BAB I
PENDAHULUAN
BAB III DASAR TEORI (dasar teori dan pembahasan saling mendukung)
Bab ini memuat tentang dasar teori dari permasalahan khususnya tentang
metode pelaksanaan yang ada di tempat Praktek kerja lapangan (PKL) lebih
khusus pada proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang metode pelaksanaan Pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado, masalah dan kendala
yang dihadapi dan cara penangulanggan dan perhitungan yang diperlukan
3
dalam pembahasan laporan praktek kerja lapangan dan tugas khusus tentang
metode pelaksanaan pondasi sumuran.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran dari laporan praktek kerja
lapangan (PKL).
4
BAB II
IDENTIFIKASI PROYEK
existing, galian tanah, pekerjaan struktur bawah, dan pekerjaan struktur atas. proyek
pembangunan Renovasi dan Beautifikasi menggunakan dua jenis pondasi yaitu
pondasi telapak dan pondasi sumuran, dengan kedalaman dari pondasi sumuran 600
cm (6 m) dan tebal pondasi telapak 40 cm (0,4 m).
2.1.3 Lokasi Proyek
Secara administrasi lokasi pekerjaan Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi
Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado terletak di kota Manado Jln. Sam Ratulangi
No. 31 Kelurahan Wenang Utara, Kecamatan Wenang, di Kota Manado Sulawesi
Utara.
2.1.4 Sumber Dana
Pada tahun anggaran 2018, dana pekerjaan Pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado ini yaitu sebesar Rp.
3.946.043.169.28 ( Tiga miliar sembilan ratus empat puluh enam juta empat puluh tiga
ribu seratus enam puluh sembilan ratus dua puluh delapan rupiah) , dengan perincian
sebagai berikut:
Anggaran Pastori = Rp. 2.010.220.169,28
Anggaran Gereja = Rp. 1.935.823.000,00
Total = Rp. 3.946.043.169.28
Dibulatkan = Rp. 3.946.043.169,00
2.1.5 Data Proyek
Berikut ini data-data Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado :
1. Pekerjaan : Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi
Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado
2. Lokasi : Kota Manado
3. Mulai Proyek : 24 September 2018
4. Berakhir Proyek : 24 September 2019
5. Tahun Anggaran : 2018
6. Nilai Kontrak Rencana : Rp. 3.946.043.169,00
7. Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun
8. Pelaksana : Panitia Pembangunan
6
BAB III
DASAR TEORI
membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau
lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan
organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai tambahan dibelakang
material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung
yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diatara butiran-butiran, sebagai atau seluruhnya dapat
terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan
dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagai
(partially saturateda). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama
sekali atau kadar airnya nol.
Tanah biasanya dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanah berbutir kasar dan
tanah berbutir halus. Masing-masing golongan dibagi lagi menjadi dua jenis, antara
lain :
1. Kerikil dan pasir
Kelompok ini terdiri atas pecahan batu-batuan dengan bentuk dan ukuran yang
beraneka ragam. Butiran kerikil biasanya terdiri atas pecahan-pecahan batu,
tetapi kadang-kadang juga terdiri atas mineral-mineral tugal. Butiran pasir
biasanya terdiri atas mineral tunggal, biasanya kwarsa pada beberapa keadaan,
pasir hanya terdiri atas butiran-butiran yang seukuran, sehingga di sebut pasir
seragam. Ada kalanya terdapat bahan yang besarnya terdiri atas ukuran batu-
batuan hingga pasir dan di sebut tanah bergradasi baik.
2. Lempung
Lempung terdiri atas butiran yang sangat kecil dan memiliki sifat kohesi dan
plastisitas. Sifat ini tidak di temukan pada pasir dan kerikil. Sifat kohesi berarti
butiran-butirannya saling menempel, sedangkan plastisitas adalah sifat yang
memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa mengubah volume dan tidak
menyebabkan retak atau pecah.
3. Lanau
Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir.
Lanau bersifat kurang plastis di banding lempung (lanau “asli” sebenarnya
tidak memiliki sifat plastis). Lanau memiliki permeabilitas yang lebih tinggi.
9
Lanau juga menunjukkan sifat-sifat khusus, yaitu quick behavior dan dilatisi
yang tidak ditemukan pada lempung. Quick behavior menunjukkan
kecenderungan lanau untuk menjadi ketika digetarkan, dan dilatasi merupakan
kecenderungan untuk mengami penambahan volume ketika berubah bentuk.
3.2.1 Kekuatan Tanah Sebagai Dasar Pondasi
Menurut Frick (2001) keadaan kekuatan tanah sebagai dasar pondasi
tergantung pada susunan dan struktur tanah sebagai kulit bumi yang termakan cuaca
dan air hujan. Semakin heterogen struktur tanah tersebut, semakin sulitlah perencanaan
pondasi. Gambar 3.1 menunjukan kondisi tanah heterogen.
atas pile cap dan pondasi namun komponen yang lebih dikenal adalah pondasi karena
tugasnya lebih berat yaitu memikul beban bangunan di atasnya. Seluruh muatan
(beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat
pondasi sendiri, harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan
sebaik-baiknya.
3.3.1 Pemilihan Jenis Struktur Bawah (Pondasi)
Menurut Suyono (1984) pemilihan jenis struktur bawah ahrus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang
sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras dan sebagainya.
2. Batasan-batasan akibat struktur diatasnya
Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal
ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban)
daan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu,
kelakuannya, dll.)
3. Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya.
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu
diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun
membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan
Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan
biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.
3.3.2 Pengertian Pondasi Tiang
K. Nakazawa, 1983 menyatakan bahwa pondasi tiang adalah suatu konstruksi
pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap
lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit denagn menyatukan
pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi.
Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa pondasi tiang digunakan untuk
mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini
dapat digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas,
13
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasr yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai
kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal
Df/B<1.
b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak pada
kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil
dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles, 1991).
3.3.4 Penggolongan Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:
1. Tiang Perpindahan Besar (Large displacement pile).
Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau
berlubang denag ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang
perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang
(pejal atau berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).
2. Tiang Perpindahan Kecil (small displacement pile)
Tiang perpindahan kecil (small displacement pile), adalah Sama seperti tiang
kategori pertama hanya volume tanah dipindahkan saat pemancangan relatif
kecil, contohnya: tiang beton bertulang dengan ujung terbuka, tiang beton
prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung
terbuka, tiang ulir.
3. Tiang Tanpa Perpindahan
Hardiyanto (2002) Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri
dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor
tanah. Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah bored pile, yaitu tiang
15
Didalam pekerjaan dan proses pembuatan tentunya ada tahap dan cara
pelaksanaan. Dengan tujuan agar hasil pengeboran dan kualitas tiang pondasi sumuran
menjadi kuat dan kokoh, sehingga bangunan nanti yang didasari dengan pondasi yang
kokoh akan berdiri secara kuat dan tahan akan guncangan dan resiko penurunan tanah.
Hal itu harus dipenuhi dengan metode pengerjaan sumuran yang benar dan tepat, dan
jangan lupa mutu beton untuk pengecoran juga harus diperhatikan.
Pada metode pelaksanaan pondasi sumuran pada umumnya di mulai dengan
pengeboran atau pembuatan lubang di tanah dengan proses pengeboran kemudian
diteruskan dengan penginstalan pipa beton ke dalam lubang bor dan di lanjutkan
dengan proses pengecoran dengan cara yang benar.
Proses pelaksanaan pondasi sumuran :
1. Buatlah galian tanah dengan ukuran sesuai diameter pipa beton di lokasi yang
akan dibangun pondasi dengan menggunakan cangkul. Untuk mempermudah
pekerjaan penggalian tanah, pakai cangkul yang memiliki pegangan lebih
pendek.
2. Setelah galian tanah telah mencapai kedalaman sekitar 80-100 cm, masukkan
pipa beton yang pertama ke dalamnya. Hati-hati saat memindahkan pipa
beton ini dan pastikan tepat masuk ke dalam lubang galian tanah.
3. Lanjutkan kembali penggalian tanah di tempat rencana pembuatan pondasi
tersebut. Ingat, lakukan pekerjaan ini dengan lebih hati-hati mengingat sudah
ada pipa beton di dalamnya. Jangan khawatir, selama Anda meneruskan
penggalian tanah, pipa beton akan turun levelnya sesuai dengan kedalaman
permukaan tanah di dalam lubang galian.
4. Pekerjaan penggalian tanah dihentikan setelah mencapai lapisan tanah yang
keras. Biasanya lapisan tanah ini berada di kedalaman yang berkisar antara 2-
3 meter.
5. Setelah itu, masukkan pipa beton kedua ke dalam lubang galian tepat di atas
pipa yang pertama. Masukkan lagi pipa berikutnya hingga ketinggian susunan
pipa beton setara dengan level permukaan tanah. Cek sekali lagi untuk
memastikan pipa-pipa beton tersebut tersusun dengan benar.
6. Agar susunan pipa-pipa beton terangkai kuat, Anda bisa menambal celah-
celahnya dengan adukan semen dan pasir. Biarkan tambalan ini selama
beberapa saat agar mengering sebelum Anda benar-benar menutup sumuran.
17
7. Buat adukan beton sebagai pengisi pondasi sumuran yang terdiri atas semen,
pasir, kerikil, dan air. Pastikan semua bahan-bahan ini tercampur rata sebelum
digunakan.
8. Masukkan batu kali terlebih dahulu ke dalam sumuran hingga ketinggiannya
mencapai 50 cm. Tuangkan adukan beton di atasnya. Atur sedemikian rupa
agar adukan beton ini bisa masuk ke celah-celah tumpukan batu kali dan
mengikatnya.
9. Masukkan lagi batu-batu kali ke dalam sumuran tadi sampai ketinggiannya
bertambah 50 cm. Jangan lupa tuangkan lagi adukan beton di atas gundukan
batu kali tersebut. Demikian langkah-langah seterusnya hingga seluruh
volume sumuran terisi penuh oleh batu kali dan adukan beton.
10. Di bagian atas pondasi sumuran ini, Anda bisa melakukan pekerjaan
pembesian untuk membuat kolom bangunan.
3.3.6 Umum
Pada dasarnya, pembuatan pondasi sumuran dilakukan dengan memasang
sumuran yang berupa pipa beton berdiameter 1 m, 2m, 2.5 m, 3 m, 3.5 m, hingga 4 m
sedemikian rupa di dalam galian tanah. Kemudian di dalam sumuran tersebut diisi
dengan cor yang terbuat dari campuran adukan beton dan batu kali. Setelah pondasi
jadi, tepat di atas pondasi ini dibangun struktur kolom yang menjadi pegangan bagi
dinding bangunan . Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya
terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk penggunaannya,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis pondasi
langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya terlalu dalam &
lebar).
2. Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan sulit
dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.
3. Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk konstruksi
yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.
18
Dan untuk menambah teori dari laporan ini beberapa hal akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan meliputi :
a. Perencanaan Site Plane
- Kantor Proyek
Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf baik staf dari
Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapanga, yang dilengkapi
dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan
toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini
adalah sementara. Oleh karena itu, desain kantor tersebut juga dibuat tidak
permanen.
- Gudang Material dan Peralatan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti semen dan
material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu
diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sementara itu, gudang
peralatan berfungsi untuk tempat penyimpanan alat-alat ringan seperti vibrator
untuk pemadatan beton, alat-alat pengukur (theodolit), alat-alat ukur
pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai
komponen peralatan lainnya.
- Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek adalah suatu pekerjaan pemberian batas terhadap
lahan yang akan dibangun. Bahan yang digunakan bisa berupa seng yang
ditempel pada batang besi yang berfungsi sebagai penguat.
b. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
- Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan
oleh Kontraktor untuk meleksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan
proyek. Sumber daya listrik biasanya deperoleh dari PLN maupun penyediaan
genset sendiri, tergantungpenggunaanya. Daya listrik yang diperlukan oleh
proyek, meliputi penerangan, AC, Peralatan Kerja, Peralatan Kantor, dan lain-
lain.
- Kebutuhan Air Kerja
19
Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau
PAM (Perusahan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-
kenutuhan seperti tolilet, pencucian kenderaan proyek, dan keperluan lain
yang membutuhkan air.
c. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)
Shop Drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan
pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan
menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu
maupun mutu kerja.
d. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
Metode pelaksanaan untuk pengadaan materila tidak ada yang khusus. Untuk
pekerjaan persiapan, belum banyak memerlukan material. Material yang
dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor
Proyek, Gudang, Pagar, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara
lainnya.
e. Mobilisasi Demobilisasi
Mobilisasi pekerjaan dan persiapan diperlukan untuk membawa personil,
peralatan, pemasokan, dan suplemen lain ke lokasi proyek.Demobilisasi adalah
mengeluarkan alat-alat dan suplemen lain saat proyek telah selesai.
f. Pengukuran Awal
Sebelum melakukan pekerjaan pondasi dilakukan pengukuran titik-titik yang
akan dijadikan pondasi dengan alat ukur Theodolite. Pengukuran dimaksudkan
untuk mencari ketepatan letak dan elevasi muka tanah. Selain itu pekerjaan
lanjutan seperti Pelat Lantai, Kolom dan Balok juga memerlukan pengukuran
seperti ini. Secara umum pengukuran bertujuan untuk menjamin:
- Elemen struktur yang akan dibangun terletak sesuai dengan lokasi yang
digambarkan pada gambar rencana.
- Pelat lantai dan balok terletak pada elevasi yang benar dan datar horizontal.
- Kolom berdiri dengan vertical sempurna, dan kolom pada satu lantai benar-
benar terletak pada satu garis lurus dengan kolom pada lantai lain.
2. Pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan meliputi :
a. Pembongkaran existing untuk mencapai tanah yang berada di bawah bangunan
yang sudah ada.
20
b. Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
c. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5 :1 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1 : 10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah
tempat meletakkan pondasi.
d. dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2
e. bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2,
maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang
cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
f. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya
g. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan
penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.
h. Seluruh pekerjaan tanah dan pondasi ini harus sesuai dengan volume pekerjaan,
gambar kerja dan RKS.
i. Urugan pasir harus di laksanakan dibawah pondasi , lantai , rabat beton tebal
disesuaikan dengan gambar.
j. Urugan pasir harus dipadatkan dengan cara di siram air.
3. Pekerjaan pembesian meliputi :
Pekerjaan pembesian termasuk didalamnya yaitu pemotongan semua ukuran
tulangan atau besi yang akan digunakan, pembengkokan dan perangkaian
tulangan sesuai elemen yang akan dibuat.
4. Pekerjaan kayu meliputi :
a. Kusen pintu/ jendela/bouvenlight
b. Daun pintu/ jendela
c. Ukuran kayu yang dipergunakan adalah :
- Untuk semua type kusen dengan ukuran 5/14 (ukuran jadi ) atau sesuai gambar.
- Untuk daun pintu dengan ukuran 3,5/12 cm, 3,5/15 dan 3,5 /20 cm atau sesuai
gambar
- Untuk daun jendela dengan ukuran 3/8 cm
d. Finishing menggunakan cat kayu berkualitas baik.
21
e. Mengingat sifat kaca akan memuai pada saat terkena sinar matahari , maka
dalam pelaksanaan pemasangan agar diberi jarak antara list dengan kaca
beberapa milimeter .
5. Pekerjaan pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan meliputi :
Pekerjaan ini terangkum menjadi pekerjaan beton bertulang sebagai berikut:
a. Bahan :
- Semen (Portland Cement)
PC yang dipergunakan harus dari jenis menurut peraturan Portland Cement
Indonesia yang berlaku. Semen harus sampai di tempat peker jaan dalam
kondisi baik, serta dalam kantong kantong semen asli dari pabrik dan harus 1
macam jenis produksi dalam negeri, biasanya dipergunakan semen merk Tiga
Roda, Semen Padang, Holcim, Batu Raja, atau merk lain yang disetujui
konsultan pengawas. Semen harus tersimpan dalam gudang yang kedap air dan
berventilasi baik, di simpan diatas lantai setinggi 20 cm.
- Agregate (pasir beton, kerikil/batu pecah)
Agregate halus dan kasar dapat dipergunakan agregate alami atau buatan
asalkan memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku
.Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
tulangan terhadap karat , untuk itu pemborong harus memberikan contoh-
contoh terlebih dahulu untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas .
- Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat -zat yang dapat merusak beton, air tersebut harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal SNI
b. Besi Beton Tulangan
Besi beton/ tulangan yang dipergunakan harus dari besi beton dengan mutu U-
24, Besi beton dengan ukuran D12, D10, D8, & D6 yang dipakai adalah besi
polos, dimana di syarat akan kekuatan tegangan tarik yang diijinkan tidak boleh
kurang dari 1400 kg/cm2. Apabila baja tulangan oleh Konsultan Pengawas di
ragukan kualitasnya, maka harus diperiksa di lembaga Penelitian Bahan
Bangunan atas biaya pemborong. Ukuran besi beton/ tulangan harus di
22
BAB IV
PEMBAHASAN
6. Pembesian tulangan pondasi telapak dan pur menggunakan besi polos diameter
12 mm sebagai besi utama dan besi polos diameter 10 mm sebagai tulangan
susut. Sedangkan pembesian pondasi sumuran untuk tulangan silinder
menggunakan besi ulir diameter 19 mm sebagai besi utama dan besi polos
diameter 10 mm sebagai sengkang spiral.
Pada gambar 4.12 memperlihatkan perakitan pembisian pondasi telapak dan
pondasi sumuran.
3. Pemasangan buis penahan tanah dengan ukuran diameter 1,25 m dan panjang
50 cm (satu buis), dan buis yang terpasang pada masing-masing titik sebanyak
12 buah (6 m). Cara pemasangan buis penahan tanah menggunakan tali pengait
yang dipegang beberapa pekerja lalu dipindahkan ke lokasi galian yang sudah
disediakan, selanjutnya ikatan akan dilepaskan oleh satu orang pekerja dan
ditahan serta dilepaskan dengan perlahan. Ketika buis sudah di letakkan
selanjutnya buis dirapikan dengan menggunakan tali yang ditahan beberapa
pekerja secara perlahan agar buis penahan tidak patah, guna diratakan buis agar
ketika menggali akan simetris dari atas sampai kebawah.
Gambar 4.16 memperlihatkan pemasangan buis penahan tanah yang dilakukan
beberapa pekerja.
Gambar 4.17 Pengangkutan Hasil Galian Tanah Untuk Buis Penahan Tanah
Sumber : Gambar Lapangan
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan selesainya laporan ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pekerjaan persiapan termasuk perencanaan banyak mengalami perubahan
akibat data tanah yang tidak ada.
2. Untuk pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan mengalami
keterlambatan sehingga mengganggu kalender kerja proyek diakibatkan
kekurangannya alat yang akan digunakan pekerja.
3. Pembesian dilakukan terlebih dahulu untuk setiap ukuran besi yang akan
dipakai dan serentak untuk semua elemen struktur dari pemotongan,
pembengkokan sampai pada perangkaian rangka elemen struktur.
4. Untuk pekerjaan kayu proyek ini langsung memesan khusus dipabrik sehingga
menghemat waktu dan tenaga.
5. Dalam hal pekerjaan pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan
meliputi bekisting sampai pada proses pengecoran. Khusus untuk pemasangan
bekisting banyak pekerja yang terluka karena tidak lengkapnya APD atau tidak
berjalannya K3.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan, hal yang dapat diambil dan dipelajari sebagai
berikut :
1. Sebelum melakukan perencanaan harus ada data yang diakai sebagai acuan
perencanaan.
2. Pihak kontraktor harus lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah yang
terjadi di lapangan.
3. Menyedikan alat dan bahan secara cepat dan sesuai spesifikasi agar progres
pekerjaan tidak tertunda.
4. Serta harus selalu memberlakukan K3.