Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pembangunan prasarana jalan yang berkelanjutan menuntut tersedianya
jumlah bahan bangunan yang mencukupi dan memenuhi spesifikasinya. Kondisi
tersebut berakibat pada semakin tidak mudah memperoleh bahan yang memenuhi
spesifikasi. Salah satu bahan material yang dibutuhkan dalam campuran beraspal
adalah filler. Filler adalah suatu material halus (lolos saringan 0.075 mm)
berdasarkan spesifikasi Bina Marga. Umumnya filler digunakan pada campuran
adalah sebagai aditif yang mampu menanggulangi kerentanan bitumen terhadap
kerentanan cuaca.
Andri (2012) menyatakan bahwa sesuai Spesifikasi Umum 2010 revisi (1)
tahun 2011 yang mengisyaratkan penggunaan bahan anti pengelupasan dalam
campuran beraspal. Salah satu alternatif bahan anti-stripping agent, yaitu kapur
padam. Kapur padam bertindak sebagai anti-stripping agent yang dapat
meningkatkan durabilitas atau keawetan kinerja campuran beton aspal dalam
menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan
iklim seperti udara, air, atau perubahan temperatur.
Di Indonesia batu kapur tersedia dalam jumlah yang cukup besar.
Pemanfaatan batu kapur secara maksimal hanya terjadi di daerah-daerah industri,
sebaliknya di daerah-daerah nonindustri pemanfaatannya belum maksimal atau
bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali. Di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih
tepatnya di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna terdapat
pegunungan kapur yang cukup luas dan belum dimanfaatkan secara maksimal.
Ketersediaan pasokan batu kapur yang besar tersebut merupakan Sumber Daya Alam
yang harus dioptimalkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Pemanfaatan
batu kapur ini dapat digunakan sebagai bahan filler dalam campuran aspal.
2

Salah campuran aspal yang banyak digunakan di Indonesia adalah lapis


perkerasan beton aspal (asphalt concrete) yang dikenal sebagai Laston. Sesuai
fungsinya, campuran Beton aspal ini dikenal dalam 3 macam yaitu campuran beton
aspal sebagai lapis aus (AC-WC), campuran beton aspal sebagai lapis pengikat (AC-
BC) dan campuran beton aspal lapis pondasi (AC-Base). Ketiga macam campuran
tersebut menggunakan tipe gradasi menerus. Dari ketiga macam jenis campuran
beton aspal tersebut di atas, yang mempunyai gradasi yang paling halus adalah tipe
AC-WC. Sesuai dengan namanya, Lapisan Campuran tipe AC-WC berfungsi sebagai
lapis aus dengan tebal nominal minimum 4.0 cm (Sukirman, 2007). Sebagai lapisan
aus maka letaknya berada pada lapis paling atas dalam struktur lapis perkerasan jalan
yang bersentuhan langsung dengan roda roda kendaraan. Oleh karenanya, lapisan
AC-WC disamping berfungsi sebagai lapis aus, lapisan ini juga dituntut untuk
mempunyai stabilitas yang cukup dalam menerima beban lalu lintas dan mampu
mendistribusikan ke lapisan yang ada di bawahnya. Dilihat dari letak dan fungsinya
inilah membuat lapis perkerasan tipe AC-WC sangat rentang terhadap kerusakan baik
oleh pengaruh cuaca maupun oleh repetisi beban lalu lintas. dan pengaruh pengaruh
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul proposal penelitian yang akan
direncanakan adalah Pemanfaatan Batu Kapur Labaha Kab. Muna Sebagai Bahan
Filler Campuran Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC).

I.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan lingkup penelitian yang ada maka perumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan filler dari batu kapur Labaha Kab. Muna
terhadap nilai Marshall campuran aspal AC-WC.
2. Berapa kadar filler maksimum yang dapat digunakan pada campuran AC-WC
tersebut.
3

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan filler dari batu kapur Labaha Kab. Muna pada
campuran aspal AC-WC.
2. Menentukan kadar filler maksimum penggunaan batu kapur Labaha sebagai filler
dalam campuran aspal AC-WC.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dengan mengetahui
kinerja penggunaan filler batu kapur Labaha, dapat diupayakan perencanaan dan
pelaksanaan yang lebih baik dengan mengoptimalkan, sehingga dapat meningkatkan
stabilitas dan durabilitas campuran yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
lapis perkerasan jalan.

I.4. Batasan Masalah


Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Campuran aspal yang ditinjau adalah Lapis Aspal Beton Aus atau Asphal Concrete
Wearing Course (AC-WC) berdasarkan spesifikasi Bina Marga 2010
2. Metode pengujian menggunakan metode Uji Marshall dengan perendaman standar
30 menit dan 2x75 kali tumbukan.
3. Parameter campuran aspal yang dikaji adalah Stabilitas, flow, density, VIM,
VMA,VFB, MQ.
4. Proporsi penggunaan filler kapur batu labaha terhadap debu batu dirancang
dengan variasi 0/10; 10/90; 30/70; 50/50; 70/30 dan 100/0.
5. Bahan agregat kasar dan halus berasal dari hasil mesin pemecah batu (stone
crucher) dengan sumber material dari batu moramo. Bahan filler menggunakan
debu batu dan kapur Labaha Muna. Bahan aspal menggunakan aspal pertamina
penetrasi 60/70.

I.5. Sistematika Penulisan


Sistematika yang dipakai dalam penulisan ini adalah :
4

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, batasan masalah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Didalam bab ini menjelaskan tentang teori teori yang terkait dengan
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas tentang langkah langkah yang dilakukan dalam
penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang pengolahan data dan analisa data serta
pembahasannya berdasarkan batasan masalah yang telah dibuat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini serta saran
yang dapat berguna bagi penyelesaian masalah yang pada objek yang diteliti di
masa yang datang.

Anda mungkin juga menyukai