Sebagai ibukota propinsi Sumatera Selatan, letak Kota Palembang sangat strategis
karena berada di rute perdagangan Nasional maupun internasional. Hal ini didukung oleh letak
Kota yang dilalui oleh jalan lintas timur Sumatera yang juga merupakan jalan internasional
Asean dan Asian Highway. Letak Kota yang berdekatan dengan segitiga emas pertumbuhan
SIJORI (Singapura-Johor-Riau) membuat Kota Palembang mempunyai ruang akses dan
mobikitas yang tinggi dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan.
Kota Palembang yang memiliki luas wilayah 40,061 km2 atau 40.061 ha. Wilayahnya
membentang di sepanjang Sungai Musi yang membagi wilayah Kota Palembang menjadi dua
wilayah yaitu wilayah seberang ulu di bagian selatan dan wilayah seberang ilir di bagian utara.
Kedua bagian dihubungkan oleh jembatan Ampera di kawasan tengah kota, sedang di Barat
Laut dihubungkan oleh jembatan Musi II. Di beberapa bagian dalam kota lebar sungai Musi
mencapai 200 meter dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman.
Kota Palembang merupakan salah satu Pusat Kegiatan Nasional yaitu merupakan simpul
industri, perdagangan, jasa dan transportasi yang mempunyai keterkaitan dengan daerah
hinterland. Untuk itu maka dalam pengembangannya harus terintegrasi dengan daerah
sekitarnya, terutama daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Palembang. Secara
geografis wilayah Kota Palembang berbatasan langsung dengan beberapa desa dan kecamatan
di Kabupaten Musi Banyu Asin, Muara Enim dan Ogan Komering Ilir. Batas wilayah Kota
Palembang adalah sebagai berikut :
a. Batas sebelah Utara : Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa Kenten
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Musi Banyuasin.
b. Batas sebelah Selatan : Desa Bakung Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan
Komering Ilir dan Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara
Enim.
c. Batas sebelah Timur : Desa Balai Makmur Kecamatan Musi Banyuasin I, Kabupaten
Musi Banyuasin.
d. Batas sebelah Barat : Desa Sukajadi Kecamtan Talang Kelapa Kabupaten Musi
Banyuasin.
Dilihat dari garis bujur dan lintangnya Kota Palembang berada pada posisi 104 0 37’ –
1040 52’ Bujur Timur dan 20 52’ – 30 05’ Lintang Selatan. Letak Kota Palembang dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Secara keseluruhan Kota Palembang terletak di daerah tropis yang berdekatan dengan
laut, sehingga iklim di daerah ini banyak dipengaruhi angin laut, akibatnya jumlah curah hujan
di Kota Palembang cukup tinggi berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/tahun dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada Bulan Oktober. Suhu udara di Kota Palembang cukup panas yaitu antara
23oC – 31,7oC sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 75% - 89% serta rata-rata
penyinaran matahari 45%. Musim kemarau terjadi antara Bulan April sampai September dan
musim hujan antara Bulan Oktober sampai Maret. Pada Bulan Januari – April angin bertiup ke
arah Barat Laut dan pada Bulan Mei – Desember ke arah Tenggara dengan kecepatan berkisar
antara 2,53 – 4,56 km/jam.
2.1.3. Topografi
Ketinggian Kota Palembang yang rata-rata hanya 12 meter di atas permukaan air laut
dan kedekatan jarak Kota Palembang dengan Selat Bangka menyebabkan Kota Palembang
sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang mencapai ketinggian 3 sampai 5 meter.
Kondisi topografi Kota Palembang mempunyai karakter yang berbeda antara Seberang
Ulu dan Seberang Ilir, wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif
datar dan sebagian besar di bawah permukaan air pasang maksimum dengan ketinggian 3,75
meter di atas permukaan laut dan sebagian lagi berupa lahan yang telah mengalami
penimbunan dan reklamasi.
Pada bagian wilayah Seberang Ilir, topografi bervariasi antara 4 – 20 meter di atas
permukaan air laut. Sampai dengan 5 km ke arah Utara sungai Musi topografinya relatif menaik
dan setelah itu semakin ke Utara semakin menurun kembali.
2.1.4. Geologi
Secara umum batuan dasar yang membentuk kota Palembang adalah berupa lempung,
pasir lempung, napal dan napal pasiran. Batuan ini bersifat plastis teguh dan kedap air.
Sebagian besar jenis tanah di wilayah kota Palembang adalah tanah liat dan lapisan
aluvial terutama di Seberang Ilir, sementara di Seberang Ulu terdiri dari tanah liat berpasir.
2.1.5. Hidrologi
Kota Palembang secara fisiografis memiliki karakteristik yang khas yaitu merupakan
daerah yang sebagian besar adalah rawa dan mempunyai banyak sungai. Pada Tahun 1992 di
Kota Palembang terdapat 108 sungai, tetapi pada tahun 1998 hanya tinggal 86 sungai, dari
sejumlah sungai tersebut hanya terdapat (5) lima sungai yang masih dapat dilayari :
Kota Palembang dibelah menjadi dua bagian besar oleh Sungai Musi, sementara anak-
anak Sungai Musi menjadikan Kota Palembang menjadi Kota Tepian Air. Anak-anak sungai
tersebut adalah Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Keramasan, Sungai Alur dan Sungai
Sriguna di Seberang Ulu, sementara di wilayah Seberang Ilir terdapat Sungai Lambidaro, Sungai
Sekanak, Sungai Bendung, Sungai Buah, Sungai Selincah, Sungai Batang, Sungai Gasing,
Sungai Kenten dan lain-lain. Kondisi topografi dan hidrologi yang sedemikian rupa,
menyebabkan wilayah kota Palembang secara umum banyak yang tergenang (37%) dan
tergenang musiman (15%) dengan kecenderungan terjadinya genangan/rawa yang lebih luas,
khususnya di wilayah Seberang Ulu.
Kondisi Tata Guna lahan di wilayah Kota Palembang dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Seiring dengan perkembangan kota yang menuntut adanya pelayanan yang optimal,
maka melalui SK Gubernur KDH TK I Sumatera Selatan No. 783/SK/III/1995 tanggal 2 Oktober
1995, tentang “Pemekaran Kelurahan dalam Kota Palembang”, Kota Palembang dimekarkan
menjadi 100 (seratus) kelurahan dan 3 (tiga) desa yaitu 2 (dua) desa di Kecamatan Sako dan 1
(satu) desa di Kecamatan Seberang Ulu I.
Perkembangan pemekaran kota Palembang dapat dilihat dalam Tabel 2.1, sedangkan
Peta Administrasi Kota Palembang saat ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2001 jumlah penduduk Kota Palembang sebesar
1.471.443 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebesar 732.564 jiwa (49,78%) dan
perempuan sebesar 738.879 jiwa (50,21%) ini berarti jumlah penduduk perempuan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Jika dilihat per kecamatan tampaknya
penduduk kota Palembang terakumulasi di kecamatan Ilir Timur II sebanyak 12,30% (180,952),
di kecamatan Sukarami sebesar 172.631 jiwa (11,73%), dan di kecamatan Ilir Barat I sebesar
119.004 jiwa (8,09%). Data jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya per kecamatan pada
Tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.2, sedangkan data penyebaran dan kepadatan penduduk
tiap kecamatan pada tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.3, dan Gambar 2.4.
Tabel 2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Di Kota Palembang
Tahun 2001
Penduduk
No. Kecamatan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Ilir Barat I 37.728 38.388 76.116
2. Ilir Barat II 79.662 80.067 159.729
3. Ilir Timur I 47.378 47.475 94.853
4. Ilir Timur II 59.308 59.736 119.044
5. Seberang Ulu I 44.221 47.119 91.340
6. Seberang Ulu II 90.176 90.782 180.952
7. Sako 51.675 51.198 102.873
8. Sukarami 86.254 86.377 172.631
9. Gandus 26.617 26.734 53.351
10. Kertapati 43.548 44.121 87.669
11. Plaju 45.634 45.608 91.242
12. Bukit Kecil 27.349 27.393 54.742
13. Kemuning 47.557 48.824 96.381
14. Kalidoni 45.457 45.063 90.520
Total 732.564 738.879 1.471.443
Sumber : BPS Kota Palembang, diolah dari Susenas 2001
Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga menurut Kecamatan di
Kota Palembang 2001
Jumlah Kepadatan
Luas
No. Kecamatan Rumah Penduduk
(Km2) Penduduk
Tangga (jiwa/km2)
1. Ilir Barat I 6,22 14.972 76.116 12.229
2. Ilir Barat II 17,45 32.948 159.729 9.156
3. Ilir Timur I 10,69 19.030 94.853 8.873
4. Ilir Timur II 19,77 24.270 119.044 6.021
5. Seberang Ulu I 6,50 19.612 91.340 14.052
6. Seberang Ulu II 25,58 36.746 180.952 7.074
7. Sako 42,58 20.572 102.873 2.420
8. Sukarami 98,56 36.359 172.631 1.752
9. Gandus 68,78 10.997 53.351 776
10. Kertapati 42,56 17.733 87.669 2.060
11. Plaju 15,17 18.739 91.242 6.015
12. Bukit Kecil 9,92 12.310 54.742 5.518
13. Kemuning 9,00 19.699 96.381 10.709
14. Kalidoni 27,92 17.737 90.520 3.242
Total 400,70 301.697 1.471.443 3.673
Sumber : BPS Kota Palembang, diolah dari Susenas 2001
Pertumbuhan penduduk Kota Palembang dalam kurun waktu 1980 – 1990 rata-rata
sebesar 3,78% per tahun sedangkan dalam kurun waktu 1990 – 2001 turun menjadi 2,4%, jika
dilihat per kecamatan pola pertumbuhan penduduk di semua kecamatan mengalami penurunan
yang cukup besar, namun demikian tingkat pertumbuhan penduduk Palembang masih cukup
tinggi terutama jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk secara nasional sebesar
1,5% per tahun dan ditingkat propinsi Sumatera Selatan 2,36 per tahun.
Distribusi usia penduduk Kota Palembang di dominasi oleh usia muda hal ini bisa dilihat
dari jumlah penduduk berusia 0-14 tahun sebesar 453,884 jiwa atau 30,85% yang merupakan
jumlah penduduk terbesar dari total penduduk Kota Palembang. Jumlah penduduk usia
produktif di Kota Palembang berjumlah 1.125.854 jiwa atau sebesar 76,5%, sedangkan
kelompok usia tidak produktif yaitu penduduk yang berusia di bawah sepuluh tahun dan yang
berusia diatas 65 tahun berjumlah 345.589 jiwa atau sebesar 23,5%. Dilihat dari angka
ketergantungannya yaitu sebesar 48, jumlah ini masih relevan karena dari 100 orang usia
produktif harus menangung 48 orang usia tidak produktif. Data pertumbuhan penduduk dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 2001 tiap kecamatan di Kota Palembang dapat dilihat pada
Tabel 2.4, sedangkan distribusi usia penduduk di Kota Palembang dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Prediksi pertumbuhan penduduk Kota Palembang menurut Kecamatan, Tahun 1999, 2004
dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.6. berikut ini. (data masih berbasis kecamatan lama).
2.4. PEREKONOMIAN
Pembangunan ekonomi di Kota Palembang pada rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir ini
terlihat laju pertumbuhan ekonominya melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
juga bisa dilihat dari angka inflasi pada tahun 2001 yang masih cukup tinggi yaitu sebesar
Kontribusi yang paling menonjol di Kota Palembang terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) adalah pada sektor industri pengolahan yang kontribusinya sekitar 34,98 %
dengan migas dan 27,31 % tanpa migas. Hal ini adalah salah satu usaha pemerintah dalam
membentuk kerangka kebijakan Agro Base Industry. Kondisi ini sangat memberi arti bahwa
proses industrialisasi diharapkan akan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja (Labour
Intensive) agar tenaga pengangguran termasuk pengangguran tersembunyi (Disguise
Unemployment) dapat terserap. Peningkatan pendapatan per kapita Kota Palembang tidak
seiring dengan makin meratanya tingkat pendapatan pemduduk dalam usaha mensejahterakan
penduduk baik di perkotaan maupun di pedesaan. Distribusi pendapatan dalam 2 (dua) tahun
terakhir menunjukkan makin melebarnya pemerataan pendapatan.
Secara riil berdasarkan harga konstan, PDRB Kota Palembang dengan migas pada tahun
2001 sebesar Rp. 3.378.471 juta atau meningkat sekitar 4,99 % dibandingkan tahun 2000
sebesar Rp. 3.217.978 juta atau dilihat dari perkembangannya dari tahun 1993 naik sebesar
40,24 %. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tanpa migas pada tahun 2001 naik 5,14
% menjadi sebesar Rp. 3.021.984 juta dibandingkan tahun 2000 sebesar Rp. 2.874.236 juta,
Jika dilihat perkembangannya dari tahun 1993 PDRB Kota Palembang atas dasar harga konstan
meningkat sebesar 41,32 persen, yang artinya tiap tahun berkembang rata-rata 5,16 % per
tahun. Secara lengkap PDRB Kota Palembang atas dasar harga belaku dan harga konstan tahun
1997 s/d 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.
Tabel 2.7. PDRB Kota Palembang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (juta) Tahun 1997 – 2001
Tahun
No. Lapangan Usaha
1997 1998 1999 2000 2001
1.
Pertanian 30.445 44.080 56.304 67.032 79.948
2.
Pertambangan & Penggalian - - - - -
3.
Industri Pengolahan 1.748.214 2.839.422 3.155.915 3.885.170 4.472.798
4.
Listrik, Gas dan Air Bersih 70.023 90.201 112.352 140.895 177.034
5.
Bangunan 273.611 325.294 351.508 416.879 474.578
6.
Perdagangan, Hotel & 1.022.672 1.450.950 1.687.683 2.035.615 2.453.836
Restoran
7. Pengangkutan dan komunikasi 630.690 809.501 1.119.946 1.310.419 1.580.415
8. Keuangan, Persewaan & Jasa 445.738 632.089 690.755 649.327 740.699
Perusahaan
9. Jasa - Jasa 448.926 618.335 766.610 984.723 1.139.865
PDRB dengan Migas 4.670.319 6.809.872 7.941.073 9.487.060 11.119.173
PDRB tanpa Migas 4.238.830 6.189.483 7.169.264 8.143.703 9.384.849
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Palembang , 2001
-15
Pertumbuhan ekonomi Kota Palembang
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Tahun
tahun 2001 meningkat dibandingkan tahun
Sumber : PDRB Kota Palembang , 2001 sebelumnya walaupun tidak terlalu signifikan, hal
ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan PDRB harga
konstan yang meningkat 4,99 % dengan migas dan 5,14 % tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi
Kota Palembang tahun 1995 s/d tahun 2001 dapat dilihat pada Gambar 2.6. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kota Palembang tersebut lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi Propinsi Sumatera Selatan dan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 4,11 %
dengan migas dan 4,95 % tanpa migas untuk Propinsi Sumatera Selatan dan sebesar 3,32 %
dengan migas dan 3,98 % tanpa migas untuk pertumbuhan ekonomi nasional yang berdasar
laju pertumbuhan harga konstan.
Jasa-jasa Jasa-jasa
10% Pertanian
Angkut Kuangan 11% Pertanian
1% Keuangan
7% Angkut 1%
14% Tambang 8%
0% 14% Tambang
0%
Dagang Industri
36% Industri
26% Listrik 28%
Bangunan Listrik Dagang
4% 2% Bangunan 3%
31%
4%
Gambar. 2.6. Struktur Ekonomi Kota Gambar. 2.7. Struktur Ekonomi Kota
Palembang dengan Migas Palembang tanpa Migas
Laju inflasi secara keseluruhan ditingkat produsen diseluruh sektor ekonomi tahun 2001
sebesar 11,64 % dengan migas dan 9,61 % tanpa migas, laju inflasi tersebut lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 13,53 % dengan migas dan 8 % tanpa migas.
Secara sektoral, inflasi tertinggi terjadi di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
yaitu sebesar 25,94% disusul kemudian sektor pertanian sebesar 17,51 %. Data laju inflasi
sektoral si Kota Palembang pada tahun 2001 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Pendapatan per kapita penduduk Kota Palembang pada tahun 2001 berdasarkan harga
berlaku dengan migas sebesar Rp. 6.283.662,-. Angka ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan tahun 2000 dengan pendapatan perkapita sebesar Rp.
5.433.339,- atau berarti telah mengalami penambahan sebesar Rp. 850.323,-. Sedangkan
berdasarkan harga berlaku tanpa migas, pendapatan per kapita Penduduk Kota Palembang pada
Tahun 2001 sebesar Rp. 5.256.014,- atau meningkat sebesar Rp. 633.974,- dibanding tahun
2000 dengan pendapatan per kapitanya Rp. 4.622.040,-.
Jika dibandingkan dengan pendapatan per kapita Propinsi Sumatera Selatan, pendapatan
per kapita penduduk Kota Palembang tidak berbeda jauh, untuk pendapatan per kapita Propinsi
Sumatera Selatan berdasar harga berlaku dengan migas sebesar Rp.6.778.602,- lebih tinggi
dibanding Kota Palembang (Rp. 6.283.662,-.), sedangkan tanpa migas sebesar Rp. 4.344.089,-
lebih rendah dibandingkan Kota Palembang (Rp. 5.256.014,-).
Untuk pendapatan perkapita Propinsi Sumatera Selatan berdasar harga konstan dengan
migas sebesar Rp. 1.856.686,- lebih rendah dibanding Kota Palembang (Rp. 1.874.483,-),
sedangkan tanpa migas sebesar Rp. 1.473.239,- lebih rendah dibandingkan Kota Palembang
(Rp. 1.709.540,-).