METODE PELAKSANAAN
Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor DISTRIK KAYUNI
Kabupaten Fakfak, Propinsi Papua Barat
A. LINGKUP PEKERJAAN
Secara Umum Komplek Bangunan ini merupakan bangunan baru yang akan dipergunakan
untuk menunjang fasilitas pelayanan kepada masyarakat di Distrik Kayuni.
B. TAHAPAN PELAKSANAAN
I.A PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan ini meliputi penimbunan kembali galian pondasi, penimbunan rencana lantai
bangunan, penggalian, sehingga titik peil sesuai dengan gambar rencana.Ketentuan-ketentuan dalam
melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Galian Tanah
a. Sebelum melaksanakan penggalian, posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar
sudah dipastikan benar dan harus mendapat persetujuan Direksi / Pengawas lapangan.
b. Penggalian tanah pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouwplank dan patok-patok
disetujui Direksi / Pengawas lapangan.
c. Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan jika pada galian terdapat akar-akar kayu,
kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat), maka bagian ini harus
dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug.
d. Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang sudah siap
segera dilanjutkan dengan rabat beton (K100) dan urugan pasir.
2. Rabat Beton (Beton Cor Lantai Kerja) / Pasir Urug
Beton Cor Lantai Kerja / Pasir urug berfungsi sebagai penahan supaya beton tidak langsung
menyentuh tanah yang dalam pelaksanaan seringkali saat fabrikasi besi beton bersinggungan
dengan tanah sehingga karakteristik besi beton dan monolitnya antara beton dan besi bisa terganggu.
Didalam Bestek disebutkan bahwa ketebalan rata-rata lantai kerja : 5 cm, sedangkan pasir urug : 10
cm. Untuk pekerjaan lantai kerja dibuat dari beton mutu K-100 menurut NI-2, atau lebih kurang setara
dengan fc’ = 8,3 MPa menurut SKSNI-T15-1991.
A. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi dalam pekerjaan ini menjadi pekerjaan utama dimana pondasi dibagi
menjadi :
1
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
3. Bahan-Bahan
(a) Semen Portland
1. Semen yang dipakai adalah jenis Porland Cement normal tipe-I yang segara dengan tidak
ada tanda-tanda prahidrasi (proses pembatuan), dan yang memenuhi semua ketentuan dan kriteria
standar SII 0013-81 dan Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986, atau ASTM-C150.
2. Semen disimpan di dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di atas lantai tumpuan
setinggi + 30 cm, dengan tumpukan kantong semen tidak melebihi sepuluh lapis.
3. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman serta dipakai sesuai urutan
pengirimannya.
(b) Pasir (agregat halus)
1. Agregat halus atau pasir untuk beton, berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 “Mutu dan cara uji agregat beton”, atau ASTM-C33, dan
yang disetujui oleh Direksi.
2
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
2. Agregat halus terdiri dari butir yang keras dan tajam. Butir-butir agregat bersifat kekal,
artinya tidak menjadi lapuk atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari atau
hujan.
3. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melaui ayakan 0.063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 5% maka agregat dicuci dulu sebelum dipakai dalam pengadukan, dengan
metode pencucian yang disetujui oleh Direksi.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka raqam besarnya dan mempunyai
penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan standar yang berlaku.
(c) Kerikil dan batu pecah (agregat kasar)
1. Agregat kasar untuk beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu, sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-8- “Mutu dan cara uji agregat beton”, atau ASTM-
C33, dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat
kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan
mutu agregat untuk berbagai mutu beton, maka agregat kasar memenuhi ketentuan-ketentuan di
bawah ini.
2. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar tidak melebihi :
3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan atau berkas batang tulangan, atau
1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau
1/3 dari tebal plat.
3. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan mempunyai
penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan standar yang berlaku. Agregat kasar terdiri dari
butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya
dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% berat agregat
seluruhnya. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm.
Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat dicuci dulu sebelum digunakan dalam adukan
beton, dengan metode pencucian yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
4. Agregat kasar tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif
alkali.
(d) Gradasi butiran agregat halus dan kasar
susunan butiran agregat halus dan kasar untuk semua beton struktural diperiksa dengan
melakukan analisa ayakan, sesuai standar yang berlaku. Untuk itu ditetapkan susunan ayakan dengan
lubang-lubang persegi, dengan ukuran lubang dalam mm berturut-turut 31,5-16,0-8,0-4,0-2,0-1,0-
0,5-0,25 (ayakan ISO).Kecuali untuk beton yang dipakai pada lantai kerja.
(e) Air
1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air yang tidak mengandung minyak,
asam, alkali, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang bisa merusak beton dan/atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang lulus pengujian di laboratorium sebagai air tawar
yang dapat diminum.
2. Apabila terdapat keraguan mengenai air dianjurkan untuk mengirimkan contoh air ke
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu
mengandung zat-zat yang bisa merusak beton dan/atau baja tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebutkan diatas tidak dapat dilakukan, maka
dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air, diadakan percobaan perbandingan antara tekanan
kekuatan mortar (semen dan pasir) dengan memakai air itu dan dengan memakai air minum. Air
tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan tekan mortar dengan menggunakan air itu pada
umur 7 dan 28 hari paling sedikit 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air minum.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton diusahakan secermat-cermatnya dan
setepat-tepatnya, dengan sudah memperhitungkan semua koreksi yang perlu dilakukan akibat kadar
air yang berbeda yang dikandung agregat di lapangan.
(f) Baja tulangan
1. Baja tulangan untuk beton struktural pada umumnya menggunakan baja tulangan ulir atau
deform (BJTD) dengan tegangan leleh 400 MPa, kecuali untuk tulangan kecil dengan diameter lebih
kecil 13 mm atau untuk tulangan spiral bisa digunakan baja tulangan polos (BJTP) dengan tegangan
leleh 240 MPa.
2. Semua baja tulangan beton struktural yang dipakai dalam pekerjaan ini memenuhi salah
satu dari syarat dan ketentuan berikut :
(a) Mutu dan cara uji baja tulangan beton SII 0136-84.
(b) Specification for deformed and plain billet-steel bars for concrete reinforcement ASTM-
A615.
3
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
(c) Specification for rail-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement ASTM-
A616. Disamping itu terhadap baja tulangan dilakukan uji lengkung (bend test) dan hasil ujinya
memenuhi persyaratan uji lengkung untuk batang tulangan baja poros (axle-steel) ASTM-A617, mutu
400.
(d) Specification for axle-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement ASTM-
A617.
(e) Standar specification for low-alloy steel deformed bars for concrete reinforcement ASTM-
A706.
Pemakaian baja tulangan dari jenis yang berlainan dari ketentuan diatas, mendapat
persetujuan Manajemen Konstruksi.
3. Baja tulangan deform/ulir yang mempunyai tegangan leleh melampaui 370 MPa boleh
dipakai asalkan tegangan lelehnya memberikan regangan awal leleh sebesar 0.35% dan baja tulangan
tersebut memenuhi salah satu syarat dan ketentuan dalam spesifikasi di atas serta mendapat
persetujuan Direksi.
4. Baja tulangan disuplai dari satu sumber (manufacture), akan dilakukan pengujian tarik baja
tulangan pada laboratorium yang disetujui Manajemen Konstruksi, berjumlah minimum 3 (tiga)
batang untuk setiap jenis percobaan, untuk besi yang diameternya diatas 13 mm dengan panjang +
100 cm untuk masing-masing. Percobaan mutu baja tulangan juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Direksi/Pengawas. Pengiriman contoh benda uji ke laboratorium
dilakukan bersama-sama Direksi/Pengawas.
5. Pemasangan baja tulangan dilakukan sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan
Direksi. Hubungan antara baja tulangan yang satu dengan lainnya menggunakan kawat beton, diikat
dengan teguh, tidak menggeser selama pengecoran dan pemadatan beton, serta bebas dari kotoran
berminyak, tanah dan lain sebagainya. Hanya bila ditunjukkan dalam gambar dengan suatu tanda
khusus, baja tulangan boleh dilas dengan seijin Direksi. Dalam hal ini disertakan standar SII atau
ASTM mengenai baja tulangan, untuk keperluan laporan tentang sifat bahan guna memenuhi
prosedur pengelasan yang ditetapkan dalam “Structural welding code for reinforcing steel”
(AWSD1.4) dari Amerian Welding Society.
6. Penggunaan jaringan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wire-mesh dan sejenisnya
terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi. Bila disetujui oleh Direksi Konstruksi, maka jaringan
baja tulangan tersebut memenuhi ketentuan dan syarat dalam SII 0784-83 “Jaringan kawat baja las
untuk tulangan beton” atau “Specification for welded steel wire fabricated for concrete
reinforcement” ASTM-A185.
(g) Bahan campuran tambahan ( additives / admixtures )
Jika disetujui oleh Direksi, maka bahan campuran tambahan atau additives/admixtures boleh
dipakai. Bahan tambahan merupakan cairan, atau bubuk yang bisa ditambahkan ke dalam adukan
beton selama proses pencampuran/pengadukan, untuk memperbaiki sifat fisik dan/atau kimiawi
adukan beton (fresh concrete) maupun beton yang sudah mengeras (hardened concrete). Tujuan
penggunaan bahan tambahan yang dibenarkan dalam pekerjaan ini adalah untuk memenuhi salah satu
tujuan:
a. Perbaikan sifat adukan beton.
b. Meningkatkan mutu beton.
c. Meningkatkan workability tanpa menambahkan kadar air.
d. Mengurangi kadar air untuk meningkatkan mutu beton namun tidak mengurangi
workability beton.
e. Memperlambat setting awal untuk mengantisipasi transportasi yang jauh.
f. Mengurangi slump loss (kecepatan penurunan nilai slump).
g. Meningkatkan pumpability (kemudahan pemompaan).
h. Mengurangi panas hidrasi yang timbul, terutama pada proses pengecoran beton massa.
i. Membuat ekspansi volume untuk keperluan grouting.
j. Meningkatkan ketahanan anti korosi pada beton, terutama pada lingkungan yang agresif
seperti di bawah tanah atau di dekat laut.
k. Membuat beton kedap air.
4
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
5. Pelaksanaan
(a) Adukan beton yang dibuat setempat ( site mixing)
Adukan beton yang dibuat setempat untuk volume kecil, memenuhi syarat syarat - sebagai
berikut :
1. Pelaksanan penakaran semen dan agregat dengan kotak-kotak takaran yang volumenya
sama sesuai hasil trial mixes dan disetujui oleh Direksi.
2. Banyaknya air untuk campuran beton sesuai dengan trial mixes, sedemikian rupa sehingga
tercapai sifat kemudahan kerja (workability) yang sesuai dengan penggunaannya.
3. Adukan beton dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton (batch mixer), dimana
tipe dan kapasitasnya mendapatkan persetujuan Direksi .
4. Kecepatan pengadukan sesuai dengan rekomendasi dari pembuat mesin tersebut.
5. Jumlah adukan beton tidak melebihi kapasitas mesin pengaduk.
6. Lama pengadukan tidak kurang dari 5 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk.
7. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit dibersihkan dulu dari sisa-sisa beton
lama sebelum dimulainya adukan beton yang baru.
(b) Lantai kerja
Lantai kerja pada umumnya dibuat dari beton dengan mutu fc’ = 10 MPa menurut SKSNI-
T15-1991, atau lebih kurang setara dengan K-125 menurut NI-2. Peil akhir lantai kerja diperiksa
kembali terhadap level ketinggian yang disyaratkan dalam gambar rencana. Khusus untuk lantai kerja
pondasi dangkal/telapak, lantai kerja bisa dibuat dari beton mutu B0 menurut NI-2, atau lebih kurang
setara dengan fc’ = 8 MPa menurut SKSNI-T15-1991. Sebagai pedoman umum, beton dengan mutu
B0 (menurut NI-2) dapat dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 3 :
5. Namun demikian hal apapun, perbandingan jumlah pasir dan kerikil (atau batu pecah) terhadap
jumlah semen, tidak melampaui 8 : 1.
(c) Penggunaan beton
1. Beton secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun bergesernya posisi tulangan atau acuan.
Pengecoran dilaksanakan secara kontinyu dalam satu elemen struktur atau diantara siar pelaksanaan
(construction joint) yang telah disetujui.
2. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum acuan/bekisting dan
pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan mendapat persetujuan Manajemen konstruksi.
Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu dibersihkan dari segala
kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lainlain) dan dibasahi dengan air semen.
3. Pengecoran dilakukan secara berlapis dan kontinyu, atau dengan metode pengecoran yang
diusulkan Pihak Kami dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi , dengan memperhatikan cara atau
urutan pengecoran terutama untuk volume pengecoran yang besar (beton massa), agar tidak terjadi
cold joint dan juga menghindari kemungkinan degradasi atau kerusakan beton akibat panas hindrasi
yang ditimbulkan. Untuk itu, sebelum pengecoran dilaksanakan, Pihak Kami menyampaikan usaha
prosedur pengecoran yang optimum kepada Direksi, untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
4. Selama proses pengecoran, perlu dilakukan uji slump dan pengambilan contoh benda uji,
dengan disaksikan persetujuan dari Direksi. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh
5
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
benda uji dan contoh cetakannya sesuai dengan SKSNI, dan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Direksi. Namun dalam segala hal jumlah benda uji yang diambil tidak kurang dari 30 (tiga puluh)
buah untuk pengecoran dengan mutu beton yang sama, yang diambil minimal 1 buah benda uji setiap
5 m3 pengecoran beton untuk volume pengecoran yang kurang dari 300 m3, atau minimal 1 buah
setiap 10 m3 pengecoran beton untuk volume pengecoran yang lebih dari 300 m3, dalam bentuk
silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
(d) Pemadatan beton
1. Selama pengecoran berlangsung, beton dipadatkan dengan memakai vibrator, yang
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi tulangan. Pihak Kami
menyediakan vibrator dalam jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pekerjaan tanpa adanya
penundaan. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga menyebabkan pengendapan agregat,
kebocoran acuan dan lain sebagainya, dihindarkan.
2. Beton pada umumnya dicor secara berlapis. Lapisan-lapisan ini masing - masing
dipadatkan, dan dijaga sedemikian rupa supaya mempunyai ikatan yang baik satu sama lain.
(e) Siar pelaksanaan ( construction joint)
Posisi dan pengaturan adanya siar pelaksanaan mendapat persetujuan Direksi. Namun secara
umum perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Siar vertikal dalam dinding supaya dihindari.
2. Siar dibuat sesedikit dan sekecil mungkin, serta atas persetujuan Direksi. Sebelum
pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama (di tempat siar penyambungan) supaya
dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan cara
menyemprotkan air ke permukaan beton lama dan menyikatnya sampai bersih. Setelah permukaan
siar tersebut bersih, ditambahkan lapisan tipis bonding additive sejenis epoxy resin atau setara, atau
minimal air semen, sesuai dengan instruksi dan persetujuan Manajemen Konstruksi, merata ke
seluruh permukaan, untuk memperkuat ikatan antara beton lama dengan pengecoran selanjutnya.
(f) Perawatan beton (curing)
1. Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap
panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama minimal 14 hari, dengan
cara menyemprotkan air atau menggenangkan air pada permukaan beton tersebut, atau dengan cara
lain yang diusulkan Pihak Kami. Metode curing lebih dahulu diusulkan dan mendapatkan persetujuan
Direksi, sebelum proses pengerasan beton.
3. Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan perlindungan atas beton
diperhatikan. Pihak Kami bertanggung jawab atas retaknya beton karena kelalaian dalam
melaksanakan pekerjaan curing ini.
(g) Pembengkokan dan penyetelan baja tulangan
1. Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Pihak Kami membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bar bending schedule), yang sebelumnya
diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
2. Tulangan bebas dari kotoran-kotoran seperti lemak, karet lepas, tanah, serta bahan-bahan
atau kotoran yang bisa mengurangi daya letaknya.
3. Pembengkokan baja tulangan dilakukan secara hati-hati dan teliti, sesuai dengan aturan
dalam SKSNI. Pembengkokan tersebut dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan alat-
alat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah dan retak-retak pada batang baja.
4. Pemasangan dan penyetalan tulangan berdasarkan peil-peil yang sesuai dengan gambar,
dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya. Pemasangan dilakukan dengan
menggunakan pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk mendapatkan tebal selimut yang
sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi,
maka dapat dipakai ketentuan dalam peraturan yang berlaku. Yang dimaksud dengan selimut beton
adalah jarak minimum yang terdapat antara permukaan dari setiap besi beton termasuk begel terhadap
permukaan beton yang terkecil atau terdekat untuk setiap bagian dari masing-masing pekerjaan beton.
Adapun ketebalan selimut beton minimum yang disyaratkan adalah :
Minimum
KONDISI
(mm)
A Seluruh beton yang di cor dan 75
berhubungan langsung dengan
tanah.
B Balok pondasi, pelat pondasi, poer 50
pondasi, pondasi diatas lantai kerja.
C Balok, kolom yang berhubungan atau 50
terkena langsung dengan cuaca.
6
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
5. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak akan
berubah tempatnya.
6. Ketebalan selimut beton dibuat dengan pengganjal yang umum dipakai dalam praktek,
seperti terbuat dari beton (dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor),
dengan jumlah minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja, atau seperti yang diinstruksikan
oleh Manajemen Konstruksi, dan tersebar merata.
7. Pada tulangan rangkap, tulangan atas ditunjang dari tulangan bawah oleh batang-batang
penunjang, atau ditunjang langsung dari tepi bawah cetakan atau lantai kerja oleh blok-blok beton
yang tinggi.
(i) Acuan pengecoran beton
a. Perlu sangat diperhatikan perencanaan kinerja beton yang dicor, agar bisa menunjang
kecepatan, keamanan dan kualitas pelaksanaan sistem acuan ini, terutama yang berhubungan denga
usaha keseragaman waktu setting beton , terlebih lagi bila digunakan admixture semacam retarder,
yang seringkali perlu diberikan untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pengecoran. Kondisi
pengerasan beton yang tidak merata bisa mengakibatkan retak-retak atau pecahnya beton pada saat
pendongkarakan acuan ini.
b. Oleh sebab itu, minimal dua minggu sebelum pelaksanaan pengecoran, sudah menyerahkan
kepada Manajemen Konstruksi semua prosedur pelaksanaan pengecoran, lengkap dengan gambar
kerjanya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
c. Acuan beton menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar maupun yang diinstruksikan oleh
Manajemen Konstruksi. Bila ditunjukkan dalam gambar, acuan dipasang sedemikian rupa sehingga
membentuk lawan lendut seperti tertera pada gambar.
d. Apabila acuan memikul beban-beban yang besar atau mempunyai bentang besar yang
bebas, maka membuat perhitungan dan gambar rencana yang khusus. Disamping kekuatan dan
kekauannya, stabilitas dari acuan juga diperhitungkan dengan baik.
e. Tiang-tiang acuan dari besi atau kayu dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan dapat
disetel dengan mudah dan dengan ketepatan yang baik. Tiang-tiang tidak boleh mempunyai lebih dari
satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang
acuan.
(j) Pembongkaran acuan
1. Pembongkaran acuan dilaporkan dan mendapat persetujuan Direksi, serta dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Sebelum pembongkaran, meyakini bahwa bagian-bagian konstruksi
yang akan dibongkar acuannya sudah dapat memikul berat sendiri dan beban- beban pelaksanaan.
2. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau
cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka penyedia segera
memberitahukan kepada Manajemen Konstruksi untuk meminta persetujuan Direksi mengenai cara
pengisian, perbaikan atau penutupannya. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut
dan biaya-biaya pengisian, perbaikan atau penutupan bagian tersebut menjadi tanggungan penyedia.
3. Bila beton yang keropos atau cacat tersebut diragukan mutunya, maka Direksi berhak untuk
meminta melaksanakan uji coba non destruktif seperti Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau kalau
dianggap perlu, mengadakan pengujian dengan melakukan core drilling pada bagian beton yang
benda ujinya gagal memenuhi syarat spesifikasi. Dalam hal ini, coring beton dilakukan oleh tenaga
ahli yang berpengalaman agar bisa didapat hasil coring yang baik, serta juga persiapan dan
pemotongan benda uji (hasil coring) yang memenuhi syarat, untuk bisa mendapatkan hasil uji mutu
beton yang obyektif. Ketentuan penerimaan atau lolos tidaknya hasil uji tekan dan uji lainnya yang
dianggap perlu dari specimen coring mengikuti peraturan beton Indonesia yang berlaku.
4. Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang ditopangnya telah mencapai
umur dan kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang akan
bekerja padanya. Kekuatan ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji yang bersangkutan.
Apabila untuk menentukan saat pembongkaran tidak dibuat benda-benda uji seperti ditentukan di
atas, maka acuan baru boleh dibongkar setelah beton berumur minimal 2 minggu. Khusus untuk
|
7
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
cetakan samping boleh dibongkar setelah beton berumur minimal 5 hari, kecuali bila dapat dibuktikan
sebaliknya atau bila diijinkan oleh Direksi.
8
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
c. Plester setebal yang disyaratkan (10-15 mm). Ratakan dengan batang aluminium. Basahkan
terus selama 3 hari.
d. Seluruh plesteran dinding bagian bawah dibuat sponning sesuai tempat dan ukuran-ukuran
serta dicat DOF (lihat “pekerjaan cat”) seperti yang dinyatakan dalam gambar-gambar.
Plesteran permukaan beton
e. Bersihkan permukaan dari sisa-sisa bekisting, debu, minyak-minyak cat, dan lain-lain
bahan yang dapat mengurangi daya ikat plesteran. Basahi beton dengan air sehingga jenuh.
f. Pasangkan acian setebal 2-3 mm, kasarkan permukaannya, kemudian pasangkan plester
sebelum acian mengering.
g. Ulangi “a” lalu pasangkan plester dalam ketebalan/perataan yang disyaratkan dalam
gambar.
h. Bilamana acian diperlukan, laksanakan sesuai pekerjaan untuk acian.
E. PEKERJAAN PLAMBING
9
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
j. Pompa
1) Jenis pompa yang digunakan untuk mentransfer air dari ground reservoir menuju
tower air adalah centrifugal pump.
2) Pompa dan masing-masing motornya harus diletakkan pada satu alas (single bed plate)
dan dipasang sesuai petunjuk pabrik, diberi pondasi apung (tebal kira-kira 100 mm)
dan peredam getaran, sedemikian rupa sehingga benar-benar tidak meneruskan
getaran atau noise ke sekelilingnya.
3) Spesifikasi pompa :
Pompa Transfer Air Bersih
Jenis : Centrifugal Pump
Cap. x T. Head : 5,0m3/jam, H=15 meter.
M.Output : 0,75 kW / 380 V / 3Ø / 50 Hz x 2900 Rpm .
Jumlah : 2 set (masing-masing set 2 unit pompa)
Sistem kendali : Paralell – Alternate Operation
4) Pompa harus dilengkapi dengan:
- Panel kontrol
- Katup satu arah/non return valve/check valve
- Gate valve
- Strainer
- Foot valve pada ujung pipa hisap
- Sambungan-sambungan fleksibel
- Peredam getaran
- Pengontrol ketinggian permukaan air, untuk pengoperasian pompa bekerja dan
berhenti secara otomatis bila permukaan air didalam tower air (water tank) atau
ground reservoir mencapai ketinggian tertentu.
- Perlengkapan lain yang standar
k. Pemborong harus menyediakan dan memasang peralatan listrik yang diperlukan, seperti
panel dan peralatan kontrol yang lain, sedemikian sehingga sistem ini dapat bekerja secara
singkron dan efisien. Motor pompa harus memenuhi standar PUIL dan tahan terhadap
kondisi setempat.
l. Semua pompa harus dicat secara khusus dan dilakukan oleh pabrik pembuatnya.
m. Pompa yang dapat digunakan harus mempunyai kurva pemakaian daya yang paling
menguntungkan dalam keadaan beban partial, tanpa mengalami overload.
1.3. Perancangan
a. Distribusi air bersih secara umum menggunakan sistem gravitasi. Air diambil dari bak
penampungan air hujan (Groundtank) berkapasitas efektif 2x25 meter kubik pada masing-
masing sisi toilet/lavatory..
b. Air yang diambil dari saluran drainase talang atap yang disalurkan menuju bak
penampungan air hujan. Air yang masuk ke dalam bak penampungan harus terlebih dulu
difilter dari pasir atau partikel-partikel yang terbawa aliran air.
c. Air bersih yang ditampung dalam bak penampungan air (ground tank) selanjutnya
ditransfer menuju tower air (water tower). Air bersih ditransfer menggunakan 2 unit
pompa, masing-masing bekerja bergantian atau salah satu berfungsi sebagai cadangan jika
pompa utama mengalami kerusakan. Sistem pompa ini akan bekerja secara otomatis bila
permukaan air di dalam tangki atas mencapai ketinggian tertentu.
d. Tangki atas ( berkapasitas efektif 4,0 m3 ) dan memiliki ketinggian minimal 4,0 meter
dari titik +0,00 bangunan). Air bersih selanjutnya didistribusikan secara gravitasi ke setiap
unit alat plambing yang membutuhkan air bersih.
e. Water tower harus dilengkapi dengan instalasi pipa peluap dan kuras yang dihubungkan
ke saluran air buang/hujan, dilengkapi gate valve dan saringan serangga.
10
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
1.4. Pemasangan
a. Pelaksanaan pemasangan direncanakan dengan baik dan semua pembongkaran bagian-
bagian bangunan lainnya hanya boleh dilakukan setelah ada ijin tertulis dari pengawas.
Gambar-gambar pemasangan akan dibuat secara rinci oleh pihak kami pada saat
penyambungan struktur bangunan dilaksanakan. Hal ini agar dapat diketahui dengan tepat
letak/ukuran lubang-lubang pada dinding yang diperlukan untuk jalur-jalur pipa. Pihak
kami bertanggung jawab atas ukuran/dimensi dan lokasi lubang-lubang tersebut dan
apabila perlu harus melakukan pembobokan/penambahan tanpa tambahan biaya.
b. Pihak kami bertanggung jawab atas penyediaan lokasi pemasangan yang tepat.
Pemasangan pada konstruksi bangunan yang dicor dengan beton dilaksanakan oleh pihak
struktur atas petunjuk pihak Mekanikal.
c. Selama pemasangan berlangsung, harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah tanah, debu, kotoran dan lain-lain masuk kedalam pipa.
d. Semua sambungan yang berhubungan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus
menggunakan reducing fitting. Sedapat mungkin digunakan belokan-belokan jenis long
radius. Belokan-belokan jenis short radius hanya boleh digunakan apabila kondisi
setempat tidak memungkinkan penggunaan belokan jenis long radius, dan pemborong
harus memberitahukan hal ini kepada pengawas. Fitting atau alat-alat lain yang akan
menimbulkan tekanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.
e. Penggantung/penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan yang
kuat dan kokoh, dilengkapi dengan konstruksi baja bila memang diperlukan.
f. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup
oleh tembok atau bagian bangunan lainnya, harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat
menie atau cat penahan karat.
g. Setiap cabang utama yang masuk ke setiap lantai harus dilengkapi dengan katup penyetop
(stop valve/gate valve) yang diletakkan sedemikian rupa hingga mudah dioperasikan.
h. Apabila ada peralatan-peralatan yang disediakan atau pekerjaan-pekerjaan yang
diselesaikan oleh pihak lain, yang termasuk dalam penyelesaian instalasi sistem plambing,
maka pemborong sistem plambing bertanggung jawab atas peralatan-peralatan dan
pekerjaan tersebut.
i. Semua sambungan / cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair) harus dibuat dengan
cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor dan air hujan mempunyai kemiringan minimal
1%.
j. Pada instalasi pemasangan floor drain, harus dilengkapi dengan leher angsa.
k. Pipa-pipa pembuangan air hujan dari bangunan disambungkan ke saluran utama di luar
bangunan dengan bak kontrol (junction box) dari beton.
l. Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air
(water proofing) harus dari jenis flashing sleeves. Flens dari sleeves tersebut harus
menjadi satu atau diberi klem yang akan mengikat Flashing Sleeves.
m. Rongga antara pipa dan sleeves harus kedap air karena akan diisi dengan gasket atau media
lain yang secara umum dipakai.
n. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat pada penggantung atau angker yang
dipergunakan harus cukup kokoh (rigid). Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga
agar tidak berubah tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya
getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan konstruksi dan
ekspansi pipa oleh perubahan temperatur.
o. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur (adjustable)
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 meter.
p. Penggantung terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated strip tidak boleh
digunakan.
q. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan
dengan insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau penembokan, atau dengan
baut tembok (Ramset Bolt).
11
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
r. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar), paling jauh dengan jarak
antara dua lantai (tingkat).
s. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup
oleh tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi dulu dengan cat menie atau cat
penahan karat, jenis Zink Chromate yang dilaksanakan dalam 2 bagian (2 lapis).
t. Semua pipa dari besi/baja yang dilapisi dengan tar (tar coated) harus dicat dengan dua
lapis shellac dan dua lapis cat minyak (oil paint).
u. Semua pipa-pipa yang terlihat (exposed) dan tidak dilapisi chromium atau nickel harus
dapat dikenali dengan memberi cat yang warnanya berbeda-beda, seperti yang diminta
perencana.
12
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari semua
sistem dan peralatan.
b. Syarat kabel instalasi tegangan rendah (sampai 600 V)
1) Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan
(mesin) kecuali untuk perelatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik
pembuatnya.
2) Semua kabel dengan luas penampang 6 sqmm ke atas harus berurat banyak dan dipilin
(stranded).Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2,5 sqmm ,
kecuali untuk pemakaian kotrol pada remote cotrol yang kurang dari 30 meter
panjangnya bisa menggunakan 1,5 sqmm.
3) Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus dari jenis NYFGbY dan kabel instalasi
didalam bangunan dari jenis NYA, NYY, NYM, dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
4) Semua kabel dalam bangunan harus berada didalam konduit (tubing) atau dipasang
diatas cable tray/cable rack dan diklem/diikat dengan pengikat kabelsesuai dengan
kebutuhan.
5) Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam
bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel
maksimum adalah sebesar 40% .
6) Untuk penerangan, penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 2,5 mm 2.
menggunakan NYM jika dipasang diatas plafon. Kabel yang terpasang pada dak beton
menggunakan jenis NYA di dalam pipa PVC 5/8", atau disesuaikan dengan kabel
yang dipakai.
1.2. Kabel Tanah Tegangan Rendah
a. Kabel tanah tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sesuai kabel instalasi yang ditanam langsung
di dalam tanah.
b. Semua kabel dengan luas penampang 6 sqmm keatas harus berurat banyak dan dipilin.
Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2,5 sqmm, kecuali untuk
pemakaian kotrol pada sistem remote cotrol yang kurang dari 30 m panjangnya, bisa
menggunakan ukuran 1,5 sqmm. Cara penanaman kabel secara langsung didalam tanah
(direct burrial) harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan
pipa air, kabel telekomunikasi, dan kabel tegangan menengah 20kV.Apabila diperlukan
penyambungan kabel didalam tanah, harus dilakukan dengan alat penyambung khusus
(jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-cold pour system. Penyambungan kabel
dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan cara dan metode
penyambungan mengikuti anjuran pabrik pembuat jointing kit yang digunakan sehingga
diperoleh hasil penyambungan yang handal, tahan terhadap kelembaban, mempunyai
isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.
1.3. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak
a. Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya harus
diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik
cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukan dalam gambar. Kabel yang digunakan
dalam kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis NYM atau NYA yang
diletakan di dalam konduit PVC (tubing white conduit).Luas penampang kabel NYM yang
digunakan minimum 2,5 sqmm (kapasitas hantar maksimal 20A).
b. Stop kontak tunggal & ganda 1 phase yang dipakai adalah tipe pasang rata (flush
mounting) 250 Volt, 10 Amp.
c. Stop kontak 3 phase jenis panel mounted socket, dengan 1 kutub netral, dan 1 kutub
ground, memiliki arus pengenal 32 Amp, 380-415 Volt.
d. Saklar dinding yang dipakai adalah Flush mounting, rating 250 V, 10 Ampere, single
gang, double gangs, atau muliti gangs (grid switch), dipasang 125 cm di atas lantai.
e. Stop kontak dan saklar diruang basah/lembab menggunakan jenis WD (Water Dich).
13
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit dan
disambung dengan cara sedemikian rupa sehingga benar-benar kedap air.
Demikian juga penyambungan pipa fleksibel terhadap box terminal motor.
2) Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan contoh konduit flesibel
serta cara penyambungannya terlebih dahulu kepada direksi, MK atau Pengawas
untuk disetujui.
d. Pemasangan di Dalam Dinding (vertikal)
Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang vertikal tertanam didalam
dinding harus diletakan didalam konduit sesuai yang disyaratkan dengan ukuran
minimum 20mm.
e. Pemasangan Menembus Dinding
Setiap penembusan kabel dalam konduit pada dinding harus melalui sparing kabel
yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang pipa
konduit.
1) Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan adalah
type NYA atau NYM, penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 2,5
mm². Kabel-kabel ini harus dipasang di dalam pipa PVC 5/8", atau diameter pipa
konduit disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
2) Untuk penerangan dan stop kontak biasa yang dipasang pada dak beton, kabel
yang dipergunakan adalah type NYA, penampang kabel minimum yang dapat
dipakai adalah 2,5 mm². Kabel-kabel ini harus dipasang di dalam pipa PVC 5/8"
atau diameter pipa konduit disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
3) Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontak dan saklar melalui dinding
dapat memakai pipa PVC. Diameter pipa yang dipergunakan disesuaikan dengan
kabel yang dipakai.
4) Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (dura doos,
tee doos) dari PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan
dipasang kembali dengan mudah, dengan memakai skrup. Sedang untuk
penyambungan di dalam beton harus memakai terminal box metal.
5) Pemasangan pipa kabel-kabel di atas plafon harus disusun rapih dan harus diklem/
diikat dengan kawat pada rak-rak kabel (trunking) dan pada prinsipnya kabel-
kabel tidak diperkenankan langsung diklem pada konstruksi bangunan.
6) Kabel-kabel yang terpasang di dalam dak beton kolom beton, dinding beton harus
menggunakan pipa PVC.
7) Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak di dalam doos harus
memakai las dop yang terbuat dari bakelit berwarna (buatan Legrand, 3M atau
setara yang dapat disetujui oleh direksi). Las dop dari bahan porselin tidak
diperkenankan untuk dipergunakan.
8) Saluran cadangan (stop kontak dan penerangan) harus dipasang sampai di atas
plafond, dilengkapi kotak sambung.
9) Semua instalasi pengabelan harus dipasang didalam conduit, baik yang dipasang
rak kabel (trunking) maupun yang menuju ke titik-titik lampu dan stop kontak.
10) Kode warna isolasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL :
- Fasa 1 : Merah
- Fasa 2 : Kuning
- Fasa 3 : Hitam
- Netral : Biru
11) Grounding : Hijau - Kuning.
1.8. Stop Kontak dan Saklar
a. Peralatan instalasi tegangan rendah
Meliputi pengadan dan pemasangan power receptacle outlet (stop-kontak), saklar, kotak-
kotak tarik (pull box), kabinet/panel daya, kabel,konduit, rak kabel, alat-alat bantu, dan
15
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
semua peralatan lain yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan
dari sistem instalasi daya tegangan rendah 220/380 V dan penerangan.
b. Kotak-kotak (doos) Outlet.
1) Jenis
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE atau standar
lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single/multi gang box empat persegi atau segi
delapan. Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus terpasang
dengan baik dan benar.
2) Ukuran
Setiap box outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya ditempat yang diperlukan.
Setiap kontak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran konduit, sesuai
dengan persyaratan, tetapi tidak kurang dari ukuran yang ditunjuk atau dipersyaratkan.
3) Tipe tahan Cuaca (Watherproof type)
Kotak-kotak outlet ditempat-tempat tersebut dibawah ini harus dari tipe yangdiberi
gasket tahan cuaca.
- Tempat-tempat yang kena sinar matahari
- Tempat-tempat yang kena hujan
- Tempat-tempat yang kena minyak
- Tempat –tempat yang kena udara lembab
- Tempat-tempat yang ditunjuk gambar
4) Outlet Pada Permukaan Khusus
Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok
beton, marmer, frame besi, bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus
mempunyai sudut dan sesi-sesi tegak.
c. Saklar dan Stop-kontak
1) Bahan doos
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding
dan receptacle outlet harus berukuran lebih dari 10,1 cm x 10,1 cm untuk peralatan
tunggal. Dan 11,9 cmx11,9cm untuk dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk
lebih dari dua peralatan.
2) Cara pemasangan
- Saklar-saklar (saklar biasa atau grid switch) harus dari jenis rockermechanism
dengan rating minimum 10A/250V.
- Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok/dinding, kecuali
ditentukan lain pada gambar.
- Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140cm
diatas lantai yang sudah selesai.
- Saklar-saklar tersebut harus dipasang pada doos yang sesuai dengan sambungan,
hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
- Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian
110cm atau 30cm dari permukaan lantai yang sudah selesai atau sesuai dengan
petunjuk direksi, MK atau Pengawas.
3) Jumlah Kutub
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral, pentanahan) dengan
rating minimum 16A/220V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan
PUIL dan diberi saluran pentanahan.
4) Pendukung dan pengikat
Kotak-kotak plat baja harus didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai
bentuk yang tetap.
5) Stop Kontak 1 phase yang dipakai adalah yang dipasang rata (flush Mounting) 250V,
10 A.
6) Stop Kontak dipasang 30 cm di atas lantai, atau sesuai dengan kondisi lapangan.
7) Stop kontak harus mempunyai terminal phase, netral dan grounding
16
METODE PELAKSANAAN KERJA
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DISTRIK KAYUNI
2017
8) Saklar dinding yang dipakai adalah Flush mounting, rating 250V, 6 Ampere, single
gang, double gangs, atau muliti gangs (grid switch), dipasang 150 cm di atas lantai.
9) Stop kontak dan saklar diruang basah/lembab harus jenis WD (Water Dich)
10) Kotak sambung (Junction Box) untuk saklar dan stop kontak harus dari bahan metal
yang mempunyai terminal grounding, dipasang pada kedalaman tidak kurang dari 3,5
cm sehingga diperoleh pemasangan saklar atau stop kontak yang rapi. Junction Box
harus mempunyai terminal grounding.
C. PENUTUP
Demikian Metode Pelaksanaan ini secara garis besar yang dapat kami sampaikan sebagai
Pekerjaan Pembangunan Kantor Distrik Kayuni. Methode pelaksanaan yang lebih detail akan dibuat
pada saat pelaksanaan nanti. Tentu saja didalam pelaksanaannya nanti dapat timbul ide-ide baru, yang
disesuaikan dengan dokumen dan gambar-gambar dalam tender. Hal-hal yang lebih terinci lagi akan
dibuat lebih lanjut sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan nanti. Mudah-mudahan uraian ini dapat
memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan proyek ini.
Sarta Sutisna, ST
Kepala Cabang
17