Anda di halaman 1dari 45

Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah


Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

BAB IVGAMBARAN UMUM PROFIL WILAYAH


KABUPATEN BUTON TENGAH

4.1. Kondisi Geografi dan Geologi


4.1.1. Kesampaian Wilayah

Kabupaten Buton Tengah dapat dijangkau atau dicapai dari


Jakarta melalui pesawat transit di Makassar dan terus ke Bandara
Betoambari di Kota Baubau kemudian menyeberang ke Pelabuhan
Wamengkoli.Alternatif lain adalah pesawat terbang langsung
Jakarta Kendari atau transit di Makassar kemudian ke
Kendari,dari Kendari dapat ditempuh dengan kapal cepat ke
Baubau baru kemudian menyeberang ke dermaga Wamengkoli di
Waara. Bagi para petualang dapat memanfaatkan jalan darat dari
Kendari ke Konawe Selatan dan terus menyeberang ke Tampo (
Muna ) dari Torobulu, langsung ke Buton Tengah.
Sebenarnya sekiranya Bandara Sugi Manuru di Kota Raha
(Kabupaten Muna ) dapat diaktifkan kembali,maka pesawat bisa
dari Makassar ke Raha dan dapat langsung ke Labungkari
(Ibukota Kabupaten Buton Tengah). Kedepan jika Kabupaten
Buton Tengah perekonomian dan pariwisatanya dapat
berkembang pesat maka tidak menutup kemungkinan dapat
dibangun bandara yang mengakses Bandara Hasanuddin-
Makassar sebagai pintu gerbang Indonesia Timur.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk dapat mencapai ODTW di
Kabupaten Buton Tengah dapat ditempuh melalui mode udara
seperti yang telah dijelaskan,yang diteruskan dengan mode laut
dan mode darat. Demikian juga bagi kapal pesiar dalam Nusantara
maupun mancanegara dapat berlabuh langsung di Pelabuhan
Wamengkoli atau perahu-perahu yacht dapat langsung masuk ke

IV-1
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Teluk Lasongko. Untuk sementara kegiatan Kepariwisataan Buton


Tengah tidak dapat dilaksanakan dari kunjungan wisata ke kota
Baubau dan Kabupaten Wakatobi. Oleh sebab itu kegiatan wisata
di kabupaten Buton Tengah harus tampil berbeda dan saling
melengkapi dengan ODTN yang telah ada di kedua wilayah
tersebut.

Bahwa kunjungan wisatawan akan sangat tergantung kepada


ketersediaan informasi yang ada dari ODTN yang dimiliki oleh
kabupaten Buton tengah serta sistem kemasannya yang memiliki
daya tarik wisatawan untuk mengunjunginya.

4.1.2. Unsur Geografis

Meliputi :

1. Relief dan Kelerengan


Secara fisiografi Kabupaten Buton Tengah terdiri atas beberapa
relief topografi yakni sebagai berikut :
(a).Relief perbukitan (Bukit Wanepanepa,Wadiabero,Bukit
Bombonawulu di Lolibu-Lasongko/Wajo dan Wambuloli-
Lagili).
(b).Relief dataran tinggi yang hampir diseluruh wilayah
Kabupaten Buton Tengah.
(c).Relief Teluk ( Teluk Lasongko,Teluk Lianabanggai,Teluk
Kolowa/Tolandona dan Teluk Lombe serta Teluk Nambo)
(d).Selat Baruta sebagai bagian dari Selat Buton yang sangat
sempit dengan arus badai bolak-balik yang sangat keras.
Sekeliling pantai mulai dari selat Buton dari Walengkabola
Watulea - Lombe di timur ; Wamengkoli Waara - Teluk
Lasongko - Teluk Lianabanggai - Mawasangka sampai tepi-tepi
perbatasan dengan Kabupaten Muna Barat pantainya diisi oleh

IV-2
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

keberadaan terumbu karang ( coral reef ). Pada bagian barat


terdapat selat Muna -Selat Tiworo.
Ditinjau dari aspek kelerengan,maka wilayah Kabupaten Buton
Tengah dapat dikelompokkan ke dalam:
(a). Kelerengan 0-3 % sepanjang Pantai Barat Mawasangka -
Tampunawou dan Lombe Watulea
(b). Kelerengan 3-8 % pada bagian tengah dan timur (
Katukobari - Lasongko)
(c). Kelerengan 8-15 % disekitar perbukitan Lolibu
Wambuloli Wanepanepa - Bombonawulu
(d). Kelerengan >15 % berada pada perbukitan Lolibu -
Wambuloli Wanepanepa - Bombonawulu.

Adapun peta kelerengan Kabupaten Buton Tengah dapat


dilihat pada gambar 4.1 berikut :

Akan dibuat oleh Tim GIS Konsorsium

Gambar 4.1 Peta Kelerengan Kabupaten Buton Tengah

IV-3
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

2. Topografi dan Rupa Bumi


Berdasarkan relief dan kelerengan diatas,maka topografi di
Kabupaten Buton Tengah dapat dibedakan ke dalam :
(a). Topografi perbukitan yang terdapat pada bagian tengah
dari Kabupaten Buton Tengah
(b) Topografi bergelombang pada kaki perbukitan dan
(c) Topografi dataran pantai pada bagian barat Buton Tengah
yang cukup dominan,bagian Selatan dan bagian Timurnya.

Kondisi fisiografi,relief,kelerengan, dan topografi/rupa bumi


tersebut di atas adalah sangat dipengaruhi oleh topografi karst
yang berasal dari endapan batu gamping/batu kapur yang
hampir menutupi seluruh wilayah Kabupaten Buton Tengah
ini.

4.1.3.Satuan Geomorfologi

Satuan geomorfologi Kabupaten Buton Tengah dibentuk oleh


proses konstruksi bumi yang terjadi pada jutaan tahun pada
zaman tersier akhir dan kuarter awal. Berdasarkan kondisi geologi
kuarter tersebut,maka satuan geomorfologi dapat dikelompokkan
menjadi :
1.Perbukitan
2.Dataran tinggi Kantolobea, Wasindoli yang meliputi seluruh
wilayah yang mengelilingi kawasan perbukitan
3.Dataran rendah pantai Mawasangka Tampunawou Tapi-tapi -
Lombe dan sekitarnya mengitari seluruh pantai Barat,pantai
Selatan dan pantai Timur.

Adapun peta satuan geomorfologi Kabupaten Buton Tengah dapat


dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.

IV-4
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Gambar 4.2 Peta Morfologi Kab. Buton Tengah

4.1.4.Satuan Litostratigrafi

Satuan Litostatigrafi adalah susunan stratigrafi batuan


pembentuk kerak bumi,khususnya yang menyusun daratan
kabupaten Buton Tengah berdasarkan peta geologi yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (
P3G) Bandung Tahun 1995 seperti tampak pada gambar 4.3
berikutnya. Adapun susunan Litostratigrafi di daerah ini adalah
jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan Geologi Pulau
Buton tetangganya.

IV-5
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Gambar 4.3 Peta Geologi Kabupaten Buton Tengah

Susunan Litostratigrafi Kabupaten Buton Tengah terdiri dari :

1. Formasi SAMPOLAKOSA ( Tumps ),tidak tersingkap tetapi


diduga merupakan basement atau batuan dasar dari
litostratigrafi yang ada di wilayah ini. Formasi ini disusun oleh
Napal yang berlapis tebal sampai masif,dengan sisipan
kalkarenit ( batu gamping pasiran ) pada bagian tengah dan
bagian atasnya,serta banyak mengandung fossil foraminivora
besar dan kecil sebagai indikasi diendapkan pada lingkungan
laut dangkal laut dalam dan berumur Miosan Atas Pliosen
Awal ( 5 10 juta tahun yang lalu ). Formasi ini tersingkap di
Kabongka, Pasarwajo, dan Lasalimu dengan lokasi tipe di
Sungai Sampolakosa yang ditandai dengan adanya rembesan
Aspal.

IV-6
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Berdasarkan sifat fisik batuan,maka daya dukung batuan


terhadap konstruksi bangunan yang ada diatasnya adalah
rendah sedang.
2. Formasi WAPULAKA ( Qpw ) adalah batuan yang hampir
seluruhnya menutupi daratan Pulau Muna ( Kabupaten Buton
Tengah,Kabupaten Muna, dan Kabupaten Muna Barat
).Seluruh wilayah Kabupaten Buton Tengah ditutupi oleh
singkapan batuan ini yang tersusun gamping terumbu
ganggang dan koral samudra dan topografi KARST ,
endapan hancuran terumbu, batu kapur, batu gamping
pasiran,batu pasir gampingan, batu lempeng, penciri
indikasi diendapkan pada laguna litoral ( laguna laut dangkal
) seperti halnya pembentukan Kepulauan Seribu di pantai
Jakarta dan Kepulauan Masalembo di Pantai Barat Makassar.
Berdasarkan kandungan foraminfera kecil tersebut
diperkirakan berumur Pleistosen atau Kuarter Awal ( < 5 juta
tahun yang lampau ). Persebarannya sampai mencapai
Kabupaten Wakatobi yang mempersatukan daerah Sulawesi
Tenggara Kepulauan dengan ketebalan mencapai 700 m (
sangat tebal ).Mencermati fisik batuannya dengan pelamparan
yang sangat luas tersebut,maka batuan Formasi WAPULAKA
ini memiliki daya dukung yang sedang tinggi terhadap
konstruksi bangunan yang ada diatasnya, bahkan menjadi
bahan bangunan pondasi, perkerasan jalan dan pelabuhan
yang dibangun diwilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan
tersebut.
3. Endapan ALLUVIUM ( Qal ) yang hanya terdapat Sun Marubu
diperbatasan dengan Kabupaten Muna Barat di sebelah Utara
Kabupaten Buton Tengah ,tetapi dapat dikatakan tidak ada
diwilayah Kabupaten Buton Tengah . Ini adalah lapisan batuan

IV-7
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

yang paling atas/terendah dan terdiri atas kerikil,pasir dan


lumpur bergambut berupa hasil endapan sungai rendah,
rawa, dan pantai dengan daya dukung yang sangat rendah,dan
berumur Holosan Kuarter sejak ribuan 1 juta tahun yang
lalu, dan sampai sekarang masih terbentuk.
Untuk melihat susunan litostratigrafinya secara vertikal dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Susunan Kolom Litostratigrafi Kabupaten Buton Tengah


berdasarkan Peta Geologi ( P3G, 1995 dan Hasil Analisis
Konsultan ).

KOLOM
UMUR STRATIGR SATUAN DESKRIPSI LINGKUNGAN
AFI PENGENDAPAN

Kerikil,Pasir,Lumpur
K bergambut Lingkungan
Endapan
U Alluvial Pantai,Sungai,Rawa
A ALUVIUM Fluviatil/Darat
( 1 juta ribuan tahun lalu , )
R dan Pantai
Resen
T ( Qal )
Daya dukung sangat rendah
E sampai rendah
R

Batu gamping,terumbu
T ganggang dan Koral,Topografi
E Pleistosen KARST dengan indikasi Laut Dangkal
R pengangkutan ( Laguna )
Formasi
S batupasir,gampingan,batugam
WAPULAKA
I ping pasiran,sedikit batu
( Qpw )
E lempeng dan rapal. Berumur (
R kurang dari 5 juta tahun lalu )
dengan daya dukung sedang -
tinggi

Formasi
Napal berlapis tebal dan
Pliosen Laut Sedang
SAMPOLAK massif, sisipan batu gamping
Sangat Dalam
kalkarewit/pasiran
OSA

IV-8
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Data litostratigrafi tersebut diatas sangat bermanfaat untuk


merencanakan Kawasan budidaya di dalam Pola Ruang RTRW
terkait dengan kesesuian,kelayakan dan kemampuan daya
dukung dan daya tampung lahan di Kabupaten Buton Tengah.

4.1.5. Kondisi Struktur Geologi

Kembali lagi bahwa berdasarkan Peta Geologi ( P3G, 1995 ) tidak


tampak adanya struktur geologi sepertiyang ada di Pulau Buton
yang sangat intensif sedangkan di Pulau Muna di mana
Kabupaten Buton Tengah berada tidak terpetakan sama sekali
akan keberadaan struktur geologi. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa geologi struktur yang terdapat di Indonesia pada umumnya
dibentuk oleh geodinamika/geotektonikum akibat oreogenese
(peningkatan kontinen yang disertai oleh perlipatan dan
pembentukan pegunungan ) pada umur Tersier, khususnya pada
Orogenese Miosen Tengah.
Sedangkan di Kabupaten Buton Tengah tampak adanya gejala
pengangkatan dari bukti adanya undak-undak terumbu karang
seperti yang tampak pada unit satuan Litostratigrafi dari Formasi
WAPULAKA, tetapi lapisan batuan sedimen pada umumnya
horizontal,tidak ada kemiringan lapisan batuan sedimen.
Walaupun demikian sekalipun terjadi peningkatan pada Kuarter
Awal atau diakhir tersier yang tidak melibatkan perlipatan
batuan,tetapi berdasarkan unsur geografi seperti yang di atas,
terdapat pola kelurusan topografi dari Selat Baruta sebagai
bagian dari Selat Buton yang paling sempit,Teluk Lasongko dan
Teluk Lianabanggai mencerminkan adanya kontrol struktur
geologi.

IV-9
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Untuk lebih pastinya akan ditelaah dalam pelaksanaan survei


lapangan sebagai masukan yang paling berharga di dalam
penyusunan RTRW Kabupaten Buton Tengah.
Berdasarkan dengan deduksi tersebut maka diketahui pola
struktur geologi Kabupaten Buton Tengah seperti diuraikan
berikut ini.

1. Pola Utara Selatan yang diperlihatkan oleh arah Teluk


Lasongko dan Teluk Lianabanggai dari arah Pantai Selatan
Kabupaten Buton Tengah. Arah kelurusan ini sama dengan
arah perlipatan dan Sesar Anjak di daratan Pulau Buton yaitu
arah Sesar Anjak Lambusango dan Sesar Anjak Teluk
Sampolawa.
2. Timurlaut Baratdaya dari pembelokan Teluk Lasongko yang
membelok di Wongko menuju ke arah Lasongko adalah searah
dengan Selat Baruta Patahan Bungi Langkoromi di Pulau
Buton maupun Patahan Suandala yang mengarah ke Teluk
Lawele.
3. Timur Barat yang ditunjukkan oleh pembelokan Teluk
Lianabanggai di Katukobari yang mengarah ke Timur sama
dengan struktur geologi Patahan Normal Pasarwajo serta
Patahan Gunung Wani di Buton Utara.
Berdasarkan kemiripan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Litostratigrafi yang berumur Tertsier Akhir dan Kwarter Awal di
Kabupaten Buton Tengah berada diatas bidang patahan ( struktur
geologi ) yang berumur Miosen Tengah ke atas, sehingga pada saat
terjadi pengangkatan maka bidang lemah yang diakibatkan oleh
patahan sebelumnya menjadi tampak pada unsur geografis seperti
yang diuraikan sebelumnya.

IV-10
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Untuk diketahui bahwa patahan /sesar dari unsur struktur


geologi tersebut merupakan bidang lemah yang dapat menjadi
medium rambat gelombang gempa kalau terjadi gempa bumi yang
ada disekitarnya, sehingga perlu dikaitkan dengan stabilitas
wilayah untuk menetapkan kawasan rawan bencana dalam segala
resikonya terhadap pengembangan wilayah. Oleh karena itu dalam
penyusunan RTRW Kabupaten Buton Tengah perlu
dipertimbangkan wilayah-wilayah yang rawan bencana di dalam
aspek mitigasi bencana alam khususnya bencana geologi ke
depan.

Adapun kemungkinan pola struktur geologi berdasarkan gejala


geologi dari unsur-unsur geografi yang ada dapat disaksikan
secara ilustratif pada gambar 4.4 berikut :

Gambar 4.4 : Peta Ilustrasi Denah Pola Struktur Geologi


di Kabupaten Buton Tengah.

IV-11
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

IV-12
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

4.1.6 Sejarah Geologi

Mencakup :
1. Sejarah pembentukan bantuan dan sedimentasi, seperti tampak
pada geologi dan kolom litostratigrafi sebelumnya, dapat
ditelusuri gejala sedimentasi seperti tampak pada uraian
sebagai berikut :
a. Batuan tertua yang tersikap di Pulau Muna sebelah Barat
tepatnya di Kabupaten Muna Barat merupakan batuan dasar
(basement) dari seluruh singkapan batuan yang terdapat di
seluruh Pulau Muna termasuk Buton Tengah yang terdapat di
Pulau ini. Batuan tersebut adalah Formasi MUKITO (PTRM)
berupa batuan malihan atau metamorfosa regional
dinamothermal jenis Sekis Plagioklas Sekis Khlorit epidol
Fillit terkersikan derajat tinggi-sedang berumur Trias Awal
(250 juta tahun lalu), kemudian diendapkan batuan formasi
WAPULAKA (Qpw) berupa batu gamping, ganggang dan koral
yang berumur Pliosan Akhir Pleistosen Awal (10-5 juta
tahun lalu).
b. Terjadinya rumpang (gap) umur 240 juta tahun tidak ada
endapan, dimana daratan Pulau Muna masih berada di posisi
bawah laut. Jadi, baru pada Kwarter Awal (10 juta tahun
lalu) terjadi proses pengangkatan daratan Pulau Muna
meghasilkan kondisi seperti sekarang ini.
c. Dasar cekungan sedimen dari kondisi laut sangat dalam
sampai menjadi dangkal saat ini membutuhkan ratusan
tahun lamanya, yang sangat berbeda dengan posisi sejarah
geologi Pulau Buton dengan variasi batuan yang sangat tinggi,
sedangkan di Pulau Muna termasuk keberadaan Buton
Tengah hampir seluruh daratannya ditutupi oleh endapan
formasi WAPULAKA yang sebagian besar membentuk

IV-13
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

topografi KARST yang meliputi seluruh daerah Kabupaten


Buton Tengah, Kabupaten Muna Barat di Kabupaten Muna.
2. Sejarah Tektonik/geodinamika wilayah Kabupaten Buton
Tengah dapat dilihat dari gejala terdapatnya patahan/dasar
(Lateral Slip Fault Zone) Lasongko-Wambuloli-Lombe sebagai
penyeberangan dari dasar selat Buton yang berarah Timur Laut-
Barat Daya seperti tampak pada gambar 4.4 di atas, yang
berlanjut menjadi Selat Anjak/Naik (Thrust Fault Zone) yang
relative Utara Selatan tegak lurus terhadap datangnya gaya
Timur-Barat dari pergerakan lempeng kerak Samudra Pasifik.
Efek dari geotektonik tersebut menghasilkan pusat gempa di
Teluk Lasongko dengan kedalaman 150 kaki dan kekuatan
gempa 5-6 SR, serta pusat gempa di daerah Kabaena pada
Kecamatan Talaga Raya (Batas Kabupaten Buton Tengah dan
Kabupaten Bombana) juga dengan kedalaman gempa di atas
150 kaki dan kekuatan gempanya di atas 6 SR berdasarkan
Peta Seismotektonik Indonesia (Pusat Survei Geologi, 2006).
Jika terjadi gempa atau pelepasan energi dari tumbukan
lempeng Pasifik dan lempeng Asia tersebut dapat
mengakibatkan:
a. Pengaktifan dasar/patahan yang telah ada sebelumnya
b. Pada pusat gempa yang terjadi di dasar laut dapat
menimbulkan dislokasi/pematahan di dasar laut menjadi
penyebab terjadinya tsunami.
Oleh karena itu, keberadaan gejala geologi yang dapat
menimbulkan kerawanan bencana geologi perlu dikelola di
dalam penyusunan RTRW berbasis mitigasi bencana Kabupaten
Buton Tengah 2015-2035 yang disusun secara simultan dalam
penyusunan dokumen RIPPARDA ini.

IV-14
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

4.1.7 Kondisi Air Tanah

Air tanah yang berada dibawah permukaan bumi menjadi potensi


yang tersembunyi, karena hanya sebagian yang tampak muncul
sebagai mata air maupun muara sungai bawah tanah di daerah
ini. Proses pelarutan batuan bersifat karbonat (gampingan)
menghasilkan akuifer air tanah yang saling berhubungan satu
sama lain melalui retakan akibat proses dekonstruksi,
dekomposisi maupun patahan dan retakan proses-proses tektonik
seperti patahan/struktur geologi yang telah di uraikan di atas.
Pemunsulan sungai-sungai bawah tanah melalui perancungan
topografi banyak terjadi jika diperhatikan kalau kita berjalan dari
arah Waara menuju menuju Kecamatan Mawasangka. Pada
beberapa kemunculan mata air dan sungai-sungai bawah tanah
menjadi tempat permandian dan dapat dijadikan sebagai daerah
objek destinasi tujuan wisata (ODTW) seperti :
a. Permandian Wadiabero (Kecamatan Gu)
b. Permandian Kadaiula Air Maamba (Kecamatan Gu)
c. Permandian Lahumbo (Kecamatan Gu)
d. Permandian Labungkari (Kecamatan Lakudo)
e. Permandian Fotu (Kecamatan Mawasangka)
f. Permandian Sondi (Kecamatan Mawasangka)
g. Permandian Maobu (Kecamatan Mawasangka Tengah),
Demikian pula terdapat danau-danau sebagai uvala dan dolina
dalam sistem topografi Karst yang juga menjadi DOTW adalah :
a. Danau Lakaedu (Kecamatan Lakudo)
b. Danau Anano Teida
c. Danau Bungi

IV-15
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Untuk melindungi keberadaan topografi Karst dan konservasi SD-


Air tanah maka perlu dilakukan pemetaan kasawan topografi
Karst khususnya kelas I dan kelas II untuk dilindungi sesuai
dengan UU-RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SD-Alam
hayati dan ekosistemnya.

4.2. Kondisi Tanah

Berdasarkan Soil Association dengan Soil Gread Groups (Soil


Taxonomy USDA, 1976) dan pusat penelitian Tanah Bogor (1984)
maka dalam daratan Pulau Muna ditemukan beberapa jenis
tanah, yaitu :
a. Kambisols, dimana horizon tanahnya tanpa memperlihatkan
gejala hidromorfik dengan ketebalan solum 50 cm
b. Litosols, yaitu tanah dengan solum 25 cm (dangkal) yang
berbatu
c. Aluvial, yaitu tanah yang tidak memiliki horizon diagnostic
ketebalan solum 25-100 cm sebagai hasil endapan sungai
tekstur lempeng berpasir.
d. Organosol, yaitu tanah yang mempunyai solum setebal 50 cm
yang mengandung bahan organik/gambut dengan drainase
terhambat.
e. Gleisols, berupa tanah yang selalu jenuh air tetapi belum
matang
f. Pedosolik, adalah tanah yang berkembang dari batu lempeng
dan batu pasir yang banyak mengandung mineral argilih
bersifat basa dengan ketebalan solum mencapai 125 cm serta
sistem drainasenya baik.

4.3. Kondisi Klimatologi

IV-16
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Secara umum terdapat dua jenis musim, yaitu musim penghujan


dan musim kemarau, dimana musim hujan terjadi pada Bulan
November sampai Maret. Adapun musim kemarau terjadi pada
Bulan Mei sampai Oktober yang bertiup angin timur dari arah
Australia. Sedangkan pada Bulan April terjadi angin pancaroba.
Curah hujan tidak merata di seluruh wilayah. Curah hujan
berkisar antara 437-2.644 mm/tahun dalam suhu udara berkisar
antara 18c -32 c. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
iklim di Kabupaten Buton Tengah dapat dikategorikan sebagai
iklim tipe D dan E.

4.4. Kondisi Hidro-Oseanografi

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Buton Tengah sebagian


besar wilayahnya berupa perairan kelautan yaitu :
a. Di sebelah Timur dikelilingi oleh perairan Selat Buton yang
relative sempit antara Baruta (Kecamatan Sangia Mambulu)
dan Batu Soni (Kecamatan Lea-Lea/Kota Baubau)
b. Sebelah Selatan dikelilingi oleh Laut Flores yang sangat luas.
c. Sebelah Barat dikelilingi oleh Selat Muna dan Teluk Bone
(Provinsi Sulawesi Selatan).
Pada kondisi perairan esteria mulai dari Pantai Timur, Pantai
Selatan dan Pantai Barat wilayah Buton Tengah daratan
merupakan pantai berkarang yang ditumbuhi oleh terumbu
karang atau coral reef. Demikian pula dengan Pulau Talaga Kecil
yang berada di Kecamatan Talaga Raya adalah berasal dari Laguna
dan Atols sebagai bagian dari terumbu karang tersebut.
Keberadaan terumbu karang adalah menjadi tempat kehidupan
biota laut (habitat) yang ditunjang oleh kehadiran mangrove atau
bakau di Pantai Buton Tengah (Perairan Estuaria) sebagai nichea
atau sumber pakan dan tempat inkubasi bagi ikan-ikan yang

IV-17
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

menetas di kawasan terumbu karang dan dibesarkan di kawasan


bakau kemudian kembali lagi ke Laut lepas. Demikian sehingga
interaksi terumbu karang dan bakau mangrove harus dapat
terpelihara dari kerusakan untuk menjalin keberlangsungan biota
perairan laut dangkal dan laut lepas.
Disisi lain bahwa keberadaan ikan di kawasan terumbu karang
yang sebagian besar spesiesnya dapat dikategorikan sebagai ikan
hias menjadi komoditas yang sangat ekonomis untuk
dikembangkan serta menjadi objek destinasi tujuan wisata bahari
yang sangat potensial di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
kawasan-kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai kawasan
konservasi dan lindung lingkungan hidup daerah Kabupaten
Buton Tengah.
Berdasarkan basimetrisnya maka Perairan Laut Kabupaten Buton
Tengah memiliki paparan pantai laut dangkal (litoral-meritik)
kedalaman 5-50 cm, tiba-tiba kedalaman melonjak mulai 100
sampai mencapai laut dalam, sangat dalam (batial-abisal-hadal).
Sehingga kondisi perairan wilayah Kabupaten Buton Tengah dapat
dikembangkan sebagai :
a. Alur pelayaran mendukung, ALKI-2 dan ALKI-3
b. Kawasan pengembangan Wisata Bahari khususnya dapat
dijadikan sebagai pusat peristirahatan kapal-kapal pesisir,
khususnya di Teluk Lasongko dan Teluk Lianabanggai.
c. Kawasan pengembangan Pelabuhan Murhum (Kota Baubau)
dengan pengembangan Pelabuhan Peti Kemas Wamengkoli
untuk melayani kebutuhan arus barang dan jasa serta
penumpang di Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Muna
dan Kabupaten Muna Barat.
Posisi Perairan Kabupaten Buton Tengah sangat strategis bagi
pengembangan pelayaran Indonesia (Timur-Barat dan Utara-

IV-18
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Selatan) untuk lalu lintas transportasi mode laut, serta menjadi


tempat pengembangan wisata bahari terkait dengan pelayaran
kapal-kapal pesiar untuk menjadi tempat penambatan/pelabuhan
Yacht atau kapal-kapal pesiar mengantisipasi wisata sail yang
diadakan setiap tahunnya maupun program kemaritiman yang
diangkat sejak tahun 2014 yang lalu.

4.5 . Kondisi Hutan

Secara umum diketahui bahwa kawasan peruntukan hutan di


wilayah Kabupaten Buton Tengah, karena belum dipisahkan
datanya untuk masing-masing kecamatan. Walaupun demikian
dapat disajikan luas hutan diseluruh Kabupaten Buton sebelum
Kabupaten Buton Tengah menjadi daerah otonomi baru seperti
terlihat pada Tabel 4.2. berikut ini :

Tabel 4.2. Keadaan hutan di Kabupaten Buton sejak tahun 2005


termasuk Kabupaten Buton Tengah (RTRW Kab.
Buton, 2007-2027, 2007).
Luas Kawasan Hutan
No Fungsi Hutan
(Ha) (%)

I. Kawasan Lindung 54.420 36,52

1. Hutan Lindung (HL) 26.675 17,90


2. Hutan Swaka Alam Wisata
27.745 18,62
(HSAN)/PPA
Kawasan Hutan Budidaya

II. 1. Hutan Produksi Terbatas (HPS) 94.587 63,48


2. Hutan Produksi Tetap (HP)
3. Hutan Produksi Konvesi (HPK) 25.100 16,84

55.458 37,22

IV-19
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

14.039 9,42

149.017 100,00

Sekalipun diperkirakan bahwa kondisi kawasan hutan di


Kabupaten Buton Tengah lebih kecil dari pada kawasan hutan di
Kabupaten Buton (Induk) maupun yang ada di Kabupaten Buton
Selatan, tetapi jika dianalogikan dari sisi presentasenya maka
tampak bahwa kawasan lindung ( 36,52 % ), dan
Hutan Lindung (HL) mencapai 17,90 % dan HSAN/PPA (18,62 %)
merupakan kawasan yang harus dikonservasi terkait dengan
perlindungan SD-AIR yang pada umumnya daratan di Kabupaten
Buton Tengah adalah topografi karet seperti yang telah diuraikan
diatas. Keberadaan kawasan hutan akan dapat menjamin
keberadaan SD-AIR (baku, bersih/PDAM, dan lain-lainnya). Agar
diketahui bahwa lokasi wisata permandian yang telah diuraikan di
depan adalah sangat tergantung kepada perlindungan SD-AIR dan
yang menjadi faktor pemerintahnya adalah terjaminnya
kesinambungan fungsi hutan dalam sistem pengaturan tata air
atau dan hidrogi-geohidrologi didaerah ini.
Demikian keberadaan dan kesinambungan fungsi kawasan
pariwisata yang berbasis alam seperti ; Wahana Wisata, Wisata
Pegunungan, dan Wisata Bahari adalah seperti tergantung kepada
kesinambungan fungsi kawasan hutan di daerah ini yang harus
dikonservasi, dilestarikan atau dipreservasi.

4.6. Kondisi Sosial Budaya

IV-20
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

4.6.1. Demografi/Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Buton Tengah yang meliputi 7


(tujuh) Kecamatan dimana 6 (enam) Kecamatan di wilayah daratan
Pulau Muna bagian selatan dan 1 (satu) Kecamatan di Pulau
Kabaena dan Pulau Talaga Kecil di sebelah Barat memiliki
komposisi kependudukan seperti tampak pada Tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk,


Persebaran Penduduk dan Kepadatannya di
Kabupaten Buton Tengah 2010-2012 (BPS Kab.
Buton, 2014)
Jumlah Laju Kepadatan
Luas Persebaran (%)
N Penduduk Pertum (jiwa/Km2)
Kecamatan Wilayah
o buhan
2010 2012 (Km2) 2010 2012 2010 2012
(%)

1. Gu 15.836 16.348 1,60 104,00 6,19 6,211 152 157


2. Sangia 5.003 5.168 1,64 10,00 1,96 1,96 500 517
Wambulu
3. Lakudo 20.210 20.833 1,53 225,00 7,90 7,92 90 93
4. Mawasangka 22.054 22.786 1,65 269,55 8,62 8,66 82 85
5. Mawasangka 4.839 4.983 1,48 126,23 1,89 1,89 38 39
Timur
6. Mawasangka 9.147 9.443 1,61 152,22 3,58 3,59 60 62
Tengah
7. Talaga Raya 9.023 9.308 1,57 71,31 3,53 3,54 127 131

- Jumlah 86.112 88.919 - 958,31 - - - -

- Rata-Rata - - 1,58 - 4,76 4,82 149,86 154,86

Berdasarkan data yang tertera pada tabel 4.3. tersebut diatas


dapat diterjemahkan hal-hal sebagai berikut :

IV-21
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

a. Jumlah penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Mawasangka


sejumlah 22.786 (2012), dan disusul oleh Kecamatan Lakudo
20.833 (2012) dan Kecamatan Gu 16.348 (2012).
b. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kecamatan
Mawasangka 1,65 % (2012), dan disusul oleh Kecamatan
Sangia Wambulu 1,64 % (2012) di Kecamatan Mawasangka
Tengah 1,61 % (2012).
c. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Mawasangka seluas
269,55 km2, dan disusul oleh Kecamatan Lakudo 225,00 Km 2
dan Kecamatan Mawasangka Tengah seluas 152,22 Km2.
d. Adapun persebaran tertinggi/terbesar berada di Kecamatan
Mawasangka sebesar 8,66 % (2012), dan disusul oleh
Kecamatan Lakudo 7,92 % (2012) dan Kecamatan Gu 6,21 %
(2012).
e. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Sangia Wambulu 517 jiwa/km2, dan disusul oleh
Kecamatan Gu 157 jiwa/km2 (2012) dan Kecamatan Talaga
Raya 131 jiwa/km2 (2012).

Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Dilihat dari kepadatan penduduk, maka Kecamatan Sangia


Wambulu dengan luas hanya 10,00 km 2 dan kepadatan 517
jiwa/km2 sudah menuju titik jumlah terutama ditinjau dari
aspek pemetaan ruang wilayah kecamatan ditambah lagi
dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif cukup tinggi.
b. Untuk menjamin terjadinya persebaran penduduk secara
merata keseluruh wilayah kecamatan yang ada perlu
penambahan kegiatan perekonomian yang menjamin dan
mensejahterahkan masyarakat sesuai dengan basis komoditas
yang diunggulkan dan dapat dipersaingkan.

IV-22
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

c. Perlu mulai disadari di dalam pemerataan ruang wilayah


sebagaimana akan dituangkan di dalam rencana pola ruang
Kabupaten Buton Tengah, yaitu :
1) Menetapkan daerah yang masih memiliki kemampuan daya
dukung dan daya tampung untuk dapat direncanakan
secara bebas,
2) Desa atau kecamatan yang hanya dapat direncanakan dan
dikembangkan pengisian ruangnya secara terbatas dan
diperhatikan sunguh-sungguh sesuai dengan kajian
lingkungan hidup strateginya.
3) Kawasan kecamatan yang sudah jenuh dan tak dapat lagi
untuk dilakukan pengisian ruangnya.
4) Kemudian jika ditinjau dari rasio laki-laki/perempuan dan
jumlah penduduk di kaitkan dengan jumlah rumah tangga
yang ada dapat diperiksa pada Tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.4. Perbandingan laki-laki/perempuan, jumlah rumah


tangga, dan jumlah rata-rata anggota keluarga dalam
rumah tangga pada tahun 2012 di Kabupaten Buton
Tengah (BPS Kab. Buton, 2013)

Jenis kelamin (jiwa Rumah Tangga


Jumlah Rasio
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Anggota
(jiwa) (%)
Keluarga RT
1. Gu 7.856 8.492 16.348 93 3.828 4
2. Sangia Wambulu 2.442 2.726 5.168 90 1.180 4
3. Lakudo 9.802 11.031 20.833 89 4.631 4
4. Mawasangka 10.815 11.971 22.786 90 4.930 5
5. Mawasangka Timur 2.351 2.632 4.983 89 1.207 4
6. Mawasangka 4.512 4.931 9.443 92 2.031 5
Tengah

IV-23
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

7. Talaga Raya 4.180 5.128 9.308 82 1.939 5


- Jumlah 41.958 46.911 88.869 - 19.746 -
- Rata-Rata 5.994 6.702 - 89,29 2.821 4,43

IV-24
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Kemudian jika ditinjau berdasarkan pada Tabel 4.4. diatas maka


dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Bahwa jumlah proporsi laki-laki terhadap perempuan rata-
rata hanya mencapai 89,29 % yang berarti jumlah penduduk
wanita sudah melampaui jumlah penduduk laki-laki, tetapi
belum mencapai 1:2.
b. Rasio laki-laki/perempuan tertinggi ada di Kecamatan Gu 93
% dan di Kecamatan Mawasangka Tengah 92 %, yang disusul
oleh Kecamatan Mawasangka 90 %.
c. Sedangkan jumlah rumah tangga terbanyak berada di
Kecamatan Mawasangka sebanyak 4.930, yang disusul oleh
Kecamatan Lakudo 4.631 dan Kecamatan Gu 3.828.
d. Adapun jumlah anggota keluarga terbanyak terdapat di
Kecamatan Mawasangka Tengah dan Talaga Raya.

4.6.2. Adat Istiadat Masyarakat Buton Tengah

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Buton Tengah secara


Kultural atau budaya adalah bagian yang tidak terpisahkan
dariadat istiadat dari masyarakat Kesultanan Buton suku bangsa
yang mendiami Kabupaten Buton Tengah antara lain adalah :
a. Masyarakat suku Pancana yang relative menjadi suku yang
jumlah penduduknya dominan mendiami wilayah ini;
b. Masyarakat suku Moronene yang mendiami wilayah
Kecamatan Talaga Raya dan sekitarnya;
c. Masyarakat suku Wolio sebagai suku campuran pendatang
yang berasal dari Tanah Jawa, Tiongkok, dan dari Arab yang
berbasis di dalam dan disekitar Benteng Keraton Buton dan
Kota Baubau.

IV-25
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Akulturasi masyarakat yang sangat tinggi di wilayah Kesultanan


Buton pada umumnya dan Kabupaten Buton Tengah pada
khususnya merupakan fakta kultural pluralisme yang terikat
dalam tatanan tali persaudaraan yang dikukuhkan didalam Ikatan
Sara Pataanguna yaitu :
a. POMAA- Saling sayang-menyayangi, dan kasih-
MAASIAKA mengasihi kepada sesama;

b.POANGKA- Saling hormat-menghormati, dan saling


ANGKATAKA meninggikan derajat sesama;

c. POPIA-PIARA Saling pelihara-memelihara, dan saling


lindung-melindungi sesama;

d. POMAE-MAEKA Saling segan-menyegani, dan saling takut-


menakuti sesama.

Keempatnya dikemas dalam BHINCI-BHINCIKI KULI atau; jangan


mencubit ataupun menyakiti orang lain kalau engkau merasakan
sakit mencubit kulit diri sendiri. Itulah yang melandasi kehidupan
berumah tangga berbangsa dan beragama, sejak
kerajaan/kesultanan Buton berdiri sebagai Negara, sampai
akhirnya berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) saat pengembalian kedaulatan pada Konferensi Meja
Bundar di Den Haag (Negeri Belanda) Tahun 1947 yang lalu.

NKRI baru menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara pada


Tahun 1945, dengan falsafah BHINEKA TUNGGAL IKA yaitu boleh
berbeda-beda suku bangsa tetapi tetap satu (Tunggal-Eka),
sedangkan kesultanan Buton setelah ditetapkan TUTURA
(UNDANG-UNDANG DASAR) MARTABAT TUJUH pada tahun 1600
M telah dikukuhkan falsafah Dasar Negaranya :

IV-26
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

TONTOMAKA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA


TONTOMAKA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA
SYUHUUDUL KATSRA FIL WAHDA
WA SYUHUUDUL WAHDA FIL KATSRA
Yang artinya kurang lebih demikian ;
Menatap/memandang yang banyak/jauh/plural
Untuk Yang Esa/Tunggal, dan
Menatap Yang Tunggal/Ika/Esa untuk yang
jauh/plural/banyak.
Demikian fakta yang aktual di masyarakat Buton, dan tidak
terkecuali mayarakat Buton Tengah yang telah mendarahdaging
sejak ratusan tahun yang lampau. Wujud kesatuan dari keutuhan
masyarakat Buton pada umumnya adalah tercermin dalam wujud
mulai dari
a. Membentengi diri sendiri;
b. Membentengi keluarga;
c. Membentengi negeri.
Oleh karena itu wilayah kerajaan/kesultanan Buton dikenal pula
dengan Negeri Seribu Benteng, seperti yang terdapat di Kabupaten
Buton Tengah yaitu ;

1) Benteng Bhombana wulu di Kecamatan Gu;


2) Benteng Watulea di Kecamatan Gu;
3) Benteng Boneoge di Kecamatan Lakudo;
4) Benteng Lakudo ( Liwu ) di Kecamatan Lakudo;
5) Benteng Lasaidewa di Kecamatan Mawasangka;
6) Benteng Wasilomata di Kecamatan Mawasangka;
7) Benteng Lagili di Kecamatan Mawasangka Timur;
8) Benteng Mawasangka Gau di Kecamatan Mawasangka Timur,
dan
9) Benteng Kooe di Kecamatan Mawasangka Tengah.

IV-27
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Kesembilan benteng tersebut diatas menjadi objek destinasi


tujuan wisata yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten
Buton Tengah sebagai wujud peradaban/budaya masa lalu yang
menjadi saksi sejarah Istiadatul Azali yang monumental yang
dapat dipelajari, diteladani, dan untuk disikapi serta diandalkan
didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4.7. Kondisi Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi Kabupaten Buton Tengah pada tingkat


regional dan local dapat diutarakan pada kemampuan wilayah
dalam menciptakan output atau nilai tambah pada suatu waktu
tertentu. Untuk PDRB sendiri sehingga masih bersatu dengan
Kabupaten induknya seperti tampak pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. PDRB Kabupaten Buton menurut sektor atas dasar


harga bertahan dan atas dasar harga konstan tahun
2011 2012 (jutaan Rp) (BPS Kab. Buton, 2013).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


No Sektor ADHB ADHK
2011 2012 2011 2012
1. PRIMER 1.168.957,69 1.389.027,02 351.471,31 391.594,17
a. Pertanian 964.870,96 1.047.470,94 294.120,60 305.287,67
b. Pertambangan 204.086,73 341.956,08 57.350,71 86.346,50
dan
Penggalian
2. SEKUNDER 213.460,49 236.099,87 102.855,47 110.346,19
3. TERSIER 869.090,86 962.076,35 323.036,67 346.317,81
- PDRB 2.251.509,07 2.587.023,24 777.363,45 848.258,17

IV-28
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Kemudian dapat terlihat jelas di dalam struktur PDRB menurut


lapangan usaha baik terhadap ADHB maupun terhadap ADHK
Tahun 2011 2012 seperti tampak pada Tabel 4.6. berikut :

Tabel 4.6.Struktur PDRB Kabupaten Buton menurut lapangan


usaha atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas
dasar harga kesatuan (ADHK) tahun 2011 -2012 (BPS
Kab. Buton, 2013).
Struktur PDRB menurut lapangan
usaha
No Lapangan usaha
ADHB (%) ADHK (%)
2011 2012 2011 2012
1 Pertanian 42,85 40,47 37,84 35,99
2 Pertambangan dan Penggalian 9,06 13,22 7,38 10,17
3 Industri pengolahan 4,96 4,74 7,77 7,63
4 Listrik, gas dan air minum 0,50 0,48 0,45 0,45
5 Konstruksi/penggunaan 4,02 3,91 5,02 4,93
6 Perdagangan, hotel dan 16,65 16,95 16,12 16,62
7 restoran 2,50 2,34 2,86 2,82
8 Angkutan dan komunikasi 4,49 4,30 5,37 5,26
Keuangan,persewaan,& jasa
9 perusahaan 14,95 13,59 17,20 16,13
Jasa-jasa
- PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan struktur PDRB pada Tabel 4.6 sebagai penjabaran


dari kondisi PDRB pada Tabel 4.5 ; maka tampak bahwa seluruh
pertanian masih tetap mendominasi penerimaan PDRB di
Kabupaten Buton baik ADHB 42,85 % (2011) dan 40,47 % (2012)
maupun pada ADHK 2000 sebesar 37,84 % (2011) dan 35,99 %
(2012).

IV-29
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Sekalipun Kabupaten Buton Tengah belum memiliki PDRB, dan


struktur PDRB yang dihitung tersendiri terlepas dari induk
Kabupaten Buton, maka perlu pula dilihat Pendapatan Regional
perkapita baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan 2000 seperti tampak pada Tabel 4.7.
Mengingat bahwa PDRB perkapita adalah menjadi salah satu
tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu
daerah.

Tabel. 4.7. PDRB Perkapita Kabupaten Buton termasuk Kabupaten


Buton Tengah ADHB dan ADHK (2000) Tahun 2011-
2012 (BPS Buton, 2013)
ADHB ADHK 2000
No Perincian
2011 2012 2011 2012
1 PDRB pada harga pasar 2.251.509,07 2.587.203,24 777.363,45 848.258,20
(Rp. Juta)
2 Penyusutan (Rp. Juta) 167.287,12 192.229,20 64.521,17 70.396,93
3 PDRN pada harga pasar 2.084.221,85 2.394.974,04 712.842,28 777.861,20
(Rp. Juta)
4 Pajak tak langsung Netto 30.170,22 34.668,52 10.649,88 11.619,73
(Rp. Juta)
5 PDRB atas dasar biaya 2.054.051,23 2.360.305,52 702.192,40 766.241,50
faktor pendapatan
regional.( juta )
6 Penduduk pertengahan 260.801 261.119.- 260.801,- 261.119,-
tahun(jiwa)
7 PDRB perlapisan (Rp. 8,63 9,91 2,98 3,25
Juta)

Dilihat dari PDRB/kapita di atas aik ADHB maupun ADHK 2000


tampak menunjukkan peningkatan dari tahun 2011 (8,63)
menjadi 9,91 (2011) dan dari 2,98 (2011) menjadi 3,25 (2012).
Hal ini menunjukkan tingkat kenaikan kesejahteraan rakyat

IV-30
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

masyarakat Kabupaten Buton termasuk Kabupaten Buton


Selatan di dalamnya.

4.8. Prasarana dan Sarana Dasar Wilayah


4.8.1.Infrastruktur Perhubungan

Meliputi :
a. Moda Transportasi Darat;
Diketahui bahwa moda transportasi darat di Kabupaten Buton
Tengah adalah sangat memprihatinkan, karena semua akses
jalan yang ada di wilayah ini hanya dibangun rata-rata 10-15
tahun lalu tanpa menjalani proses peningkatan dan
pembangunan. Akses jalan darat adalah Lombe sebagai pintu
masuk dari Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat,
menuju Lakudo - Mawasangka Timur - Mawasangka Tengah -
dan Mawasangka. Kemudian dari arah Waara (Lakudo) -
Mawasangka Timur - Mawasangka Tengah - Mawasangka;
Lakudo Gu Muna - Muna Barat. Kondisi dari Tolandona
(Sangia Wambulu)-Gu Lakudo Mawasangka Timur-
Mawasangka Tengah dan Mawasangka.
Dari data kondisi jalan di Kabupaten Buton Tengah secara
umum termasuk Kabupaten Buton Tengah didalamnya dapat
dilihat pada tabel 4.8. dan tabel 4.9. berikut ini :

IV-31
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Tabel 4.8. Panjang jalan menurut jenis permukaan, kondisi dan


kelas jalan tahun 2011-2012 (km) (BPS Kab. Buton,
2013)
No Perincian 2011 2012
I JENIS PERMUKAAN
a. Di Aspal 878,822 910,689
b. Kerikil 410,906 428,117
c. Tanah - -
d. Tidak terinci 343,195 353,064
e. Rabat beton 124,721 115,144
II KONDISI JALAN - 14,364
a. Baik
b. Sedang 878,822 910,689
c. Rusak 275,610 292,821
d. Rusak berat 228,284 218,415
e. Tidak terinci 74,427 51,350
III KELAS JALAN 300,501 247,323
a. Kelas I - -
b. Kelas II
c. Kelas III 878,822 910,689
d. Kelas III A - -
e. Kelas III B - -
f. Kelas III C 878,822 910,689
g. Tidak terinci - -
- -

IV-32
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Tabel 4.9. Panjang jalan menurut keadaan dan status jalan tahun
2011-2012 (km) (BPS Kab. Buton, 2013)
Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten
No Perincian
2011 2012 2011 2012 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
JENIS 187,954 - 122,000 - 878,822 910,689
PERMUKAAN 163,732 - 74,000 - 410,906 428,117
a. Di Aspal - - - - - -
b. Kerikil 24,222 - 48,000 - 343,195 353,064
c. Tanah - - - - 124,721 115,144
d. Tidak terinci - - - - - 14,364
e. Rabat beton 187,954 - 122,000 - 878,822 910,689
KONDISI 75,544 - 11,000 - 275,610 292,821
JALAN 19,840 - 19,000 - 228,284 218,415
a. Baik 51,361 - 44,000 - 74,427 51,350
b. Sedang 41,209 - 48,000 - 300,501 247,323
c. Rusak - - - - - 100,780
d. Rusak berat 187,954 - 122,000 - 878,822 910,689
e. Tidak terinci 187,954 - - - - -
KELAS JALAN - - 122,000 - - -
a. Kelas I - - - - 878,822 910,689
b. Kelas II - - - - - -
c. Kelas III - - - - - -
d. Kelas III A - - - - - -
e. Kelas III B - - - - - -
f. Kelas III C
g. Tidak terinci

Demikian juga kondisi jalan yang ada di Kabupaten Buton


Tengah cukup memprihatinkan sehingga produk/hasil-hasil
pertanian dan perkebunan menjadi terhambat karena urat
nadi perekonomian tidak seperti yang diharapkan. Sehingga
biaya transportasi darat menjadi lebih mahal dan sangat tidak
menunjang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

IV-33
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

b. Moda Transportasi Laut;


Diketahui bahwa pada saat ini terdapat beberapa pintu masuk
alur pelayaran laut di Kabupaten Buton Tengah yakni :
1) Pelabuhan penyeberangan Ferry Tolandona (Kecamatan
Sangia Wambulu);
2) Pelabuhan penyeberangan Ferry Waara (Kecamatan
Lakudo);
3) Pelabuhan Penyeberangan Ferry Mawasangka (Kecamatan
Mawasangka);
4) Pelabuhan penyeberangan Ferry Talaga Raya;
5) Pelabuhan pelayaran Rakyat di Lombe (Kecamatan Gu)
6) Pelabuhan Rakyat Lamena (Kecamatan Mawasangka
Timur), dan
7) Pelabuhan Rakyat lain-lain.

Pelabuhan Ferry maupun pelabuhan Rakyat dapat


menghubungkan Kabupaten Buton Tengah dengan Kota
Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan,
Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, Kabupaten Muna
Barat, Kabupaten Bombana, dan ke arah Maluku dan Sulawesi
lainnya yang dilakukan oleh masyarakat maritim/bahari
Kabupaten Buton Tengah.
c. Moda Transportasi Udara;
Satu-satunya Bandara Udara yang terdekat dengan Kabupaten
Buton Tengah adalah Bandara Betoambari di Kota Baubau
kemudian dilanjutkan dengan penyeberangan Ferry ke
Tolandona, Waara, Mawasangka, dan Talaga Raya. Kondisi dari
pelabuhan Ferry tersebut di atas dilanjutkan dengan
transportasi moda darat ke Kecamatan-kecamatan di wilayah
daratan Kabupaten Buton Tengah (Kecamatan Sangia
Wambulu, Kecamatan Gu, Kecamatan Lakudo, Kecamatan

IV-34
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Mawasangka Timur, Kecamatan Mawasangka Tengah, dan


Kecamatan Mawasangka).

4.8.2.Prasarana dan Sarana Pariwisata Daerah

Kabupaten Buton Tengah memiliki objek destinasi tinjauan wisata


(ODTW) seperti yang telah diuraikan di atas tersebar diseluruh
Kecamatan yang ada seperti dirangkaikan pada Tabel 4.10. berikut
:
Tabel 4.10. ODTW Kabupaten Buton Tengah Propinsi Sulawesi
Tenggara (Propinsi Kepulauan Buton Raya
Persiapan/Promosi)

Kondisi Infrastruktur
No ODTW Kecamatan
dan Fasilitas Pariwisata
I PERMANDIAN ALAM 1. Kondisi jalan rusak
1. Permandian Wadiabero dan sedang
2. Permandian Kadeula GU 2. Belum ada fasilitas
Air Maamba dan utilitas wisata
3. Permandian Lahumbo 3. Belum ada
4. Permandian Lakudo direncanakan
Labungkari dengan baik
5. Permandian Gumanano 4. Belum ada hotel
6. Permandian Fotu Mawasangka dan home stay
7. Permandian Sondi yang memenuhi
8. Permandian Maobu Mawasangka Tengah syarat dan
memadai.
II PANTAI WISATA BAHARI 1. Dapat ditempuh
1. Pantai Katembe dengan perahu
2. Pantai Bone Montete Lakudo layar dan kapal
3. Pantai Kaumele motor, ferry
4. Pantai Labobo Mawasangka penyebrangan dan
5. Pantai Kaumeumele dilanjutkan dengan
jalan darat
6. Pantai Wantopi Mawasangka Timur
7. Pantai Gubali. 2. Belum ada fasilitas
akomodasi (hotel
8. Pantai Bungi
maupun home
9. Pantai Kokoe Talaga Raya
stay)
10. Pantai Bone Rua Tanda
3. Akses moda
11. Pantai Bome Marambe

IV-35
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

transportasi darat
yang belum
ada/jauh dari
memadai
4. Fasilitas penunjang
pariwisata belum
ada (perlu
diadakan)
III WANA WISATA DAN
WISATA PEGUNUNGAN 1. Diakses melalui
1. Danau La Kendu Lakudo jalan darat yang
2. Danau Anano Tei Mawasangka masih kurang
3. Danau Bungi Mawasangka Timur memadai
4. Kali Kaumeumele Mawasangka Timur 2. Belum ada fasilitas
5. Gua Wekoila Mawasangka Tengah akomodasi
3. Belum terdapat
fasilitas dan utilitas
pariwisata
IV WISATA SITUS SEJARAH Diakses melalui jalan
1. Benteng Bombana darat yang masih
Wulu Gu kurang memadai
2. Benteng Watulea 1. Belum ada fasilitas
3. Benteng Boneoge akomodasi
4. Benteng Lakudo Lakudo 2. Belum terdapat
5.Benteng Wasilomata fasilitas dan utilitas
6.Benteng Lasaidewa pariwisata
7.Baruga Wasilomata Mawasangka
8.Sejarah Laras Panjang

9.Benteng Lagili
10.Benteng Mawasangka Mawasangka Timur
Gau
11.Benteng Kooe Mawasangka Tengah
WISATA ZIARAH/RELIGIUS 1. Diakses melalui
V 1. Makam Sangia jalan darat yang
Wambulu (Imam Mesjid Sangia Wambulu masih kurang
Keraton Buton yang memadai
keramat) 2. Belum ada fasilitas
akomodasi
2. Makam Kiy Jula 3. Belum terdapat
(Lakina Tiworo) Lakudo fasilitas dan utilitas
pariwisata

IV-36
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Secara faktual semua kecamatan yang ada di Kabupaten Buton


Tengah memiliki kawasan pariwisata dengan ODTW diuraikan
pada Tabel 4.10. di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa semua
Kecamatan memiliki pusat pelayanan pariwisata di dalam sistem
jaringan Rencana Struktur Ruang di dalam RTRW Kabupaten
Buton Tengah tahun 2015-2035.

Oleh karena itu, sudah tepat pihak Pemerintah Kabupaten Buton


Tengah melalui BAPEDA dan dinas terkait memprioritaskan
penyusunan rencana induk pembangunan pariwisata daerah
(RIPPARDA) Kabupaten Buton Tengah yang menginduk kepada
RIPPARDA Propinsi Sulawesi Tenggara dan RIPPARNAS
Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif sebagai rujukannya.
Mengingat bahwa tantangan terbesar didalam pembangunan
pariwisata Kabupaten Buton Tengah adalah menyangkut jalan
akses, prasarana dan sarana dasar wilayah lainnya
infrastruktur/fasilitas penopang (akomodasi dan logistik) serta
utilitas lainnya yang mutlak perlu diadakan, serta menjadikan
kawasan pariwisata menjadi kawasan strategi dan program
andalan pada kawasan unggulan Kabupaten Buton Tengah.
Untuk melihat peta persebaran ODTW di atas dapat dilihat pada
gambar 4.5. berikut :

IV-37
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Gambar 4.5. peta persebaran ODTW di Kabupaten Buton Tengah.

4.9. Kondisi SD-Manusia Pendukung Pariwisata

Secara pasti kondisi SD-Manusia di Kabupaten Buton Tengah


tidak dapat diketahui, tetapi yang ada adalah gambaran indikatif
berdasarkan jumlah pencari kerja di Kabupaten Buton (daerah
induk) dimana Kabupaten Buton Tengah terdapat didalamnya
seperti tampak pada uraian Tabel 4.11. dan seterusnya.

IV-38
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Tabel 4.11. Penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis


kegiatannya selama 7 (tujuh) hari kerja pada tahun
2012(Kab. Buton dalam angka, 2013).
Pencari Kerja (Orang)
No Jenis Kegiatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
I ANGKATAN KERJA 60.456 44.302 104.758
1. Bekerja 59.456 43.593 103.049
2. Menganggur 1.000 709 1.709

II BUKAN ANGKATAN 14.372 41.014 55.386


KERJA
1. Sekolah 1.415 2.293 3.078
2. Urus Rumah 1.906 33.512 35.418
Tangga
3. Lain-Lain 11.051 5.209 16.260

Jumlah (I + II) 74. 828 85.316 160.144


III 1. (%) Bekerja 98,35 98,40 98,37
Terhadap
Angkatan Kerja
2. (%) Angkatan 80,79 51,93 65,41
Kerja Terhadap
Penduduk Usia
Kerja

Bahwa (%) yang bekerja terhadap angkatan kerja baik laki-laki


maupun perempuan adalah cukup tinggi di atas 98 %, sedangkan
(%) angkatan kerja terhadap usia kerja untuk perempuan lebih
kecil dari pada laki-laki.

IV-39
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

Tabel 4.12. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja


Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Sesuai
Dengan Jenis Kelaminnya Pada Tahun 2012 (BPS
Kab. Buton, 2013)

Jenis Pendidikan Yang Penduduk Pencari Kerja


No No Jumlah
Ditamatkan Laki-Laki Perempuan
1. Tidak/Belum 19.551 16.299 35.850

2. Tamat SD 16.641 12.796 29.437

3. Tamat SLTP 10.378 6.831 17.209

4. SLTA Umum 8.656 3.886 12.542

5. SMK 1.292 564 1.856

6. Perguruan Tinggi 2.938 3.217 6.155


(Diploma dan Sarjana)

Jumlah 59.456 43.593 103.049

Berdasarkan ijazah yang dipegang oleh pencari kerja tersebut di


atas tampak bahwa mutu SDM Kabupaten Buton di Kabupaten
Buton Tengah adalah masih sangat rendah yaitu dari tidak tamat
SD sampai hanya tamat SLTP terdapat 46.570 orang atau 78,33 %
untuk laki-laki dan untuk perempuan 35.926 orang atau 82,41 %.
Sedangkan gabungan penduduk laki-laki dan perempuan adalah
82.496 orang yang berpendidikan SLTP ke bawah atau 80.05 %.
Kondisi ini adalah sangat memprihatinkan, sehingga ke depan
sektor pendidikan harus terus ditingkatkan dimana tidak ada lagi
masyarakat berpendidikan SLTP ke bawah yang menjadi pencari
kerja dengan menggalangkan wajib belajar 12 tahun. Demikian
sehingga SD-Manusia Kabupaten Buton Tengah minimal adalah

IV-40
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

lulusan SLTA umum maupun SMK sebagai pencari kerja dimasa


akan datang.

Jika ditinjau dari lapangan pekerjaan, maka diketahui bahwa


sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan mendapat porsi paling besar yaitu sejumlah 58.891
orang bekerja dibidang ini seperti tampak pada tabel 4.13. berikut
:

Tabel 4.13. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja


Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sesuai Jenis
Kelaminnya Pada Tahun 2012 (BPS Kab. Buton,
2013)
Jenis Kelamin
No Lapangan
No Pekerjaan Usaha Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Pertanian, Perkebunan, 27.521 24.483 52.004
Kehutanan, Perburuan dan
Perikanan
2. Industri 3.828 2.838 6.666
3. Perdagangan, Rumah Makan 9.213 9.981 19.194
dan Jasa Akomodasi
4. Jasa kemasyarakatan, Sosial 3.420 3.348 968
dan Perorangan
5. Lain-Lain 15.474 2.473 18.217

Jumlah 59.456 43.593 103.049

Diharapkan dengan masuknya kegiatan pariwisata akan dapat


mendorong peningkatan sektor industri kreatif dibidang
kepariwisataan, rumah makan dan restoran dalam wisata kuliner,
jugaakomodasi perhotelan dan homestay/wisma/losmen/ bagi

IV-41
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, serta


kegiatan sektor lainnya.

Untuk mendorong kegiatan pariwisata maka perlu dibentuk Dinas


Kebudayaan dan Pariwisata yang bertanggung jawab langsung
dengan tugas dan fungsi pokoknya menjalankan seluruh program
kepariwisataan kedepan sesuai dengan RENSTRA dan Indikasi
program yang tentang didalam RIPPARDA Kabupaten Buton
Tengah ini.

4.10.Kondisi Kelembagaan/Institusionalisasi

SKPD (satuan kerja perangkat daerah) yang bertanggung jawab


sepenuhnya menjalankan seluruh program rencana induk
pembangunan pariwisata daerah (RIPPARDA) Kabupaten Buton
Tengah ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah
Kabupaten Buton Tengah. Adapun RIPPARDA ini adalah bagian
yang tidak terpisahkan dan merupakan turunan dari RTRW
Kabupaten Buton Tengah tahun 2015-2035 dan RPJPD
Kabupaten Buton Tengah tahun 2015-2025. Hal yang terpenting
adalah RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah 2015-2025 ini adalah
harus terjabarkan didalam RENSTRA kepariwisataan yang pada
setiap tahunnya tertuangkan di dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) sebagai bahan masukan didalam penyusunan
RAPBD Kabupaten Buton Tengah.
Berdasarkan PP-RI No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010-2025 pasal 2
ayat :
a. Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi :
1. Destinasi pariwisata;
2. Pemetaan pariwisata;
3. Industri pariwisata; dan

IV-42
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

4. Kelembagaan pariwisata.
b. Pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud
pendapat (1) dilaksanakan berdasarkan RIPPARNAS.
c. RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:
1. Visi;
2. Misi;
3. Tujuan;
4. Sarana; dan
d. Arah pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun
waktu 2010 sampai dengan tahun 2025.
e. Visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah : TERWUJUDNYA
INDONESIA SEBAGAI NEGARA TUJUAN PARIWISATA
BERKELASDUNIA, BERDAYA SAING, BERKELANJUTAN,
MAMPU MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT.
f. Dalam mewujudkan Visi pembangunan kepariwisataan
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditempuh
melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional
meliputi :
1. Destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah
dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan
pendapatan nasional daerah dan masayarakat.
2. Pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan
bertanggungjawab untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan nusantara dan mancanegara.
3. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel,
menyerahkan kemitraan usaha, dan bertanggungjawab
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan

IV-43
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

4. Organisasi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan


masyarakat, SD-Manusia, regulasi, dan mekanisme
operasional yang efektif dan efisien dalam rangka
mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan
yang berkelanjutan.
g. Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata;
2. Mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien, dan
bertanggungjawab;
3. Mewujudkan industri pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian nasional; dan
4. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata
kelola pariwisata yang mampu mensinergikan
pembangunan destinasi pariwisata, pamasaran pariwisata,
dan industri pariwisata secara professional, efektif, dan
efisien.
h. Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah peningkatan:
1. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
3. Jumlah penerimaan divisa dari wisatawan mancanegara;
4. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara ; dan
5. Produk destinasi bruto di bidang kepariwisataan.
i. Arah pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud ayat (3) huruf e meliputi pembangunan
kepariwisataan nasional dilakanakan :
1. Dengan berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan
yang berkelanjutan;

IV-44
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 2035

2. Dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan,


peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan,
serta pelestarian lingkungan;
3. Dengan tata kelola yang baik;
4. Secara terpadu, secara lintas sektoral, lintas daerah, dan
lintas pelaku; dan
5. Dengan mendorong kemitraan sektor public dan privat.

IV-45

Anda mungkin juga menyukai