2) Site Suitability
Review terhadap kondisi eksisting di atas diharapkan
dapat memberikan masukan bagi rencana
pengembangan kawasan yang akan disusun yang
intinya adalah untuk menentukan kesesuaikan lahan
terhadap fungsi-fungsi berikut:
Reesources suitability
Residential suitability
Commercial suitability
Recreation suitability
Preservation suitability
PENILAIAN FISIK
Karakteristik aksesibilitas antar pulau di
Kepulauan Batam
Peningkatan prasarana atau infrastruktur METODE ANALISIS
REVIEW TATA PENGEMBANGAN PENILAIAN PENILAIAN
transportasi eksisting yang KONSTRUKSI DAN PENILAIAN
RUANG DAN PRASARANA
menghubungkan pulau Batam dengan KEBIJAKAN TRANSPORTASI PEMILIHAN LINGKUNGAN
pulau-pulau di sekitarnya TRANSPORTA MENDATANG PERMANENIS
Penambahan prasarana baru sesuai SI ASI PELANTAR
dengan perubahan dinamika dan
ekonomi masyarakat PENILAIAN SOSIAL
EKONOMI
Pengaruh perkembangan kota Batam
terhadap tingkat permintaan perjalanan REVIEW ARAH
dari dan ke kota Batam KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PEMBANGUNA KEPULAUAN BATAM
N KEPULAUAN
BATAM
PERSIAPAN DAN REVIEW KEBIJAKAN DAN PENDEKATAN ANALISIS SKENARIO PENILAIAN KESIMPULAN &
PENGENALAN MASALAH KONTEKS STUDI DAN METODOLOGI DAN PEMILIHAN TEKNIS REKOMENDASI
Gambar 4.1. Bagan STUDI
alir pikir studi
4.2. METODOLOGI
4.2.1. Analisa Kebutuhan Pelantar
Kebutuhan pelantar ditentukan berdasarkan beberapa hal
seperti ada tidaknya potensi bangkitan perjalanan, fungsi strategis
kawasan dalam sistem tata ruang Kota Batam, fungsi strategis
kawasan dalam sistem transportasi Kota Batam, dan kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya. Ada tidaknya bangkitan perjalanan
merupakan indikator riil ada tidaknya permintaan atau kebutuhan
pelantar terhadap pulau atau kawasan yang ditinjau. Dengan
mengetahui potensi bangkitan perjalanan yang ada, dengan mudah
dapat ditentukan lokasi dan jumlah pelantar yang dibutuhkan di
kota Batam. Analisa ini pada umumnya menggunakan analisa
bangkitan lalu lintas.
Fungsi strategis kawasan berkaitan dengan posisi kawasan atau
pulau terhadap rencana pengembangan dan pembangunan di Kota
Batam. Dengan analisis ini akan diketahui kawasan-kawasan atau
pulau dengan skala prioritas dan non prioritas dalam rencana
pembangunan Kota Batam beberapa tahun mendatang.
Fungsi strategis sistem transportasi berkaitan dengan
identifikasi mengenai posisi pulau atau kawasan dalam konstelasi
sistem transportasi baik regional, wilayah, dan Kota. Dari analisis ini
akan diketahui kedudukan pulau terhadap rencana sistem
transportasi Kota Batam guna menentukan skala prioritas dan non
prioritas pembangunan.
Kondisi sosial ekonomi digunakan sebagai indikator bagi
penentuan kemendesakan pembangunan pelantar di kawasan atau
pulau bersangkutan. Beberapa pulau atau kawasan kenyataannya
memiliki kemendesakan yang lebih tinggi dibanding dengan
kawasan atau pulau lain disebabkan oleh aktivitas penduduknya
yang lebih aktiv.
Partisipasi
Masyarakat
Kondisi Fisik
Pelantar Pertimbangan Teknis
Lokasi pelantar
Betonisasi/ terhadap pusat
Permanenisasi kegiatan
Jumlah Pelantar Lokasi pelantar
Eksisting terhadap laut
Jumlah Jumlah Rehabilitasi /
Titik Kebutuhan Rekonstruksi
Bangkit Pelantar Kayu
Jumlah Pelantar
an
Baru
Bangkitan
Perjalanan Laut
Intensit
as Dimensi
Bangkit Pelantar
an
Angkutan Antar
Pulau
Status,
kelas dan
Fungsi
Dimensi
dan Posisi
e. Persepsi Masyarakat
Satu hal yang tidak kalah penting dari semua pendekatan
adalah persepsi masyarakat. Dengan meyakini bahwa
masyarakat adalah pelaku dan “pemilik” di suatu kawasan,
maka dapat dianggap bahwa merekalah yang lebih tahu apa
yang mereka butuhkan. Persepsi masyarakat memberikan
gambaran secara nyata tentang berbagai hal yang secara
teknis tidak teridetifikasi secara baik seperti hal-hal mengenai
kesanggupan warga terhadap tanah, konflik atau sengketa
penyediaan lahan, kemudahan aksesibilitas, kesepakatan
antar warga, tradisi dan kebiasaan warga, dsb.
Hal-hal seperti diatas tentu saja tidak bisa ditemukan dalam
berbagai analisa teknis yang mendasarkan pendekatannya
pada asumsi-asumsi. Sehingga pendeknya persepsi
masyarakat akan sangat menentukan bagi penentuan lokasi
pelantar yang “baik” dan layak.
Pn = P0 (1+ i ) n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = Jumlah penduduk tahun ke-0
I = Tingkat pertumbuhan tahunan, %
b. Karakteristik penduduk
Kebutuhan pelantar juga dipengaruhi oleh karakteristik
penduduk di pulau atau kawasan yang ditinjau. Dengan
jumlah penduduk yang sama, suatu pulau dapat memiliki
tingkat kebutuhan pelantar yang berbeda disebabkan oleh
karakteritik penduduknya yang berbeda. Yang dimaksud
dengan karakteritik dalam hal ini adalah jenis pekerjaan,
rata-rata tingkat perjalanan harian, tingkat ekonomi
masyarakat, dsb.
Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi pekerjaan
internal dan pekerjaan eksternal. sementara tingkat
ekonomi dibedakan antara ekonomi tinggi, sedang dan
rendah. Tingkat ekonomi dalam hal ini diukur berdasarkan
rata-rata penghasilan tiap keluarga selama sebulan.
Keterangan:
P = produksi perjalanan dari suatu kawasan (trip
production)
A = tarikan perjalanan ke suatu kawasan (trip attraction)
a, b, c, …, n = koefisien persamaan
x1, x2, …, xi = variabel persamaan, yang dapat berupa
jumlah penduduk, tingkat penghasilan, jumlah tenaga
kerja, dsb.
Bangkitan
Perjalanan &
Pemilihan Moda
Volume Lalu
Lintas
Kebutuhan
Pelantar
VJP arah 2
Faktor pertumbuhan
tahunan
b. Tinggi Pelantar
Tinggi pelantar ditentukan berdasarkan pada tinggi antara
muka air laut pasang tertinggi. Tracking dilakukan
berdasarkan pengalaman warga terhadap lokasi pasang
tertinggi air laut terhadap suatu penanda di darat atau di bibir
pantai. Tinggi pentar kemudian ditentukan berdasarkan
ketinggian lokasi dimana air laut pasang berada ditambah
dengan tinggi jagaan minimal 25 cm.
c. Lebar Pelantar
Lebar pelantar ditentukan berdasarkan pada lebar rata-rata
pergerakan 2 orang ditambah dengan toleransi
kebebasannya. Moda orang dijadikan sebagai penentu lebar
pelantar didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa
pelantar hanya digunakan oleh lalu lintas orang dengan
sedikit pengecualian adanya sepeda motor untuk pelantar
jenis jembatan.