Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PAENGGUNAAN LAHAN DAN

POLA KERUANGAN KOTA

NAMA KELOMPOK
MUHAMMAD FITROTUN N (14040274036)
BATARA FATHIR S (14040274056)
MOH.ABDUL AZIZ (14040274096)

DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................... 3
1

Pendahuluan.......................................................................................................... 3
POLA KERUANGAN KOTA..................................................................................... 3
1.2 . TUJUAN....................................................................................................... 4
- Mengetahui pola kota pasuruan....................................................................4
- struktur penggunaaan lahan kota pasuruan.................................................4
- digitasi pengklasifikasian kota pasuruan.......................................................4
- kondisi fisik kota pasuruan............................................................................ 4
BAB II..................................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI.................................................................................................. 5
STRUKTUR PANGGUNAAN LAHAN KOTA A. Menurut teori KONSENTRIK..............5
BAB III.................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
2.1.1.Profil Geografis.......................................................................................... 6
2.1.2.Profil Topografi........................................................................................... 6
2.1.3.Profil Geohidrologis....................................................................................7
2.1.4.Profil Klimatologi........................................................................................ 8
2.2PROFIL ADMINISTRATIF..................................................................................8
Fungsi Kota....................................................................................................... 11
Pengembangan Fungsi Kota..............................................................................12
Delineasi Bagian Wilayah Kota dan Unit Ungkungan........................................13
Aspek Pusat-Pusat Kegiatan & Dominasi Pcmanfaatan Lahan.......................13
Pola Dan Intensitas Penggunaan Lahan Kota.................................................14
BAB IV.................................................................................................................. 15
KESIMPULAN........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16

BAB I
Pendahuluan
POLA KERUANGAN KOTA
1 DEFINISI KOTA
A. Menurut MENTERI DALAM NEGERI RI NO. 4/1980
1.KOTA adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah
2. KOTA adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris
B. Secara GEOGRAFIS
2

KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami
dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang
heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.
2 CIRI FISIK KOTA
Ciri Fisik Kota
- Adanya sarana ekonomi, Gedung pemerintahan, Alun-alun, Tempat parker,
Sarana rekreasi, Sarana olah raga, Komplek perumahan
3 CIRI MASYARKAT KOTA
Ciri Masyarakat Kota
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Sikap penduduk bersifat individualistik
- Hubungan sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan)
- Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk komplek-komplek
tertentu
- Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup kota lebih rasional
4 KLASIFIKASI KOTA
A. Menurut Jumlah Penduduk
1. Kota Kecil =penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
2. Kota sedang =penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
3. Kota besar =penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
4. Metropolitan =penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
5. Megapolitan =penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa
B. Menurut tingkat perkembangan
1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah
kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya
sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.

1.2 . TUJUAN

- Mengetahui pola kota pasuruan

- struktur penggunaaan lahan kota pasuruan

- digitasi pengklasifikasian kota pasuruan

- kondisi fisik kota pasuruan

BAB II
LANDASAN TEORI
STRUKTUR PANGGUNAAN LAHAN KOTA
A. Menurut teori KONSENTRIK
Teori konsentrik dikemukakan oleh E. W. BURGESS.
Menurut teori ini daerah perkotaan dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu:
4

1. Pusat Daerah Kegiatan (PDK) juga disebut CBD (Central Bussiness District)
dicirikan dengan adanya pusat pertokoan, kantor pos, bank, bioskop dan pasar.
2. Wilayah Transisi ditandai dengan industri manufaktur, pabrik dan pola
penggunaan lahan merupakan pola campuran.
3. Wilayah pemukiman masyarakat yang berpendapatan rendah.
4. Wilayah pemukiman masyarakat berpenghasilan menengah.
5. Wilayah pemulkiman penghasilan tinggi.
B. Teori SEKTORAL
Teori ini dikemukakan olehHOMER HOYT. Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit
kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi
membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas.
Dalam toeri ini HOMER, berpendapat:
1. Daerah-daerah yang memiliki harg atanah atau sewa tanah tinggi biasanya
terletak di luar kota.
2. Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan
jakur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan.
3. Zona pusat adalah pusat daerah kegiatan (PDK)
C. Teori INTI GANDA
Teori ini dikemukakan oleh HARRIS dan ULLMAN.
Berdasarkan keadaan tata ruang kota dapat dikelompokkan menjadi:
1. Inti Kota (Core Of City)
Inti Kota adalah wilayah kota yang digunakan sebagai pusat kegiatan, ekonomi,
pemerintahan dan kebudayaan. Wilayah ini disebut juga CBD ( Central Businness
Districs)
2. Selaput Inti Kota
Selaput Inti Kota adalah wilayah yang terletak di luar inti kota, sebagai akibat
daritidak tertampungnya kegiatan dalam kota.
3. Kota Satelit
Kota Satelit adalah suatu daerah yang memiliki sifat perkotaan dan pusat
kegiatan industri.
4. Sub Urban Daerah sekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah
pemukiman.

BAB III
PEMBAHASAN
2.1.1.Profil Geografis
Posisi Kota Pasuruan berada diantara garis 112 45 hingga 112 55
Bujur Timur dan 7 5 sampai 7 45 Lintang Selatan. Posisi Kota
5

Pasuruan dalam pengembangan wilayah, termasuk strategis mengingat ia


berada di persimpangan yang menghubungkan 3 kota besar, yakni:
Surabaya - Bali dan Bali - Malang.
Wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran rendah dengan ketinggian
rata-rata 4 m di atas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah
yang agak miring ke timur dan utara antara 0-3%. Keberadaan tersebut
disamping menguntungkan juga merugikan karena di musim penghujan
rawan banjir terutama di wilayah bagian Utara. Hal ini disebabkan karena
daerah tersebut terdapat bagian yang cekung sehingga menghambat
pembuangan air ke laut.
Kota Pasuruan berbatasan dengan Selat Madura di sebelah Utara, yang
memisahkan wilayah Kota dengan Pulau Madura. Di Sebelah Timur
berbatasan dengan wilayah Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
Sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kraton dan di
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pohjentrek Kabupaten
Pasuruan. Kota Pasuruan merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki luas wilayah administratif terkecil, yang terbagi atas
3 kecamatan dan 34 kelurahan.
Selayaknya wilayah perkotaan, sebagian besar luas wilayah digunakan
untuk permukiman. Lebih dari 50% luas lahan digunakan untuk bangunan
yaitu 1.909,94 Ha, sedangkan 30,58% luas lahan digunakan untuk lahan
sawah.

2.1.2.Profil Topografi
Bentang alam Kota Pasuruan bisa dikatakan relatif datar dengan
kemiringan antara 0 1%. Seluruh wilayah kota berada di dataran rendah
khas pesisir utara Jawa dengan ketinggian rata-rata 4 meter diatas
permukaan laut.

2.1.3.Profil Geohidrologis
Kota Pasuruan terbentang diatas dataran tanah aluvial yang dibentuk dari
campuran bahan-bahan endapan bersumber dari daerah tuf vulkanis
intermedier pegunungan Tengger di sebelah selatan, bukit lipatan dan
batuan endapan berkapur Raci di bagian barat dan Grati di bagian timur.
Jenis tanah aluvial (secara harfiah berarti endapan) ini hanya mungkin
terbentuk di daerah yang sering atau baru saja mengalami banjir. Tanah
jenis ini masih muda riwayat umurnya hingga morfologinya belum
menampakkan lapisan-lapisan memanjang hasil perkembangan tanah
seturut waktu (sering disebut diferensiasi horison). Hal yang khas pada
pembentukan tanah aluvial ialah bagian terbesar bahan kasar akan
diendapkan tidak jauh dari sumbernya, makin jauh dari sumbernya makin
halus butir yang diangkut.
6

Karena tanah aluvial terbentuk akibat banjir, maka sifat bahanbahannya


juga tergantung pada kekuatan banjir, asal serta macam bahan yang
diangkut, sehingga menampakkan ciri morfologi berlapis yang bukan
horison karena bukan hasil perkembangan tanah.
Jenis tanah di Kota Pasuruan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1)Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di
sepanjang pesisir pantai, meliputi kurang lebih 15% dari luas areal kota.
Tanah jenis ini terbentuk dari bahan induk campuran endapan baru dari
sungai dan laut. Dalam keadaan basah ia mengembang dan lengket,
sebaliknya ketika kering ia jadi berkerut, bercelah dan keras. Keasaman
tanah netral sampai mendekati basa. Kadar hara N, F, K, Ca dan Mg cukup
tinggi namun kadar Na dan CI juga tinggi. Jadi sebenarnya ini tidak sesuai
untuk lahan pertanian. Tanah ini lebih sesuai untuk budidaya tambak dan
ladang garam.
(2)Tanah alluvial, menyebar di daerah tengah hingga ke selatan kota.
Terbentuk dari bahan endapan yang asalnya di selatan kota. Belum
menampakkan perkembangan penampang, berwarna kelabu tua,
bertekstur liat berdebu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah
mengembang dan melekat, apabila kering tanah akan berkerut dan keras.
Secara alami tanahnya agak kedap udara dan tata aerasinya kurang
lancar, sehingga drainase pada umumnya terhambat. Tingkat keasaman
tanahnya termasuk netral dengan pH 6.5 7.5, kadar hara N rendah,
P2CO5 sedang dan K2O tinggi sekali. Tanah jenis ini sesuai untuk
budidaya tanaman dengan catatan perlu perhatian khusus pada sistem
pembuangan airnya.
Kota Pasuruan dilalui beberapa sungai, yaitu di sebelah barat dilewati
Sungai Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong dan Sungai
Petung mengalir di bagian timur. Ketiga sungainya berfungsi sebagai
drainase alami yang seluruhnya bermuara di utara kota mengalir bebas
menuju lautan Selat Madura. Muara Sungai Gembong punya fungsi lain
yaitu sebagai pelabuhan pelayaran sungai yang hanya dapat difungsikan
ketika air sedang pasang naik.
Sungai-sungai itu memiliki daerah aliran yang sempit sehingga sering
terjadi banjir sebagai akibat luasan penampang sungai yang tak memadai
untuk menampung curah hujan. Tingkat kandungan sedimen yang terlarut
dalam air sungai Gembong dan Welang pada saat banjir cukup besar.
Bila ditinjau dari potensi sumber air secara umum, di Kota Pasuruan pada
saat ini yang kondisinya tergolong baik terdapat di wilayah selatan kota,
karena pada umumnya bersumber dari mata air. Sedangkan wilayah kota
bagian barat, utara dan tengah pada umumnya masih terdapat problem
kesulitan air.

2.1.4.Profil Klimatologi
Iklim di Kota Pasuruan secara umum tidak berbeda dengan iklim di
Indonesia yang mempunyai iklim tropok basah yang dipengaruhi oleh
angin monsoon Barat dan Monsun Timur. Dari Bulan November hingga
Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dengan membawa banyak
uap air yang menyebabkan musim penghujan dimana-mana. Sedangkan
dari bulan Juni hingga Oktober, angin bertiup dari Selatan Tenggara Kering
dengan membawa sedikit uap air yang menyebabkan musim kemarau
dimana-mana.

2.2PROFIL ADMINISTRATIF
Wilayah administrasinya dibatasi lautan Selat Madura di sisi utara kota
dan Kabupaten Pasuruan mengepung di sisi-sisi yang lain, yaitu
Kecamatan Rejoso di sebelah timur, Kecamatan Pohjentrek di selatan dan
Kecamatan Kraton di barat.
Kota seluas 36,58 Km2 ini dibagi dalam 3 kecamatan dan terbagi lagi
menjadi 34 kelurahan.:
Lahan di Kota Pasuruan banyak dimanfaatkan sebagai permukiman,
pertanian, industri, perkantoran, sekolah, pasar dan pekarangan.

Gambar 2.1. Wilayah permukiman

(Sumber : wikimapia.org)

Di wilayah pesisir sebagian lahan digunakan untuk tambak yaitu di


sepanjang pantai bagian timur hingga barat.
8

Gambar 2.2. Wilayah pesisir yang dimanfaatkan untuk tambak

(Sumber : wikimapia.org)

Bagi lahan yang dimanfaatkan sebagai sawah biasanya telah berpengairan


teknis. Mutu airnya cukup baik mengingat sumbernya berasal dari daerah
vulkanis yang kaya mineral hara. Tanaman utama adalah padi, yang ditanam
pada musim penghujan maupun kemarau. Untuk menanam palawija pada musim
kemarau perlu perlakuan khusus, sebab keadaan drainase umumnya kurang
lancar.

Gambar 2.3. Wilayah yang dimanfaatkan untuk sawah

(Sumber : wikimapia.org)

Di wilayah Kelurahan Blandongan, terdapat fasilitas Tempat Pembuangan


Akhir Sampah (TPA) seluas 2 hektar.

Gambar 2.4. Wilayah TPA Blandongan

a.

(Sumber : wikimapia.org)

Wilayah Terbangun
Dari total luas wilayah Kota Pasuruan, sekitar 65.85%-nya berupa wilayah
terbangun. Kecamatan Bugul Kidul adalah wilayah terbesar. Luasnya hampir
mencapai separuh luas wilayah kota dengan wilayah terbangun hampir
mendekati 70% dari luas wilayah kecamatannya. Sedangkan Kecamatan
Purworejo adalah kecamatan dengan luas wilayah terkecil (tidak sampai
seperempat

luas

wilayah

kota)

namun

wilayah

terbangunnya

hampir

mencapai 70% dari luasnya.


b.

Kerapatan Bangunan

Bila dianggap dalam satu keluarga berisi 5 jiwa, maka rumah di Kecamatan
Purworejo sejumlah 1.330 per km2, Kecamatan Gadingrejo 1.046 rumah/km2,
sedangkan Kecamatan Bugul Kidul kepadatannya 541 rumah/km 2. Jadi
Kecamatan Purworejo-lah yang paling padat, terutama di Kelurahan Karanganyar
( 331 rumah/km2 ).

Fungsi Kota
Hierarki fungsional kota dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :

Status administrasi

Ukuran jumlah penduduk


10

Kelengkapan fungsi pelayanan perkotaan.

Ketiga aspek tersebut pada dasarnya berkaitan satu sama lain dan
menunjukkan sejauhmana hierarki kota dalam lingkup wilayah atau sistem
kotanya. Kota-kota menurut status ini hanya menunjukkan tempat kedudukan
administrasi pemerintahan pada tingkat Kota dan kecamatan yang ada
dibawahnya.
Hierarki kota yang lebih dapat diandalkan adalah dengan melihat
kelengkapan fungsi pelayanan yang ada pada tiap kota tersebut. Makin tinggi
kelengkapan fungsi pelayanan yang dimiliki, dapat menunjukkan tingkat hierarki
pelayanan yang makin tinggi. Untuk menganalisis hierarki fungsional kota-kota di
Kota Pasuruan, status administrasi ukuran jumlah penduduk akan dijadikan
acuan sebelum menganalisis kelengkapan fungsi pelayanannya.
Sebelumnya, perlu ditentukan batasan atau pengertian fungsi kota. Kota
secara umum dapat disimpulkan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai:
1. Pusat kegiatan yang membentuk wilayah pelayanan tertentu (lokal atau lebih
luas)
2. Simpul jasa perhubungan/komunikasi yang meliputi kegiatan pengumpulan,
pemasaran maupun produksi barang-barang.
3. Tempat fungsi tertentu yang didasarkan pada suatu jenis kegiatan yang
dominan.
Adanya keterbatasan data fasilitas perkotaan yang ada di tiap kota, maka
analisis

yang

dilakukan

mempergunakan

unit

pengamatan

pada

tingkat

kecamatan, hal ini didasarkan pada pertimbangan praktis. Asumsinya jika suatu
kecamatan mempunyai kelengkapan fasilitas yang besar, maka pemusatan
fasilitas tersebut dianggap berada pada ibukota kecamatan tersebut. Hasil
analisis ini dapat dijadikan dasar bagi :
1. Penentuan hierarki/orde kota berdasarkan kelengkapan fungsi pelayanan
kotanya.
2. Penelaahan

lebih

lanjut

dengan

mengaitkan

jangkauan

atau

skala

pelayanannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas (regional/ Kota atau subregional/BWK).
3. Penafsiran perlunya peningkatan fungsi pelayanan kota tertentu untuk
'memperbaiki' hierarki kota yang ada

11

Pengembangan Fungsi Kota


Pengembangan fungsi Kota Pasuruan pada dasarnya bergantung pada
hierarki kota tersebut, dilihat dari ukuran jumlah penduduknya (hierarki
penduduk), maupun hierarki fungsionalnya. Dalam kaitan ini kota yang
dikembangkan secara umum mempunyai fungsi utama sebagai berikut:

sebagai pusat kegiatan yang membentuk suatu wilayah pelayanan tertentu.

sebagai simpul jasa perhubungan, yang mencakup kegiatan pengumpulan,


produksi maupun pemasaran.

sebagai tempat fungsi tertentu yang didasarkan pada suatu kegiatan


dominan.
Selain itu, pengembangan fungsi kota perlu pula mempertimbangkan

adanya sektor-sektor strategis


sektor

pada kota dan wilayah pelayanannya. Sektor-

yang dipandang strategis pengembangannya telah diidentifikasi dan

kepentingan penataan ruangnya telah dirumuskan sub bab terdahulu. Hasil


analisis terhadap kelengkapan fasilitas perkotaan (eksisting) mengindikasikan
berbagai fungsi kota sebagai berikut:

pusat pemasaran dan perdagangan serta jasa

pusat perhubungan dan komunikasi

pusat kegiatan pertanian

pusat kegiatan pariwisata

pusat kegiatan sosial/masyarakat.


Untuk pengembangan kota di Kota Pasuruan pada masa yang akan datang,

maka perlu adanya pengembangan fungsi-fungsi di atas yang sesuai dengan


jumlah penduduk dan wilayah yang dilayani. Disamping itu perlu juga
dipertimbangkan kaitannya dengan peranan kota sebagai pusat-pusat bagian
wilayah kota (seperti dinyatakan dalam Repelitada). Dalam hal ini kota-kota
tersebut

perlu

dikembangkan

agar

dapat

mendukung

kebijaksanaan

pengembangan sektor-sektor yang berada dalam wilayah pengembangannya.

Delineasi Bagian Wilayah Kota dan Unit Ungkungan


Penetapan delineasi bagian wilayah kota di Wilayah pada awalnya dilakukan
dengan berdasarkan pada keadaan wilayah terbangun dan keberadaan sarana di
suatu bagian wilayah. Sejalan dengan perkembangan saat ini pertimbangan
penetapan

delineasi

bagian

wilayah

kota

tidak

hanya

didasarkan

pada

pertimbangan kawasan terbangun saja akan tetapi harus dipertimbangkan


dengan melihat perkembangan yang terjadi: masalah pengembangan sawah
12

beririgasi teknis, pergeseran kebijaksanaan tentang penataan ruang serta


adanya paradigma-paradigma baru. Penetapan delineasi bagian wilayah kota
tidak harus berdasarkan batasan administrasi, hal ini agar tidak terjadi bias
dalam penetapan batasan wilayahnya yang disesuaikan dengan variabel yang
telah disebutkan di atas. Dengan melihat keadaan tersebut maka

penetapan

delineasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

Ketersediaan lahan pada wilayah kecamatan

Kecenderungan perkembangan wilayah Kecamatan dan orientasi pergerakan


wilayah

Kecenderungan perkembangan kawasan terbangun

Paradigma-paradigma baru yang berkembang saat ini

Pembatasan sawah teknis untuk tidak dikonversikan ke penggunaan lainnya

Kebijaksanaan-kebijaksanaan

lain

yang

mendasari

seperti

telah

ditetapkannya peraturan perundang-undangan tentang penataan ruang


wilayah.

Aspek Pusat-Pusat Kegiatan & Dominasi Pcmanfaatan Lahan


Pusat-pusat kegiatan dan dominasi kegiatan pada suatu wilayah ditentukan
oleh potensi suatu wilayah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
pendukungnya, dengan kata lain bahwa terkonsentrasinya jenis kegiatan
tertentu pada suatu wilayah ditentukan oleh adanya potensi wilayah tersebut
dilihat dari beberapa aspek berupa posisi/lokasi kawasan terhadap wilayah lain
yang akan menjadi orientasi yang lebih luas selain itu ditunjang dengan sudah
terdapatnya beberapa sarana dan prasarana pendukung pada kawasan tersebut.
Timbulnya pusat-pusat kegiatan dan dominasi kegiatan tidak terlepas pula dari
adanya arahan/kebijaksanaan pemerintah terhadap pengembangan wilayahnya,
sehingga alokasi pembangunan sarana dan prasarana penunjang terkonsentrasi
pada kawasan tersebut.
Pola Dan Intensitas Penggunaan Lahan Kota
Intensitas penggunaan lahan dan bangunan di Kota Pasuruan dapat dikaji dari
pendekatan

terhadap

Koefisien

Dasar

Bangunan

(KDB),

Koefisien

Lantai

Bangunan (KLB), Angka Ruang Terbuka (ART) dan Angka Intensitas Penggunaan
Lahan (AIPL). Istilah Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau Angka Lantai Dasar
(ALD) digunakan untuk mengganti istilah "Building Coverage" (BC) yaitu
membandingkan antara luas total lantai dasar bangunan dan luas lahannya.
Angka Lantai Dasar untuk kawasan terbangun di Kota Pasuruan umumnya
berkisar antara 40 - 100 %. Adanya Angka KDB yang tinggi pada beberapa lokasi
13

seperti di kawasan sekitar pasar dan kawasan perdagangan, kawasan di sekitar


Kantor Kecamatan dan beberapa lokasi lainnya yang sporadis disebabkan karena
adanya pemukiman dengan pemakaian halaman bersama, sehingga batas luas
lahan yang sebenarnya menjadi tidak jelas.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) digunakan untuk mengganti istilah "Floor
Area Ratio" (FAR) yaitu angka perbandingan antara jumlah total luas lantai
bangunan terhadap luas lahan. Pada umumnya angka KLB di Pasuruan sama
dengan

angka

KDB

(KLB=KDB)

yang

menunjukkan

bahwa

intensitas

penggunaannya relatif masih rendah dan belum mengarah kepenggunaan lahan


secara vertikal meskipun, dan apabila dilihat di kawasan pusat kota lebih
mengarah pada KLB yang lebih besar dari pada KDB nya, hal ini karena
ketersediaan lahan (dataran) sangat terbatas bahkan pada bagian tertentu di
pusat kota terdapat rumah bertingkat 2. Angka Ruang Terbuka (Open Space
Ratio) yaitu perbandingan antara luas ruang terbuka dengan luas lantai
bangunan yang berdiri di atasnya. Angka ART yang tertinggi umumnya berlokasi
pada kawasan-kawasan yang KDBnya tinggi pula.
Angka Intensitas Penggunaan Lahan (AIPL) merupakan tafsiran lebih lanjut
angka-angka dari faktor-faktor yang disebut terdahulu guna mengetahui
intensitas penggunaan lahan. Untuk Kota Pasuruan angka AIPL khususnya untuk
kawasan pemukiman dan perdagangan berkisar antara 12-13, sedangkan
kawasan lainnya belum berkembang. Pola Intensitas penggunaan lahan secara
umum menunjukkan bahwa kota ini masih belum menunjukkan tingkat
perkembangan kekotaan yang mapan. Intensitas penggunaan lahan yang
terdapat pada beberapa tempat lebih menunjukkan karena faktor-faktor sosialbudaya setempat yang lebih berorientasi terhadap tempat kerja (perikanan).
Kondisi ini dikuatkan pula dari segi diversifikasi kegiatan kota yang masih belum
berkembang seperti perdagangan dan jasa. Di masa yang akan datang sejalan
dengan peningkatan fungsi Kota Pasuruan

BAB IV
KESIMPULAN
Pusat-pusat kegiatan di Kota Pasuruan saat ini terdapat pada beberapa
kutub wilayah dan dapat dipilah menurut sektor kegiatan yang diunggulkan
seperti:

Pusat kegiatan pemerintahan skala Kota terdapat di Kecamatan Purworejo,


14

karena di wilayah Kecamatan Purworejo saat ini terkonsentrasi sarana dan


prasarana pemerintahan tingkat Kota, sedangkan dominasi kegiatannya
terkonsentrasi pada kegiatan pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan sosial berupa domjnasi ketersediaan
sarana dan prasarana sosial.

Pusat kegiatan pemerintahan skala sub regional terdapat pada 2 wilayah yang
sekaligus saat ini dikembangkan sebagai wilayah pusat pengembangan BWK,
dimana dominasi kegiatannya ditujukan untuk pelayanan tingkat kecamatan
serta kecamatan lainnya yang menjadi wilayah belakang dengan ciri dan
kondisi fisik wilayah serta potensi pengembangan yang hampir serupa.

Pusat

kegiatan

industri

yang

dialokasikan

pada

kawasan

barat

serta

keberadaan pabrik-pabrik di wilayah Kecamatan Gadingrejo.

Pusat-pusat kegiatan di atas secara umum akan mendukung keseluruhan


wilayah Kota Pasuruan sesuai dengan karakteristik potensi dan kendala yang
ada pada setiap wilayah pengembangan kawasan.
Apabila

dilihat

dari

setiap

penggunaan

lahan,

dominasi

kegiatan

pemukiman masih terkonsentrasi pada lokasi pusat-pusat kegiatan serta pada


sisi jaringan jalan yang mempunyai keuntungan akses dan pelayanan prasarana
lain seperti tersedianya jaringan listrik, pelayanan air bersih, telekomunikasi dan
prasarana pendukung lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

15

- GOOGLE ERTH

- https://id.wikipedia.org/

- pasuruankota.go.id

16

Anda mungkin juga menyukai