Program K3, antara lain Pemasangan:

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Bendera K3 (berada di sisi paling kanan jika di lihat dari depan, tinggi 3,5m),
bendera RI (berada di tengah, tinggi 4 m) dan bendera WIKA (di sisi paling kiri
jika dilihat dari depan, tinggi 3,5 m) jarak masing-masing 2m.
- Spanduk, berisi: Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Papan-papan Tanda (Sign Board) berisi Slogan-slogan K3 berupa gambar/pamflet
berisi peringatan tentang bahaya dan kecelakaan serta penyakit di lokasi pekerjaan
dan ajakan untuk memperhatikan K3. Papan tersebut di pasang di tempat yang
strategis dan mengenai sasaran.
 Fasilitas Penunjang Program K3, meliputi

- Alat Pelindung Diri (APD): Helm, sepatu keselamatan, sabuk penyelamat,


sarung-tangan, masker, anti debu/respirator, masker anti gas beracun, Kaca-
mata las/gogle, pelampung dsb. Yang harus dipakai sesuai dengan jenis
pekerjaan guna mencegah risiko kecelakaan & penyakit akibat kerja.
- Fasiltas P3K meliputi Kotak P3K, petugas & manual P3K sesuai jumlah
pekerja & lokasi pekerjaan.
- Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR), Jenis, jumlah dan tempat
pemasangannya disesuaikan dengan fungsi ruangan.
- APAR dipasang a.l. di Kantor, Gudang BBM/Gas/Material, Instalasi
alat/genset/bengkel, Gudang bahan berbahaya (Peledak, Cat, Bahan Kimia,
dsb), Asrama Karyawan, Barak Pekerja dan Tiap Lantai Bangunan Proyek
yang sedang dikerjakan
- Pagar & Jaring Penyelamat, dipasang di tepi lubang-bukaan lantai dan
dinding, tepian lantai bangunan bertingkat, tepi lubang galian tanah, tepian
platform, tepian tangga dsb
- Penangkal Petir dipasang di Bangunan tertinggi dan Tower Crane
- Pembuatan,perawatan,pengaturan & penggunaan jalan keja
- Rambu-rambu Peringatan: Awas Bahaya Dari Atas, Awas Kepala Terbentur,
Awas Longsoran, Awas Kebakaran / Strum Listrik dsb.
- Rambu-rambu Petunjuk: Ketinggian Pintu/Portal, Jalur Instalasi Listrik,
Tinggi tumpuk-an dll.
- Rambu-rambu Larangan: Selain Petugas Dilarang masuk, Dilarang membawa
bahan berbahaya, dilarang merokok, bergurau dll.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
 Penyelenggaraan Housekeeping, meliputi penyediaan Prasarana kerja yang sehat
yaitu terjaminnya kebersihan, kerapihan dan ketertiban antara lain :

- Tersedianya air bersih yang cukup memadai,


- Tersedianya tempat MCK bersih-terawat untuk karyawan dan pekerja
- Ruang kerja nyaman,
- Musholla bersih dan terawat,
- Tersedianya bak sampah
- Pembersihan & pembuangan sampah teratur,
- Sanitasi dan drainasi yang sehat,
- Keteraturan pemasangan perancah, penyimpanan material/alat
perkakas/APD/alat bantu, dsb
 Contoh-contoh Slogan K3
- Agar Selamat Dalam Bekerja Pakaialah Alat Pelindung Diri
- Mulailah Pekerjaan Dengan Semangat Dan Akhirilah Dengan Selamat.
- Hindarilah Kecelakan, Keluarga Anda Menanti Di Rumah.
- Kecerobohan Dan Kelalaian Sebab Utama Kecelakaan Kerja
- Upayakan Keselamatan & Kesehatan Kerja Mulai Dari Diri Dan Lingkungan
Anda Terdekat
- Sebelum Bekerja Pastikan Gambar Pedoman Dan Cara Kerja Anda Benar
- Periksa Dan Pastikan Semua Alat Dan Sarana Kerja Anda Dalam Keadaan
Baik Sebelum Anda Gunakan
- Jangan Melakukan Dan Mencoba Sesuatu Yang Tidak Anda Kuasai,
Panggilah Petugas Yang Benar

3.9.9 Implementasi Program K3 di Lapangan


Petugas yang kompeten di bidangnya akan digunakan untuk mengidentifikasi
masalah/bahaya yang potensial sebelum dimulainya pekerjaan. Instruksi tertulis untuk
pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko tinggi akan disiapkan. Peralatan
pengamanan/alat pelindung diri akan disediakan/dipakai dan dirawat dengan baik selama
pelaksanaan pekerjaan. Papan peringatan/poster K3 akan ditempatkan di tempattempat
yang potensial terhadap bahaya dan harus mudah dilihat oleh seluruh personil di lapangan
Program K3 lapangan akan memperhitungkan unsur-unsur berikut :

- Peraturan Dasar K3 Pemilik Proyek dan Pemerintah

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
- Rencana Pencegahan terhadap kehilangan
- Pertolongan Pertama/ Prosedur Medis
- Pelatihan Personil terhadap aspek-aspek K3
- Ijin Kerja
- Pencegahan / perlindungan terhadap Kebakaran
- Emergency Response Plan
- House Keeping
- Environmental Hazard
- Inspeksi dan audit terhadap Pencegahan Kehilangan dan Audit
- Penyelidikan terhadap kecelakaan
- Peraturan K3

3.9.10 Emergency Response Plan


Prosedur emergency response plan dikembangkan untuk semua insiden yang potensial
termasuk api, ledakan, bencana alam, dan lainlain. Prosedur ini meliputi sarana
berkomunikasi, fire fighting, sarana medis, keselamatan, evakuasi, dan sarana-sarana lain
yang mungkin diperlukan. Para personil pada suatu periode berkala dibimbing melalui
pertemuan-pertemuan K3, pelatihan penanggulangan keadaan darurat (Emergency Drill),
dan lain-lain.

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
3.9.11 Jenis Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Beserta Fungsinya
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja berdasarkan (Permenaker Pasal 1 dan 2 tahun 2010). Alat
pelindung diri wajib diberikan perusahaan kepada para pekerjanya sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara cuma-cuma. Pengusaha dan pengurus wajib
memasang rambu-rambu peringatan mengenai kewajiban memakai alat pelindung diri di
tempat kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis Alat
Pelindung Diri yang sering dipakai. Alat-alat APD terdiri dari alat pelindung kepala, alat
pelindung mata dan wajah, alat pelindung telinga, alat pelindung pernapasan, alat
pelindung tangan, alat pelindung kaki, pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh
perorangan.

a. Alat Pelindung Kepala


Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, kejatuhan benda tajam atau benda keras yang melayang di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia dan suhu yang ekstrim.
Jenis-jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau
tudung kepala dan lain-lain.
b. Alat Pelindung Mata dan Wajah
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang
melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas atau uap panas,
pancaran cahaya, dan benturan benda keras atau tajam. Jenis alat pelindung mata dan
muka terdiri dari kacamatan pengaman (spectacles), (goggles), perisai pengelas dan
perisai wajah
c. Alat Pelindung Telinga
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari
sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff)
d. Alat Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernapasan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat atau menyaring
cemaran bahan kimia, mikrorganisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas, dan lain-lain. Jenis alat pernapasan.
e. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan
jari-jari tangan dari semburan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan goresan. Jenis pelindung tangan terdiri
dari sarung tangan yang terbuat dari berbagai jenis dan berbagai bahannya
f. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau terbentur
dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, dan tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan (safety shoes).
Pada pekerjaan konstruksi dan pekerjaan yang berpotensi bahaya peledak, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin dan bahaya binatang.
g. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian
badan dari bahaya temperatur panas atau dingin, bendabenda panas, cairan, logam
panas, benturan dengan mesin, benturan dengan peraltan, tergores, dan lingkungan
seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung tediri dari rompi (vests),
jacket, jas hujan dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian badan
h. Alat Pelindung Jatuh Perorangan
Fungsi Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada pada
posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan menahan
serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar. Jenis alat
pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), tali koneksi

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
(lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penahan
jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain

3.10 Aspek Lingkungan


Aspek Lingkungan yang dimaksud adalah :
 Pengendalian air permukaan jalan
Pengendalian air permukaan jalan untuk kawasan proyek secara garis besar
direncanakan melalui :
 Pembuangan Limbah Cair
Apabila ada pembuangan limbah cair khususnya di AMP maupun kawasan industri
harus direncanakan menurut prinsip sebagai berikut :
 Sistem pengolahan limbah cair dikawasan industri, pusat bisnis dan jasa dilakukan
pada skala komunal dengan system modular, termasuk kawasan perumahan dilahan
reklamasi.
 Pemanfaatan waduk sebagai Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK) pada kawasan
perumahan waduk untuk system komunal.
 Untuk kawasan revitalisasi direncanakan dibangun mandi, cuci, kakus (MCK)
komunal dengan tangki septic terpadu yang melayani sekelompok perumahan
sesuai dengan ketersedian lahan.
 Bagi kawasan perumahan lainnya dipadukan dengan system pengelolaan air kotor
eksisting, (kecuali untuk kawasan perkantoran dan niaga dengan system
pengolahan modular).
 Pelaksanaan Konstruksi
 Berdasarkan pemahaman tersebut konsultan pengawas berpendapat bahwa dalam
Pekerjaan Pengawasan Teknis Jalan ini perlu dikaji aspek lingkungan saat
pelaksanaan konstruksi yang dalam hal ini menjadi tugas tenaga ahli lingkungan
atau dirangkap bisa dijalankan oleh Site Engineer.
 Untuk maksud tersebut sudah diperhitungkan dalam rencana anggaran biaya
laporan bulanan, adapun tabel Rencana Monitoring Manajemen Lingkungan seperti
Tabel berikut :

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Departemen Peke rjaan Umum
Direktorat Jende ral Bina Marga Lembar ke …. dari ….

FORMULIR HIMPUNAN PERHITUNGAN LALU LINTAS


SELAMA 24 JAM (FORMULIR LAPORAN)
Nomor Propinsi
Nama Propinsi
Nomor Pos
Lokasi Pos
Wilayah Pengaruh : Km……………. ke Km……………….
Tanggal
Tgl Bln Thn Arah Lalu Lintas
Kelompok Hitungan Dari
Periode Ke
Golongan 1 2 3 4 5a 5a 6a 6b 7a 7b 7c 8
Opelet, Pick-up-opelet,
Sepeda Motor, Sekuter
dan Kendaraan Roda

Suburban, Combi

Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon

Truk 2 Sumbu

Truk 2 Sumbu
dan Mini bus

Semi Trailer
Sedan, Jeep

Gandengan

Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran

4 Roda

6 Roda
Besar
Kecil
Tiga

Truk

Truk

Truk
Bus

Bus
dan

Waktu

Jumlah
Catatan
Pengawas :

( _______________)

7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga
Lembar ke …… dari …..
Nomor Propinsi :
Nama Propinsi :
Nomor Pos :
FORMULIR SURVEI PERHITUNGAN LALU LINTAS Lokasi Pos :
(FORMULIR LAPANGAN) Kelompok Hitung :
Periode :
Tanggal/Bulan/Tahun :
Arah Lalu Lintas, Dari : Ke : Wilayah Pengaruh : Km……………. ke Km……………….
GOL. 1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8

Waktu

Sepeda motor, sekuter Sedan, Opelet, pick-up-opelet, Pick-up, micro Bus Bus Truk Truk Truk Truk Truk Kendaraan
sepeda kumbang dan jeep dan suburban, combi dan truk dan kecil besar 2 sumbu 2 sumbu 3 sumbu Gandengan semi trailer tidak
roda 3 station wagon mini bus mobil hantaran (4 roda) (6 roda) bermotor

Petugas :
Pengawas :
7
Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab III -
9

Anda mungkin juga menyukai