BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Biogeofisik
II-1|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-2|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 377 Km2 (Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 1979) dan berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas
daratan Kota Ambon tercatat 359,45 Km2. Sesuai Peraturan Daerah Kota Ambon
Nomor 2 Tahun 2006, dimana Kota Ambon memiliki lima kecamatan dengan
presentase luas wilayah seperti disajikan pada Gambar II.2. berikut:
Pre se n t a se Lu a s W ila ya h Ko t a Am b o n
Me n u ru t Ke ca m a t a n
TA Baguala 11.16 %
2.1.3. Iklim
Stasiun Meteorologi Kelas I Ambon, merilis keadaan curah hujan di Kota Ambon
tahun 2020 berada pada rentang curah hujan 25 – 199 mm per tahun. Curah hujan
tertinggi di Kota Ambon terjadi di bulan Oktober yaitu 199 mm dengan 20 hari
hujan, sedangkan curah hujan terendah adalah di bulan April yaitu 25 mm dengan
22 hari hujan, dengan rata-rata hari hujan tahun 2020 adalah 21 hari.
Untuk penyinaran matahari, presentasi penyinaran tertinggi terjadi di bulan
Januari yaitu 76%, sementara penyinaran terendah adalah di bulan Agustus yaitu
13%, dengan rata-rata penyinaran matahari adalah 49%.
Adapun temperatur di Kota Ambon Tahun 2020 rata-rata 29,5 ºC dengan kisaran
suhu maksimum rata-rata 31,15 ºC dan suhu minimum 23,9 ºC. Tekanan Udara
Tertinggi terjadi di Bulan Maret sekitar 1010,9 milibar (mb) dan terendah di Bulan
Februari yaitu 1000,0 (mb).
II-3|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Kondisi Curah Hujan di Kota Ambon selama Tahun 2020 seperti disajikan pada
Gambar II.3 berikut :
2.1.4. Topografi
Kondisi topografi Kota Ambon pada umumnya terdiri dari daerah bergelombang
sampai terjal dengan luas ± 280 Km² atau 87%, sementara daerah datar seluas ±
42 Km2 atau 13% dari total wilayah daratan, sebagaimana terlihat pada Gambar
II.4.
II-4|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-5|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-6|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-7|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
2.1.5. Tanah
Jenis tanah yang tersebar di wilayah Kota Ambon antara lain Regosol, Aluvial,
Kambisol, Litosol, Rendzina, dan Gleisol (Gambar II.6), yait u:
1) Regosol; Tanah ini tersebar di sepanjang pesisir pantai dan daerah
bertopografi datar di Desa Passo sampai Poka, Desa Laha, dan Latuhalat.
Karakteristik Regosol antara lain bertekstur pasir atau kasar (pasir > 60%)
dari bahan-bahan albik tanpa horizon diagnostic kecuali A okrik. Vegetasi
penting yang tumbuh di atas tanah ini adalah kelapa, dan tumbuhan
semak belukar.
2) Aluvial; Tanah ini tersebar pada daerah-daerah bertopografi datar
terut ama di pusat Kota Ambon, Desa Passo, dan Poka. Aluvial
berkembang dari bahan induk Alluvium muda mempunyai susunan
berlapis atau kadar C-organik tidak teratur, dan yang tidak mempunyai
horizon diagnostic kecuali t ert imbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru
II-8|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
selain horizon A okrik, H histik atau sulfuric dengan kadar fraksi pasir <
60% pada kedalaman 25 cm sampai 100 cm dari permukaan tanah
mineral. Tanah ini memiliki solum sedang sampai dalam, dengan tekstur
sedang dan berdrainase agak buruk, berasosiasi dengan Regosol,
Kambisol, dan Rendzina. Vegetasi umumnya didominasi oleh kelapa dan
tanaman campuran.
3) Kambisol; Tanah ini umumnya tersebar di daerah perbukitan-
pegunungan. Karakteristik Kambisol antara lain terdapat horizon B kambik
atau hor izon A umbrik, A mollik, tanpa memperlihatkan g ejala
hidromorfik dalam penampang 50 cm dari permukaan. Tanah memiliki
solum sedang sampai dalam bertekst ur halus sampai agak kasar, dan
berdrainase baik, berasosiasi dengan Regosol, Aluvial, dan Litosol. Veg
etasi yang dit emukan ant ara lain semak belukar, tanaman c ampuran, dan
veg etasi hutan.
4) Litosol; Tanah ini tersebar di lereng-lereng perbukitan yang telah
mengalami erosi berat. Karakt erist ik Litosol antara lain mempunyai
horizon A umbrik dan tidak lebih dalam dari 25 cm; tidak mempunyai
horison diagnostik lainnya. Tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik,
solum dangkal, berasosiasi dengan Renzina dan Kambisol. Vegetasi yang
dijumpai antara lain tanaman campuran berumur set ahun dan semak
belukar.
5) Renzina; Tanah ini t ersebar di Desa Halong, Hutumuri, Latuhalat, Seilale,
dan Urimessing. Karakteristik Renzina antara lain terdapat horizon A mollik
dan di bawahnya langsung berupa batu kapur, kadar CaCO3 lebih dari 40
%. Bila horizon A mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna
horizon A mollik dapat menyimpang. Tanah memiliki solum dangkal
sampai sedang dengan tekstur sedang sampai halus dan berdrainase baik
di atas bahan induk koral, umumnya berasosiasi dengan Litosol dan
Kambisol. Vegetasi penting antara lain tanaman campuran, dan semak
II-9|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
belukar.
6) Gleisol; Tanah ini tersebar di daerah-daerah datar yang sering
dipengaruhi fluktuasi air tanah, seperti di Pusat Kota Ambon, Desa Lateri,
Passo sampai Laha. Karakteristik Gleisol antara lain adanya sifat
hidromorfik pada penampang tanah sampai kedalaman 50 cm tidak ada
horizon diagnostik selain horizon A, horizon hist ik, umbrik, dan molik.
II-10|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-11|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
2.1.6. Hidrologi
Sesuai dengan kondisi topografi Kota Ambon di pulau kecil, maka sungai-sungai di
Kota Ambon memiliki karakter khusus yang terdiri dari banyak sungai kecil dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak luas dan sempit. Sungai-sungai yang
mengalir umumnya tidak panjang. Sungai terpanjang adalah Wai Sikula di Desa
Laha dengan panjang mencapai 15,5 km, sedangkan sungai terpendek adalah Wai
Tomu dan Wai Batu Gajah dengan panjang 1,5 km yang mengalir di pusat Kota
Ambon.
Selain penurunan fungsi kawasan hutan pada DAS menjadi APL, sungai-sungai
utama seperti Wai Batu Gantung, Wai Batu Gajah, Wai Tomu, Wai Batu Merah,
dan Wai Ruhu berada pada permukiman perkotaan yang padat, sehingga sering
memiliki sanitasi lingkungan yang tidak sehat, seperti sampah, dan limbah
domestik yang tidak terkelola.
Sementara itu, ketersediaan air tanah di Kota Ambon dapat dikelompokkan atas:
(1) ketersediaan rendah yang umumnya berada di perbukitan; (2) ketersediaan
sedang di dataran rendah dan pesisir; serta (3) ketersediaan tinggi di beberapa
tempat tertentu seperti di Negeri Tawiri, Desa Waiheru, pesisir Negeri Hutumuri,
Negeri Rutong, dan Negeri Urimesing. Kawasan sepanjang pesisir merupakan
daerah dengan akuifer berproduksi baik, namun bukan merupakan daerah
resapan yang potensial, sehingga ketersediaan air tanahnya adalah sedang.
2.2.
II-12|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Penutup Lahan Ha %
Hutan Lahan Kering Primer 536,51 1,49258548
Hutan Lahan Kering Sekunder 9.888,62 27,51041104
Pertanian Lahan Kering 1265,07 3,519459307
Pertanian Lahan Kering Campur 9.854,85 27,41646198
Belukar 8.880,68 24,70629442
Tanah Terbuka 11,21 0,031186526
Pemukiman 4.965,45 13,81401758
Savana/Padang Rumput 405,57 1,128306822
Bandara/Pelabuhan 86,56 0,240812285
Hutan Mangrove Sekunder 50,49 0,14046456
TOTAL 35945,01 100
Sumber: KLHK RI, 2019
Kota Ambon memiliki tutupan lahan sebesar 29,541.65 Ha, dimana Kecamatan
Teluk Ambon memiliki tutupan lahan yang tinggi yakni 13,111.96 Ha atau 36.43%
sedangkan tutupan lahan terkecil berada pada Kecamatan Sirimau 3,675.65 Ha
atau 12.44%.
II-13|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-14|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-15|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Permukiman
Berdasarkan RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031, pengembangan permukiman
diarahkan sebagai berikut:
1) SWP I
Rencana lokasi penyebarannya terdapat di sebelah timur Galala untuk
permukiman kepadatan sedang-rendah, sedangkan permukiman kepadatan
tinggi dapat diarahkan di Gunung Nona, Kuda Mati, Air Salobar, Kusu-kusu, dan
Karang Panjang. Pengalokasian ini disesuaikan dengan konsep pengembangan
permukiman bahwa daerah pusat kota yang masuk ke dalam SWP I diarahkan
pengembangannya selain dengan sistem ektensifikasi (Landed House) juga
akan dikembangkan secara intensifikasi dengan pembangunan vertikal yaitu
Pembangunan Rumah Susun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
golongan menengah ke bawah dan pembangunan Apartemen untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat golongan menengah ke atas. Pelaksanaan
dari konsep ini memerlukan kajian lebih lanjut.
2) SWP II
Pembangunan permukiman kepadatan sedang rendah di selatan Halong,
sebelah barat Nania, sebelah Utara Passo ke arah hutan lindung (sebelah
selatan kawasan penyangga), dan sebelah Barat dan Utara Hunuth (berbatasan
dengan Kawasan Cadangan). Selain itu terdapat kawasan cadangan yang dapat
diperuntukkan sebagai permukiman namun memerlukan kajian lebih lanjut
terkait kondisi geologinya yang berupa batuan gamping yaitu yang berlokasi di
sebelah Selatan dan Tenggara Latta (sebelah Selatan Kawasan Pertahanan
Keamanan), sebelah Tenggara Lateri, Utara dan Timur Laut Nania, Utara
Wayheru (ke arah Hutan Lindung), dan sekitar Telaga Kodok.
3) SWP III
Pembangunan permukiman kepadatan sedang rendah di Utara Perumnas dan
sekitar Wayame. Selain itu terdapat kawasan cadangan yang dapat
diperuntukkan sebagai permukiman namun memerlukan kajian lebih lanjut
II-16|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
terkait kondisi geologinya yang berupa batuan gamping yaitu yang berlokasi di
sebelah Barat Laut Perumnas ke arah Kabupaten Maluku Tengah.
4) SWP IV
Pembangunan permukiman kepadatan sedang rendah sepanjang Leahari -
Hutumuri, sekitar Naku, dan sekitar Kilang.
5) SWP V
Pembangunan permukiman kepadatan tinggi di sebelah Barat Laut dan Timur
Airlouw, dan permukiman kepadatan sedang-rendah di sekitar Seilale -
Latuhalat - Airlouw. Selain itu terdapat kawasan cadangan yang dapat
diperuntukkan sebagai permukiman namun memerlukan kajian lebih lanjut
terkait kondisi geologinya yang berupa batuan gamping yaitu yang berlokasi di
selatan Gunung Nona, Selatan Amahusu sampai ke arah Eri.
3. Transportasi
Transportasi publik di Kota Ambon terdiri dari angkutan penumpang, becak,
sepeda motor (ojek) dan mobil online. Sampai dengan tahun 2020, data
transportasi publik yang teridentifikasi dengan baik yaitu angkutan penumpang
dengan jumlah trayek sebanyak 62 trayek dan jumlah angkutan sebanyak 1.162
unit. Jumlah trayek dan unit kendaraan sebagaimana terdapat pada Tabel II.3.
Tabel II.3. Data Angkutan Penumpang di Kota Ambon Tahun 2020
No. Nama Trayek Jumlah Parkir Keterangan
1. LIN I 34 A1 Terminal A1
2. LIN II 13 B Luas (M²) : 7.706
3. LIN III 155 A1 Jumlah Trayek : 15
4. LIN IV 5 A1 Jumlah Kend. : 763
5. LIN V 7 B
6. Batu Merah 29 Mobile
7. Karang Panjang 36 B
8. Ahuru 40 B
9. Soya 3 A1
10. Kusu – Kusu Sereh 9 A1
11. Air Salobar 102 A1 Luar A1
12. Kudamati 127 A1 Jumlah Trayek : 12
Jumlah Kend. : 149
13. Benteng Atas 74 A1
14. Kramat Jaya/Gunung Nona 24 A1
II-17|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-18|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-19|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
menunjukan bahwa kualitas udara di Kota Ambon sangat baik dan minim polutan,
hal ini tergambar pada Tabel II.5 dimana nilai ambang batas pada masing-masing
parameter menunjukkan hasil yang sangat rendah, kecuali polutan CO dengan
nilai parameter tertinggi sebesar 2.322. Meskipun demikian nilai parameter
polutan CO masih termasuk kategori rendah.
2.2.3. Kependudukan
Penduduk Kota Ambon pada tahun 2020 sebagaimana dirilis oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan jumlah penduduk sebesar 2.970 jiwa atau 0,77% dari tahun 2019 sebesar
384.132 jiwa menjadi 387.102 jiwa pada tahun 2020 yang tersebar di 5 (lima)
kecamatan dalam wilayah Kota Ambon. Secara umum peningkatan jumlah penduduk
di Kota Ambon dipengaruhi oleh adanya kelahiran dan migrasi (perpindahan)
penduduk. Kedudukan Kota Ambon sebagai ibukota provinsi dan Pusat Kegiatan
II-20|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Nasional (PKN) dengan berbagai fasilitas sosial dan perekonomian yang memadai
menjadi faktor pendorong bagi para migran dari wilayah–wilayah rural di luar Kota
Ambon untuk mencari lapangan pekerjaan dengan harapan memperoleh kehidupan
yang lebih layak karena kesempatan kerja yang lebih luas dan bervariasi di Kota
Ambon. Presentasi peningkatan jumlah penduduk di tahun 2020 lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang
berkepanjangan cukup berpengaruh terhadap migrasi dan penduduk. Kondisi
penduduk Kota Ambon dan sebaran penduduk pada masing-masing kecamatan tahun
2016–2020 sebagaimana terlihat pada Gambar II.7.
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2021
Gambar II. 7 Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2016 – 2020
3.
4.
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2021
Gambar II. 8 Prosentase Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Ambon Tahun 2020
II-21|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Pada Gambar II.8 terlihat bahwa pada Tahun 2020 jumlah penduduk terbanyak ada di
Kecamatan Sirimau sebanyak 167.592 jiwa atau 43,29%, sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit ada di Kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 10.400 jiwa atau 2,69%.
Prosentase distribusi penduduk per kecamatan tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar
II.8.
Tabel II.4. Distribusi dan Pertumbuhan Penduduk Kota Ambon
Menurut Kecamatan Tahun 2017 – 2020
No Kecamatan Penduduk (Jiwa)
2017 2018 2019 2020
1 Nusaniwe 99,397 94,802 98,417 98,952
2 Sirimau 161,262 162,226 166,397 167,592
3 Teluk Ambon 59,854 59,539 61,658 62,389
Baguala
4 Teluk Ambon 45,413 45,323 47,358 47,769
5 Leitimur Selatan 10,226 9,760 10,302 10,400
Kota Ambon 376,152 371,650 384,132 387,102
Pertumbuhan (%) (12,5) (1,19) 3,36 0,77%
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2021
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2021,
Kepadatan Penduduk Kota Ambon Tahun 2020 adalah 1.077 jiwa/km2. Kepadatan
II-22|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
penduduk per kecamatan diurut dari kepadatan tertinggi hingga terendah yaitu:
Kecamatan Sirimau dengan kepadatan 1.931 jiwa/km2, Kecamatan Teluk Ambon
Baguala dengan kepadatan 1.555 jiwa/Km 2, Kecamatan Nusaniwe dengan kepadatan
1.120 jiwa/km2, Kecamatan Teluk Ambon dengan kepadatan 510 Jiwa/km2, dan
Kecamatan Leitimur Selatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu berjumlah
206 jiwa/km2. Prosentase tingkat kepadatan penduduk per kecamatan bisa dilihat
pada Gambar II.10.
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon Tahun 2020
Gambar II. 9 Prosentase Distribusi Penduduk Per Kecamatan
di Kota Ambon Tahun 2019
Pengelompokan Penduduk Kota Ambon Menurut Jenis Kelamin tahun 2020 dapat
dilihat pada Tabel II.6.
Tabel II.6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tiap Kecamatan Tahun 2020
JENIS KELAMIN TOTAL
NO KECAMATAN
L P
1 2 3 4 5
II-23|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Penduduk jenis kelamin laki-laki di Kota Ambon lebih banyak jika dibandingkan
dengan penduduk jenis kelamin perempuan. Penduduk jenis kelamin laki-laki
berjumlah 194.231 jiwa atau 50,18% sedangkan penduduk jenis kelamin perempuan
berjumlah 192.871 jiwa atau 49,82%.
II-24|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-25|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-26|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
2.2.4. Ekonomi
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kondisi perekonomian daerah dapat digambarkan dengan nilai pertambahan barang dan jasa di daerah dan pertumbuhan ekonomi.
Pertambahan barang dan jasa ditunjukkan dari perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sedangkan pertumbuhan ekonomi
dapat dihitung menggunakan pertumbuhan nilai PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu
tahun tertentu sebagai tahun dasar.
Pandemic covid-19 yang berkepanjangan cukup mempengaruhi terhadap kondisi ekonomi di Kota Ambon Tahun 2020. Hal ini terlihat
dari Nilai PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2010 (dalam miliar rupiah) pada tahun 2020 adalah sebesar
Rp.10.192,38 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp.10.394,97,-. Pada sisi lain PDRB Kota Ambon Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2020 (dalam miliar rupiah) adalah Rp.14.706,63, lebih kecil dibandingkan tahun 2019 yaitu
Rp.14.808,72. Selama rentang waktu tahun 2016–2020, PDRB Kota Ambon baik ADHK maupun ADHB mengalami kenaikan secara
konsisten, terkecuali pada tahun 2020 yang mengalami penurunan sebagaimana terlihat pada Gambar II.11.
II-27|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Nilai PDRB ADHB Kota Ambon tahun 2020 (dalam miliar rupiah) didominasi oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib sebesar Rp.3.955,53 atau 26,90%; disusul sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor sebesar Rp.2.936,84 atau 19,97%; dan Sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar Rp.1.327,38 atau 9,03%. Kontribusi setiap
kategori lapangan usaha terhadap PDRB ADHB Kota Ambon pada tahun 2019 dan 2020 bisa dilihat pada Tabel II.7.
PDRB ADHK tahun dasar 2010 untuk tahun 2020 diketahui bahwa ada 3 sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap struktur
perekonomian Kota Ambon yaitu sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; sektor Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta sektor Informasi dan Komunikasi. Pada tahun 2020, nilai PDRB terbesar ada pada
sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mencapai (miliar rupiah) Rp.2.381.62 atau sebesar 23,37% dari
II-28|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
total PDRB Kota Ambon. Sektor kedua kontribusi terbesar yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor dengan total PDRB sebesar Rp.2.234.30 atau 21,92% dan yang ketiga yaitu sektor Informasi dan Komunikasi sebeser Rp.969,94
atau 9,52%. Secara rinci kontribusi setiap kategori lapangan usaha terhadap PDRB ADHK Kota Ambon pada tahun 2019 dan 2020 bisa
dilihat pada Tabel II.8.
Tabel II.8 Kontribusi Setiap kategori Lapangan Usaha terhadap PDRB ADHB
Tahun 2019 dan 2020
PDRB ADHB Peringkat
Kontribusi (%)
Uraian (miliar rupiah) Kontribusi
2019* 2020** 2019 2020 PDRB 2020
1 2 3 4 5 6
A. Pertanian 692.61 713.66 4.68 4.85 8
B. Pertambangan dan 46.21 46.70 0.31 0.32 15
Penggalian
C. Industri Pengolahan 534.58 524.20 3.61 3.56 9
D. Pengadaan Listrik dan Gas 25.61 27.90 0.17 0.19 17
E. Pengadaan Air , 113.40 115.90 0.77 0.79 14
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 746.25 747.25 5.03 5.08 7
G. Perdagangan Besar dan 3,030.04 2,936.84 20.62 19.97 2
Eceran Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan 1,554.33 1,327.38 10.50 9.03 3
II-29|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-30|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Tabel II.9 Kontribusi Setiap kategori Lapangan Usaha terhadap PDRB ADHK
Tahun 2019 dan 2020
Uraian PDRB ADHK Kontribusi (%) Peringkat
(miliar rupiah) Kontribusi
2019* 2020** 2019 2020 PDRB 2020
1 2 3 4 5 6
A. Pertanian 519.82 526.07 5.00 5.16 7
B. Pertambangan dan Penggalian 28.31 27.81 0.27 0.27 16
C. Industri Pengolahan 375.97 362.60 3.62 3.56 9
D. Pengadaan Listrik dan Gas 18.47 20.00 0.18 0.20 17
E. Pengadaan Air , Pengelolaan 87.73 88.73 0.84 0.87 14
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
F. Konstruksi 499.28 499.18 4.80 4.90 8
G. Perdagangan Besar dan Eceran 2,337.90 2,234.30 22.49 21.92 2
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 1,043.66 900.59 10.04 8.84 4
I. Penyediaan Akomodasi dan 305.21 278.01 2.94 2.73 10
Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 960.44 969.94 9.24 9.52 3
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 719.33 782.95 6.92 7.68 5
L. Real Estate 29.47 29.42 0.28 0.29 15
MN. Jasa Perusahaan 195.93 194.23 1.88 1.91 12
II-31|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
b. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Kota Ambon selama kurun waktu 2016 - 2020 berdasarkan PDRB ADHK tahun dasar 2010 bertumbuh cukup konstan yaitu 6,15 % di
tahun 2016, 6,17 % di tahun 2017 dan 6,21 % di tahun 2018. Pada Tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 5,81 % dan di tahun 2020,
terjadi penurunan yang signifikan menjadi -1,95%, kondisi ini tidak terlepas dari dampak Pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap
perekonomian dunia maupun nasional dan di Kota Ambon sebagaimana terlihat pada Gambar II.12.
II-32|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
II-33|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
a) Laju Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya daya beli masyarakat yang diikuti dengan semakin
lemahnya/merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Inflasi memberikan indikasi adanya kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus selama periode tertentu, meskipun kenaikan harga-harga tersebut tidak secara bersamaan.
Pada tahun 2020 Kota Ambon mengalami inflasi sebesar 0,06 % dan lebih rendah dari tahun 2019 di mana terjadi inflasi sebesar 2,06 %
sebagaimana terlihat pada Gambar I.10. Pada Tahun 2020, Inflasi tertinggi terjadi di bulan Januari yaitu sebesar 0,65 % dan deflasi
tertingi terjadi pada Bulan Maret sebesar -0,71 %.
II-34|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Selama tahun 2020, Kelompok Barang yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Inflasi di Kota Ambon adalah Kelompok
Perawatan Pribadi (4,6), Kelompok Pakaian dan Alas Kaki (3,14), dan Kelompok Pendidikan (2,79). Sedangkan Kelompok Barang yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap Deflasi di Kota Ambon sepanjang tahun 2020 adalah Kelompok Transportasi (-8,93),
Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (-1,51) serta Kelompok Kesehatan (-0,13).
Perkembangan Inflasi Kota Ambon yang Dirinci per bulan tersaji pada Tabel II.10 dan Gambar II.14.
Tabel II.10 Perkembangan Inflasi Kota Ambon Dirinci Per Bulan (mounth to mounth) Tahun 2015 – 2020
II-35|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2021 dan Berita Resmi Statistik Januari 2021
II-36|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
SMK/MA Tinggi/Sekolah
Tinggi/Akademi
Nusaniwe 25 55 11 13 3
Sirimau 38 76 2 23 1
Leitimur Selatan 4 13 4 3 -
Teluk Ambon 16 28 6 12 5
Baguala
Teluk Ambon 13 34 9 9 3
Total 96 206 32 60 12
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2021
b. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kota Ambon pada tahun 2020 terdiri dari Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan
Apotek yang tersebar di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kecamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Teluk
Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk Ambon. Adapun jumlah Rumah Sakit sebanyak 11 unit, Poliklinik sebanyak 17 unit, Puskesmas
sebanyak 20 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 29 unit, dan Apotek sebanyak 23 unit.
II-37|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
c. Kawasan Militer
Kawasan militer di dalam RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031 meliputi: a. kawasan markas TNI-AD, meliputi Kodam Pattimura, dan
markas tentara yang tersebar di wilayah Kota Ambon; b. kawasan markas TNI-AL, meliputi Lantamal IX di Desa Halong; dan c. kawasan
markas TNI-AU di Desa Laha, dekat Bandar Udara Pattimura. Rencana pengembangan kawasan militer merupakan kewenangan dari
Pemerintah Pusat.
II-38|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon
Kawasan khusus Bandar Udara dalam pengembangannya diarahkan untuk Negeri Laha dan Negeri Tawiri dan pengembangan kawasan
khusus Bandar Udara akan diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata Ruang.
II-39|