Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Eksisting Pulau Saponda

Salah satu masalah yang ada didaerah pantai adalah erosi pantai. Dimana erosi

pantai adalah mundurnya garis pantai dari kedudukan semula yang disebabkan tidak

adanya keseimbangan antara pasokan dan kapasitas angkutan sedimen terjadi pada

pantai dengan kondisi berpasir. Erosi merupakan mekanisme alamiah yang selalu

terjadi pada garis pantai selama energi gelombang dan arus menerpa pantai.

Secara umum kondisi pantai di lokasi pengamatan di pulau saponda yaitu

pantai berpasir (sand beach). Untuk mendapatkan data kondisi pantai atau perairan di

lokasi perencanaan pengaman pantai perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi

permasalahan fisik pantai yang ada dilapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara

meninjau lakasi secara langsung, wawancara dengan masyarakat, dan instansi terkait,

dan dari laporan studi terdahulu (jika ada).

Secara umum permasalahan fisik yang terjadi dipulau saponda adalah dapat

dikelompokan sebagai berikut:

1. Rusaknya atau terlalu rendahnya tanggul buatan yang sudah ada.

2. Pemukiman penduduk yang terlalu dekat dengan garis pantai, berada pada

sempadan pantai.
3. Rusaknya pemukiman penduduk akibat erosi pada saat musim gelombang

datang.

4. Penghilangan pelindung pantai alami (pengrusakan terumbu karang)

5. Fasilitas yang ada tidak / kurang terawat dengan baik.

4.2 Analisis Permasalahan Pantai Pulau Saponda Dan Alternatif Penanganan

4.2.1 analisis permasalahan

Pulau Saponda adalah pulau yang terletak dikec. Soropia kab. Konawe yang

telah mengalami kerusakan atau perubahan garis pantai sepanjang 300 m akibat

gelombang yang datang dari arah utara. Selama ini masyarakat pulau tersebut sudah

melakukan pencegahan dengan membangun tanggul namun karena tidak adanya

perencanaan dan perhitungan akan potensi gelombang yang datang maka tanggul

tersebut tidak mampu mencegah gelombang yang menyebabkan erosi pada pulau

tersebut.

Hal ini jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dengan baik dan terncana maka

pulau tersebut akan mengalami kerusakan yang parah dimana dapat dilihat selama kurun

waktu 10 tahun terakhir kemunduran garis pantainya sdah mencapai 300 m pada

pesisir pantainya yang terletak dibagian utara pulau tersebut. Jika dilihat secara detail

pulau saponda memiliki banyak potensi dan bisa dikembangkan untuk kawasan wisata

bahari mengingat pemandangan yang indah, pasir putih yang mengelilingi pulau

tersebut, fasilitas umum yang memadai untuk pengunjung, dan keramahan masyarakat

pulau tersebut.
4.2.2 Alternatif Penanganan

Pemilihan jenis perlindungan pantai yang strategis sangat dipengaruhi oleh

lokasi dan karakteristik daerah yang hendak dilindungi. Strategi penanganan yang

dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Tidak dilakukan penanganan

Hal ini dipilih apabila kerusakan di area pantai tidak menimbulkan dampak

negative ditinjau dari aspek social, ekonomi, serta lingkungan.

2. Mempertahankan garis pantai yang ada

Pilihan ini dilakukan apabila pantai yang mengalami kerusakan merupakan pantai

yang relatif menguntungkan ditinjau dari aspek social, budaya, ekonomi, maupun

lingkunagan.

3. Mengembalikan garis pantai pada kedudukan sebelum terjadi erosi.

Pilihan ini dilakukan apabila kerusakan pantai yang terjadi pada era yang

kemunduran garis pantainya luas manfaat pantai untuk kepentingan umum.

Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penanganan kerusakan pantai antara lain:

1. Identifikasi faktor yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan.

2. Usaha yang perlu dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut.

3. Kedua aspek diatas harus dilakukan secara simulasi, sebab mengetahui faktor

pertama tidak mengatasi permasalahan, sedangkan mementingkan faktor kedua

tampa mengetahui faktor pertama akan memperoleh hasil yang tidak sesuai dan

akan menimbulkan permasalahanbaru.


Berdasarkan hasil survey pasang surut, survey bathimetri, survey topografi di

pulau sapondadan analisis data sekunder, diperoleh bahwa permasalahan utama

yang terjadi di lokasi penelitian adalah masalah erosi pantai, ancaman gelombang dari

arah utara. Dari permasalahan di ats solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada dilokasi penelitian dengan membangun bangunan pemecah gelombang lepas

pantai (breakwater). Adapun keuntungan dan kelemahan bangunan pantai dalam

mengatasi permasalahan pantai dipulau saponda dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.4 Altenatif Penanganan Serta Keuntungan dan Kelemahan

No Alternatif Keuntungan Kelemahan


1 Tembok laut 1. Dapat mengatasi erosi pantai 1. Garis pantai tidak
2. Dapat mengatasi banjir rob jika dapat maju kearah
dilengkapi dengan drainase yang laut
baik
3. Dapat mengatasi permasalahan
ancaman gelombang
4. Dapat berfungsi sebagai penahan
tanah
5. Cocok untuk gelombang besar
2 Revetmen 1. Dapat mempertahankan garis 1. Garis pantai tidak
pantai dapat maju kearah
2. Dapat mengatasi permasalahan laut
ancaman gelombang 2. Tidak cocok untuk
3. Dapat mengatasi banjir rob jika gelombang besar
dilengkapi dengan drainase yang 3. Tidak dapat menahan
baik tanah dibelakangnya

3 Submerged 1. Dapat menaggulangi erosi pantai 1. Tidak dapat mengatasi


Breakwater 2. Dapat mengatasi ancaman banjir rob
gelombang 2. Btuh biaya yang besar
3. Garis pantai dapat naju kea rah disbanding tembok
laut laut dan revetment
4. Dapat mengubah pola arus 3. Dapat mengganggu
biota yang ada
diperairan pantai pada
saat pembangunan

4 Emerged 1. Dapat menaggulangi erosi pantai 1. Tidak dapat mengatasi


Breakwater 2. Dapat mengatasi ancaman banjir rob
gelombang 2. Butuh biaya yang
3. Garis pantai dapat naju kea rah relative besar
laut 3. Dapat mengganggu
4. Dapat mengubah pola arus biota laut pada saat
5. Dapat digunakan sebagai tempat pembangunanya
berlindung perahu nelayan 4. Mengganggu
pemandangan kea rah
laut

5 Penerapan 1. Permasalahan banjir rob dan 1. Permasalahan erosi


Sempadan ancaman gelombang laut pantai tidak dapat
Pantai terhadap pemukiman dapat terselesaikan
teratasi 2. Membutuhkan
2. Tidak membutuhkan biaya dalam sosialisasi secara terus
penerapanya menerus
3. Sulit diterapkan pada
daerah yang telah
terbangun

6 Relokasi 1. Dapat mengatasi permasalahan 1. Erosi pada daerah


Penduduk/ bajir rob khususnya untuk pantai tidak dapat
revitalisasi masyarakat dan fasilitas umum teratasi
2. Dapat mengatasi permasalahan 2. Sulit dalam
ancaman gelombang terhadap implementasi untuk
pemukiman penduduk dan daerah yang telah
fasilitas umum terbangun
3. Hambatan sosialnya
sangat kuat karena
mengubah kebiasaan
masyarakat
4. Butuh biaya
kompensasi
Solusi alternatif yang dapat menyelesaikan permasalahan erosi pantai akibat

gelombang laut di pulau saponda untuk mempertahankan estetika kawasan pantai

dan menyelatkan pulau dari kerusakan yang terus berkelanjutan maka dipilih

(Submerged Breakwater) yakni pemecah gelombang lepas pantai dengan puncak

terendam/tenggelam.

4.3 kondisi Topografi dan Bathimetri

Kondisi topografi dan bathimetri pada lokasi penelitian digunakan untuk

memperoleh gambaran kondisi topografi atau peta topografi dan tingkat kedalaman air laut

pada lokasi sekitar penelitian yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kemiringan

dasar pantai (peta bathimtri). Data topografi dan bathimetri diperoleh peneliti dari

pengukuran langsung dilokasi penelitian.


4.4 kondisi Hidro-Oceanografi

Analisa data oceanografi yang terdiri dari data angin, dan data pasang surut muka

air laut yang telah diolah datanya.

4.4.1 Pasang Surut Muka Air Laut

Data pasang surut diperoleh dari data sekunder yang didapat dari

pengamatan sebelumnya oleh CV. Matrix Engineering Consultant. Pelaksanaan

pengamatan dilakukan selama 15 (lima belas) hari, yang dihitung mulai tanggal 29

Mei Pukul 00:00 WITA sampai 12 Juni 2016 pukul 23:00 WITA.

Gerak muka air di daerah pantai dengan periode beberapa jam dikelompokan

dalam gerak pasang surut muka air laut. Pengukuran pasang surut muka ait laut untuk

mengetahui elevasi muka air minimum (LWL), elevasi muka air rata-rata (MWL), dan

elevasi muka air tertinggi (HWL). Untuk digunakan dalam perencanaan muka elevasi

suatu bangunan pantai,pengukuran fluktuasi muka iar juga digunakan sebagai variable

koreksi kedalaman pada saat pengukuran bathimetri.

Data pasang surut diperoleh dari pengamatan selama 24 jam, dengan interval

waktu 60 menit selama 15 (lima belas) hai berturut-turut (15 Piantam). Dari data

pengukuran pasang surut diperoleh beberapa elevasi muka air yaitu HWL, MSL, dan LWL.

Berikut adalah data hasil pengamatan pasang surut di lokasi penelitian, dapat

dilihat pada tabel :


4.4.1.1 Bidang Datum

Untuk menunjukan

4.5 Analisa Data Angin Dan Gelombang

4.5.1 Peramalan Angin

Data angin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari stasiun

meterologi kelas III Betoambari kota Bau-Bau, provinsi Sulawesi Tenggara. Data angin

yang dipakai adalah data angina permukaan. Tipe data adalah harian dari tahun 2001

sampai tahun 2016 selama 17 tahun pencatatan. Ketinggian stasiun dari permukaan

tanah adalah 10 m. pada tabel disajikan pengolahan data angin maksimum bulanan

pada Stasiun Meterologi Kelas III Betoambari.

Tabel: jumlah dan presentasi kejadian angin maksimum bulanan tahun 2001-2016

Jumlah dan Persentase Frekuensi Kejadian Angin Bulanan


Stasiun Meteorologi Biak
Tahun 2001 - 2012
Jumlah Frekuensi Kejadian Angin Persentase Frekuensi Kejadian Angin (%)
Kecepatan Angin (m/det) Kecepatan Angin (m/det)
Arah Jumlah Jumlah
< 6.5 5.0 - 10.0 10.0 - 15.0 15.0 - 20.0 20.0 - 25.0 > 25.0 < 5.0 5.0 - 10.0 10.0 - 15.0 15.0 - 20.0 20.0 - 25.0 > 25.0
Utara 1 2 2 0 2 3 10 0.526 1.053 1.053 0.000 1.053 1.579 5.263
Timur laut 7 7 1 1 0 0 16 3.684 3.684 0.526 0.526 0.000 0.000 8.421
Timur 28 30 0 2 0 0 60 14.737 15.789 0.000 1.053 0.000 0.000 31.579
Tenggara 5 12 0 0 1 0 18 2.632 6.316 0.000 0.000 0.526 0.000 9.474
Selatan 12 11 0 0 0 0 23 6.316 5.789 0.000 0.000 0.000 0.000 12.105
Barat Daya 10 6 1 0 2 0 19 5.263 3.158 0.526 0.000 1.053 0.000 10.000
Barat 18 15 0 0 1 0 34 9.474 7.895 0.000 0.000 0.526 0.000 17.895
Barat Laut 3 4 0 1 0 1 9 1.579 2.105 0.000 0.526 0.000 0.526 4.737
Jumlah Berangin 189 Persentase Berangin 99.5
Jumlah Tidak Berangin 1.0 Persentase Tidak Berangin 0.5
Total 190 Total 100

Sumber : Analisis
Data angin pada tabel di atas akan digunakan untuk meramalkan parameter (tinggi

dan periode ) gelombang di laut dalam. Dalam meramalkan gelombang dibutuhkan

panjang fetch di lokasi studi. Dengan menggunakan geogle earth, panjang fetch

dilokasi penelitian dapat ditentukan. Selain panjang fetch durasi hembusan angin juga

dibutuhkan. Dalam studi ini digunakan durasi hembusan angin selama 5 jam, yaitu

kondisi badai (yuwono,1999)

Berdasarkan analisi data angin dilokasi studi, diperoleh persentase kejadian

angin berdasarkan interval kecepatan kelokasi studi adalah pada interval kecepatan

12-18 knost yaitu sebesar 31.02% dan kejadian angin terendah pada interval 0-6

knost. Presentase arah angin terbesar adalah pada arah timur(40.74%) dan arah barat

(36,11%).

Anda mungkin juga menyukai