Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI STUDI

4.1. KERANGKA PIKIR


4.1.1. Paradigma Pembangunan
a. Pembangunan berbasis masyarakat
Pada masa yang akan datang, masyarakat/ rakyat
memegang peranan penting dan mempunyai posisi sentral
dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan selama ini,
pelaksanaan pembangunan hampir steril dari partisipasi
masyarakat. Disini masyarakat didudukkan sebagai obyek
yang tidak di beri hak untuk suara menuangkan pikiran dan
angan-angannya. Padahal keterlibatan masyarakat dengan
mempertimbangkan nilai-nilai sosial, budaya dan ekonomi
setempat dipandang penting, mengingat tuntutan
demokratisasai dan pembangunan yang berkeadilan sudah
menjadi komitmen pemerintah dalam menjalankan
reformasi pembangunan khususnya di bidang penataan
kota.

Kelemahan penyelenggaraan penataan kota adalah


lemahnya komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah. Komunikasi ini semakin sulit dengan tidak
tersedianya akses yang baik bagi masyarakat terhadap
informasi penataan kota. Pesan-pesan pemerintah dalam
menata kota, melalui rencana tata ruang, tidak sampai
pada masyarakat luas dan masyarakat sendiri tidak pernah
tahu maksud pemerintah membangun segala macam
prasarana dan sarana kota. Masyarakat juga tidak pernah
tahu apakah pembangunan yang diselenggarakan pihak
swasta atau masyarakat sendiri sesuai dengan rencana
penataan ruang perkotaan.

b. Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Konteks


Pembangunan
Peran sektor swasta dalam pembangunan menjadi semakin
penting dalam dekade terakhir ini, dan proses ini dapat
dilihat untuk mengambil kecepatan yang lebih, sebagian
besar dipacu oleh pertimbangan keuangan. Namun,
sebagian besar orang akan setuju setidaknya pada lima
cakupan wilayah dimana campur tangan pemerintah masih
diperlukan atau sangat diperlukan:
1) Pengaturan kegiatan sektor swasta, untuk melindungi
penduduk, usaha kecil yang potensial, lingkungan, serta
tujuan perencanaan yang diinginkan.
2) Memberdayakan layanan umum dalam kasus dimana
sektor swasta juga tidak menyediakan sama sekali, atau
tidak melengkapi dengan cara yang memuaskan kepada
masyarakat secara keseluruhan.
3) Menjalankan fungsi pembangunan : terlepas dari
penyediaan langsung prasarana dan jasa, pemerintah
mungkin menggunakan sumber daya sebagai alat untuk
memacu pembangunan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja oleh sektor swasta. Fungsi pembangunan
ini dapat mencakup koordinasi kegiatan pembangunan,
penerapan kekuatan peraturan untuk merangsang
usaha baru, serta penggunaan secara selektif
pengetahuan untuk menggunakan sumber daya dari
sektor swasta.
4) Mencapai Pemerataan Pendapatan dan Kekayaan : jenis
layanan yang diberikan pengelola perkotaan dapat
menimbulkan implikasi penting terhadap pemerataan
kekayaan. Instrumen utama untuk ini adalah pajak dan
retribusi. Juga kerangka-kerangka hukum dalam
menjamin hal ini: peraturan perlindungan terhadap
orang miskin, hak buruh, penguasaan tanah, serta
undang-undang untuk memperkuat tujuan perencanaan.
5) Menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat
6) Pembatasan daerah di atas dalam strategi
pembangunan perkotaan dapat dirancang. Dalam
bentuk langkah praktis pemerintah kota menghadapi
masalah utama berikut:
 memperkuat daya saing ekonomi
 mengentaskan kemiskinan
 meningkatkan kualitas lingkungan;
 meningkatkan pemerintahan;
 mengembangkan keterkaitan kota-desa;
 pengembangan sumber daya manusia; dan
 pengembangan lingkungan budaya dan konservasi
peninggalan/warisan sejarah.

4.1.2. Tantangan Pengelolaan Pembangunan


Tingkat urbanisasi yang tinggi, mengharuskan pemerintah
mengantisipasi kebutuhan bagi prasarana baru serta pemberian
pelayanan. Pengelolaan pembangunan perkotaan memainkan peran
yang kian meningkat dalam perencanaan, pemrograman dan
pemantauan pembangunan. Tanggung jawab pemerintah daerah
dalam pengelolaan perkotaan serta pelaksanaan petunjuk
kebijaksanaan diharapkan untuk meningkatkan lebih lanjut dalam
konteks desentralisasi.

a. Memperkuat Daya Saing Ekonomi


Daya saing dan kinerja akan sangat menentukan prospek
ekonomi suatu negara. Wilayah yang efisien menghasilkan
sebagian besar pertumbuhan ekonomi yang diperlukan
bagi kesejahteraan masa datang. Wilayah yang kinerjanya
bagus akan menarik dunia usaha dan investasi dengan
menanamkan lingkungan kerja yang produktif. Sebaliknya,
prasarana yang tidak memadai dan kelinggalan akan
menghambat roda ekonomi serta menciptakan masalah
sosial dan lingkungan yang parah bila terlambat atau tidak
ditangani sepenuhnya.

b. Pembangunan dan Kelestarian Lingkungan


Rencana pengembangan pelantar di Batam memerlukan
pendekatan Environmental Assesment yang menempatkan
penggunaan lahan serta ekosistem yang ada sebagai
prioritas utama untuk menciptakan kemudahan bagi
masyarakat (public easement).
1) Ekosistem
Review terhadap keseluruhan ekosistim yang ada
dimaksudkan untuk mengetahui setiap potensi dan
kendala alam yang ada dalam kawasan tersebut.
Meliputi:
Environmental dan Lansekap
Kondisi lingkungan dan lansekap yang ada dalam
kawasan merupakan prioritas utama bagi keseluruhan
perencanaan. Caranya adalah dengan memanfaatkan
seoptimal mungkin potensi-potensi sebagai berikut:
 Topografi / kontur eksisting
 Kemiringan lahan
 Geologi
 Hidrologi
 Klimatologi
 Pola drainase
 Vegetasi

2) Site Suitability
Review terhadap kondisi eksisting di atas diharapkan
dapat memberikan masukan bagi rencana
pengembangan kawasan yang akan disusun yang
intinya adalah untuk menentukan kesesuaikan lahan
terhadap fungsi-fungsi berikut:
 Reesources suitability
 Residential suitability
 Commercial suitability
 Recreation suitability
 Preservation suitability

Alur Pikir Studi


Kurangnya aksesibilitas antar pulau di
REVIEW
kepulauan Batam menyebabkan UMUM
terhambatnya distribusi atau KEPULAUAN
pemerataan pembangunan di wilayah BATAM
kepulauan Batam SKENARIO
Minimnya prasarana transportasi di METODE ANALISIS PENGADAAN
PEMODELAN SKENARIO ANGKUTAN ANTAR
kepulauan Batam telah menyebabkan PENINGKATAN PULAU
PERMINTAAN
isolasi semu antara pulau Batam TRANSPORTASI AKSESIBILITAS
dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya REVIEW KON- PERTUMBUHAN HINTERLAND
DISI PENDUDUK TAHUN SKENARIO
BATAM PENINGKATAN JALAN
DEMOGRAFIS RENCANA
INDIKASI POTENSI MASALAH AKSES
KESIMPULAN

JUMLAH DAN LOKASI


REVIEW KON- DAYA DUKUNG PENGADAAN
DISI TANAH DAN METODE ANALISIS PELANTAR BARU
-LATAR -MAKSUD SKENARIO
GEOMORFOL KELAYAKAN KEBUTUHAN PELANTAR PENGADAAN
BELAKANG -TUJUAN OGI & LINGKUNGAN METODOLOGI
BARU PELANTAR KESIMPULAN &
-ISU -SASARAN EKOLOGI
STRATEGIS MODEL DAN REKOMENDASI
SPESIFIKASI
KONSTRUKSI
PELANTAR
REVIEW KON- PERTUMBUHAN
DISI SOSIAL EKONOMI TAHUN
EKONOMI REKOMENDASI
PERUMUSAN PERMASALAHAN RENCANA

PENILAIAN FISIK
Karakteristik aksesibilitas antar pulau di
Kepulauan Batam
Peningkatan prasarana atau infrastruktur METODE ANALISIS
REVIEW TATA PENGEMBANGAN PENILAIAN PENILAIAN
transportasi eksisting yang KONSTRUKSI DAN PENILAIAN
RUANG DAN PRASARANA
menghubungkan pulau Batam dengan KEBIJAKAN TRANSPORTASI PEMILIHAN LINGKUNGAN
pulau-pulau di sekitarnya TRANSPORTA MENDATANG PERMANENIS
Penambahan prasarana baru sesuai SI ASI PELANTAR
dengan perubahan dinamika dan
ekonomi masyarakat PENILAIAN SOSIAL
EKONOMI
Pengaruh perkembangan kota Batam
terhadap tingkat permintaan perjalanan REVIEW ARAH
dari dan ke kota Batam KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PEMBANGUNA KEPULAUAN BATAM
N KEPULAUAN
BATAM

PERSIAPAN DAN REVIEW KEBIJAKAN DAN PENDEKATAN ANALISIS SKENARIO PENILAIAN KESIMPULAN &
PENGENALAN MASALAH KONTEKS STUDI DAN METODOLOGI DAN PEMILIHAN TEKNIS REKOMENDASI
Gambar 4.1. Bagan STUDI
alir pikir studi
4.2. METODOLOGI
4.2.1. Analisa Kebutuhan Pelantar
Kebutuhan pelantar ditentukan berdasarkan beberapa hal
seperti ada tidaknya potensi bangkitan perjalanan, fungsi strategis
kawasan dalam sistem tata ruang Kota Batam, fungsi strategis
kawasan dalam sistem transportasi Kota Batam, dan kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya. Ada tidaknya bangkitan perjalanan
merupakan indikator riil ada tidaknya permintaan atau kebutuhan
pelantar terhadap pulau atau kawasan yang ditinjau. Dengan
mengetahui potensi bangkitan perjalanan yang ada, dengan mudah
dapat ditentukan lokasi dan jumlah pelantar yang dibutuhkan di
kota Batam. Analisa ini pada umumnya menggunakan analisa
bangkitan lalu lintas.
Fungsi strategis kawasan berkaitan dengan posisi kawasan atau
pulau terhadap rencana pengembangan dan pembangunan di Kota
Batam. Dengan analisis ini akan diketahui kawasan-kawasan atau
pulau dengan skala prioritas dan non prioritas dalam rencana
pembangunan Kota Batam beberapa tahun mendatang.
Fungsi strategis sistem transportasi berkaitan dengan
identifikasi mengenai posisi pulau atau kawasan dalam konstelasi
sistem transportasi baik regional, wilayah, dan Kota. Dari analisis ini
akan diketahui kedudukan pulau terhadap rencana sistem
transportasi Kota Batam guna menentukan skala prioritas dan non
prioritas pembangunan.
Kondisi sosial ekonomi digunakan sebagai indikator bagi
penentuan kemendesakan pembangunan pelantar di kawasan atau
pulau bersangkutan. Beberapa pulau atau kawasan kenyataannya
memiliki kemendesakan yang lebih tinggi dibanding dengan
kawasan atau pulau lain disebabkan oleh aktivitas penduduknya
yang lebih aktiv.
Partisipasi
Masyarakat

Pemindahan Rehabilitasi/ Betonisasi/Pel


Lokasi Rekonstruksi antar
Pelantar

Kondisi Fisik
Pelantar Pertimbangan Teknis
Lokasi pelantar
Betonisasi/ terhadap pusat
Permanenisasi kegiatan
Jumlah Pelantar Lokasi pelantar
Eksisting terhadap laut
Jumlah Jumlah Rehabilitasi /
Titik Kebutuhan Rekonstruksi
Bangkit Pelantar Kayu
Jumlah Pelantar
an
Baru
Bangkitan
Perjalanan Laut

Intensit
as Dimensi
Bangkit Pelantar
an

Angkutan Antar
Pulau

Rute Strategis Kapasitas Kapal Intensitas Tarif


Layanan
Gambar 4.2. Metodologi kajian pembangunan pelantar kawasan hinterland Kota Batam
4.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi Pelantar Baru
a. Lokasi-lokasi bangkitan pelantar
Lokasi bangkitan ditentukan berdasarkan pada posisi
aglomerasi penduduk di kawasan atau pulau yang memiliki
akses ke laut secara langsung. Aglomerasi penduduk ini
kenyataannya membentuk struktur permukiman yang
homogen dan eksklusiv pada tiap posisi atau lokasi. Suatu
kelompok permukiman pada umumnya mempunyai akses
langsung ke laut dan prasarana yang menunjang satu-satunya
adalah pelantar sebagai penghubung dengan angkutan laut
sederhana yang ada.
Disebabkan oleh homogenitas dan eksklusivitas tiap kelompok
penduduk, maka kemungkinan penggunaan pelantar secara
bersamaan antara dua atau lebih kelompok permukiman yang
berbeda cenderung kecil. Karenanya penentuan kebutuhan
pelantar berdasarkan aglomerasi penduduk sangat baik dan
diperkirakan akurat.

b. Keterpaduan Pelantar dan Jaringan Jalan


Yang dimaksud keterpaduan antara pelantar dengan jaringan
jalan memiliki arti bahwa status dan kelas pelantar selaras
dengan status jaringan jalan dimana pelantar berada.
Keselarasan tersebut mencakup keselarasan dalam hal status,
fungsi dan kelas antara jaringan jalan eksisting atau rencana
terhadap status, fungsi dan kelas pelantar. Dari sisni tampak
jelas bahwa keterpaduan ini lebih banyak berkaitan dengan
pelantar yang berfungsi sebagai jembatan.

Status,
kelas dan
Fungsi

Ruas jalan Pelantar/Jembatan

Dimensi
dan Posisi

Gambar Sistem Jaringan Jalan Primer

Dengan mendasarkan pada gambar diatas dapat ditarik


beberapa pengertian sebagai berikut:
- pelantar dirancang sesuai dengan fungsi dan kelas jalan
yang dihubungkan
- pelantar harus memiliki karakteristik sesuai dengan
aturan muatan yang diijinkan
- pelantar ditempatkan pada lokasi sedemikian rupa
sehingga sistem jaringan jalan antar pulau tetap terpadu
dan serasi

c. Daya Dukung Tanah


Pertimbangan lain dari penentuan lokasi pelantar adalah
kondisi tanah dimana pelantar akan dibangun. Kondisi ini
meliputi kondisi geomorfologi, kestabilan tanah dasar dan
kestabilan lereng.
1) Kondisi geomorfologi
Diantara pertimbangan geomorfologi adalah kedalaman tanah
dasar, kecuraman tanah dan variasi tanah permukaan tanah
dasar. Kedalaman tanah akan menentukan kedalaman pondasi
pelantar dan tinggi rencana muka pelantar. Kecuraman tanah
dasar akan menentukan pemilihan keamanan pondasi dan
tiang pelantar, dan variasi tanah dasar akan menentukan
pemilihan jenis pelantar yang cocok.
2) Stabilitas tanah dasar
Stabilitas tanah dasar akan menentukan stabilitas konstruksi
pelantar terhadap berbagai perubahan alam yang terjadi
bersamaan dengan perubahan waktu. Pengaruh nyata dari
stabilitas tanah dasar adalah kemantapan pondasi dan tiang
pelantar sebagai pendukung utama konstruksi pelantar.
Beberapa besaran yang dipertimbangkan dalam menentukan
kestabilan tanah dasar adalah nilai CBR, Gaya Geser, dan
Indeks Plastisitas.
3) Kondisi lereng
Kondisi lereng sangat menentukan kestabilan tumpuan ujung
pelantar atau abutment. Kondisi lereng juga berpengaruh
terhadap kestabilan ujung jalan yang menyambung dengan
pelantar. Diantar hal penting dalam menentukan kestabilan
lereng adalah Gaya Geser dan Indeks Plastisitas.

d. Daya Dukung Lingkungan


Setiap pembangunan konstruksi baru akan diikuti oleh
perubahan perilaku lingkungan dimana konstruksi berada.
Perubahan tersebut dapat membawa efek positif dan negatif.
Terhadap perubahan positif, keberadaan konstruksi akan
diterima secara baik. Akan tetapi terhadap perubahan negatif,
keberadaan konstruksi dapat menyebabkan antipati dari
lingkungan.
Terhadap perubahan negatif tersebut, setiap konstruksi harus
memperhatikan daya dukung lingkungan terhadap
keberadaan konstruksi baru yang akan dibangun. Beberapa
hal dapat dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
konstruksi baru adalah sebagai berikut:
1) kemantapan ekosistem
Secara umum, ekosistem meliputi segala unsur dalam alam
yang membentuk rantai hidup, tanah, air, biota, hutan dan
sejenisnya. Kemantapan ekosistem berarti bahwa keberadaan
konstruksi baru harus tetap menjamin bahkan meningkatkan
kualitas ekosistem yang ada. Diantara barometer yang dapat
dijadikan pegangan untuk mengukur ekosistem yang mantap
adalah sebagai berikut:
- Tidak ada kerusakan hutan atau tanaman yang berarti
setelah adanya konstruksi baru
- Jumlah biota air tetap dalam ambang batas aman untuk
berkembang biak
- Tidak terjadi lang subsidence berlebihan sehingga
menyebabkan perubahan morfologi lahan
- Tidak ada penggundulan bukit atau pengurugan lembah
secara berlebihan sehingga menyebabkan hilangnya
variasi rupa bumi sekalipun dalam skala mikro
2) kelestarian kawasan konservasi
Beberapa kawasan yang dikonservasi ditujukan guna menjaga
kestabilan alam baik secara mikro maupun makro. Tanpa
adanya manfaat yang jelas melebihi kerusakan yang
ditimbulkan, maka perubahan apapun dalam kawasan
konservasi sebisa mungkin tidak ditolerir. Kehadiran konstruksi
baru harus menyesuaikan sedemikian rupa sehingga kawasan
konservasi tidak mengalami perubahan atau setidaknya tidak
mengalami kerusakan berarti.
3) keberlangsungan kawasan budidaya
Kawasan budidaya memiliki arti sangat penting bagi
keberlangsungan hidup masyarakat. Nelayan akan bergantung
pada ikan-ikan di laut, danau dan sungai karenanya
membutuhkan area pergerakan kapal atau perahu yang
leluasa. Petani bergantung kepada hutan dan kebun untuk
membudidayakan berbagai jenis tanaman karenanya
membutuhkan jaminan tidak adanya alih fungsi lahan mereka
menjadi lahan mati.
Keberadaan lahan budidaya harus menjadi pertimbangan
sangat penting dalam menentukan lokasi pembangunan
konstruksi baru pelantar di Batam. Keberadaan pelantar
jangan sampai menyebabkan lahan budidaya masyarakat
menjadi menjadi tidak produktif atau terhambat hanya karena
pemilihan lokasi dan jenis knstruksi pelantar yang tidak tepat.
4) kelestarian kawasan budaya
Kawasan budaya adalah kawasan yang didalamnya terdapat
bangunan-bangunan atau situs-situs lampau hasil kebudayaan
manusia yang perlu dihormati. Situs atau bangunan yang
bernilai sejarah, reliji, kepercayaan atau seni perlu
mendapatkan jaminan kelestarian dan tidak mengalami
kerusakan dengan kehadiran konstruksi apapun.
Pembangunan pelantar jangan sampai menyebabkan lahan
atau kawasan budaya menjadi tergeser kualitas-nya dalam
bentuk apapun. Betapa banyak makam-makam kuno dan
bersejarah menjadi hilang kesakralan dan kekhidmatannya
hanya karena kehadiranm jalan-jalan bypass baru yang
notabene simbol tekhnologi modern yang anti kesakralan.
5) kemantapan kawasan wisata
Sudah diyakini bahwa wisata menghasilkan devisa tidak kecil
bagi kota atau daerah-daerah di Indonesia. Bahkan Batam
sendiri mendapatkan nilai yang tidak kecil dari penjualan
wisata. Karena itu, kemantapan kawasan wisata harus tetap
dijamin dan bahkan ditingkatkan. Hendaknya pembangunan
konstruksi baru tidak mengeliminasi keberadaan kawasan
wisata dan merubahnya menjadi kawasan padat lalu lintas
yang menimbulkan berbagai kerugian.
Diantara hal yang perlu diperhatikan dalam upaya
melestarikan kemantaan kawasan wisata adalah:
- tidak membangun pelantar pada kawasan pantai yang
memiliki potensi dan nilai jual wisata
- tidak membangun pelantar yang melalui hutan-hutan
wisata
- tidak membangun pelantar yang menghilangkan kesan
keindahan alam dengan pemilihan jenis dan model
konstruksi yang tidak tepat

e. Persepsi Masyarakat
Satu hal yang tidak kalah penting dari semua pendekatan
adalah persepsi masyarakat. Dengan meyakini bahwa
masyarakat adalah pelaku dan “pemilik” di suatu kawasan,
maka dapat dianggap bahwa merekalah yang lebih tahu apa
yang mereka butuhkan. Persepsi masyarakat memberikan
gambaran secara nyata tentang berbagai hal yang secara
teknis tidak teridetifikasi secara baik seperti hal-hal mengenai
kesanggupan warga terhadap tanah, konflik atau sengketa
penyediaan lahan, kemudahan aksesibilitas, kesepakatan
antar warga, tradisi dan kebiasaan warga, dsb.
Hal-hal seperti diatas tentu saja tidak bisa ditemukan dalam
berbagai analisa teknis yang mendasarkan pendekatannya
pada asumsi-asumsi. Sehingga pendeknya persepsi
masyarakat akan sangat menentukan bagi penentuan lokasi
pelantar yang “baik” dan layak.

4.3. Analisa Penentuan Skala Prioritas Pembangunan


Pelantar
Analisa penentuan skala prioritas pembangunan ditujukan
untuk mengetahui kemendesakan pembangunan pelantar
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya. Analisa ini
mencakup pelantar baru dan pelantar yang saat ini sudah ada di
beberapa pulau yang termasuk dalam wilayah adminitratif Kota
Batam.
Analisa penentuan skala prioritas mempertimbangkan 3 faktor
utama yaitu, faktor nilai fungsi, kondisi fisik, dan persepsi warga.
Faktor nilai fungsi berkaitan dengan kondisi riil di lapangan yang
dapat dikelompokan menjadi sering digunakan, jarang digunakan
dan tidak digunakan. Ukuran nyata dari butuh atau tidak didapat
dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap warga
sekitar.
Faktor kondisi fisik berkaitan dengan kenyataan bahwa
diantara pelantar-pelantar yang telah ada saat ini kondisi-nya
bergam dari rusak berat, rusak ringan, dan kondisi baik. Ukuran
nyata dari kondisi ini didapat dari hasil pengamatan dilapangan
terhadap konstruksi pelantar yang ada.
Faktor persepsi masyarakat berkaitan dengan keinginan
masyarakat terhadap keberadaann pelantar. Kenyataannya
keinginan masyarakat sangat beragam sesuai dengan kebutuhan
dan harapan yang mereka inginkan. Faktor ini dapat memberikan
secara baik mengenai seberapa besar keinginan dan persepsi
masyarakat terhadap keberadaan pelantar di derah mereka. Ukuran
dari faktor ini dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu sangat ingin,
ingin, dan netral.
Dengan menggunakan alat tabulasi silang dan perankingan,
akan dapat diketahui hasil analisis dalam tiga kategori yaitu
beradasarkan waktu dan berdasarkan jenis pembangunan yang
dibutuhkan. Berdasarkan waktu dapat dibedakan menjadi segera
dan tidak segera. Sementara berdasarkan jenis pembangunan dapat
dibedakan menjadi betonisasi, rehabilitasi tanpa pemindahan,
rehabilitasi dengan pemindahan, dan pembangunan baru.

Tabel 4.1. Penilaian skala prioritas pembangunan pelantar di Kota


Batam
Kate Faktor Kod Ukuran Keterangan Rekomenda
gori e si
1. Nilai A1 Sering Jika Betonisasi
Fungsi digunak penggunaan
an lebih dari 20
orang per hari
A2 Jarang Jika Rehab kayu
digunak penggunaan kualitas baik
an kurang dari
20 orang
perhari
A3 Tidak Jika Tanpa
digunak penggunaan pembanguna
an kurang dari 5 n
orang per hari
2. Kondisi B1 Rusak Upper Segera
Kate Faktor Kod Ukuran Keterangan Rekomenda
gori e si
Fisik Berat structure (kurang dari
rusak lebih 2 tahun)
dari 50 %
Base
structure
rusak lebih
dari 50%
B2 Rusak Upper Diagendakan
Sedang structure jangka
rusak kurang menengah
dari 50 % (kurang dari
Base 5 tahun)
structure
dalam kondisi
baik
B3 Kondisi Upper Tanpa
Baik structure dan pembanguna
base n
structure
dalam kondisi
baik tanpa
kerusakan
berarti
3. Keinginan C1 Sangat Jika hampir Segera
Masyaraka ingin semua warga (kurang dari
t menghendaki 2 tahun)
dan dengan
penekanan
C2 Ingin Jika kurang Diagendakan
dari separo jangka
warga menengah
menghendaki (kurang dari
dan dengan 5 tahun)
penekanan
C3 Netral Jika hanya Tanpa
beberapa pembanguna
individu n
menghendaki
dan tanpa
penekanan
4. Posisi D1 Strategi Jika Harus ada
pelantar s keberadaan
terhadap pelantar
sistem berada pada
pergeraka posisi pintu
n Kota utama bagi
Batam pergerakan
Kate Faktor Kod Ukuran Keterangan Rekomenda
gori e si
antar pulau di
Kota Batam
dan
menunjang
pertumbuhan
ekonomi Kota
Batam
D2 Kurang Jika Perlu ada
Strategi keberadaan
s pelantar tidak
berada pada
posisi pintu
utama bagi
pergerakan
antar pulau di
Kota Batam
dan kurang
menunjang
pertumbuhan
ekonomi Kota
Batam
D3 Tidak Jika Agenda
Strategi keberadaan jangka
s pelantar tidak panjang
berada
berada pada
posisi pintu
utama bagi
pergerakan
antar pulau di
Kota Batam
dan hanya
digunakan
untuk
kepentingan
penduduk
skala kecil
5. Kondisi E1 Cocok Jika posisi Segera
lokasi pelantar dipindah
menurut eksisting
posisi berada pada
permukim posisi yang
an seimbang
terhadap
aksesibilitas
semua warga
E2 Kurang Jika posisi Pemindahan
Kate Faktor Kod Ukuran Keterangan Rekomenda
gori e si
cocok pelantar diagendakan
eksisting
berada pada
posisi kurang
seimbang
terhadap
aksesibilitas
semua warga
E3 Tidak Jika posisi Tanpa
Cocok pelantar pemindahan
eksisting
berada pada
posisi tidak
seimbang
terhadap
aksesibilitas
semua warga
6. Kondisi F1 Cocok Jika posisi Segera
lokasi pelantar dipindah
menurut dianggap
persepsi tidak
warga mengganggu
kepentingan
warga dan
masyarakat
tidak
menghendaki
pemindahan
F2 Kurang Jika posisi Pemindahan
Cocok pelantar diagendakan
dianggap
tidak
mengganggu
kepentingan
warga tetapi
masyarakat
menghendaki
pemindahan
F3 Tidak Jika posisi Tanpa
Cocok pelantar pemindahan
dianggap
mengganggu
kepentingan
warga dan
masyarakat
menghendaki
pemindahan
4.4. PENDEKATAN TEKNIS
4.4.1. Jumlah Penduduk
Pengguna pelantar adalah penduduk. Karenanya perlu atau
tidaknya pelantar diadakan sangat tergantung pada besar kecil atau
ada tidaknya penduduk di suatu kawasan atau pulau. Logikanya,
Pulau tanpa penduduk tentu tidak membutuhkan pelantar,
sebaliknya pulau yang berpenduduk akan sangat membutuhkan
pelantar guna menunjang pergerakan penduduknya.
Pendekatan prediksi kebutuhan pelantar berdasarkan
keberadaan penduduk dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
jumlah penduduk dan karakteristik penduduk.
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk dibedakan atas penduduk saat ini dimana
studi dilaksanakan dan penduduk di kemudian hari
(setidaknya 5 tahun ke depan) dimana pelantar
difungsikan. Jumlah penduduk hari ini dapat diketahui
berdasarkan survei primer atau sekunder, sedangkan
penduduk di kemudian hari diketahui melalui prediksi
pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut. Metode
untuk memprediksi pertumbuhan penduduk diantaranya
adalah sebagai berikut:

Pn = P0 (1+ i ) n

Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = Jumlah penduduk tahun ke-0
I = Tingkat pertumbuhan tahunan, %

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan


yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah
dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Secara terus menerus penduduk akan
dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir(menammbah
jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan
dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada segala
golongan umur. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat
komponen:
 Kelahiran(fertilitas)
 Kematian(mortalitas)
 Inn-migration(migrasi masuk)
 Out-migration

Faktor-faktor yang mempengaruhi kependudukan adalah:


 Jumlah penduduk
 Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin
 Struktur penduduk menurut pekerjaaan
 Penyebaran penduduk
 Kepadatan penduduk
 Pertumbuhan dan perkembangan penduduk

b. Karakteristik penduduk
Kebutuhan pelantar juga dipengaruhi oleh karakteristik
penduduk di pulau atau kawasan yang ditinjau. Dengan
jumlah penduduk yang sama, suatu pulau dapat memiliki
tingkat kebutuhan pelantar yang berbeda disebabkan oleh
karakteritik penduduknya yang berbeda. Yang dimaksud
dengan karakteritik dalam hal ini adalah jenis pekerjaan,
rata-rata tingkat perjalanan harian, tingkat ekonomi
masyarakat, dsb.
Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi pekerjaan
internal dan pekerjaan eksternal. sementara tingkat
ekonomi dibedakan antara ekonomi tinggi, sedang dan
rendah. Tingkat ekonomi dalam hal ini diukur berdasarkan
rata-rata penghasilan tiap keluarga selama sebulan.

4.4.2. Analisa Intensitas Bangkitan perjalanan


Penentuan intensitas bangkitan perjalanan ditentukan
berdasarkan dua metode yaitu metode analitis dan metode
time series. Metode analitis mendasarkan pada prediksi
permintaan perjalanan penduduk dikaitkan dengan kondisi
sosial ekonominya, sementara metode analitis mendasarkan
pada permintaan perjalanan aktual sebagaimana diketahui
dari pengamatan di lapangan.
a. Metode Analitis
Bangkitan perjalanan adalah salah satu dari komponen
pemodelan empat tahap yang umum dipakai dalam
pemodelan transportasi, yaitu bangkitan perjalanan (G),
distribusi perjalanan (D), pemilihan moda (MS), dan
pemilihan rute perjalanan (A). Dalam aplikasinya,
bangkitan lalu lintas terdiri dari produksi perjalanan dan
tarikan perjalanan. Produksi perjalanan adalah jumlah
perjalanan rata-rata per hari yang asal perjalanannya
adalah dari pulau asal yang ditinjau. Sementara tarikan
perjalanan dipahami sebagai semua perjalanan yang
tertarik ke pulau yang ditinjau.
Besar kecilnya bangkita perjalanan akan dipengaruhi oleh
brbagai faktor seperti faktor demografis, sosial, ekonomi
dan aksesibilitas. Hubungan analitis antara bangkitan
perjalanan dengan faktor-faktor tersebut secara matematis
dinyatakan sebagai berikut:

P = a + bx1 + cx2 + …. + nxi


A = a + bx1 + cx2 + …. + nxi

Keterangan:
P = produksi perjalanan dari suatu kawasan (trip
production)
A = tarikan perjalanan ke suatu kawasan (trip attraction)
a, b, c, …, n = koefisien persamaan
x1, x2, …, xi = variabel persamaan, yang dapat berupa
jumlah penduduk, tingkat penghasilan, jumlah tenaga
kerja, dsb.

PDRB Guna lahan Jumlah


Penduduk

Bangkitan
Perjalanan &
Pemilihan Moda

Daya Tarik Distribusi Aksesibilitas


Wilayah Perjalanan

Ketersediaan Pemilihan Affordabilitas


Prasarana Rute dan Benefit

Volume Lalu
Lintas

Kebutuhan
Pelantar

Gambar 4.3. Bangkitan perjalanan sebagaian bagian dari metode


4 Tahap dalm pemodelan transportasi

b. Metode Time Series


Metode time series mendasarkan pada data lalu intas
eksisting yang melewati pelantar eksisting. Dengan
menggunakan metode pertumbuhan tahunan, data volume
lalu lintas mendatang dapat diketahui. Volume lalu lintas
prediksi ini dapat dibandingkan dengan hasil volume lalu
lintas pada metode empat tahap. Suatu keputusan pakar
(expert judgement) digunakan sebagai basis untuk
menentukan volume lalu lintas mana yang lebih baik untuk
digunakan.
P=P(1+i)n
VJP arah 1

LALU LINTAS LALU LINTAS


MASA KINI MASA DEPAN Propor
si arah
Volume Total untuk
PADA JAM (VJPr ) 1/2 Pelantar
PUNCAK
(VJP0 )

VJP arah 2

Faktor pertumbuhan
tahunan

Gambar 4.4. Metode time series


4.4.3. Dimensi Pelantar
a. Penentuan Panjang Pelantar
Panjang pelantar didasarkan pada kondisi air laut surut
terendah pada periode ulang waktu tertentu. Tracking dapat
dilakukan berdasarkan pengalaman warga terhadap lokasi air
laut saat surut terendah terhadap suatu penanda tertentu di
bibir pantai. Panjang pelantar kemudian dihitung berdasarkan
jarak antara titik air laut surut terendah sampai ke darat.

b. Tinggi Pelantar
Tinggi pelantar ditentukan berdasarkan pada tinggi antara
muka air laut pasang tertinggi. Tracking dilakukan
berdasarkan pengalaman warga terhadap lokasi pasang
tertinggi air laut terhadap suatu penanda di darat atau di bibir
pantai. Tinggi pentar kemudian ditentukan berdasarkan
ketinggian lokasi dimana air laut pasang berada ditambah
dengan tinggi jagaan minimal 25 cm.

c. Lebar Pelantar
Lebar pelantar ditentukan berdasarkan pada lebar rata-rata
pergerakan 2 orang ditambah dengan toleransi
kebebasannya. Moda orang dijadikan sebagai penentu lebar
pelantar didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa
pelantar hanya digunakan oleh lalu lintas orang dengan
sedikit pengecualian adanya sepeda motor untuk pelantar
jenis jembatan.

Anda mungkin juga menyukai