Salah satu masalah yang ada didaerah pantai adalah erosi pantai. Dimana erosi
pantai adalah mundurnya garis pantai dari kedudukan semula yang disebabkan tidak
adanya keseimbangan antara pasokan dan kapasitas angkutan sedimen terjadi pada
pantai dengan kondisi berpasir. Erosi merupakan mekanisme alamiah yang selalu
terjadi pada garis pantai selama energi gelombang dan arus menerpa pantai.
pantai berpasir (sand beach). Untuk mendapatkan data kondisi pantai atau perairan di
permasalahan fisik pantai yang ada dilapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
meninjau lakasi secara langsung, wawancara dengan masyarakat, dan instansi terkait,
Secara umum permasalahan fisik yang terjadi dipulau saponda adalah dapat
2. Pemukiman penduduk yang terlalu dekat dengan garis pantai, berada pada
sempadan pantai.
3. Rusaknya pemukiman penduduk akibat erosi pada saat musim gelombang
datang.
Pulau Saponda adalah pulau yang terletak dikec. Soropia kab. Konawe yang
telah mengalami kerusakan atau perubahan garis pantai sepanjang 300 m akibat
gelombang yang datang dari arah utara. Selama ini masyarakat pulau tersebut sudah
perencanaan dan perhitungan akan potensi gelombang yang datang maka tanggul
tersebut tidak mampu mencegah gelombang yang menyebabkan erosi pada pulau
tersebut.
Hal ini jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dengan baik dan terncana maka
pulau tersebut akan mengalami kerusakan yang parah dimana dapat dilihat selama kurun
waktu 10 tahun terakhir kemunduran garis pantainya sdah mencapai 300 m pada
pesisir pantainya yang terletak dibagian utara pulau tersebut. Jika dilihat secara detail
pulau saponda memiliki banyak potensi dan bisa dikembangkan untuk kawasan wisata
bahari mengingat pemandangan yang indah, pasir putih yang mengelilingi pulau
tersebut, fasilitas umum yang memadai untuk pengunjung, dan keramahan masyarakat
pulau tersebut.
4.2.2 Alternatif Penanganan
lokasi dan karakteristik daerah yang hendak dilindungi. Strategi penanganan yang
Hal ini dipilih apabila kerusakan di area pantai tidak menimbulkan dampak
Pilihan ini dilakukan apabila pantai yang mengalami kerusakan merupakan pantai
yang relatif menguntungkan ditinjau dari aspek social, budaya, ekonomi, maupun
lingkunagan.
Pilihan ini dilakukan apabila kerusakan pantai yang terjadi pada era yang
Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penanganan kerusakan pantai antara lain:
3. Kedua aspek diatas harus dilakukan secara simulasi, sebab mengetahui faktor
tampa mengetahui faktor pertama akan memperoleh hasil yang tidak sesuai dan
yang terjadi di lokasi penelitian adalah masalah erosi pantai, ancaman gelombang dari
arah utara. Dari permasalahan di ats solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang
mengatasi permasalahan pantai dipulau saponda dapat dilihat pada table berikut.
dan menyelatkan pulau dari kerusakan yang terus berkelanjutan maka dipilih
terendam/tenggelam.
memperoleh gambaran kondisi topografi atau peta topografi dan tingkat kedalaman air laut
pada lokasi sekitar penelitian yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kemiringan
dasar pantai (peta bathimtri). Data topografi dan bathimetri diperoleh peneliti dari
Analisa data oceanografi yang terdiri dari data angin, dan data pasang surut muka
Data pasang surut diperoleh dari data sekunder yang didapat dari
pengamatan dilakukan selama 15 (lima belas) hari, yang dihitung mulai tanggal 29
Mei Pukul 00:00 WITA sampai 12 Juni 2016 pukul 23:00 WITA.
Gerak muka air di daerah pantai dengan periode beberapa jam dikelompokan
dalam gerak pasang surut muka air laut. Pengukuran pasang surut muka ait laut untuk
mengetahui elevasi muka air minimum (LWL), elevasi muka air rata-rata (MWL), dan
elevasi muka air tertinggi (HWL). Untuk digunakan dalam perencanaan muka elevasi
suatu bangunan pantai,pengukuran fluktuasi muka iar juga digunakan sebagai variable
Data pasang surut diperoleh dari pengamatan selama 24 jam, dengan interval
waktu 60 menit selama 15 (lima belas) hai berturut-turut (15 Piantam). Dari data
pengukuran pasang surut diperoleh beberapa elevasi muka air yaitu HWL, MSL, dan LWL.
Berikut adalah data hasil pengamatan pasang surut di lokasi penelitian, dapat
Untuk menunjukan
Data angin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari stasiun
meterologi kelas III Betoambari kota Bau-Bau, provinsi Sulawesi Tenggara. Data angin
yang dipakai adalah data angina permukaan. Tipe data adalah harian dari tahun 2001
sampai tahun 2016 selama 17 tahun pencatatan. Ketinggian stasiun dari permukaan
tanah adalah 10 m. pada tabel disajikan pengolahan data angin maksimum bulanan
Tabel: jumlah dan presentasi kejadian angin maksimum bulanan tahun 2001-2016
Sumber : Analisis
Data angin pada tabel di atas akan digunakan untuk meramalkan parameter (tinggi
panjang fetch di lokasi studi. Dengan menggunakan geogle earth, panjang fetch
dilokasi penelitian dapat ditentukan. Selain panjang fetch durasi hembusan angin juga
dibutuhkan. Dalam studi ini digunakan durasi hembusan angin selama 5 jam, yaitu
angin berdasarkan interval kecepatan kelokasi studi adalah pada interval kecepatan
12-18 knost yaitu sebesar 31.02% dan kejadian angin terendah pada interval 0-6
knost. Presentase arah angin terbesar adalah pada arah timur(40.74%) dan arah barat
(36,11%).