Anda di halaman 1dari 8

BAB.

III
METODOLOGI
Banten adalah bagian dari wilayah Indonesia yang berada di Ujung Pulau Jawa, sudah dikenal secara
meluas sampai manca Negara sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, dibawah kekuasaan Sultan
Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu kota perdagangan rempah-
rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai pusat kerajaan Islam serta pusat perdagangan
nusantara. Pada masa itu Banten menjadi tempat tempat persinggahan para pedagang dari berbagai belahan
dunia, sekaligus menjadi pusat pertukaran dan persentuhan kebudayaan. Banten resmi menjadi sebuah
provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak tahun 2000, dibentuk melalui
Undang-undang nomor 23 tahun 2000, sebelumnya banten merupakan keresidenan sebagai bagian dari
wilayah Provinsi Jawa Barat. Sebagaimana Undang-undang nomor 23 tahun 2000 tersebut, tujuan
pembentukan Provinsi Banten adalah :
1. Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimasa yang akan datang.
2. Untuk mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan,
serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah.
Banten Masa Kini dan Mendatang Banten merupakan salah satu kawasan andalan nasional di Indonesia
dengan sektor andalan industri dan pariwisata. Kedua sektor andalan tersebut tersebar di wilayah
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Di
Banten terdapat pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun 1966 di Kota Cilegon dimana
sebagai cikal bakal tumbuhnya industri-industri baru, dan berkembangnya pelabuhan di Banten.
Pertumbuhan industri tersebut, mendorong kemajuan wilayah dan perekonomian daerah, sehingga secara
nasional Banten tergolong sebagai wilayah cepat tumbuh.
Untuk memacu perkembangan wilayah dan megakselerasi tumbuhnya industri di Banten, telah
diprogramkan beberapa pembangunan proyek strategis yang berskala nasional dan internasional, yaitu
pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara, pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera),
pengembangan Jaringan Jalan Cincin (ring road) pantai utara-selatan Baten, peningkatan jalan tol dan jalan
kereta api (double track), perluasan bandara Soekarno-Hatta, pembangunan supply air baku waduk karian,

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


peningkatan kapasitas power plant, jaringan kilang gas dan storage BBM, pengembangan kawasan
ekonomi khusus dan cluster industri petro kimia.(terbentuknya provinsi banten :
Supiana. Nana https://biroumum.bantenprov.go.id/terbentuknya-provinsi-banten)

3.1. Kondisi Geografis

Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara
administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 4 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota
Cilegon, dengan luas 9.160,70 Km2. Letak geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² -
106º7'12² BT dan 5º7'50² - 7º1'1² LS, dengan jumlah penduduk sebesar 12.548.986 Jiwa.

Letak di Ujung Barat Pulau Jawa memposisikan Banten sebagai pintu gerbang Pulau Jawa dan Sumatera
dan berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Posisi geostrategis ini
tentunya menyebabkan Banten sebagai penghubung utama jalur perdagangan Sumatera – Jawa bahkan
sebagai bagian dari sirkulasi perdagangan Asia dan Internasional serta sebagai lokasi aglomerasi
perekonomian dan permukiman yang potensial.

Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Barat dengan Selat Sunda, serta di
bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini mempunyai sumber daya laut
yang potensial. Berdasarkan posisi geografisnya, nten terletak di Ujung Barat Pulau Jawa

memposisikan Banten sebagai pintu gerbang Pulau Jawa dan Sumatera dan berbatasan langsung dengan
wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Posisi geostrategis ini tentunya menyebabkan Banten
sebagai penghubung utama jalur perdagangan Sumatera – Jawa bahkan sebagai bagian dari sirkulasi
perdagangan Asia dan Internasional serta sebagai lokasi aglomerasi perekonomian dan permukiman yang
potensial. Batas-batas wilayah Provinsi Banten meliputi :

a. Batas Utara : Laut Jawa,

b. Batas Selatan : Samudra Hindia,

c. Batas Barat : Selat Sunda,

d. Batas Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten sendiri terbagi menjadi
4 Kabupaten dan Kota dengan masingmasing luas wilayah terdiri dari :

1. Kabupaten Lebak dengan luas wilayah 3.426,65 km2

2. Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 2.746,89 km2

3. Kabupaten Serang dengan luas wilayah 1.734,28 km2

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


4. Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah 1011,86 km2

5. Kota Tangerang dengan luas wilayah 153,93 km2 6. Kota Cilegon dengan luas wilayah 175,50
km2.

6. Kota Serang dengan luas wilayah 266,71 km2

7. Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 147,19 km2

3.2. Kondisi Topografi dan Iklim


Provinsi Banten memiliki kondisi topografi antara 0 – 1.000 mdpl. Secara umum kondisi topografi wilayah
Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota
Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah
Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl
dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di Puncak Gunung
Sanggabuana dan Gunung Halimun. Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut
permukaan wilayah atau morfologi.

Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan
landai-sedang (bergelombang rendah sedang) dan perbukitan terjal. Iklim wilayah Banten sangat
dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim
penghujan (Nopember - Maret ) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Agustus),
cuaca di dominasi oleh angin Timur yang menyebabkan wilayah Banten mengalami Kekeringan yang
keras terutama di wilayah bagian pantai utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah
pantai dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian
antara 400 –1.350 m dpl mencapai antara 18º C –29º C. Curah hujan tertinggi sebesar 2.712 – 3.670 mm
pada musim penghujan bulan September – Mei mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Pandeglang
sebelah barat dan curah 335 – 453 mm pada bulan September – Mei mencakup 50% luas wilayah
Kabupaten Serang sebelah Utara, seluruh luas wilayah Kota Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten
Tangerang sebelah utara dan seluruh luas

wilayah Kota Tangerang. Pada musim kemarau, curah hujan tertinggi sebesar 615 – 833 mm pada bulan
April – Desember mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Serang sebelah utara, seluruh luas wilayah Kota
Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh luas wilayah Kota Tangerang,
sedangkan curah hujan terendah pada musim kemarau sebanyak 360 – 486 mm pada bulan Juni –
September mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah selatan dan 15% luas wilayah
Kabupaten Serang sebelah Tenggara.

3.3. Struktur Geologi

Berdasarkan kondisi geologinya, Provinsi Banten mempunyai bentang alam wilayah yang terdiri atas
pedataran sebagaimana yang terbentang antara Tangerang dan Serang, perbukitanbergelombang (antara
Serang – Pandeglang – Cibaliung) dan pegunungan yang tersebar di Bagian Selatan dengan puncak-puncak
G. Sanggabuana (1.919 m. dpl), G. Halimun (1929 m. dpl), G. Endut (1.297 m.dpl) dan G. Nyungcung
Keadaan bentuk bentang alam ini sangat berkaitan erat dengan kondisi geologi regional daerah Banten
yang merupakan bagian dari jalur/busur magmatic berumur Tersier-Kuarter yang membentang dari ujung
utara P.Sumatera sampai Nusa Tenggara yang dikenal sebagai Busur Magmatik Sunda-Banda (Sunda-
Banda Magmatic Arc – Hamilton,1976).

Di daerah Banten busur ini membentuk kubah, pematang dan kerucut gunungapi yang aktif. Kondisi
geologi seperti tersebut diatas menghasilkan potensi sumber daya mineral dan geowisata yang cukup
melimpah. Daerah berbatuan gunung api tua yang diterobos oleh batuan intrusif yang lebih muda,
merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam mulia dan logam dasar emas dan timbal. Sedangkan
daerah berbatuan gunung api lebih muda merupakan daerah prospek untukbahan galian industri seperti batu
pasir kuarsa, batu gunung, bentonit, zeolit, lempung, toseki dan tras juga bahan galian lain yang sangat
prospek seperti batu sempur (fosil kayu terkersikkan) dan batumulia seperti opal (kalimaya).

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


Selain itu daerah berbatuan sedimen tua dan muda sangat erat kaitannya dengan keterdapatan batubara dan
batugamping. Banten merupakan wilayah yang juga terdeformasi akibat tektonik kompresi di subduksi
Selat Sunda. Gunung api Krakatau menandakan bahwa wilayah Banten termasuk zona aktif yang sering
mengalami gempa periode 2009 – 2019. Fenomena gempa tektonik terjadi dan tersebar di perairan Selat
Sunda dan daratan Pulau Jawa dan Sumatera. Kelurusan terdiri dari arah struktur Meratus, Sunda dan Jawa.
Berikut seperti di dalamgeologi regional pola– pola struktur di daratan Pulau Jawa memiliki dominasi tiga
arah struktur utara – selatan, timurlaut – baratdaya, dan baratlaut – tenggara. Provinsi Banten merupakan
bagian kontinental yang terkenal dengan nama “paparan sunda” atau bagian dari kerak Benua Asia.Batuan-
batuan yang terdapat di Banten diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika geneis, meta batulanau,
batuan gunung api seperti tuf, tuf litik, batupasir tufan yang tersebar di bagian timur Banten.

3.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Provinsi Banten


Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan
pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu
daerah ke daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah satu sektor yang cukup besar
peranannya karena kontribusinya untuk menembus isolasi suatu daerah untuk pemerataan pembangunan
seluruh daerah. Panjang jalan di Provinsi Banten pada akhir tahun 2020 dengan jumlah total Panjang Jalan
adalah 1326,29 Km. dimana panjang jalan provinsi 762,03 Km atau 57,46%, dan panjang jalan Negara
564,26 Km atau 42,54%.
Jika dirinci menurut jenis permukaan jalan provinsi maka sepanjang 259.72km atau sebesar 34.08 persen
sudah beraspal, 502,31 km atau 65.92 % permukaan Kerikil dan Tanah. Dari seluruh jalan yang ada di
Provinsi Banten, hanya 598.44 km (78,53 %) dalam kondisi baik, sepanjang 120.99 km (15,88%) dalam
kondisi sedang, sedangkan sepanjang 15.83 km (2,08 %) dalam kondisi rusak dan sepanjang 26.77km (3.51
%) rusak berat.
3.5. Standar Teknis dan Referensi Hukum
2.5.1 Standar Teknis
a. Permen PU 17 tahun 2007, Pedoman Pelaksanaan Survei Data Titik Referensi Jalan.
b. RSNI 03-3426-2017, Cara Uji Survei Ketidakrataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan
Alat Tipe Respons.
c. ASTM E1926 - 08(2015), Standard Practice for Computing International Roughness Index
of Roads from Longitudinal Profile Measurements.
d. ASTM E1364 - 95(2017), Standard Test Method for Measuring Road Roughness by Static
Level Method.

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


e. Survei Perhitungan Volume Lalu lintas Jalan (R0, Pusjatan)
f. Pedoman No. 01/P/BM/2022 tentang Pedoman Pemeriksaan Jembatan;
g. SE Direktur Jenderal Bina Marga No. 01/SE/Db/2021 tentang Pedoman Survei
Pengumpulan Data Kondisi Jaringan Jalan.

2.5.2 Standar Hukum


a. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
b. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 79 Tahun 2013 tentang Sistem Lalulintas dan Angkutan
Jalan;
f. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.
h. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018
tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 760)
i. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 762)
j. Permen PUPR No 7/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2011
tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
03/PRT/M/2019tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.33/PRT/M/2006 tentang Pedoman
PelaksanaanSistem Pengendalian Manajemen Jasa Pelaksanaan Konstruksi di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum.
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.34/PRT/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Kontrak Jasa Konsultansi di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu
(SMM) Departemen Pekerjaan Umum.
p. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 248/KPTS/M/2015
tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya
Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1;
q. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 290/KPTS/M/2015
tentang Penetapan Ruas Jalan menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional;
r. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 897/KPTS/M/2017
tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli
untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi.
s. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terkait.
t. SE Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 19/SE/M/2016 tentang
Penentuan Indeks-Kondisi Perkerasan.
u. SE Direktur Jenderal Bina Marga No. 01/SE/Db/2021 tentang Pedoman Survei
Pengumpulan Data Kondisi Jaringan Jalan.
v. Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga.
w. Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) Nomor 04/SE/Db/2017 Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga.
x. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 7 tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten tahun 2017-2022.
3.6. Pendekatan dan Metodologi
Pola pikir pelaksanaan studi ini dikembangkan atas dasar latar belakang, maksud dan tujuan, dan lingkup
studi yang disampaikan pada KAK. Untuk dapat menyusun suatu studi yang komprehensif maka perlu
dipahami konteks studi secara holistik yang menyangkut semua issue, aspek normatif, lingkungan strategis,
dan semua elemen sistem yang terkait dengan Inventarisai Data Jalan dan Jembatan dan Provinsi Banten.
Lingkup pekerjaan menurut Kerangka Acuan Kerja ini, mencakup :

a. Survei Inventori Jaringan jalan (Titi Reffrensi dan RNI)


b. Survei Profil Memanjang (Ketidakrataan Jalan - IRI)
c. Survei Kondisi Jalan (RCS)
d. Survei Perhitungan Lalu Lintas
e. Survei Kondisi Jembatan
f. WebGis Online

Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8


Survey Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bab II - 8

Anda mungkin juga menyukai