Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja dilaksanakan karena
beberapa tempat sudah mengalami kerusakan arsitektur dan adanya penambahan
bangunan serta model yang modern. Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung
Gereja GPdI Pusat Kota Manado merupakan salah satu lokasi Praktek Kerja Lapangan
bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado.
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, mahasiswa dibimbing untuk
mengamati dan melihat pekerjaan teknis dan non-teknis dilapangan,
mendokumentasikan pekerjaan konstruksi nyata yang sedang berlangsung di lapangan,
membandingkan dengan teori yang diperoleh pada perkuliahan di kampus dan
menambah ilmu baru. Hasil dari dokumentasi dan pengamatan pada proyek
Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado
ditulis dalam bentuk sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan
syarat kelulusan di semester VII pada jurusan teknik sipil Politeknik Negeri Manado.
Dalam melaksanakan pembangunan maupun renovasi ada beberapa hal yang
sangat perlu diperhatikan dimulai dari perencanaan yang baik yang berhubungan
dengan spesifikasi yang telah disepakati. Selanjutnya dalam proses pelaksanaan sesuai
dengan spesifikasi yang ada dan harus diimbangi dengan pengawasan yang baik agar
tidak terjadi keterlambatan.
Dalam laporan ini menjelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado yang didalamnya termasuk perencanaan penambahan
bangunan di bagian depan Gereja dan balkon yang ada didalam Gereja berlokasi di
tribun kiri dan kanan gedung Gereja. Untuk bangunan didepan Gereja terdapat kolam
baptisan yang akan dibangun.
Politeknik Negeri Manado adalah lembaga pendidikan vokasi yang lulusannya
disiapkan untuk menjadi tenaga ahli dalam bidang pekerjaan konstruksi
ketekniksipilan. Oleh karena itu untuk memberi bekal dan wawasan tentang dunia
kerja pada pekerjaan konstruksi dilapangan, pada awal semester VII Mahasiswa
diwajibkan mengikuti mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL).
2

1.2 Maksud Dan Tujuan


1. Maksud dari Praktek Kerja Lapangan agar mahasiswa dapat memahami dan
mengerti dunia pekerjaan secara luas.
2. Tujuan dari praktek kerja lapangan (PKL) yaitu :
a. Dapat mengetahui kondisi pekerjaan di lapangan secara langsung untuk
memahami proses dan metode pelaksanaan pekerjaan.
b. Menjelaskan proses pekerjaan persiapan, pekerjaan pembongkaran existing,
galian tanah dan urugan, pekerjaan pembesian, pekerjaan kayu dan pekerjaan
pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan.
c. Membuat perencanaan pada proyek konstruksi dan mengevaluasi perbedaan-
perbedaan yang ditemui selama PKL guna menigkatkan kemampuan dan
kompetensi.

1.3 Sistematika Penulisan


Agar penyusunan laporan ini sesuai dengan kaida penulisan dan literatur dalam
pemaparan, membuatnya dalam beberapa bagian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan laporan.

BAB II IDENTIFIKASI PROYEK


Bab ini memuat tentang Gambaran umum Proyek tempat melaksanakan
praktek kerja lapangan (PKL), identifikasi masalah yang ada di tempat praktek
kerja lapangan dan pembatasan masalah mengenai laporan PKL.

BAB III DASAR TEORI (dasar teori dan pembahasan saling mendukung)
Bab ini memuat tentang dasar teori dari permasalahan khususnya tentang
metode pelaksanaan yang ada di tempat Praktek kerja lapangan (PKL) lebih
khusus pada proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang metode pelaksanaan Pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado, masalah dan kendala
yang dihadapi dan cara penangulanggan dan perhitungan yang diperlukan
3

dalam pembahasan laporan praktek kerja lapangan dan tugas khusus tentang
metode pelaksanaan pondasi sumuran.

BAB V PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran dari laporan praktek kerja
lapangan (PKL).
4

BAB II
IDENTIFIKASI PROYEK

2.1 Gambaran Umum Proyek


Proyek ini merupakan Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung
Gereja GPdI Pusat Kota Manado. Lokasi pembangunan Jln. Sam Ratulangi No. 31
Kelurahan Wenang Utara, Kecamatan Wenang, di Kota Manado Sulawesi Utara, dan
merupakan tempat ibadah untuk semua umat beragama Kristen Protestan di Sulawesi
Utara. Proyek ini merupakan proyek swasta. Pemilik proyek (owner), merupakan
pihak dari Gereja dan yang menyediakan dana untuk membiayai proyek oleh jemaat
Gereja. Sedangkan pihak pelaksana merupakan panitia pembangunan yang tepilih dari
Gereja tersebut.
Proyek tersebut dilaksanakan oleh Panitia Pembangunan, dengan luas bangunan
ruang ibadah yang akan direnovasi 25 m x 45 m atau sebesar 1.125 m2 dan luas
bangunan pastori yang akan direnovasi 12 m x 20 m atau sebesar 240 m2 dengan total
lantai sebanyak 7 lantai untuk ruang ibadah dan pastori. Untuk Gereja pada lantai 1
dan 2 merupakan tempat ibadah, lantai 3 merupakan ruang ibadah anak sekolah
minggu, lantai 4 merupakan ruang studio Gereja, lantai 5 merupakan ruang pengerja,
lantai 6 dan 7 merupakan ruang doa. Sedangkan untuk pastori lantai 1 merupakan
tempat parkir, MCK dan dapur kotor, lantai 2 sampai 4 merupakan pastori, sedangkan
lantai 5 merupakan Chapel Gereja.
2.1.1 Latar Belakang Proyek
Proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat
Kota Manado merupakan program kerja dari Gereja yang diberikan mandat kepada
Panitia Pembangunan berfungsi untuk memperbaiki bagian yang rusak (renovasi),
memperindah gedung Gereja serta menambah lantai dibagian pastori sebagai (chapel)
tempat kegiatan jemaat Gereja. Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi ini
merupakan alternatif yang baik, karena dilihat dari pertumbuhan jemaat dan yang ingin
melaksanakan kegiatan Gereja dan pernikahan maka Gereja memberikan fasilitas
chapel untuk semua jemaat yang ingin melaksanakan pernikahan.
2.1.2 Jenis Pekerjaan
Pada proyek pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja GPdI
Pusat Kota Manado, jenis pekerjaan yang dilakukan antara lain pembongkaran
5

existing, galian tanah, pekerjaan struktur bawah, dan pekerjaan struktur atas. proyek
pembangunan Renovasi dan Beautifikasi menggunakan dua jenis pondasi yaitu
pondasi telapak dan pondasi sumuran, dengan kedalaman dari pondasi sumuran 600
cm (6 m) dan tebal pondasi telapak 40 cm (0,4 m).
2.1.3 Lokasi Proyek
Secara administrasi lokasi pekerjaan Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi
Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado terletak di kota Manado Jln. Sam Ratulangi
No. 31 Kelurahan Wenang Utara, Kecamatan Wenang, di Kota Manado Sulawesi
Utara.
2.1.4 Sumber Dana
Pada tahun anggaran 2018, dana pekerjaan Pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado ini yaitu sebesar Rp.
3.946.043.169.28 ( Tiga miliar sembilan ratus empat puluh enam juta empat puluh tiga
ribu seratus enam puluh sembilan ratus dua puluh delapan rupiah) , dengan perincian
sebagai berikut:
Anggaran Pastori = Rp. 2.010.220.169,28
Anggaran Gereja = Rp. 1.935.823.000,00
Total = Rp. 3.946.043.169.28
Dibulatkan = Rp. 3.946.043.169,00
2.1.5 Data Proyek
Berikut ini data-data Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado :
1. Pekerjaan : Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi
Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado
2. Lokasi : Kota Manado
3. Mulai Proyek : 24 September 2018
4. Berakhir Proyek : 24 September 2019
5. Tahun Anggaran : 2018
6. Nilai Kontrak Rencana : Rp. 3.946.043.169,00
7. Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun
8. Pelaksana : Panitia Pembangunan
6

2.2 Identifikasi Masalah


Masalah yang ada di proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung
Gereja GPdI Pusat Kota Manado yaitu :
Terletak pada kondisi tanah, tanah yang ada pada proyek pembangunan
Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado
yaitu tanah pasir yang berpuing. Pada pelaksanaan Pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado untuk awal pembangunan
perencanaan menggunakan pondasi Telapak dengan tebal 40 cm (0,4 m) tetapi karena
pada pelaksanaannya dengan kondisi tanah pasir, mengakibatkan pada saat penggalian
untuk pondasi telapak tanah yang digali mengalami keruntuhan sehingga galian yang
digali tertutup kembali ini diakibatkan karena kesalahan dari metode pelaksanaan,
karena pada saat proses penggalian pelaksana menggali secara keseluruhan sesuai luas
pondasi tanpa melakukan pengujian untuk mencari jenis tanah yang ada sehingga
tanahnya mengalami keruntuhan. Dengan keadaan masalah yang ada maka
perencanaan pondasi yang awalnya telapak diganti ke pondasi sumuran dengan
kedalaman 600 cm (6 m) dengan pelaksanaanya menggali diikuti dengan pemasangan
buis sampai mencapai tanah keras. Hal ini juga menjadi masalah dan perencanaan yang
tidak siap. Untuk material yang akan digunakan diarea lain menghalangi pekerjaan
didekat area tersebut, karena lahan material yang kecil dan juga menjadi lahan parkir
dari Gereja. Dengan kondisi jumlah pekerja yang dibatasi oleh panitia menyebabkan
pekerjaan tidak terarah dengan baik.

2.3 Pembatasan Masalah


Dalam penulisan laporan ini, membatasi permasalahan penulisannya yaitu
menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan persiapan, pekerjaan pembongkaran
existing, galian tanah dan urugan, pekerjaan pembesian, pekerjaan kayu dan pekerjaan
pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan yang dilakukan di lapangan.
7

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Uraian umum


Bangunan bawah (sub structure) adalah bagian bangunan yang ada di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini bangunan yang dimaksud adalah pondasi. Pada
prinsipnya perencanaan suatu bangunan meliputi perencanaan bangunan atas dan
perencanaan bangunan bawah, perencanaan bangunan atas (upper structure) meliputi
bagian struktur dari bangunan yang ada diatas permukaan tanah seperti kerangka
pemikul bangunan tersebut.
Pekerjaan pada proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung
Gereja GPdI Pusat Kota Manado meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan
pembongkaran existing, galian tanah dan urugan, pekerjaan pembesian, pekerjaan
kayu, pekerjaan pondasi, kolom, sloof, balok, pelat dan kolam baptisan. Dasar teori
diuraikan meliputi teori tentang tanah dan jenis-jenis pondasi serta teori tentang
pelaksanaan pekerjaan pondasi.

3.2 Tanah Sebagai Dasar Pondasi


Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi pekerjaan
konstruksi. Menurut Nakazawa (1983) tanah adalah pondasi pendukung suatu
bangunan, atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau
bendungan atau kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan,
seperti tembok atau dinding penahan tanah. Jadi tanah itu selalu berperan pada
setiappekerjaan teknik sipil. Tenaga-tenaga teknik sipil yang berkecimpung dalam
perencanaan atau pelaksanaan bangunan perlu mempunyai pengertian yang mendalam
mengenai fungsi-fungsi serta sifat tanah itu bila dilakukan pembebanan terhadapnya.
Hardiyatmo (1996) menyatakan tanah pada kondisi alam terdiri campuran butiran-
butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut
dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini
berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah,
kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh
unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut. Istilah-
istilah seperi kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam teknik sipil untuk
8

membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau
lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan
organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai tambahan dibelakang
material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung
yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diatara butiran-butiran, sebagai atau seluruhnya dapat
terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan
dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagai
(partially saturateda). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama
sekali atau kadar airnya nol.
Tanah biasanya dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanah berbutir kasar dan
tanah berbutir halus. Masing-masing golongan dibagi lagi menjadi dua jenis, antara
lain :
1. Kerikil dan pasir
Kelompok ini terdiri atas pecahan batu-batuan dengan bentuk dan ukuran yang
beraneka ragam. Butiran kerikil biasanya terdiri atas pecahan-pecahan batu,
tetapi kadang-kadang juga terdiri atas mineral-mineral tugal. Butiran pasir
biasanya terdiri atas mineral tunggal, biasanya kwarsa pada beberapa keadaan,
pasir hanya terdiri atas butiran-butiran yang seukuran, sehingga di sebut pasir
seragam. Ada kalanya terdapat bahan yang besarnya terdiri atas ukuran batu-
batuan hingga pasir dan di sebut tanah bergradasi baik.
2. Lempung
Lempung terdiri atas butiran yang sangat kecil dan memiliki sifat kohesi dan
plastisitas. Sifat ini tidak di temukan pada pasir dan kerikil. Sifat kohesi berarti
butiran-butirannya saling menempel, sedangkan plastisitas adalah sifat yang
memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa mengubah volume dan tidak
menyebabkan retak atau pecah.
3. Lanau
Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir.
Lanau bersifat kurang plastis di banding lempung (lanau “asli” sebenarnya
tidak memiliki sifat plastis). Lanau memiliki permeabilitas yang lebih tinggi.
9

Lanau juga menunjukkan sifat-sifat khusus, yaitu quick behavior dan dilatisi
yang tidak ditemukan pada lempung. Quick behavior menunjukkan
kecenderungan lanau untuk menjadi ketika digetarkan, dan dilatasi merupakan
kecenderungan untuk mengami penambahan volume ketika berubah bentuk.
3.2.1 Kekuatan Tanah Sebagai Dasar Pondasi
Menurut Frick (2001) keadaan kekuatan tanah sebagai dasar pondasi
tergantung pada susunan dan struktur tanah sebagai kulit bumi yang termakan cuaca
dan air hujan. Semakin heterogen struktur tanah tersebut, semakin sulitlah perencanaan
pondasi. Gambar 3.1 menunjukan kondisi tanah heterogen.

Gambar 3.1 Susunan struktur tanah heterogen


Sumber : Frick, 2001
Kekuatan tanah dapat diselidiki dengan berbagai cara, antara lain :
1. Kedalaman dan ketebal lapisan bumi, terutama lapisan yang akan menerima
bebanpondasi,
2. Tegangan tanah ( σ ) yang diizinkan,
3. Keadaan hidrologis (sifat – sifat dari lapisan tanah)
Perlu diperhatikan bahwa disamping kekuatan atau kelemahan, kekokohan
landasan tanah juga dipengaruhi oleh :
1. Pemadatan dan penurunan tanah akibat vibrasi lalu lintas, peralatan berat
perindustrian dan sebagainya
10

2. Penurunan tanah akibat perubahan hidrologis (misalnya penurunan muka air


tanah atau kadar air didalam tanah) atau karena pengikisan pada tepi sungai
dan sebagainya
3. Pergeseran tanah atau longsor akibat tekanan berat, terendam air akibat banjir
atau air pasang

Hal tersebut mengakibatkan penurunan gedung yang tak terhindarkan.


Perencanaan pondasi yang baik akan menghambat terjadinya penurunan. Namun,
apabila terjadinya penurunan masih dalam batas toleransi. Pondasi bangunan yang
menjamin kestabilan / keseimbangan bangunan terhadap pembebanan (berat sendiri,
beban hidup, retakan dan gerakan geologis kecil serta gaya tekan angin, gempa bumi
dan sebagainya) harus diperhitungkan sedemikian rupa. Dengan pengetahuan tentang
konsep struktur, maka pondasi merupakan bagian struktur gedung yang mempunyai
daya tahan paling lama sebagai landasan dari struktur bangunan.
3.2.2 Karakteristik Tanah
Menurut Frick (2001) dalam merencanakan struktur bawah diperlukan daata-
data mengenai karakteristik tanah tempat struktur tersebut berada dan beban
strukturyang bekerja diatas struktur bawah yang direncanakan. Karakteristik tanah
meliputi jens lapisan tanah di bawah permukaan tanah, kadar air, tinggi muka air dan
lain-lain. Beban struktur yaang bekerja tergantungdari jenis material yang digunakan,
jumlah tingkat bangunan, jenis-jenis beban yang bekerja pada struktur tersebut dan
lain – lain. Seorang structure engineer harus bisa menentukan jenis pondasi yang tepat
untuk digunakan berdasarkan data tanah yang ada pada soil engineer.
Hasil dari penyelidikan tanah yang dilaporkan oleh soil engineer antara lain:
1. Kondisi tanah dasar yeng menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa
lapisan kedalaman.
2. Analisis daya dukung tanah
3. Besar nilai SPT (standard penetration test) dari beberapa titik bor.
4. Besar tahanan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat dari beberapa titik
sondir
5. Hasil tes laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah, dll.
6. Analisis daya dukung tiang pondasi berdasarkan data-data tanah (apabila
menggunakan pondasi tiang).
11

7. Rekomendasi dari soil engineer mengenai jenis pondasi yang digunakan

3.2.3 Penyelidikan Tanah


Gunawan dkk, 1983 menyatakan bahwa penyelidikan tanah di lapangan
bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah dan jenis lapisan agar bangunan dapat
berdiri dengan stabil dan tidak tibul penurunan (settlement) yang terlalu besar, maka
pondasi bangunan harus mencapai lapisan tanah yang cukup padat (tanah keras).
Untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan tanah padat dan kapasitas daya dukung
tanah (bearing capacity) dan daya dukung pondasi yang diizinkan maka perlu
dilakukan penyelidikan tanah menncakup penyelidikan baik di lapangan
(lokasi/rencana bangunan baru) dan penelitian di laboratorium.
Penyelidikan tanah dilakukan dengan beberapa cara, yakni :
1. Sondir
Tes sodir dilakukan dengan menggunakan alat sondir yang dapat mengukur
nilai perlawanan konus (Cone Resistance) dan hambatan lekat (Lokal Friction)
secara langsung di lapangan. Hasil penyondiran disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang memperhatikan hubungan antara kedalaman sondir di
bawah muka tanah dan besarnya nilai perlawanan konus (qc) serta jumlah
hambatan pelekat (TF).
2. Deep Boring
Deep Boring dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor untuk
mendapatkan contoh tanah. Pekerjaan Standard Penetration Test juga
dilakukan pada pekerjaan boring.
3. Standar Penetration Test
Standar Penetration Test dilaksanakan pada lubang bor setelah pengambilan
contoh tanah pada setiap beberapa interval kedalaman. Cara uji dilakukan
untuk memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan.
Parameter tersebut diperoleh dari jumlah pukulan terhadap penetrasi konus,
yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi perlapisan tanah.

3.3 Struktur Bawah Pondasi


Struktur bawah adalah struktur yang seluruh bagiannya berada pada tanah atau
berada di bawah permukaan tanah. Struktur bawah dari suatu bangunan terdiri dari
12

atas pile cap dan pondasi namun komponen yang lebih dikenal adalah pondasi karena
tugasnya lebih berat yaitu memikul beban bangunan di atasnya. Seluruh muatan
(beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat
pondasi sendiri, harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan
sebaik-baiknya.
3.3.1 Pemilihan Jenis Struktur Bawah (Pondasi)
Menurut Suyono (1984) pemilihan jenis struktur bawah ahrus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang
sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras dan sebagainya.
2. Batasan-batasan akibat struktur diatasnya
Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal
ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban)
daan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu,
kelakuannya, dll.)
3. Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya.
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu
diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun
membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan
Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan
biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.
3.3.2 Pengertian Pondasi Tiang
K. Nakazawa, 1983 menyatakan bahwa pondasi tiang adalah suatu konstruksi
pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap
lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit denagn menyatukan
pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi.
Hardiyatmo (2002) menyatakan bahwa pondasi tiang digunakan untuk
mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini
dapat digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas,
13

terutama pada bangunan-bangunan tingkat yang dipengaruhi oleh gaya-gaya


penggulingan akibat beban angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung
bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya
benturan kapal dan gelombang air. Menurut Hardianto (2002) pondasi tiang digunakan
untuk beberapa maksud, antara lain :
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak,
ke tanah pendukung yang kuat;
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang reatif lunak sampai kedalaman tertentu
sehingga bangunan mampu memberikan dukungan yang cukupp untuk
mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah
disekitarnya;
3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat
tekanan hidrostatis atau momen penggulingan;
4. Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring;
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut
bertambah;
6. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya muda tergerus
air .
3.3.3 Macam-macam Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban bangunan
ketanah atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifkasi pondasi dibagi 2 ( dua ) yaitu:
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung
seperti :
a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.
b. Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung
sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak
sisinya akan terhimpit satu sama lain.
c. Pondasi rakit (raft foundation) yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung
bangunan yeng terletak pada tanah lunak.
14

2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasr yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai
kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal
Df/B<1.
b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak pada
kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil
dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles, 1991).
3.3.4 Penggolongan Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:
1. Tiang Perpindahan Besar (Large displacement pile).
Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau
berlubang denag ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang
perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang
(pejal atau berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).
2. Tiang Perpindahan Kecil (small displacement pile)
Tiang perpindahan kecil (small displacement pile), adalah Sama seperti tiang
kategori pertama hanya volume tanah dipindahkan saat pemancangan relatif
kecil, contohnya: tiang beton bertulang dengan ujung terbuka, tiang beton
prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung
terbuka, tiang ulir.
3. Tiang Tanpa Perpindahan
Hardiyanto (2002) Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri
dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor
tanah. Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah bored pile, yaitu tiang
15

beton yang pengecorannya langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah


(pipa baja di dalam lubang dan dicor beton).
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun1983 adalah :
1. Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2)
2. Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
3. Tanah lunak (0,5-2 kg/cm2)
4. Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang berisi beban 5 kg tidak akan
mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.
Ada 3 kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat
pengaruh luar,
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung, dan
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
3.3.5 Pondasi Sumuran
Pondasi berfungsi untuk meneruskan/mendistribusikan beban dari super
struktur ke tanah agar keseluruhan bangunan dapat berdiri kokoh di atas tanah.
Sedangkan pondasi bored pile digunakan untuk menjaga kestabilanlereng dinding
penahan tanah termasuk pada pondasi bangunan ringan yang dibangun diatas tanah
lunak serta struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar.
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal
dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman
yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan
komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya pondasi sumuran
ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter
250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.
Perencanaan pondasi sumuran mencakup rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan berbagai tahap yang melputi studi kelayakan dan perencanaan
teknis semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu konstruksi yang kuat,
aman serta ekonomis.
16

Didalam pekerjaan dan proses pembuatan tentunya ada tahap dan cara
pelaksanaan. Dengan tujuan agar hasil pengeboran dan kualitas tiang pondasi sumuran
menjadi kuat dan kokoh, sehingga bangunan nanti yang didasari dengan pondasi yang
kokoh akan berdiri secara kuat dan tahan akan guncangan dan resiko penurunan tanah.
Hal itu harus dipenuhi dengan metode pengerjaan sumuran yang benar dan tepat, dan
jangan lupa mutu beton untuk pengecoran juga harus diperhatikan.
Pada metode pelaksanaan pondasi sumuran pada umumnya di mulai dengan
pengeboran atau pembuatan lubang di tanah dengan proses pengeboran kemudian
diteruskan dengan penginstalan pipa beton ke dalam lubang bor dan di lanjutkan
dengan proses pengecoran dengan cara yang benar.
Proses pelaksanaan pondasi sumuran :
1. Buatlah galian tanah dengan ukuran sesuai diameter pipa beton di lokasi yang
akan dibangun pondasi dengan menggunakan cangkul. Untuk mempermudah
pekerjaan penggalian tanah, pakai cangkul yang memiliki pegangan lebih
pendek.
2. Setelah galian tanah telah mencapai kedalaman sekitar 80-100 cm, masukkan
pipa beton yang pertama ke dalamnya. Hati-hati saat memindahkan pipa
beton ini dan pastikan tepat masuk ke dalam lubang galian tanah.
3. Lanjutkan kembali penggalian tanah di tempat rencana pembuatan pondasi
tersebut. Ingat, lakukan pekerjaan ini dengan lebih hati-hati mengingat sudah
ada pipa beton di dalamnya. Jangan khawatir, selama Anda meneruskan
penggalian tanah, pipa beton akan turun levelnya sesuai dengan kedalaman
permukaan tanah di dalam lubang galian.
4. Pekerjaan penggalian tanah dihentikan setelah mencapai lapisan tanah yang
keras. Biasanya lapisan tanah ini berada di kedalaman yang berkisar antara 2-
3 meter.
5. Setelah itu, masukkan pipa beton kedua ke dalam lubang galian tepat di atas
pipa yang pertama. Masukkan lagi pipa berikutnya hingga ketinggian susunan
pipa beton setara dengan level permukaan tanah. Cek sekali lagi untuk
memastikan pipa-pipa beton tersebut tersusun dengan benar.
6. Agar susunan pipa-pipa beton terangkai kuat, Anda bisa menambal celah-
celahnya dengan adukan semen dan pasir. Biarkan tambalan ini selama
beberapa saat agar mengering sebelum Anda benar-benar menutup sumuran.
17

7. Buat adukan beton sebagai pengisi pondasi sumuran yang terdiri atas semen,
pasir, kerikil, dan air. Pastikan semua bahan-bahan ini tercampur rata sebelum
digunakan.
8. Masukkan batu kali terlebih dahulu ke dalam sumuran hingga ketinggiannya
mencapai 50 cm. Tuangkan adukan beton di atasnya. Atur sedemikian rupa
agar adukan beton ini bisa masuk ke celah-celah tumpukan batu kali dan
mengikatnya.
9. Masukkan lagi batu-batu kali ke dalam sumuran tadi sampai ketinggiannya
bertambah 50 cm. Jangan lupa tuangkan lagi adukan beton di atas gundukan
batu kali tersebut. Demikian langkah-langah seterusnya hingga seluruh
volume sumuran terisi penuh oleh batu kali dan adukan beton.
10. Di bagian atas pondasi sumuran ini, Anda bisa melakukan pekerjaan
pembesian untuk membuat kolom bangunan.
3.3.6 Umum
Pada dasarnya, pembuatan pondasi sumuran dilakukan dengan memasang
sumuran yang berupa pipa beton berdiameter 1 m, 2m, 2.5 m, 3 m, 3.5 m, hingga 4 m
sedemikian rupa di dalam galian tanah. Kemudian di dalam sumuran tersebut diisi
dengan cor yang terbuat dari campuran adukan beton dan batu kali. Setelah pondasi
jadi, tepat di atas pondasi ini dibangun struktur kolom yang menjadi pegangan bagi
dinding bangunan . Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya
terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk penggunaannya,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis pondasi
langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya terlalu dalam &
lebar).
2. Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan sulit
dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.
3. Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk konstruksi
yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.
18

Dan untuk menambah teori dari laporan ini beberapa hal akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan meliputi :
a. Perencanaan Site Plane
- Kantor Proyek
Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf baik staf dari
Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapanga, yang dilengkapi
dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan
toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini
adalah sementara. Oleh karena itu, desain kantor tersebut juga dibuat tidak
permanen.
- Gudang Material dan Peralatan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti semen dan
material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu
diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sementara itu, gudang
peralatan berfungsi untuk tempat penyimpanan alat-alat ringan seperti vibrator
untuk pemadatan beton, alat-alat pengukur (theodolit), alat-alat ukur
pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai
komponen peralatan lainnya.
- Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek adalah suatu pekerjaan pemberian batas terhadap
lahan yang akan dibangun. Bahan yang digunakan bisa berupa seng yang
ditempel pada batang besi yang berfungsi sebagai penguat.
b. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
- Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan
oleh Kontraktor untuk meleksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan
proyek. Sumber daya listrik biasanya deperoleh dari PLN maupun penyediaan
genset sendiri, tergantungpenggunaanya. Daya listrik yang diperlukan oleh
proyek, meliputi penerangan, AC, Peralatan Kerja, Peralatan Kantor, dan lain-
lain.
- Kebutuhan Air Kerja
19

Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau
PAM (Perusahan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-
kenutuhan seperti tolilet, pencucian kenderaan proyek, dan keperluan lain
yang membutuhkan air.
c. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)
Shop Drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan
pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan
menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu
maupun mutu kerja.
d. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
Metode pelaksanaan untuk pengadaan materila tidak ada yang khusus. Untuk
pekerjaan persiapan, belum banyak memerlukan material. Material yang
dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor
Proyek, Gudang, Pagar, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara
lainnya.
e. Mobilisasi Demobilisasi
Mobilisasi pekerjaan dan persiapan diperlukan untuk membawa personil,
peralatan, pemasokan, dan suplemen lain ke lokasi proyek.Demobilisasi adalah
mengeluarkan alat-alat dan suplemen lain saat proyek telah selesai.
f. Pengukuran Awal
Sebelum melakukan pekerjaan pondasi dilakukan pengukuran titik-titik yang
akan dijadikan pondasi dengan alat ukur Theodolite. Pengukuran dimaksudkan
untuk mencari ketepatan letak dan elevasi muka tanah. Selain itu pekerjaan
lanjutan seperti Pelat Lantai, Kolom dan Balok juga memerlukan pengukuran
seperti ini. Secara umum pengukuran bertujuan untuk menjamin:
- Elemen struktur yang akan dibangun terletak sesuai dengan lokasi yang
digambarkan pada gambar rencana.
- Pelat lantai dan balok terletak pada elevasi yang benar dan datar horizontal.
- Kolom berdiri dengan vertical sempurna, dan kolom pada satu lantai benar-
benar terletak pada satu garis lurus dengan kolom pada lantai lain.
2. Pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan meliputi :
a. Pembongkaran existing untuk mencapai tanah yang berada di bawah bangunan
yang sudah ada.
20

b. Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
c. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5 :1 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1 : 10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah
tempat meletakkan pondasi.
d. dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2
e. bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2,
maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang
cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
f. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya
g. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan
penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.
h. Seluruh pekerjaan tanah dan pondasi ini harus sesuai dengan volume pekerjaan,
gambar kerja dan RKS.
i. Urugan pasir harus di laksanakan dibawah pondasi , lantai , rabat beton tebal
disesuaikan dengan gambar.
j. Urugan pasir harus dipadatkan dengan cara di siram air.
3. Pekerjaan pembesian meliputi :
Pekerjaan pembesian termasuk didalamnya yaitu pemotongan semua ukuran
tulangan atau besi yang akan digunakan, pembengkokan dan perangkaian
tulangan sesuai elemen yang akan dibuat.
4. Pekerjaan kayu meliputi :
a. Kusen pintu/ jendela/bouvenlight
b. Daun pintu/ jendela
c. Ukuran kayu yang dipergunakan adalah :
- Untuk semua type kusen dengan ukuran 5/14 (ukuran jadi ) atau sesuai gambar.
- Untuk daun pintu dengan ukuran 3,5/12 cm, 3,5/15 dan 3,5 /20 cm atau sesuai
gambar
- Untuk daun jendela dengan ukuran 3/8 cm
d. Finishing menggunakan cat kayu berkualitas baik.
21

e. Mengingat sifat kaca akan memuai pada saat terkena sinar matahari , maka
dalam pelaksanaan pemasangan agar diberi jarak antara list dengan kaca
beberapa milimeter .
5. Pekerjaan pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan meliputi :
Pekerjaan ini terangkum menjadi pekerjaan beton bertulang sebagai berikut:
a. Bahan :
- Semen (Portland Cement)
PC yang dipergunakan harus dari jenis menurut peraturan Portland Cement
Indonesia yang berlaku. Semen harus sampai di tempat peker jaan dalam
kondisi baik, serta dalam kantong kantong semen asli dari pabrik dan harus 1
macam jenis produksi dalam negeri, biasanya dipergunakan semen merk Tiga
Roda, Semen Padang, Holcim, Batu Raja, atau merk lain yang disetujui
konsultan pengawas. Semen harus tersimpan dalam gudang yang kedap air dan
berventilasi baik, di simpan diatas lantai setinggi 20 cm.
- Agregate (pasir beton, kerikil/batu pecah)
Agregate halus dan kasar dapat dipergunakan agregate alami atau buatan
asalkan memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku
.Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
tulangan terhadap karat , untuk itu pemborong harus memberikan contoh-
contoh terlebih dahulu untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas .
- Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat -zat yang dapat merusak beton, air tersebut harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal SNI
b. Besi Beton Tulangan
Besi beton/ tulangan yang dipergunakan harus dari besi beton dengan mutu U-
24, Besi beton dengan ukuran D12, D10, D8, & D6 yang dipakai adalah besi
polos, dimana di syarat akan kekuatan tegangan tarik yang diijinkan tidak boleh
kurang dari 1400 kg/cm2. Apabila baja tulangan oleh Konsultan Pengawas di
ragukan kualitasnya, maka harus diperiksa di lembaga Penelitian Bahan
Bangunan atas biaya pemborong. Ukuran besi beton/ tulangan harus di
22

sesuaikan dengan gambar kerja, penggantian dengan diameter lainnya hanya


diperkenankan atas persetujuan konsultan pengawas .
c. Bekisting (acuan)
Bahan bekisting atau acuan untuk plat beton listplank, lantai sloof , kolom,
balok ringbalok dan talang menggunakan bekisting papan kayu kelas III ,
pemasangan acuan (bekisting) harus rapih dan kaku setelah beton dibongkar
membentuk bidang yang rata dan pada saat pengecoran diusahakan air semen
tidak keluar .Tiang- tiang penyangga (perancah) dari kayu dolken atau bambo
atau balok kayu kelas II .
d. Alat:
- Concrete Mixer
- Alat Lainnya sesuai kebutuhan.
e. Macam Pembetonan
- Sloof (sesuai gambar)
- Kolom (sesuai gambar)
- Kolom praktis (sesuai gambar)
- Balok Latei (sesuai gambar)
- Plat Lantai (sesuai gambar)
- Ring balok (sesuai gambar)
- Rabat beton sekeliling bangunan dipergunakan beton tumbuk dengan
campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr tebal sesuai gambar.
f. Pelaksanaan Pengecoran Beton
- Pelaksanaan pengecoran beton di laksanakan setelah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas secara tertulis .
- Sebelum dicor seluruh bekisting harus dibersihkan dari kotoran dan di siram
hingga permukaannya basah seluruhnya dan sengkang tidak boleh melekat
pada bekisting, untuk itu agar dibuatkan beton decking tebal 1,5 cm.
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan perawatan beton harus di lakukan
sesuai dengan ketentuan yang di syaratakan SNI, terutama yang harus
diperhatikan adalah :
- Pengadukan semua beton harus diusahakan dengan ready mix untuk
mendapakan mutu beton sesuai yang di sayaratkan.
23

- Pemadatan beton harus diusahakan dengan menggunakan vibrator (mesin


penggetar ) .
- Pembongkaran bekisting (acuan) serta perancah di laksanakan apabila umur
beton telah cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Perawatan Beton
- Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk
paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara
sebagai berikut: Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah
sebagai penutup beton. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang
kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya
pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat,
harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah
Direksi/Konsultan Pengawas. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera
atas resiko pemborong.
- Semua beton yang dimintakan untuk pekerjaan dalam spesifikasi ini sudah
tercakup dalam harga yang ditawarkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, harga
satuan yang ditawarkan untuk pekerjaan ini mencakup biaya-biaya bekisting,
air, pasir, kerikil, semen, pemeliharaan, pengujian beton, serta semua
pekerjaan-pekerjaan lainnya sesuai dengan persyaratan dan keperluan yang
termaksud diatas.
24

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Ruang Lingkup Pelaksanaan Proyek


Proyek Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat
Kota Manado, Sulawesi Utara membutuhkan biaya sebesar Rp. 3.946.043.169,00
(Tiga miliar sembilan ratus empat puluh enam juta empat puluh tiga ribu seratus enam
puluh sembilan ratus rupiah). Dan pada praktek kerja lapangan (PKL) selama 3,5 bulan
dapat diamati dan dipelajari metode peaksanaan yang berlangsung antara lain:
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan
3. Pekerjaan pembesian
4. Pekerjaan kayu
5. Pekerjaan pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan

4.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


Metode pelaksanaan Pembangunan Renovasi dan Beautifikasi Gedung Gereja
GPdI Pusat Kota Manado, Sulawesi Utara dilakukan dengan tahap-tahap pekerjaan
sebagai berikut :
4.2.1 Pekerjaan Persiapan
Pada tahap pekerjaan persiapan, metode pekerjaan yang dilakukan yaitu :
1. Lapangan terlebih dahulu dibersihkan dari benda-benda yang ada didalam
Gereja di area tribun timur.
Pada gambar 4.1 memperlihatkan proses pembersihan area yang dilakukan
oleh para pekerja.

Gambar 4.1 Pembersihan area Tribun Timur Gereja


Sumber : Gambar lapangan
25

2. Membangun kantor direksi keet.


Pada gambar 4.2 memperlihatkan proses pembuatan direksi keet dan gudang
alat.

Gambar 4.2 Pembuatan Direksi Keet dan Gudang Alat


Sumber : Gambar lapangan

3. Membersihkan sarana dan prasarana tempat tinggal bagi para pekerja.


4. Pembuatan pagar pembatas area yang akan dikerjakan (tribun timur).
Pada gambar 4.3 memperlihatkan proses pembuatan pagar pembatas area
Tribun Timur.

Gambar 4.3 Pembuatan Pagar Pembatas Area Tribun Timur


Sumber : Gambar lapangan

4.2.2 Pekerjaan Pembongkaran Existing, Galian dan Urugan


Pada pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan, metode
pekerjaan yang dilakukan, yaitu :
1. Pengukuran area bertujuan untuk memberi informasi mengenai posisi yang
harus dikerjakan atau dibongkar dan digali sesuai dengan gambar rencana.
26

Pengukuran area menggunakan alat meter dan unting-unting untuk


menentukan titik yang akan dijadikan patokan galian.
Gambar 4.4 memperlihatkan pengukuran untuk patok pekerjaan galian
menggunakan alat meter dan unting-unting.

Gambar 4.4 Penentuan Patok Menggunakan Meter dan Unting-Unting


Sumber : Gambar lapangan

2. Menentukan titik-titik penggalian pondasi. Titik-titik pondasi mengambil


acuan yang sudah ditentukan pada pekerjaan pengukuran area.
3. Setelah menentukan titik-titik pondasi, tahap selanjutnya yang harus dikerjakan
yaitu pekerjaan tanah. Dalam tahap pekerjaan tanah ini, meliputi
pembongkaran existing, penggalian dan pengurugan. Pekerjaan pembongkaran
existing dilakukan menggunakan hammer machine. Sedangkan pekerjaan
penggalian dilakukan menggunakan sekop sesuai dengan pengukuran area
yang telah dilakukan sebelumnya dengan ukuran galian tanah kurang lebih
1,6m x 1,6 m.
Gambar 4.5 memperlihatkan pembongkaran existing dan penggalian
menggunakan hammer machine dititik yang akan ditempatkan telapak.

Gambar 4.5 Pembongkaran Menggunakan Alat Hammer Machine Pada Pondasi


Sumber : Gambar lapangan
27

4. Setelah menentukan titik-titik pondasi, tahap selanjutnya yang harus dikerjakan


yaitu menentukan jalur galian sloof yang diukur menyesuaikan as pondasi.
Dalam tahap pekerjaan ini, pembongkaran existing dilakukan menggunakan
hammer machine. Sedangkan pekerjaan penggalian dilakukan menggunakan
sekop sesuai dengan pengukuran area yang telah dilakukan sebelumnya dengan
ukuran galian tanah kurang lebih 0,6 m x 0,7 m x 18,6 m.
Gambar 4.6 memperlihatkan pembongkaran existing dan penggalian
menggunakan hammer machine pada jalur sloof.

Gambar 4.6 Pembongkaran Menggunakan Alat Hammer Machine Pada Sloof


Sumber : Gambar lapangan

4.2.3 Pekerjaan Pembesian


Pekerjaan pembesian terbagi dalam beberapa item pekerjaan :
1. Pemotongan besi D16 mm, D19 mm, D22 mm, Ø12 mm dan Ø10 mm serta
wiremesh D8 – 150 mm menggunakan mesin potong besi.
Pada gambar 4.7 memperlihatkan seorang pekerja yang sedang memotong besi
D19 mm.

Gambar 4.7 Pemotongan Besi Menggunakan Mesin Potong Besi


Sumber : Gambar Lapangan
28

2. Pabrikasi besi spiral untuk sengkang tulangan kolom dengan diameter 10 mm


dan panjang 4 m menggunakan alat rolan.
Pada gambar 4.8 memperlihatkan alat rolan yang berfungsi membuat sengkang
kolom.

Gambar 4.8 Rolan Besi Untuk Membuat Besi Sengkang Spiral


Sumber : Gambar Lapangan
3. Pembesian untuk kolam baptisan dengan ukuran 4,1 m x 2,1 m x 1 m dan 4,1
m x 2,1 m dengan menggunakan besi polos diameter 10 mm.
Pada gambar 4.9 memperlihatkan perakitan pembisian kolam baptisan yang
dilakukan oleh dua pekerja.

Gambar 4.9 Perakitan Pembesian Kolam Baptisan


Sumber : Gambar Lapangan
29

4. Pembesian tulangan kolom menggunakan besi ulir diameter 19 mm sebagai besi


utama dan besi polos spiral diameter 10 mm sebagai sengkang.
Pada gambar 4.10 memperlihatkan perakitan pembisian kolom.

Gambar 4.10 Perakitan Pembesian Kolom


Sumber : Gambar Lapangan

5. Pembesian tulangan balok menggunakan besi ulir diameter 19 mm dan sloof


menggunakan besi ulir diameter 16 mm sebagai besi utama dan besi polos
diameter 10 mm sebagai sengkang.
Pada gambar 4.11 memperlihatkan perakitan pembisian balok dan sloof.

Gambar 4.11 Perakitan Pembesian Balok dan Sloof


Sumber : Gambar Lapangan
30

6. Pembesian tulangan pondasi telapak dan pur menggunakan besi polos diameter
12 mm sebagai besi utama dan besi polos diameter 10 mm sebagai tulangan
susut. Sedangkan pembesian pondasi sumuran untuk tulangan silinder
menggunakan besi ulir diameter 19 mm sebagai besi utama dan besi polos
diameter 10 mm sebagai sengkang spiral.
Pada gambar 4.12 memperlihatkan perakitan pembisian pondasi telapak dan
pondasi sumuran.

Gambar 4.12 Perakitan Pembesian Pondasi Telapak dan Pondasi Sumuran


Sumber : Gambar Lapangan
4.2.4 Pekerjaan Kayu
Pekerjaan kayu terbagi dari pembuatan bekisting kolom, sloof , balok dan
pelat.
Pada gambar 4.13 memperlihatkan perakitan bekisting kolom.

Gambar 4.13 Perakitan Bekisting Kolom, Sloof, Balok dan Pelat


Sumber : Gambar Lapangan
31

4.3 Tugas Khusus Metode Pelaksanaan Pondasi Sumuran


4.3.1 Langkah-langkah Pekerjaan Pondasi Sumuran
1. Menentukan titik pondasi
Alat yang digunakan meter dan unting-unting
2. Pabrikasi tulangan sengkang
a. Alat yang digunakan rolan besi
b. Langkah-langkah pabrikasi tulangan sengkang :
- Letakkan ujung besi tulangan diameter 10 mm dan panjang 12 m keujung
selimut bagian luar pada alat pemutar tersebut.
- Putar tong besi tersebut agar besi tulangan tersebut berubah bentuk menjadi
spiral. Langkah ini dilakukan terus menerus sampai memenuhi kebutuhan
tulangan sengkang untuk satu tiang tulangan silinder sumuran.
3. Pabrikasi tulangan utama sumuran
a. Alat yang di gunakan ganco (besi pengait) dan kawat pengikat
b. Langkah - langkah pabrikasi tulangan utama sumuran :
- Masukan tulangan utama yang berjumlah 10 batang pada 3 tulangan sengkang
yang sudah berbentuk spiral.
- Pasangkan tulangan utama ke tulangan sengkang menggunakan kawat pengikat
sampai semua tulangan utama membentuk lingkaran dengan jarak sengkang
100 mm.
4. Persiapan lokasi penggalian
a. Alat yang digunakan sekop, ember dan mesin alkon
b. Langkah pekerjaan persiapan lokasi :
- Meratakan area sekitar penggalian, membersikan dari bebatuan atau material
yang berada pada lokasi tersebut dari pembongkaran existing.
- Membuat tempat aliran air yang nanti digunakan pada proses penggalian.
4.3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Sumuran
Metode pelaksanaan pondasi sumuran pada pembangunan Renovasi dan
Beautifikasi Gedung Gereja GPdI Pusat Kota Manado sebagai berikut :
1. Pemasangan buis dan tulangan silinder.
2. Metode pelaksanaan pondasi sumuran menggunakan alat sekop, ember dan tali.
3. Metode pelaksanaan pondasi sumuran menggunakan mesin alkon.
32

4.3.3 Metode Pelaksanaan Pemasangan Buis Sumuran dan Tulangan Silinder


1. Penggalian tanah sedalam 7 meter dengan ukuran galian diameter 1,25 m
menggunakan sekop.
Pada gambar 4.14 memperlihatkan penggalian menggunakan sekop,
penggalian ditujukan untuk pemasangan buis penahan tanah.

Gambar 4.14 Penggalian Lubang Buis Penahan Tanah


Sumber : Gambar Lapangan
2. Penarikan benang dan unting-unting untuk mencari as galian yg bertujuan agar
buis penahan tanah simetris dengan buis yang lain ketika akan diletakan
dilokasi galian.
Gambar 4.15 memperlihatkan penarikan benang dan unting-unting yang
dilakukan oleh seorang pekerja ke patok yang sudah di tentukan.

Gambar 4.15 Penarikan Benang dan Unting-Unting Untuk Mencari As


Sumber : Gambar Lapangan
33

3. Pemasangan buis penahan tanah dengan ukuran diameter 1,25 m dan panjang
50 cm (satu buis), dan buis yang terpasang pada masing-masing titik sebanyak
12 buah (6 m). Cara pemasangan buis penahan tanah menggunakan tali pengait
yang dipegang beberapa pekerja lalu dipindahkan ke lokasi galian yang sudah
disediakan, selanjutnya ikatan akan dilepaskan oleh satu orang pekerja dan
ditahan serta dilepaskan dengan perlahan. Ketika buis sudah di letakkan
selanjutnya buis dirapikan dengan menggunakan tali yang ditahan beberapa
pekerja secara perlahan agar buis penahan tidak patah, guna diratakan buis agar
ketika menggali akan simetris dari atas sampai kebawah.
Gambar 4.16 memperlihatkan pemasangan buis penahan tanah yang dilakukan
beberapa pekerja.

Gambar 4.16 Pemasangan Buis Penahan Tanah


Sumber : Gambar Lapangan
4. Hasil galian tanah pada titik pemasangan buis penahan tanah diangkut
menggunakan sekop ke dump truck.
Gambar 4.17 memperlihatkan pengangkutan hasil galian tanah untuk buis
penahan tanah menggunakan sekop.

Gambar 4.17 Pengangkutan Hasil Galian Tanah Untuk Buis Penahan Tanah
Sumber : Gambar Lapangan
34

5. Pemasangan tulangan silinder sumuran mengunakan cara manual dengan


meletakkan secara perlahan tulangan oleh beberapa pekerja. Ukuran tulangan
sumuran dengan panjang 3,5 m dan diameter 1 m. Tulangan diletakan diatas
beton cyclop yang dicor kering setinggi 3 m dan didalam buis.
Pada gambar 4.18 memperlihatkan cara memasukkan tulangan silinder dan
pengecoran beton cyclop .

Gambar 4.18 Memasukkan Tulangan Silinder dan Pengecoran Beton Cyclop


Sumber : Gambar Lapangan

4.3.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Sumuran Menggunakan Alat Sekop,


Ember dan Tali
1. Pada titik sumuran digali menggunakan sekop dan hasil galian tanah diangkut
menggunakan ember dan tali sampai kedalaman tanah keras.
2. Pekerjaan tersebut seperti menimba tanah dan pasir yang dilakukan oleh dua
orang pekerja di setiap lubang pondasi sumuran.
3. Cara kerjanya yaitu pasir digali menggunakan sekop kurang lebih
kedalamannya 30 cm dan kemudian hasil galian dimasukan kedalam ember dan
diangkat keatas oleh satu orang pekerja yang berada diatas. Hal ini dilakuakn
berulang-ulang kali dampai mencapai pada tanah keras.
Pada gambar 4.19 memperlihatkan pengangkutan pasir dan tanah dari lubang
pondasi.

Gambar 4.19 Pengangkutan Pasir dan Tanah


Sumber : Gambar Lapangan
35

4.3.5 Metode Pelaksanaan Pondasi Sumuran Menggunakan Mesin Alkon


1. Pemasangan mesin alkon dilakukan jika penggalian sampai pada batas air
2. Pekerjaan ini dilakukan oleh dua orang pekerja untuk menyuplai air yang ada
pada lubang keatas.
3. Cara kerja dilakukan setelah lubang yang akan dicor kering terisi dengan air,
setelah cukup lama penggalian sampai menemukan batas air akan di hentikan
selanjutnya mesin alkon untuk penyuplai air. Hal ini di lakukan dengan tujuan
mengurangi air didalam lubang agar langsung dicor kering (beton cyclop) jika
terlalu banyak air, maka air akan naik keatas.
Pada gambar 4.20 memperlihatkan penyedotaan air mengunakan mesin alkon
setelah penggalian.

Gambar 4.20 Penyedotaan Air Mengunakan Mesin Alkon Setelah Penggalian


Sumber : Gambar Lapangan
4. Setelah dicor cyclop akan dipasang tulangan dan dicor dengan campuran 1:3:5
dan akan dipasang tulangan pur dan dicor kembali.
Pada gambar 4.21 pengecoran pondasi sumuran setelah air dikeluarkan dari
lubang.

Gambar 4.21 Pengecoran Pondasi Sumuran


Sumber : Gambar Lapangan
36

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan selesainya laporan ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pekerjaan persiapan termasuk perencanaan banyak mengalami perubahan
akibat data tanah yang tidak ada.
2. Untuk pekerjaan pembongkaran existing, galian tanah dan urugan mengalami
keterlambatan sehingga mengganggu kalender kerja proyek diakibatkan
kekurangannya alat yang akan digunakan pekerja.
3. Pembesian dilakukan terlebih dahulu untuk setiap ukuran besi yang akan
dipakai dan serentak untuk semua elemen struktur dari pemotongan,
pembengkokan sampai pada perangkaian rangka elemen struktur.
4. Untuk pekerjaan kayu proyek ini langsung memesan khusus dipabrik sehingga
menghemat waktu dan tenaga.
5. Dalam hal pekerjaan pondasi, kolom, balok, sloof, pelat dan kolam baptisan
meliputi bekisting sampai pada proses pengecoran. Khusus untuk pemasangan
bekisting banyak pekerja yang terluka karena tidak lengkapnya APD atau tidak
berjalannya K3.

5.2 Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan, hal yang dapat diambil dan dipelajari sebagai
berikut :
1. Sebelum melakukan perencanaan harus ada data yang diakai sebagai acuan
perencanaan.
2. Pihak kontraktor harus lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah yang
terjadi di lapangan.
3. Menyedikan alat dan bahan secara cepat dan sesuai spesifikasi agar progres
pekerjaan tidak tertunda.
4. Serta harus selalu memberlakukan K3.

Anda mungkin juga menyukai