Anda di halaman 1dari 48

3.

2 Bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas


3.2.1 Bagan Alir
Untuk mempermudahkan dalam pengolahan data dan pedoman
kerja dalam bidang manajemen rekayasa lalu lintas, maka dibuat bagan
alir sebagai berikut :
Pengumpulan Data

DATA PRIMER:
- Karakteristik fisik jalan dan prasarana DATA
Lalu Lintas SEKUNDER:
- Volume Lalu Lintas pada ruas - Peta Jaringan Jalan
- Volume Lalu Lintas pada - Data Ruas Jalan
persimpangan - Data Parkir
- Kecepatan Perjalanan, Waktu
Perjalanan, Waktu berjalan, Waktu
henti karena hambatan

RUAS SIMPANG

Analisis Indikator Analisis Indikator

STATIS: DINAMIS:
DINAMIS:
Kondisi - Derajat Kejenuhan
STATIS: - Kecepatan
- Panjang Antrian
- VC ratio Fisik
Kondisi - Proporsi Kendaraan
- Kepadatan
Fisik Simpang Berat
-Proporsi
Ruas - Proporsi Sepeda
Kendaraa berat
Jalan Motor
- Split/Distribusi
- Rasio Belok kanan
Arah - Tundaan

Identifikasi Permasalahan

Analisisa Perangkingan

Usulan Perbaikan

Bagan manajemen rekayasa lalu lintas


3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh secara langsung maupun
tidak langsung dari instasi-instasi terkait yang membantu dalam proses
analisa nantinya.
Data sekunder yang akan didapat antara lain:
a. Dinas Pehubungan Kabupaten Belitung

Data yang bisa diperoleh dari instansi tersebut berupa data


prasarana jalan dan data yang terkait dengan lalu lintas angkutan
jalan.
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Belitung

Data yang bisa diperoleh dari instansi tersebut berupa peta tata
guna lahan Kabupaten Belitung. Dari data tersebut dapat diketahui
tata guna lahan dan lainya yang tidak lepas dari sistem transportasi
guna menunjang kebutuhan data dalam analisa kami.

c. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung

Data yang dapat diperoleh dari instansi tersebut berupa peta


jaringan jalan berdasarkan status dan berdasarkan fungsi. Data
sekunder yang telah didapat dari instansi tersebut sebelum digunakan
untuk menganalisis pola umum di bidang rekayasa lalu lintas terlebih
dahulu diadakan penyesuaian dari data sekunder yang didapat
terhadap kondisi yang ada di lapangan (eksisiting ), guna memastikan
apakah data yang didapat sesuai dengan kondisi sebenarnya. Data
sekunder yang di dapat selanjutnya digunakan untuk membuat :
1) Pembuatan peta jaringan jalan berdasarkan status dan fungsi

2) Kodifikasi ruas (Link ), dan persimpangan (Node ),

3) Pembuatan peta lokasi parkir,

4) Pembuatan peta sirkulasi arus, dan

5) Peta lokasi survei.


3.2.3 Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung di lapangan dengan memperhatikan
kondisi eksisting secara langsung yang ada di wilayah studi Kabupaten
Belitung. Data-data primer tersebut di dapatkan dengan melakukan
survei yang berhubungan dengan bidang manajemen dan rekayasa lalu
lintas, yaitu Survei inventarisasi jalan, Survei pencacahan lalu lintas
terklasifikasi (TC), Survei pengamatan kendaraan bergerak (MCO), dan
Survei gerakan membelok (CTMC).
3.2.4 Teknik Survei
1. Survei Inventarisasi Ruas Jalan
a. Bagan Alir

Pengumpulan Data

DATA SEKUNDER: DATA PRIMER:


A. Peta Jaringan Jalan
Data Inventarisasi Ruas
B. Data Inventarisasi Ruas

Analisis Data

OUTPUT:
a. Data Inventarisasi Jalan
b. Kapasitas Jalan (dua arah dan per arah)
c. Indikator untuk perangkingan ruas yaitu:
- Kondisi fisik jalan
- Jumlah akses persegmen

Bagan Survei Inventarisasi Ruas Jalan


b. Pendahuluan

Data inventarisasi jalan yang dimaksudkan untuk


mengidentifikasi karakteristik jalan, antara lain : panjang jalan,
lebar jalan, kondisi jalan, dan juga fasilitas perlengkapan jalan
dengan pertimbangan bahwa komponen-komponen tersebut dapat
mempengaruhi kapasitas ruas jalan maupun kapasitas
persimpangan, pergerakan kendaraan yang berkeselamatan.
c. Maksud dan Tujuan

Survei inventarisasi jalan ini dilakukan untuk mengetahui


kondisi ruas jalan yang ada dalam wilayah studi di Kabupaten
Belitung serta semua fasilitas yang ada di jalan.
d. Target Data

Target data yang di peroleh dari survei inventarisasi jalan ini


adalah status jalan, fungsi jalan, panjang jalan, lebar jalan, jumlah
lajur, jumlah jalur, tipe jalan, lebar efektif jalan, lebar median
jalan, lebar bahu jalan, hambatan samping, jenis perkerasan,
kondisi jalan, lebar parkir, model arus, lebar trotoar, lebar
drainase, luasan kerusakan jalan, akses, tata guna lahan,
fasilitas dan pembinaan
jalan.
e. Persiapan Survei

a) Peralatan dan perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk


menunjang pelaksanaan survei inventarisasi jalan adalah:
(1) Pita Ukur (rollmeter)

(2) Meteran (walking Measure)

(3) Alat Tulis

(4) Clip Board

(5) Kamera

(6) Formulir Survei

(7) Kendaraan Survei


(8) Peta Jaringan Jalan

b) Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana (Surveior) yang dibutuhkan untuk


melakukan Survei inventarisasi jalan di wilayah studi Kabupaten
Belitung adalah kelompok Tim PKL Kabupaten Belitung yang
berjumlah 14 (empat belas) orang Taruna/i.
c) Lokasi Survei

Survei inventarisasi ruas jalan dilakukan pada ruas jalan


yang berada di Kabupaten Belitung, dimana ruas jalan ini
merupakan ruas jalan yang memiliki volume lalu lintas yang
tinggi dan dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang memiliki
tonase besar. Begitu pun ruas jalan lokal yang memiliki volume
lalu lintas yang tidak begitu tinggi dan dilalui semua jenis
kendaraan.
d) Waktu Pelaksanaan Survei

Pengumpulan data inventarisasi jalan dilakukan pada


setiap hari, dengan waktu pelaksanaan survei inventarisasi jalan
dan simpang di wilayah studi dilaksanakan pada siang dan
malam hari.
6) Pelaksanaan Survei

Survei inventarisasi simpang dilaksanakan dengan cara


mengamati, mengukur, dan mencatat data kedalam formulir survei
sesuai dengan target data yang akan diambil. Pengamatan yang
dilakukan dengan cara mengukur semua titik yang diterapkan,
yaitu
:
(1) Lebar pendekat, lebar trotoar, lebar median, lebar drainase,
dan radius simpang

(2) Lokasi dan tipe simpang

(3) Tipe pengendalian dan tata guna lahan


(4) Hambatan samping dan kondisi simpang
(5) Untuk melaksanakan semua Survei inventarisasi ini di
wilayah studi dilaksanakan secara bertahap di Kabupaten Belitung.

2. Survei Inventarisasi Simpang


a. Bagan Alir

Pengumpulan Data

Data Primer :
Data Sekunder :
Data Inventarisasi Simpang
A. Peta Jaringan Jalan
B. Data Inventarisasi Simpang

Analisis Data

OUTPUT:
a. Data Inventarisasi simpang
b. Data Fasilitas simpang
c. Kondisi fisik Simpang

Bagan Survei Inventarisasi Simpang


b. Pendahuluan

Data inventarisasi simpang dimaksudkan untuk


mengidentifikasi karakteristik simpang, lebar pendekat, radius,
hambatan samping, dan juga fasilitas perlengkapan simpang
dengan pertimbangan bahwa komponen-komponen tersebut dapat
mempengaruhi kapasitas simpang, pergerakan serta keselamatan
lalu lintas.
c. Maksud dan Tujuan

Survei inventarisasi simpang ini dilakukan untuk mengetahui


kondisi simpang berupa lebar pendekat jalan yang ada dalam
wilayah studi Kabupaten Belitung serta semua fasilitas yang
ada di
simpang. Survei Inventarisasi simpang ini dimaksudkan untuk
menunjang pelaksanaan survei-survei selanjutnya.
d. Target Data

Target data yang didapat dari survei invenarisasi simpang ini


adalah tipe pendekat, tipe simpang, tipe pengendalian, lebar
pendekat, lebar efektif simpang, lebar median, lebar bahu,lebar
parkir, radius, hambatan samping, luas kerusakan simpang, jumlah
akses, tata guna lahan,jenis perkerasan, kondisi simpang, serta
fasilitas kelengkapan simpang.
e. Persiapan Survei

a) Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Survei inventarisasi simpang adalah:
(a) Pita ukur (Roll Meter)

(b) Roda meteran (Walking Measure)

(c) Alat tulis

(d) Clip board

(e) Kamera

(f) Formulir survei (g)

Kendaraan survei (h)

Peta jaringan jalan

b) Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan
Survei inventarisasi simpang di wilayah studi Kabupaten
Belitung adalah anggota kelompok Tim PKL Kabupaten Belitung
yang berjumlah 14 (empat belas) orang Taruna/i.
c) Lokasi Survei
Survei inventarisasi simpang dilakukan pada simpang
yang berada di Kabupaten Belitung, dimana simpang ini
merupakan pertemuan jalan-jalan utama yang memuliki volume
lalu lintas yang tinggi.
d) Waktu pelaksanaan survei
Pengumpulan data inventarisasi dilaksanakan setiap hari
dengan waktu pelaksanaan survei inventarisasi simpang di
wilayah studi dilaksanakan pada pagi, siang dan malam hari.
f. Pelaksanaan Survei

Survei inventarisasi simpang dilaksanakan dengan cara


mengamati,mengukur dan mencatat data kedalam formulir survei
sesuai dengan target data yang akan diambil. Pengamatan yang
dilakukan dengan cara mengukur semua titik yang ditetapkan,
yaitu:
(1) Lebar pendekat, lebar trotoar, lebar median, lebar drainase,
dan radius simpang
(2) Lokasi dan tipe simpang
(3) Tipe pengendalian dan tata guna lahan
(4) Hambatan samping dan kondisi simpang
Untuk pelaksanaan survei inventarisasi di wilayah studi ini
dilaksanakan secara bertahap di daerah Kabupaten Belitung.
3. Survei Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi Kordon
a. Bagan Alir
Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


Data Volume Lalu Lintas Peta Jaringan Jalan
Peta Fungsi Jalan

Analisis Data

Output

Volume Lalu Lintas

Bagan Survei Pencacahan Lalu Lintas


b. Pendahuluan

Pengumpulan data arus lalu lintas dimaksudkan untuk


mengetahui tingkat kepadatan arus lalu lintas pada ruas jalan
kordon dalam dan kordon luar dalam satuan waktu tertentu guna
menentukan tingkat pelayanan pada jalan. Hasil pengumpulan
data ini sebagai masukan untuk melaksanakan manajemen dan
rekayasa lalu lintas di ruas jalan.
c. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan survei volume lalu lintas ini


dimaksudkan untuk menghitung volume lalu lintas pada ruas jalan
kordon dalam dan kordon luar dalam satuan waktu tertentu yang
dilakukan dengan pengamatan dan pencacahan langsung di
lapangan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui periode
waktu sibuk pada masing-masing ruas jalan yang telah di survei.
d. Target Data

Target data yang dicari adalah jumlah dan jenis/klasifikasi


kendaraan pada ruas jalan kordon dalam dan kordon luar untuk
setiap arah dalam satuan waktu tertentu.
e. Persiapan Survei

a) Peralatan dan Perlengkapan

(a) Alat tulis


(b) Alat penghitung (Counter)
(c) Clip board
(d) Formulir Survei
(e) Stop watch
b) Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan
Survei pencacahan lalu lintas di wilayah studi Kabupaten
Belitung adalah seluruh anggota kelompok Tim PKL Kabupaten
Belitung yang
berjumlah 14 (empat belas) orang taruna/i dengan
pembagian kerja 2 (dua) orang pada tiap ruas.
c) Lokasi Survei
Survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi ini dilaksanakan
pada wilayah kordon dalam dan wilayah kordon luar.
d) Pelaksanaan Survei
Survei pencacahan lalu lintas ini dilaksanakan pada hari
kerja, selama 16 jam s/d 24jam. Survei dilaksanakan mulai
pukul
05.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB dan untuk 24 jam
mulai pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB.
f. Pelaksanaan Survei
Survei pencacahan lalu lintas ini dilaksanakan dengan cara
menghitung setiap kendaraan yang melintasi titik pengamatan di
suatu ruas jalan yang sesuai dengan klasifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya dalam formulir survei. Dimana
Surveior menempati posisi yang nyaman dan jarak pandang yang
tidak terhalang oleh benda apapun guna melihat kendaraan yang
melintas didepan Surveior. Survei dilakukan setiap interval waktu
15 menit per satuan waktu tertentu.
4. Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi
a. Bagan Alir
PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER: Data


DATA SEKUNDER:
Survei Gerakan
Peta Jaringan Jalan
Membelok

ANALISIS DATA

OUTPUT

VOLUME LALU LINTAS


Bagan Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi
b. Pendahuluan

Pengumpulan data arus lalu lintas dimaksudkan untuk


mengetahui tingkat kepadatan arus lalu lintas pada persimpangan
dalam satuan waktu tertentu guna menentukan tingkat pelayanan
di persimpangan. Hasil pengumpulan data ini merupakan masukan
untuk melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di
persimpangan.
c. Maksud dan Tujuan

Survei gerakan membelok terklasifikasi (Survei pencacahan


lalu lintas terklasifikasi di persimpangan) ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada suatu persimpangan
berdasarkan volume lalu lintas terklasifikasi yang mencakup jenis
kendaraandan arah gerakan kendaraan, dengan melakukan
pengamatan dan pencacahan langsung pada tiap-tiap kaki
persimpangan dan periode waktu tertentu.
Sedangkan tujuannya adalah untuk desain geometrik
persimpangan, menganalisa sistem pengendalian persimpangan,
dan kapasitas jalan. Survei ini perlu dilakukan karena sebagian
besar hambatan perjalanan terjadi pada persimpangan yang
disebabkan karena persimpangan merupakan suatu sistem
pembagian ruang, jadi bila satu kendaraan memperoleh prioritas,
maka kendaraan yang lain akan terhambat. Prioritas diperlukan
untuk memperkecil dan mengendalikan konflik yang terjadi,
khususnya antara lalu lintas yang bergerak lurus dengan lalu lalu
lintas yang berbelok kanan dari arah berlawanan.
d. Target Data

Data yang diamati adalah data arus lalu lintas atau jumlah
dan jenis/klasifikasi kendaraan untuk setiap arah pergerakan
kendaraan pada tiap-tiap kaki persimpangan dalam satuan waktu
tertentu.
e. Persiapan Survei
a) Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Survei gerakan membelok ini adalah:

(1) Alat tulis

(2) Alat penghitung (counter)

(3) Clip board

(4) Farmulir Survei

(5) Stop watch

b) Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan


Survei gerakan membelok di wilayah studi Kabupaten
Belitung adalah dari seluruh anggota kelompok Tim
PKL Kabupaten Belitung yang berjumlah 14 (empat
belas) orang Taruna/i.
c) Lokasi Survei

Survei gerakan membelok dilakukan pada simpang


yang dikaji
f. Pelaksanaan Survei

Pada pelaksanaan Survei ini, Surveior ditempatkan pada tiap-


tiap persimpangan dengan pandangan kearah persimpangan yang
jelas dan menghitung kendaraan-kendaraan berdasarkan
pergerakan-pergerakan lurus, belok kiri, dan belok kanan. Dalam
Survei ini Surveior mengklasifikasikan kendaraan yang ada dan
survei ini dapat diperoleh volume ruas jalan.
b. Survei Kecepatan Perjalanan

1) Bagan Alir
Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder:


Data Survei Pengamatan Peta Jaringan Jalan
kendaraan Bergerak

Analisis Data

Output

Kecepatan Lalu Lintas

Bagan Survei Kecepatan Perjalanan (MCO) dan (FCO)


2) Pendahuluan

Data kecepatan perjalanan merupakan parameter yang


penting khususnya dipergunakan dalam penentuan tingkat
pelayanan jalan, evaluasi efektifitas dan perbaikan lalu lintas,
analisis data kecelakaan, analisis ekonomi terutama dampak
kecepatan terhadap peningkatan / penurunan manfaat ekonomi
dan dapat digunakan sebagai acuan untuk keperluan desain dan
rancang bangun jalan baru.
3) Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukan survei kecepatan perjalanan ini adalah


untuk mendapatkan data tentang jumlah arus lalu lintas, waktu
perjalanan rata-rata dan kecepatan perjalanan rata-rata pada
setiap ruas jalan.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengevaluasi kinerja
ruas jalan serta tingkat pelayanan jalan yang ada di wilayah studi
Kabupaten Belitung berdasarkan data kecepatan perjalanan tiap
ruas jalan.
4) Target Data

Data yang akan didapatkan dalam survei ini adalah:


a) Waktu perjalanan

b) Waktu henti karena hambatan

c) Penyebab terjadinya hambatan

d) Jumlah kendaraan yang berlawanan arah dengan kendaraan


pengamat

e) Jumlah kendaraan yang disalip dan menyalip dengan


kendaraan pengamat

5) Persiapan Survei

a) Peralatan dan perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk


pelaksanaan survei kecepatan perjalanan ini adalah:
(1) Alat-alat tulis

(2) Clip board

(3) Formulir Survei

(4) Stopwatch

(5) Kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan speedometer


yang tepat

(6) Kamera

b) Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan


survei kecepatan perjalanan di wilayah Kabupaten Belitung
adalah
dari seluruh anggota kelompok Tim PKL Kabupaten Belitung
yang berjumlah 14 (empat belas) orang taruna/i.
c) Lokasi Survei

Survei kecepatan perjalanan ini dilaksanakan pada semua


ruas jalan baik jalan arteri, kolektor maupun ruas jalan lokal
yang ada di wilayah studi Kabupaten Belitung. Akan tetapi
survei kecepatan kendaraan dengan metode pengamatan
kendaraan bergerak (MCO) ini dilakukan pada semua ruas jalan
yang tidak dilengkapi dengan median, sedangkan ruas jalan
yang dilengkapi median dilakukan survei kecepatan perjalanan
dengan metode pengamatan kendaraan mengambang (FCO).
Disamping persiapan di atas, perlu juga diketahui
pengertian-pengertian dari kecepatan, waktu perjalanan dan
hambatan. Pengertian-pengertian tersebut adalah:
(1) Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan waktu
atau nilai perubahan jarak terhadap waktu yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
manusia, kendaraan dan prasarana, arus lalu lintas serta
cuaca dan lingkungan sekitarnya. Kecepatan merupakan
parameter yang penting khususnya dalam desain jalan,
penurunan standar, sebagai informasi dari kondisi
perjalanan dan tingkat pelayanan serta kualitas arus lalu
lintas.

(2) Waktu perjalanan adalah total waktu yang dibutuhkan oleh


kendaraan untuk melakukan perjalanan pada suatu ruas
jalan tertentu, termasuk juga waktu berhenti atau
hambatan yang terjadi selama perjalanan. Sedangkan
bergerak adalah waktu yang dihitung selama kendaraan
bergerak. Dimana waktu bergerak merupakan
pengurangan antara waktu perjalanan dengan hambatan.

(3) Hambatan adalah waktu yang hilang selama melakukan


perjalanan akibat adanya tundaan.
6) Waktu dan Pelaksanaan Survei

Survei ini dilakukan dengan cara menggunakan kendaraan


dengan kecepatan lalu lintas ruas yang sesuai. Pengamatan
dilakukan mulai dari titik awal (node) menyelusuri jaringan jalan
yang ada, dan mencatat waktu dari satu node ke node
berikutnya sepanjang rute yang ditentukan, mencatat jumlah
kendaraan yang mendahului dan didahului. Disamping itu juga
mencatat lamanya waktu hambatan, lokasi dan sebab-sebab
terjadinya hambatan. Pengamatan dilakukan 6 (enam) kali secara
bolak-balik pada masing-masing ruas jalan, dan dilakukan pada
saat jam sibuk dan diluar jam sibuk.
5. Data Hambatan
Data hambatan terdiri dari :
1) Data hambatan di ruas

2) Data hambatan di Simpang

Untuk memperoleh data hambatan di ruas berdasarkan hasil Survei


Moving Car Observer (MCO) dan Floating Car Observer (FCO),
sedangkan untuk hambatan di simpang diperoleh dari hasil Survei
hambatan di simpang.
Teknis pelaksanaan Survei tersebut adalah :
1) Survei Hambatan Pada Ruas

Untuk teknis Survei MCO dan FCO sesuai dengan penjelasan


teknis Survei pada bagian pengumpulan data kecepatan dengan
satuan waktu (menit).
2) Survei Hambatan pada Simpang

Untuk melakukan Survei ini diperlukan tiga Surveior


ditempatkan di tiap-tiap kaki persimpangan.
Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder


Data Pengamatan di Simpang
Bersinyal Pengaturan Simpang

Analisis Data

Output

Waktu Henti

Bagan Survei Hambatan di Simpang


1) Persiapan Survei

Dalam tahap persiapan untuk survei ini menyiapkan


peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaannya, antara lain:
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);

b) Alat penghitung (counter);

c) Clip board;

d) Formulir Survei;

e) Stop watch;

f) Kendaraan yang dilengkapi dengan speedometer.

2) Lokasi Survei

Survei hambatan pada simpang ini dilaksanakan pada


simpang yang ada di wilayah studi dan pada hari kerja serta tidak
terdapat kegiatan – kegiatan yang bersifat insidentil yang dapat
mempengaruhi karakteristik pergerakan kendaraan pada simpang
yang di survei.
3) Pelaksanaan Survei
Cara pelaksanaan Survei ini adalah sebagai berikut :
a) Surveior (1) mencacah semua kendaraan yang memasuki
persimpangan dan kaki persimpangan selama 5 menit, dimana
kendaraan-kendaraan tersebut diklasifikasikan atas kendaraan
yang berhenti (JB) dan titik berhenti (JT) pada kaki
persimpangan tersebut.

b) Surveior (2) mencacah jumlah kendaraan yang terhenti dan


sedang menunggu untuk memasuki persimpangan (JR) pada
kaki persimpangan tersebut dalam setiap interval waktu 15
detik.

c) Surveior (3) menghitung panjang antrian kendaraan berhenti


dari stop line sampai ujung antrian.

6. Data Antrian di Simpang


Antrian di simpang bersinyal merupakan perhitungan panjang antrian
kendaraan pada saat awal sinyal hijau
1) Simpang Bersinyal
a) Persiapan Survei
Dalam tahap persiapan untuk survei ini menyiapkan peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya,
antara lain:
(1) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);

(2) Papan tulis (clip board );

(3) Formulir survei;

(4) Stop
watch;

b) Lokasi Survei
Survei Survei ini dilaksanakan pada simpang bersinyal yang ada
diwilayah studi dan pada hari kerja serta tidak terdapat
kegiatan
– kegiatan yang bersifat insidentil yang dapat mempengaruhi
karakteristik pergerakan kendaraan pada simpang yang survei.
c) Pelaksanaan Survei
Cara pelaksanaan Survei ini adalah sebagai berikut:
Metode Survei antrian di persimpangan bersinyal dilakukan
dengan menempatkan dua orang pengamat (Surveior) pada
masing - masingkaki simpang, dimana:
(1) Pengamat 1 menghitung panjang antrian kendaraan pada
fase waktu hijau sebelumnya pada setiap siklus selama
periode survei.
(2) Pengamat 2 menghitung panjang antrian tambahan yang
datang pada fase waktu merah di setiap siklus selama
periode survei.
2) Simpang tidak bersinyal (%)
Antrian pada persimpangan tidak bersinyal adalah panjang antrian
kendaraan yang tertahan pada saat menunggu mendapatkan celah
yang aman (gap acceptance) untuk melewati kaki simpang.
a) Persiapan Survei
Dalam tahap persiapan untuk Survei ini menyiapkan peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya,
antara lain:
(1) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);

(2) Papan tulis (clip board);

(3) Formulir Survei;

(4) Stop
watch;

b) Lokasi Survei
Survei Survei ini dilaksanakan pada simpang tidak bersinyal
yang ada diwilayah studi dan pada hari kerja serta tidak
terdapat kegiatan – kegiatan yang bersifat insidentil yang dapat
mempengaruhi karakteristik pergerakan kendaraan pada
simpang yang di survei.
c) Pelaksanaan Survei
Metode Survei antrian di persimpangan tidak bersinyal
dilakukan dengan menempatkan dua orang pengamat
(Surveior) pada
masing – masing kaki simpang, dimana Surveior menghitung
panjang antrian kendaraan selama periode 15 menit pada
periode survei.
3.2.5 Teknik Analisis
1. Survei Inventarisasi Jalan dan Simpang
Metode analisa yang digunakan pada survei inventarisasi jalan
dan simpang ini yaitu dengan menggunakan hasil dari data yang
telah kami dapatkan pada survei inventarisasi jalan dan simpang di
lapangan dimana untuk mendapatkan data di lapangan untuk
mengukur panjang, ruas serta fasilitas jalan yang lain, seperti
drainase, trotoar, kerb, bahu dan median, menggunakan pita
meteran ataupun rolling measure. Selain dari data primer (hasil
survei lapangan), untuk mendukung data yang telah diperoleh, kami
melengkapi juga dengan data-data sekunder yang kami peroleh dari
instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan Kabupaten Belitung dan
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung dalam hal ini kapasitas
ruas jalan ditentukan berdasarkan faktor-faktor penyesuaian yang
ditetapkan dalam MKJI,1997.
Adapun formulasi yang digunakan untuk penentuan kapasitas
jalan perkotaan adalah: 2.
� = �� � ��� � ���� � ���� � Survei
Pencaca
han Lalu
Lintas
Terklasifi
kasi
����
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
Keterangan :
C = Kapasitas jalan
Co = Kapasitas dasar
��𝑤 = Faktor penyesuaian lebar jalan
���� = Faktor penyesuaian pemisah arah atau
median

���� = Faktor penyesuaian hambatan samping/friksi


���� = Faktor ukuran kota
(III.17)
Jumlah kendaraan dari hasil survei pencacahan lalu lintas (TC)
dikonversikan kedalam bentuk SKR (Satuan Kendaraan Ringan).
Dimana pada penentuan EKR ini mengacu pada Manual Kapasitas
Jalan
Indonesia (PKJI), dan dilakukan 2 macam analisis, yaitu penentuan
SKR/EKR untuk jalan perkotaan dan untuk jalan luar kota.
Setelah dikonversikan kedalam bentuk SKR, maka analisa
berikutnya adalah mencari waktu sibuk (peak hour) untuk tiap-tiap
titik. Kemudian volume per 15 menit dari hasil survei dijumlahkan
selama 1 jam. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui berapa
volume selama 1 jam pada waktu sibuk pagi, waktu sibuk siang, dan
waktu sibuk sore. Survei TC kordon luar dan kordon dalam dilakukan
selama 16 jam. Standar SMP yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel Faktor smp Kendaraan di Ruas Jalan
Jenis Kendaraan Faktor smp
Sepeda Motor ( MC ) 0.3
Kendaraan ringan ( LV ) 1
Kendaraan Berat ( HV ) 1.2
Kendaraan Tidak Bermotor ( UM ) 0.8
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia – 1997
Tabel Faktor smp Kendaraan di Simpang Tidak Bersinyal
Jenis Kendaraan Faktor smp
Sepeda Motor ( MC ) 0.3
Kendaraan ringan ( LV ) 1
Kendaraan Berat ( HV ) 1.2
Kendaraan Tidak Bermotor ( UM ) 0.8
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia – 1997
Tabel Faktor smp Kendaraan di Simpang Bersinyal
Faktor smp Faktor smp
Jenis Kendaraan
(Terlindung) (Terlawan)
Sepeda Motor ( MC ) 0.3 0.4
Kendaraan ringan ( LV ) 1 1
Kendaraan Berat ( HV ) 1.3 1.3
Kendaraan Tidak Bermotor ( UM ) 1 1
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia – 1997
Tabel Faktor smp Kendaraan di Bundaran
Jenis Kendaraan Faktor smp

Sepeda Motor ( MC ) 0.5


Kendaraan ringan ( LV ) 1
Kendaraan Berat ( HV ) 1.2
Kendaraan Tidak Bermotor ( UM ) 0.8
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia – 1997

Tabel Faktor smp Kendaraan di Bundaran


Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Catatan
(smp/jam)
4/2 D atau jalan satu arah 1650 Per lajur (satu arah)
4/2 UD 1500 Per lajur (satu arah)
2/2 UD 2900 Per jalur (dua arah)
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia – 1997

Tabel Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas (FCW)

Lebar Jalur Lalu


Tipe Jalan Keterangan Lintas Efektif FCW
(Wc)
3,00 0,92
3,25 0,96
4/2 D atau jalan
Per lajur 3,50 1,00
satu arah
3,75 1,04
4,00 1,08
Lebar Jalur Lalu
Tipe Jalan Keterangan Lintas Efektif FCW
(Wc)
3,00 0,91
4/2 UD Per lajur
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
5 0,56
6 0,87
7 1,00
Per jalur (2
2/2 UD 8 1,14
arah)
9 1,25
10 1,29
11 1,34

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997


3. Survei Gerakan Membelok
Survei gerakan membelok ini dilakukan untuk mengetahui
volume lalu lintas pada setiap mulut persimpangan berdasarkan arah
gerak lalu lintas. Selain itu juga untuk mengetahui tundaan/ delay
pada mulut persimpangan. Survei yang dilakukan dengan interval
waktu 15 menit selama 16 jam. Hasil rekapan dimasukkan kedalam
data input, berupa volume dari ruas jalan tertentu yang
melakukan gerakan membelok, baik belok kiri, belok kanan, ataupun
lurus.
Hasil dari penjumlahan tiap jenis kendaraan pada 1 jam survei
dikalikan dengan faktor smp-nya untuk masing-masing. Dalam hal ini
yang dipakai adalah faktor smp untuk jalan perkotaan. Dimana
standarnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Standar Satuan Kendaraan Ringan Simpang
Faktor smp Faktor smp
Jenis Kendaraan
(Terlindung) (Terlawan)
Sepeda Motor ( MC ) 0.2 0.4
Kendaraan ringan ( LV ) 1 1
Kendaraan Berat ( HV ) 1.3 1.3
Kendaraan Tidak Bermotor (
1 1
UM )
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia – 2014
Keterangan:
KR = kendaraan ringan
KB = kendaraan berat
SM = sepeda motor
UM = kendaraan tidak bermotor
4. Survei Kendaraan Bergerak (MCO dan FCO)
Survei Kecepatan dilaksanakan di semua ruas jalan yang ada di
wilayah studi. Metode yang digunakan adalah pengamatan kendaraan
bergerak (MCO) dan pengamatan kendaraan mengambang (FCO).
Survei MCO dan FCO dilakukan pada seluruh ruas jalan arteri,
serta kolektor dan lokal yang dilalui oleh angkutan umum. Survei
MCO dilakukan pada ruas jalan yang tidak bermedian, pada wilayah
studi Kabupaten Belitung. Untuk lokasi survei FCO dilakukan pada
ruas jalan satu arah dan ruas jalan yang bermedian, Pengolahan data
yang didapat dari hasil survei dilakukan dengan menggunakan rumus-
rumus untuk mengetahui target olahan data berupa data kecepatan,
arus kendaraan per menit dan waktu tempuh.
Rumus – rumus yang digunakan adalah:

(III.19)

(III.20)

(III.21)

Sumber: Karakteristik Sistem Lalu Lintas (Seri SC-OLLAJ)


Keterangan:
Q = Aliran kendaraan per menit
T = waktu perjalanan rata-rata
X = kendaraan berlawanan arah
Y = kendaraan yang mendahului dikurangi kendaraan yang
didahului
V = kecepatan (km/jam)
S = panjang ruas (meter)
Ta = Waktu berlawanan dengan arus
Tw = Waktu searah dengan arus

5. Panjang antrian
Panjang antrian adalah jumlah rata rata antrian kendaraan pada awal
sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase
hijau sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah smp yang datang selama
fase merah (NQ2).Untuk perhitungannya menggunakan persamaan
dibawah ini :
1) Perhitungan jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(NQ1)

1) Untuk DS > 0,5

× ( �� − 0
��1 = 0,25 × � × [(�� − 1) + √(�� − 1)2 +
,5) (III.22)
]

2) Untuk DS < 0,5

NQ 1

Keterangan :
NQ1: Jumlah smp ysng tersisa dari fase hijau sebelumnya
DS : Derajat Kejenuhan
GR : Rasio Hijau
C : Kapasitas (smp/jam)

3) Perhitungan jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ2)


1 − �� �
��2 = � × × (III.24)
1 − �� × �� 3600
Keterangan :
NQ2 : Jumlah smp yang datang selama fase merah
DS : Derajat Kejenuhan
GR : Rasio Hijau
C : Waktu Siklus (detik)
Qmasuk : Arus Lalu Lintas pada tempat masuk di luar LTOR
(smp/jam)
Jadi jumlah antrian kendaraan pada simpang bersinyal adalah
NQ = NQ1 + (III.25)

Untuk menghitung nilai panjang antrian (QL) dari nilai NQ


diatas dilakukan dengan mengalikan NQ max dengan luas rata
– rata yang dipergunakan per smp (20 m²) kemudian dibagi
lebar masuk sebagai berikut :
Dimana nilai NQ max untuk perancangan dan perencanaan
disarankan Pol (%) ≤ 5% sedangkan untuk operasi suatu nilai
Pol = 5 – 10%. 20
�� = NQ max× (III.26)
W masuk

Gambar Peluang Pelebaran

2) Hambatan

- Hambatan di Ruas

- Hambatan di Simpang
6. Peringkatan Ruas
Terdapat dua Indikator yang digunakan dalamPeringkatanruas
yaitu:
a. Peringkatan Dinamis

Peringkatan dinamis yang digunakan adalah unjuk kerja lalu


lintas dari sisi permintaan lalu lintas. Nilai ini di peroleh dari hasil
survei yang kemudian dilakukan analisa untuk menentukan kinerja
suatu ruas jalan. Adapun indikator yang termasuk dalam
perangkingan mobilitas, yaitu:
1) V/C Ratio, Kecepatan, Kepadatan

V/C Ratio suatu jalan di dapatkan dari perbandingan arus


waktu sibuk pada ruas jalan tersebut dengan kapasitasnya. Dari
V/C ratio akan diketahui karakterististik pelayanan suatu ruas
jalan.
Sedangkan dalam penghitungan V/C ratio suatu ruas jalan
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Volume waktu sibuk (III.31)


�/� ����� =
Kapasitas

Sedangkan, indikator perhitungan yang digunakan dalam


analisis hanyalah indikator kepadatan atau kendaraan per menit
per kilometer merupakan hasil dari kombinasi antara volume
lalu lintas (smp) dengan kecepatan serta mengukur besarnya
total waktu perjalanan kendaraan yang diperlukan unuk
menempuh tiap-tiap ruas jalan. Volume lalu lintas tersebut
merupakan salah satu indikator untuk menentukan v/c ratio.
Sehingga jika perhitungan dilakukan pada ketiga indikator
tersebut akan menyebabkan triple counting, karena ketiga
indikator tersebut merupakan contoh indikator dalam segi
mobilitas. Untuk membuat suatu perbandingan, maka hal ini
diekspresikan dalam satuan panjang jalan.
Waktu perjalanan ruas jalan x vo lume lalu (III.32)
��� − ����� / ��
lintas
Panjang ruas
=
jalan

2) Peak Hour Factor (PHF)

Rasio laju arus jaman (q60) dibagi dengan 4 x lajur arus


15 menit puncak (peak 15 min rate of flow) yang dinyatakan
dalam arus jam-jaman.

Laju arus jam jaman (III.33)


���� ���� ������ (���) =
(q60)
Keterangan : 4 x Laju arus 15 menit puncak
(q15)
Laju arus jam jaman :
Volume lalu lintas 1 jam tersibuk dalam 1 hari
Laju arus 15 menit puncak :
Volume lalu lintas selama 15 menit pada 1 jam tersibuk
tersebut.
3) Distribusi antar waktu

Distribusi antar waktu merupakan rasio antara volume


pada jam sibuk (on peak) dengan volume pada jam tidak sibuk
(off peak).

Volume Jam Tersibuk (III.34 )


���������� �����

Volume Jam Tidak


����� =
Keterangan :
Sibuk

Volume jam tersibuk : Volume pada saat jam tersibuk


pada suatu ruas jalan
Volume jam tidak sibuk : Volume pada saat salah satu
jam tidak sibuk suatu ruas jalan
4) Road Occupancy/M2

Road Occupancy/m2 merupakan tingkat penggunaan ruang


untuk lalu lintas berdasarkan hasil perkalian antara kerapatan,
proporsi jenis kendaraan, dan ukuran masing-masing kendaraan
menurut standar ukuran kendaraan yang kemudian dibagi
dengan luasan segmen jalan.
Berikut ini merupakan rumus dari Road Occupancy/m2:

∑in(Kerapatan x proporsi jenis kendx standar ukuran kendar) (III.35)


Luasan segmen jalan

Keterangan :
Kerapatan : Rata-rata jumlah kendaraan per
satuan panjang jalan
Proporsi jenis kendaraan : Besaran proporsi masing-masing
kendaraan
Standar ukuran kendaraan : Ukuran masing-masing
kendaraan menurut standar ukuran
kendaraan
Luasan segmen jalan : perkalian panjang dan lebar jalan
(m2)
Ukuran tiap-tiap kendaraan menurut standar ukuran kendaraan
dapat disesuaikan berdasarkan PP. 55 Tahun 2012 tentang
kendaraan. Sebelum digunakan, ukuran tersebut dirubah sesuai
dengan satuan dimensi kendaraan, yaitu m2.
5) Proporsi Kendaraan Berat

Proporsi kendaraan berat merupakan prosentase jumlah


kendaraan berat dalam periode waktu pengamatan tertentu.
Nilai proporsi diperoleh volume kendaraan berat dibagi dengan
volume pada jam tersibuk.
v olum e k en d ar aa n ber at (s (III.36)
Proporsi Kendaraan Berat(%) =
m p)
volume jam sibuk(smp)

6) Rasio Kecepatan Sibuk Dan Tidak Sibuk

Rasio kecepatan merupakan perbedaan kecepatan pada


jam sibuk dengan jam tidak sibuk pada suatu ruas jalan. Rasio
ini diperoleh dari perbandingan kecepatan pada saat sibuk
dibanding dengan kecepatan pada jam tidak sibuk.
Kecepatan jam Sibuk (smp/jam)
Rasio kecepatan = (III.37)
Kecepatan jam tidak sibuk (smp/jam)

7) Split/ Distribusi Arah


Split merupakan perbedaan antara volume kendaraan
dengan volume kendaraan lain dari arah yang berlawanan. Split
ini diidentifikasikan sebagai pembanding antara 2 jalur menurut
kondisi dan karakteristik volume kendaraannya.
Metode yang digunakan dalam perangkingan ruas:
(1) Langkah awal dalam perangkingan dengan menentukan
nilai untuk analisis perangkingan proporsional yaitu
membandingkan kondisi lapangan / observasi dengan
standar yang berlaku

(2) Untuk standar penilaian indikator prasarana menggunakan


standar yang berlaku disesuaikan dengan pembahasan
diatas

(3) Perangkingan dilakukan untuk seluruh ruas jalan terlebih


dahulu. Kemudian dilakukan pengkatagorian ruas yang
bermasalah atau tidak sesuai dengan standar pelayanan
minimal (untuk kinerja lalu lintas) serta standar teknis (untuk
prasarana). Perangkingan menggunakan proporsional
dengan pembobotan dilakukan hanya pada ruas yang
bermasalah.

7. Peringkatan Simpang
Terdapat dua indikator yang digunakan dalam peringkatan
simpang yaitu:
1. Peringkatan Dinamis

Dalam peringkatan dinamis yang digunakan adalah unjuk


kerja lalu lintas yaitu:
a) Degree of Saturation / derajat kejenuhan kritis

Merupakan rasio arus lalu lintas yang melintas terhadap


kapasitas simpang tersebut. Semakin besar (mendekati nilai 1)
derajat kejenuhan kritis, maka kinerja simpang tersebut nilai
semakin buruk.
b) Jumlah kendaraan yang dilewatkan dalam simpang per jam
waktu sibuk
c) Jumlah kendaraan terhenti / laju henti di simpang semua
pendekat

Antrian / number of queue (kendaraan/ smp) dan


length of queue (meter) dan hambatan di simpang (detik/
smp) keseluruhan pendekat
d) Proporsi kendaraan berat di simpang

e) Proporsi sepeda motor

f) Rasio belok kanan dengan keseluruhan arus pendekat kritis di


simpang

a) Metode yang digunakan:

(1) Langkah awal dalam perangkingan yaitu membandingkan


kondisi lapangan / observasi dengan standar yang berlaku

(2) Untuk dinamis standar yang berlaku disesuaikan dengan


kondisi unjuk kerja dan karakteristik lalu lintas dengan
menggunakan KM. No. 14 Tahun 2006 tentang manajemen
lalu lintas khusus untuk antrian dan hambatan, MKJI untuk
proporsi kendaraan berat dan sepeda motor

(3) Jika tidak sesuai dengan standar, selanjutnya dilakukan


perangkingan. Perangkingan menggunakan metode
proporsional dengan pembobotan

(4) Nilai pembobotan masing – masing indikator diperoleh dari


wawancara terhadap instansi terkait seperti PU, Perhubungan,
Akademisi, Kepolisian, dan pengguna jalan

b) Klasifikasi simpang yang dirangking

Klasifikasi simpang yang dirangking dibedakan tiap


pengendalian simpang dan tipe simpang, meliputi:
(1) Simpang tidak dikendalikan (simpang empat, simpang tiga / T
Junction, Stager)
(2) Simpang prioritas (simpang empat, simpang tiga / T Junction,
Stager)

(3) Simpang ber – APILL (simpang empat, simpang tiga / T


Junction, Stager)

(4) Simpang bundaran

c) Penetapan Peringkat Permasalahan

Untuk tiap-tiap kriteria yang telah dihitung, ruas-ruas jalan


dapat ditetapkan peringkatnya menurut urutan keseriusannya.
Cara penetapan peringkat tersebut dapat menggunakan metode
berikut: (1) Peringkatan dengan Metode Sederhana

Dalam perangkingan dengan metode sederhana,


pengurutan dilakukan dengan cara sederhana. Mengurutkan
permasalahan yang ada dari mulai yang terburuk hingga yang
terbaik. Dengan demikian akan terlihat setiap indikator unjuk
kerja dengan permasalahan tertinggi yang perlu penanganan
secepatnya
(2) Peringkatan dengan Metode Proporsional

Dalam peringkatan proporsional, pengurutan dilakukan


setelah setiap indikator unjuk kerja dari setiap ruas diberikan
proporsi perbandingannya dengan nilai maksimum dan
minimumnya.
Proporsi untuk kecepatan :

(X - min) x (n -
1)
� = + 1 (III.39)
(max - min)
Sedangkan untuk proporsi kepadatan, V/C ratio adalah :

(max - X) x (n -
1)
� = + 1 (III.40)
(max - min)
Keterangan :
P = Proporsi
X = Nilai indikator untuk ruas jalan yang
dimaksud
Max = Nilai maksimum unjuk kerja
Min = Nilai minimum unjuk kerja
N = Jumlah data
Setelah diberikan proporsi untuk setiap indikator, semua
proporsi tersebut dijumlahkan, dan peringkatan permasalahan
diurutkan dari ruas memiliki nilai total proporsi terkecil.
(3) Peringkatan Metode Proporsional dengan Pembobotan

peringkatan permasalahan dilakukan sebagai berikut :


i. Memberikan bobot pada tiap-tiap indikator, dengan
mempertimbangkan hal yang paling dominan terhadap
mobilitas pada suatu ruas jalan dengan memberikan bobot
paling besar seperti V/C ratio ataupun kecepatan.

Setelah itu dilakukan suatu perbandingan dari nilai


terbesar dengan nilai terkecil. Hasil dari perangkingan
secara sederhana kemudian dikalikan bobot pada tiap-tiap
indikator. Untuk bobot itu sendiri sifatnya sebenarnya
sangat subyektif, sehingga tidak ada standar yang ideal
untuk pembobotan tersebut. Pemberian bobot pada
masing-masing indikator tersebut berdasarkan
pengaruhnya terhadap unjuk kerja dari ruas-ruas jalan
yang dimasukkan dalam perangkingan.
ii. Tahap akhir dari peringkatan metode proporsional dengan
pembobotan adalah dengan menjumlahkan nilai bobot dari
ketiga indikator ( v/c ratio, kecepatan, kepadatan ) dan
hasilnya merupakan suatu peringkatan akhir. Dari sinilah
kemudian dapat mengidentifikasi suatu permasalahan
pada suatu ruas jalan.
Disamping hal tersebut di atas, perlu juga diketahui pengertian-
pengertian dari kecepatan, waktu perjalanan dan hambatan sebagai
berikut :
- Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan waktu atau
nilai perubahan jarak terhadap waktu yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor manusia, kendaraan dan
prasarana, arus lalu lintas serta cuaca dan lingkungan sekitarnya.
Kecepatan merupakan parameter yang penting khususnya dalam
desain jalan, penurunan standar, sebagai informasi dari kondisi
perjalanan dan tingkat pelayanan serta kualitas arus lalu lintas
(STE
1, 1992).

- Waktu perjalanan adalah total waktu yang dibutuhkan oleh


kendaraan untuk melakukan perjalanan pada suatu ruas jalan
tertentu, termasuk juga waktu berhenti atau hambatan yang
terjadi selama perjalanan(STE 1, 1992).

- Waktu bergerak adalah waktu yang dihitung selama kendaraan


bergerak. Waktu bergerak merupakan pengurangan antara waktu
perjalanan dengan hambatan (STE 1, 1992)

- Hambatan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk


melewati suatu ruas

3.2.6 Identifikasi Awal Pemecahan Permasalahan Ruas

1. Ruas

1) Operasional (Lalu Lintas)


- Pembatasan kendaraan baik secara dimensi

- Pembatasan kecepatan kendaraan di ruas,

- Pembatasan Muatan Sumbu Terberat (MST)

- Pembatasan akses pada ruas

- Prioritas terhadap Angkutan Umum / Kendaraan Tertentu


- Pengaturan waktu operasi kendaraan tertentu

2) Legalisasi Terhadap Kebijakan Operasional Dan Penegakan


Hukum
i. Setiap kebijakan operasional diperlukan payung hukum
berupa Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Walikota
/ Peraturan Bupati.
ii. Perlunya koordinasi dengan kepolisian berkaitan dengan
penegakan hukum untuk mendukung kebijakan-kebijakan
yang sudah ditetapkan.

2. Simpang

1) Operasional (Lalu Lintas)

a) Pembatasan pergerakan di simpang

b) Pengendalian persimpangan disesuaikan dengan standar


yang berlaku

c) Pembatasan Muatan Sumbu Terberat (MST)

d) Pembatasan akses pada simpang

e) Prioritas terhadap Angkutan Umum / Kendaraan Tertentu


di simpang

f) Pengendalian parkir dan hambatan samping di simpang

2) Legalisasi Terhadap Kebijakan Operasional Dan Penegakan


Hukum

a) Setiap kebijakan operasional diperlukan payung hukum


berupa Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Walikota /
Peraturan Bupati.

b) Perlunya koordinasi dengan kepolisian berkaitan dengan


penegakan hukum untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang
sudah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai