Anda di halaman 1dari 83

Survey Pemeliharaan Jalan

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan sepanjang tahun dan sifatnya
sebagai proteksi terhadap kerusakan. Adapun jenis kegiatan pemeliharaan rutin antara
lain adalah pemeliharaan terhadap :
1. Lapis permukaan, seperti penambalan lubang (patching), melabur aspal, dan
lain-lain.
2. Bahu jalan, seperti pengisian material bahu jalan yang tergerus dan
pemotongan rumput.
3. Drainase jalan, seperti pembersihan saluran, agar tetap berfungsi baik saat
musim hujan.
4. Bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan, dan lain-lain.

2. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.


Penanganan ini dilakukan pada kondisi lapis permukaan sudah menurun kualitas
berkendaraannya (riding quality) dan dengan upaya pemeliharaan rutin tidak dapat
mengembalikan kondisi jalan pada kondisi mantap. Untuk ini secara berkala dilakukan
pelapisan ulang lapis permukaan agar jalan kembali pada kondisi mantap.

3. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah kegiatan tidak direncanakan atau dilakukan di luar rencana karena
timbulnya kerusakan akibat hal-hal di luar dugaan, seperti bencana alam atau tidak
dilaksanakannya pemeliharaan rutin atau berkala, dengan tujuan mengembalikan jalan
ke keadaan semula agar tetap berfungsi.

Pemeliharaan Jalan 1
Survey Pemeliharaan Jalan

Hubungan antara tingkat pelayanan dengan umur rencana jalan, dan jenis penanganan
jalan, dapat digambarkan pada diagram berikut.

Gambar 1. Diagram Nilai Konstruksi Jalan (Serviceability Index) vs


Masa Pelayanan Jalan, berkaitan dengan jenis
penanganan jalan

4. Bagian-bagian jalan

Bagian – bagian konstruksi jalan yang perlu dipelihara antara lain :


1. Struktur perkerasan jalan
2. Bahu jalan
3. Drainase jalan
4. Lereng / talud Jalan
5. Fasilitas pejalan kaki/trotoir
6. Perlengkapan jalan

Pemeliharaan Jalan 2
Survey Pemeliharaan Jalan

Gambar 2. Tipikal Potongan Penampang Melintang Jalan

5. Survai.
Survai kondisi jalan dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat pada bagian -
bagian jalan yang perlu dipelihara. Sesuai buku Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan
Nasional dan Jalan Propinsi No.001/T/Bt/1995, data tersebut antara lain :
o Nama Propinsi
o Nama Satuan Kerja
o No. Ruas/Nama Ruas Jalan
o Tanggal Survey
o Cuaca
o Status Jalan : N,P atau K
o Bagian/segmen (km)
o STA kiri atau kanan
o Kode Kerusakan
o Jenis dan dimensi kerusakan (kedalaman/cm, panjang/m, lebar/m).

Survai lapangan pemeliharaan rutin didasarkan atas pengamatan kondisi lapangan


yang disesuaikan dengan pedoman pada standar yang diberikan pada manual
tersebut.

Pemeliharaan Jalan 3
Survey Pemeliharaan Jalan

6. Tujuan Modul

Tujuan modul terdiri dari dari tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus :

 Tujuan Pembelajaran Umum :

Yaitu setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan memahami tentang survai
pemeliharaan jalan

 Tujuan Pembelajaran Khusus

Yaitu setelah mengikuti mata diklat ini peserta mampu :

1. Menjelaskan persiapan, pengkajian ulang data survai pemeliharaan jalan dan


pelaksanaan survai lapangan

2. Menjelaskan metode pelaksanaan survai

3. Menjelaskan perkiraan kuantitas dan penetapan penanganan jalan

Pemeliharaan Jalan 4
Survey Pemeliharaan Jalan

BAB II
PERSIAPAN, PENGKAJIAN ULANG DATA SURVAI PEMELIHARAAN
JALAN DAN PELAKSANAAN SURVAI LAPANGAN

1. PERSIAPAN
Sebelum kita melakukan survai pemeliharaan jalan ini tentu saja kita telah mempunyai
data survai yang sudah pernah dilakukan pada waktu sebelumnya. Sebagai langkah
persiapan adalah mengumpulkan informasi dan data survai sebelumnya tersebut atau
disebut data sekunder yang sangat diperlukan sebagai perbandingan dan untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Adapun data sekunder tersebut meliputi antara lain data geometrik, data jenis
permukaan, data kondisi jalan, data lalulintas, data riwayat penanganan jalan dan data
struktur.

Data geometrik meliputi antara lain data segmen jalan (nomor ruas, nama pangkal
ruas, nama ujung ruas, titik pengenal pangkal, titik pengenal ujung, panjang ruas,
fungsi jalan, status administrasi ruas serta panjang dan lebar perkerasan

Data jenis permukaan jalan ditentukan menurut kategori: jalan aspal, jalan batu/telford,
jalan kerikil, jalan tanah dan jalan beton.

Data kondisi jalan mencerminkan kondisi permukaan rata-rata suatu segmen, terutama
mencerminkan kualitas kenyamanan atau kekasarannya. Mengacu pada IRMS kondisi
jalan ditentukan berdasarkan Road Condition Index (RCI) untuk menilai kondisi jalan
secara manual serta bersama-sama dengan International Roughness Index (IRI) yang
memakai ukuran kekasaran (rouhness) dari NAASRA. Adapun kategori kondisi jalan
adalah: kondisi baik, sedang (kondisi pelayanan mantap), rusak ringan (kondisi
pelayanan tidak mantap) dan kondisi rusak berat (kondisi pelayanan kritis).

Data lalu-lintas, antara lain yaitu data lalu-lintas harian rata-rata (LHR) untuk
kendaraan roda 4 yang ada dan LHR kendaraan roda 4 ekivalen termasuk sepeda

Pemeliharaan Jalan 5
Survey Pemeliharaan Jalan

motor dan lalu-lintas bukan bermotor yang tercatat dalam penghitungan lalu-lintas

Data riwayat penanganan jalan terdiri dari antara lain: tahun program pekerjaan,
panjang pekerjaan jalan, Sta awal dan Sta akhir segmen/ruas pekerjaan jalan, jenis
pekerjaan jalan, jenis lapis permukaan pekerjaan jalan, lebar perkerasan pekerjaan
jalan, biaya pekerjaan jalan, biaya pekerjaan jalan/Km, sumber dana, tanggal PHO,
tanggal FHO, status proyek, sumber dan tanggal data, catatan.

2. PENGKAJIAN ULANG DATA SURVAI


Sangat penting untuk melakukan pengkajian ulang secara komprehensif atas data
survai berupa data lapangan dan hal-hal yang terkait, agar data tersebut masih
uptodate, relevan dan dapat dipertanggung jawabkan pada saat tahap pelaksanaan.
Data lapangan yang perlu dikaji ulang mencakup antara lain :
 Permukaan/perkerasan jalan
 Bahu jalan
 Trotoar
 Drainase
 Bangunan pelengkap jalan
 Talud/slope
 Struktur
 Perlengkapan jalan
 Road safety dari sisi geometrik

Hal-hal yang perlu diteliti/dikaji adalah :


 Metode survai yang dipakai
 Sumber daya
 Waktu survai
 Sistem pencatatan
 Cara pelaporan
 Formulir-formulir yang dipakai
 Interval survai dengan pelaksanaan

Pemeliharaan Jalan 6
Survey Pemeliharaan Jalan

Pada tahap pengkajian tersebut akan diteliti berbagai alternatip untuk pelaksanaan
pemeliharaan jalan.

3. KEGIATAN SURVAI LAPANGAN


Yang dimaksud survai lapangan pada pemeliharaan jalan adalah untuk mendapatkan
dan memutakhirkan kondisi jalan pada ruas yang disurvai. Data jalan yang uptodate
tersebut dikumpulkan yang meliputi sama dengan data yang dikaji ulang tersebut
diatas.
Survai lapangan meliputi :

a. Daftar pokok kegiatan


Daftar pokok kegiatan pemeliharaan rutin terdiri dari :
 Kategori
 Sub kategori
 Kerusakan
 Metode perbaikan
 Tingkat penanganan
Daftar tersebut dapat dilihat pada form lampiran 1, (1-1), (1-2), (1-3).

b. langkah pemeriksaan
Pada form lampiran 2, (2-1), (2-2) terdapat contoh suatu langkah pemeriksaan secara
terperinci, yaitu menjelaskan bagaimana memeriksa dan mendapatkan gambaran yang
tepat mengenai kerusakan pada perkerasan jalan.

c. Formulir yang digunakan


Formulir yang digunakan pada pemeliharaan jalan adalah :
1. RM 1 (catatan kondisi dan hasil pengukuran)
2. RM2 (laporan kondisi dan penilaian/rekapitulasi)

 Formulir RM1 digunakan untuk mencatat jenis serta jumlah kerusakan suatu
ruas jalan berikut pencatatan terhadap bangunan pelengkap dan perlengkapan
jalan, yang isinya berdasarkan hasil pengukuran di lapangan sesuai dengan
formulir/gambar pengukuran tiap jenis kerusakan.
 Formulir RM2 pengisiannya di lakukan di kantor. Isi dari formulir RM2 adalah

Pemeliharaan Jalan 7
Survey Pemeliharaan Jalan

merupakan rekapitulasi kuantitas serta jenis kerusakan yang diperoleh dari


lapangan.

Pemeliharaan Jalan 8
Survey Pemeliharaan Jalan

BAB III
METODE PELAKSANAAN SURVAI

1. METODE SURVAI PERKERASAN DAN BAHU JALAN

Pada survai lapangan untuk perkerasan jalan dan bahu jalan, metode yang digunakan
adalah dengan mengukur dimensi berbagai bentuk kerusakan yang dialami jenis
perkerasan dan bahu jalan tersebut. Jenis perkerasan jalan dibagi dalam kategori :
perkerasan jalan tidak beraspal, perkerasan jalan beraspal, dan perkerasan jalan beton.
Sedangkan bentuk kerusakan mencakup antara lain : bentuk kerusakan lubang,
kerusakan gelombang atau keriting, kerusakan alur, kerusakan ambles/penurunan, dll.
Metode survai ini mengharuskan pengamat menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
pada setiap jenis perkerasan jalan yang disurvai serta memahami bagian mana saja
pada perkerasan jalan yang harus diukur serta kriteria pengukurannya. Selanjutnya
hasil pengukuran tersebut dicatat pada formulir yang telah disediakan yaitu form RM1
dan pada formulir tersebut dilakukan pencatatan data-data mengenai : nama propinsi,
nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang disurvai, tanggal survai,
cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional (N), Propinsi (P) atau
Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA kiri atau kanan, kode
kerusakan, dimensi kerusakan misalnya kedalaman maximum (mm) dari kerusakan
tersebut, Luas dari bentuk kerusakan P (m) x L (m), serta nama petugas yang survai
atau nama pengamat.

PERKERASAN JALAN TIDAK BERASPAL

a. Kerusakan lubang

Pemeliharaan Jalan 9
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Lubang pada perkerasan jalan tidak beraspal (No.131)
 Lubang pada bahu jalan tidak beraspal (No. 331)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman dari lubang lebih kecil dari tebal lapis pondasi, maka
kedalaman dan luas daerah harus dicatat
 Bila kedalaman dari lubang lebih besar dari tebal lapis pondasi, maka
kedalaman dan luas daerah harus dicatat

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1)


 Nama propinsi
 Nama balai/dinas
 No dan nama ruas jalan
 Tanggal survai
 Cuaca
 Status N, P atau K
 Bagian/segmen (km....)
 STA kiri atau kanan
 Kode kerusakan

Pemeliharaan Jalan 10
Survey Pemeliharaan Jalan

 Kedalaman lubang maximum (mm)


 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

b. Kerusakan gelombang/keriting

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Gelombang/keriting pada perkerasan jalan tidak beraspal (No.132)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m adalah 10 – 50 mm,
yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50
mm, yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm)
dan dicatat sebagai kerusakan dalam
(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,
dalam atau dangkal).

Pemeliharaan Jalan 11
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum gelombang (mm)
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

c. Kerusakan alur

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Alur pada perkerasan jalan tidak beraspal (No.133)
 Alur pada bahu jalan tidak beraspal (No.232)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m adalah 10 – 50 mm,
yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50
mm, yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm)
dan dicatat sebagai kerusakan dalam

Pemeliharaan Jalan 12
Survey Pemeliharaan Jalan

(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,


dalam atau dangkal).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum alur (mm)
 Luas P (m) x L (m)
 Nama pengamat

d. Kerusakan ambles/penurunan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Ambles/penurunan pada perkerasan jalan tidak beraspal (No.134)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m adalah 10 – 50 mm,
yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50
mm, yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm)
dan dicatat sebagai kerusakan dalam

Pemeliharaan Jalan 13
Survey Pemeliharaan Jalan

(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,


dalam atau dangkal).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum penurunan (mm)
 Luas penurunan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

e. Permukaan yang tergerus

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Permukaan yang tergerus pada perkerasan jalan tidak beraspal (No.135)

iii. Kriteria pengukuran


 Penggerusan pada permukaan dapat dilukiskan sebagai pengurangan
permukaan perkerasan akibat air, angin atau hujan.
 Bila kedalaman dari penggerusan, kurang dari material dasar, yang
harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan dicatat
sebagai kerusakan kecil.

Pemeliharaan Jalan 14
Survey Pemeliharaan Jalan

 Bila kedalaman dari penggerusan lebih dari material dasar, yang harus
dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan dicatat
sebagai kerusakan besar.

(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu, kecil
atau besar).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum penggerusan>lapis pondasi atau < lapis pondasi
(mm)
 Luas tergerus P (m) x L (m)
 Nama pengamat

PERKERASAN JALAN BERASPAL

a. Kerusakan lubang

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Lubang pada perkerasan jalan yang beraspal (No.111)

Pemeliharaan Jalan 15
Survey Pemeliharaan Jalan

 Lubang pada bahu jalan beraspal (No. 211)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman dibawah mistar 1,2 m adalah lebih kecil dari 50 mm,
maka kedalaman (mm) dan luas daerah ini harus dicatat (m2), dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal (S = shallow)
 Bila kedalaman dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50 mm, maka
kedalaman (mm) dan luas daerah ini harus dicatat (m2), dan dicatat
sebagai kerusakan dalam (D = Deep)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman lubang maximum (mm)
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

b. Kerusakan gelombang/keriting

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Gelombang/keriting pada perkerasan jalan yang beraspal (No.112)

Pemeliharaan Jalan 16
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila terdapat genangan air dan kedalaman yang diukur kurang dari 30
mm dibawah mistar 1,2 m, maka yang harus dicatat adalah luas daerah
ini (m2), kedalaman (mm) dan dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 30
mm, maka yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman
(mm) dan dicatat sebagai kerusakan dalam
(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,
dalam atau dangkal).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum gelombang (mm)
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

c. Kerusakan alur

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Alur pada perkerasan jalan yang beraspal (No.113)

Pemeliharaan Jalan 17
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila terdapat genangan air dan kedalaman yang diukur kurang dari 30
mm dibawah mistar 1,2 m, maka yang harus dicatat adalah luas daerah
ini (m2), kedalaman (mm) dan dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 30
mm, maka yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman
(mm) dan dicatat sebagai kerusakan dalam
(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,
dalam atau dangkal).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum alur (mm)
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

d. Kerusakan penurunan/ambles

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Penurunan/ambles pada perkerasan jalan beraspal (No.114)
 Penurunan/ambles pada bahu jalan yang beraspal (No.212)

Pemeliharaan Jalan 18
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m adalah 10 – 50 mm,
yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50
mm, yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm)
dan dicatat sebagai kerusakan dalam
(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,
dalam atau dangkal).

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum penurunan (mm)
 Luas penurunan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

e. Kerusakan jembul

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 1,2 meter
 Pita ukur (2 meter)

Pemeliharaan Jalan 19
Survey Pemeliharaan Jalan

ii. Bagian yang diukur


 Jembul pada perkerasan jalan beraspal (No.115)
 Jembul pada bahu jalan yang beraspal (No.213)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m adalah 10 – 50 mm,
yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm) dan
dicatat sebagai kerusakan dangkal
 Bila kedalaman yang diukur dibawah mistar 1,2 m lebih besar dari 50
mm, yang harus dicatat adalah luas daerah ini (m2), kedalaman (mm)
dan dicatat sebagai kerusakan dalam
(kolom keterangan pada Form RM 1 harus menjelaskan tentang kerusakan itu,
dalam atau dangkal).
iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman maximum jembul (mm)
 Luas penurunan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

f. Kerusakan tepi

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Mistar 3 meter atau tali (seperti terlihat di gambar/photo)
 Pita ukur (2 meter)

Pemeliharaan Jalan 20
Survey Pemeliharaan Jalan

ii. Bagian yang diukur


 Kerusakan tepi pada jalan beraspal (No.116)

iii. Kriteria pengukuran


 Perkerasan : bila kurang dari 100 mm, tidak ada yang harus dicatat. Bila
lebih dari 100 mm, maka harus dicatat sebagai kerusakan yang rutin
dipelihara.
 Bahu jalan yang beraspal : Bila kurang dari 200 mm dari pinggir bahu
jalan yang beraspal, maka tidak ada kerusakan yang harus dicatat . Bila
lebih dari 200 mm dari pinggir bahu jalan yang beraspal, maka dianggap
sebagai kerusakan yang rutin diperbaiki

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jenis permukaan
 Maximum pengukuran (mm)
 Catatan kerusakan perkerasan atau bahu jalan
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Nama pengamat

g. Kerusakan retak buaya

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

Pemeliharaan Jalan 21
Survey Pemeliharaan Jalan

 Pengukur retak 2 mm (paling tinggi)

ii. Bagian yang diukur


 Retak buaya pada perkerasan yang beraspal (No.117)
 Retak buaya pada bahu jalan yang beraspal (No. 214)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila mayoritas 2 arah retak diukur kurang dari 2 mm, maka yang harus
dicatat adalah luas daerah ini (m2), lebar (mm) dan dicatat sebagai
kerusakan minor/kecil
 Bila mayoritas 2 arah retak diukur lebih dari 2 mm, yang harus dicatat
adalah luas daerah ini (m2), lebar (mm) dan dicatat sebagai kerusakan
mayor/besar
(1. Kolom keterangan pada form RM1 harus menjelaskan tentang kerusakan, itu minor
atau mayor; 2. Jika lebih dari 10% dari panjang jalan adalah retak buaya mayor,
ingatkan teknisinya karena mungkin diperlukan peningkatan strukturnya)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Lebar retak < 2mm atau > 2 mm
 Luas kerusakan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

h. Kerusakan retak garis

Pemeliharaan Jalan 22
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)
 Pengukur retak 2 mm (paling tinggi)

ii. Bagian yang diukur


 Retak garis pada perkerasan yang beraspal (No.118)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila lebar retak maximum kurang dari 2 mm, maka dicatat sebagai
kerusakan minor/kecil
 Bila lebar retak maximum kurang dari 2 mm, tapi lebih dari 1 retak pada
permukaan beraspal, maka dicatat sebagai kerusakan mayor/besar
 Bila lebar retak maximum lebih dari 2 mm, maka dicatat sebagai
kerusakan yang meluas
(Retak kecil dan luas diukur dalam linier meteran dari retak. Retak besar diukur dalam
m2)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Panjang retak untuk kerusakan kecil atau luas (mm)
 Luas kerusakan yang diperbaiki (retak yang lebar)
 Nama pengamat

i. Kerusakan kegemukan aspal

Pemeliharaan Jalan 23
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Kegemukan aspal pada perkerasan yang beraspal (No.119)
 Kegemukan aspal pada bahu jalan yang beraspal (No. 215)

iii. Kriteria pengukuran


 Kegemukan aspal dapat diartikan sebagai pergerakan keatas dari
bitumen yang berlebihan dibawah permukaan jalan pada jalur lalu-lintas.

(Kegemukan aspal dapat diartikan sebagai pergerakan keatas dari bitumen yang
berlebihan dibawah permukaan jalan pada jalur lalulintas)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas daerah kegemukan aspal P (m) x L (m)
 Catatan jika kerusakan terjadi pada tikungan atau daerah
pemberhentian
 Nama pengamat

j. Kerusakan terkelupas

Pemeliharaan Jalan 24
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Pengelupasan pada perkerasan yang beraspal (No.120)
 Pengelupasan pada bahu jalan yang beraspal (No. 216)

iii. Kriteria pengukuran


 Pengelupasan dapat diartikan sebagai kehilangan agregat dari lapisan
permukaan sehingga terjadi kekurangan dalam ikatan.Pengamat harus
mengukur luas daerah kerusakan dalam m2.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Catatan jika kerusakan setempat atau meluas
 Catatan jika kerusakan > 20% dari panjang jalan
 Nama pengamat

PERKERASAN JALAN BETON

a. Kerusakan pengisi celah sambungan

Pemeliharaan Jalan 25
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Kerusakan pengisi celah sambungan pada perkerasan kaku (No.151)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila ada jarak antara plat beton sehingga air dapat masuk ke lapisan
pondasi.
 Pengamat harus mengukur panjang sambungan terbuka

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Panjang sambungan terbuka (m)
 Nama pengamat

b. Kerusakan penurunan slab pada sambungan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Penurunan slab pada sambungan perkerasan kaku (No.152)

Pemeliharaan Jalan 26
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila sambungan plat beton tidak sama tinggi akibat terjadi penurunan
atau pengembangan material pondasi.
 Pengamat harus mengukur panjang dari sambungan yang tidak segaris
(m) dan perbedaan tingginya (m)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan.
 Panjang dari penurunan sambungan (m).
 Catatan pada kolom keterangan kedalaman dari penurunan sambungan .
 Nama pengamat

c. Kerusakan slab pecah mengelupas pada sambungan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Slab pecah/mengelupas pada sambungan perkerasan kaku (No.153)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila slab beton pecah / mengelupas pada sambungan yang tulangannya
terlihat

Pemeliharaan Jalan 27
Survey Pemeliharaan Jalan

 Pengamat harus mengukur panjang dari slab yang pecah/mengelupas


pada sambungan (m)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas lubang P (m) x L (m)
 Panjang sambungan yang pecah
 Nama pengamat

BAHU JALAN (TIDAK BERASPAL)

a. Kerusakan retak setempat

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Retak setempat pada bahu jalan tidak beraspal (No.231)
 Retak setempat pada bahu jalan tanah (No. 251)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila retak buaya atau retak garis terlihat di bahu jalan meskipun
kerusakan hanya setempat saja, maka pengamat harus mengukur luas
daerah kerusakan dalam m2 dan dicatat sebagai kerusakan setempat.

Pemeliharaan Jalan 28
Survey Pemeliharaan Jalan

 Bila retak buaya atau garis terlihat di bahu jalan meskipun kerusakan
menerus lebih besar dari 100 m, maka pengamat harus mengukur luas
daerah kerusakan dalam m2 dan dicatat sebagai kerusakan meluas

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Catatan bahwa kerusakan ini setempat atau meluas
 Luas kerusakan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

b. Kerusakan permukaan lepas

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Permukaan lepas pada bahu jalan dari tanah (No.252)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila permukaan terlepas dan tidak stabil karena tidak adanya bahan
pengikat, maka pengamat harus mengukur luas daerah kerusakan.

Pemeliharaan Jalan 29
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas kerusakan P (m) x L (m)
 Nama pengamat

c. Kerusakan rumput yang panjang

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Rumput yang panjang di bahu jalan tidak beraspal (No.253)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rumput atau pohon kecil menghalangi pemakai bahu jalan atau
menutupi jarak pandang pemakai lalu-lintas. Pengamat harus mengukur
luas daerah gangguan tersebut.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Ketinggian rumput (mm)
 Luas daerah berumput P (m) x L (m)
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 30
Survey Pemeliharaan Jalan

2. METODE SURVAI DRAINASE


Metode survai drainase ini dimaksudkan untuk jenis drainase/saluran terbuka yang
meliputi drainase tidak diperkeras, diperkeras, kemudian gorong-gorong dan saluran
air. Dalam pelaksanaannya pengamat harus memahami peralatan yang dibutuhkan
serta bagian kerusakan yang harus diukur serta kriteria pengukurannya. Jenis
kerusakan antara lain: pendangkalan untuk drainase/saluran terbuka), tumbuh -
tumbuhan pada saluran terbuka, gorong-gorong yang tersumbat, kerusakan gorong-
gorong, kerusakan kepala gorong-gorong, timbunan sampah pada saluran, dan
penggerusan pada saluran.
Sama dengan survai perkerasan jalan yaitu diperlukan adanya pencatatan data
meliputi nama propinsi, nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang
disurvai, tanggal survai, cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional
(N), Propinsi (P) atau Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA
kiri atau kanan, kode kerusakan, dimensi kerusakan misalnya kedalaman maximum
(mm) dari kerusakan tersebut, Luas dari bentuk kerusakan P (m) x L (m), serta nama
petugas yang survai atau nama pengamat.

DRAINASE/SALURAN TERBUKA (TIDAK DIPERKERAS/DIPERKERAS)

a. Kerusakan pendangkalan

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur

Pemeliharaan Jalan 31
Survey Pemeliharaan Jalan

 Pendangkalan pada drainase terbuka yang tidak diperkeras (No.411)


 Pendangkalan pada drainase terbuka yang diperkeras (No.431)
 Pendangkalan pada saluran terbuka (No.492)

iii. Kriteria pengukuran


 Jika drainase atau saluran terbuka tidak efektif fungsinya maka lumpur
dan pasir pada dasarnya saluran harus diangkat. Pendangkalan
mengakibatkan luas saluran (m2) berkurang sehingga mengurangi
kapasitas drainase. Pengamat harus mengukur luas pendangkalan (m2)
dan memperkirakan kedalaman lumpur yang berada diatas batas normal.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Kedalaman rata-rata kerusakan
 Luas pendangkalan P (m) x L (m)
 Volume pendangkalan
 Nama pengamat

b. Kerusakan tumbuhan pada saluran terbuka

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Tumbuh-tumbuhan pada saluran terbuka (No. 413)

Pemeliharaan Jalan 32
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila ada pohon kecil (pohon tumbuh), semak belukar atau rumput yang
tumbuh tinggi didaerah drainase yang dapat menahan sampah sehingga
menghalangi aliran air. Pengamat harus mengukur panjang dari semak
tersebut (m)

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas daerah semak P (m) x L (m)
 Nama pengamat

GORONG-GORONG
a. Kerusakan gorong-gorong yang tersumbat

i. Peralatan
Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur gorong-gorong yang tersumbat.
Pengamat harus memperkirakan kerusakan hanya berdasarkan pada perkiraan
secara visual saja.

ii. Bagian yang diukur secara visual


 Gorong-gorong yang tersumbat (No. 471)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila lumpur, pasir, sampah menyumbat seluruhnya, atau menyumbat
sebagian gorong-gorong sehingga mengurangi kapasitas pengaliran
gorong-gorong. Pengamat harus mengukur jumlah efektif gorong-

Pemeliharaan Jalan 33
Survey Pemeliharaan Jalan

gorong yang tersumbat tersebut.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah gorong-gorong yang tersumbat
 Nama pengamat

b. Kerusakan gorong-gorong

i. Peralatan
Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur kerusakan kondtruksi gorong-
gorong . Pengamat harus memperkirakan kerusakan hanya berdasarkan pada
perkiraan secara visual saja.

ii. Bagian yang diukur secara visual


 Kerusakan gorong-gorong (No. 472)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila sambungan antara bagian gorong-gorong retak atau pecah
 Bila konstruksi gorong-gorong rusak pada saluran masuk, saluran keluar
dan dasar saluran

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah gorong-gorong yang rusak
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 34
Survey Pemeliharaan Jalan

c. Kerusakan kepala gorong-gorong

i. Peralatan
Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur kerusakan kepala gorong-gorong.
Pengamat harus memperkirakan kerusakan hanya berdasarkan pada perkiraan
secara visual saja.

ii. Bagian yang diukur secara visual


 Kerusakan kepala gorong-gorong (No. 473)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila tulangan beton pada kepala gorong-gorong dan penahan
perkerasan jalan menjadi retak atau pecah
 Bila ada kerusakan kepala gorong-gorong

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah kepala gorong-gorong yang rusak
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 35
Survey Pemeliharaan Jalan

SALURAN AIR

a. Timbunan sampah pada saluran

i. Peralatan
Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur kerusakan yang disebabkan oleh
timbunan sampah pada saluran. Pengamat harus memperkirakan kerusakan
hanya berdasarkan pada perkiraan secara visual saja.

ii. Bagian yang diukur secara visual


 Timbunan sampah pada saluran (No. 491)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila sampah tersangkut pada dasar aliran atau saluran karena suatu
rintangan maka akan mengurangi kapasitas saluran untuk mengalirkan
air. Pengamat harus mengkategorikan apakah kerusakan itu besar atau
kecil.
 Kategori besar > 20% dari luas penampang efektif gorong-gorong
 Kategori kecil < 20% dari luas penampang efektif gorong-gorong

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas daerah yang tertimbun sampah
 Catat kapan kerusakan itu besar atau kecil
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 36
Survey Pemeliharaan Jalan

b. Penggerusan pada saluran

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Penggerusan pada saluran (No. 493)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila dasar dari saluran tergerus oleh arus turbulen, biasanya pada outlet
bangunan drainase. Pengamat harus mengukur luas efektif dan
kedalaman dari penggerusan harus dapat diperkirakan kemana air
mengalir keluar dari bangunan drainase.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Volume material yang tergerus
 Cari lokasi penggerusan (aliran keluar dari bangunan drainase)
 Nama pengamat

3. METODE SURVAI UNTUK LERENG PADA GALIAN/TIMBUNAN

Stabilitas badan jalan, baik pada daerah timbunan maupun galian sangat penting
dalam memelihara kekuatan struktur perkerasan jalan, oleh sebab itu metode survai
untuk lereng pada galian dan timbunan sangat diperlukan. Jenis kerusakan yang
terjadi umumnya antara lain: erosi/pengikisan talud, rembesan air pada talud, retak

Pemeliharaan Jalan 37
Survey Pemeliharaan Jalan

pada lereng dengan pasangan batu, ambles pada lereng dengan pasangan batu,
rumput panjang pada talud/lereng dan kehilangan batu pada lereng.
Tentu saja pada pelaksanaan survai diperlukan adanya pencatatan data yang meliputi
nama propinsi, nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang disurvai,
tanggal survai, cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional (N),
Propinsi (P) atau Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA kiri
atau kanan, kode kerusakan, dimensi kerusakan misalnya luas timbunan kotoran,
panjang pagar/railing yang pudar dan luas kerusakan oprit, serta nama petugas yang
survai atau nama pengamat.

TALUD TIPE KERIKIL

a. Erosi atau pengikisan talud

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Erosi atau pengikisan talud (No. 611)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila talud telah terkikis oleh aliran air permukaan (air hujan) dari jalan
dan bahu jalan.
 Jika talud terkikis oleh aliran air permukaan (air hujan) dari daerah sisi
luar perbukitan, karena tidak ada drainase penampungan.
 Kerusakan besar > 20 m2, kerusakan kecil < 20 m2

Pemeliharaan Jalan 38
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas lereng yang tergerus
 Catat kapan kerusakan besar atau kecil
 Nama pengamat

b. Rembesan air pada talud

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Rembesan air pada talud (No. 612)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila permukaan air tinggi dan rembesan air keluar dari lereng.
 Ini menunjukkan perlunya drainase bawah permukaan.

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas efektif lereng
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 39
Survey Pemeliharaan Jalan

TALUD TIPE PASANGAN BATU

a. Retak pada lereng dengan pasangan batu

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Retak pada lereng dengan pasangan batu (No. 621)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila terlihat retak pada lereng dengan pasangan batu, khususnya pada
daerah terjunan air di sungai atau anak sungai.
 Bila kerusakan terjadi akibat batuan yang terangkat atau timbunan
menjadi jenuh air

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Panjang retak
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 40
Survey Pemeliharaan Jalan

b. Ambles pada talud/lereng dengan pasangan batu

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Ambles pada lereng dengan pasangan batu (No. 622)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila lereng dengan pasangan batu telah amblas sehingga timbunan
turun.
 Pengamat harus mengukur daerah yang bersangkutan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Maksimum kedalaman lendutan
 Luas kerusakan L (m) x P (m)
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 41
Survey Pemeliharaan Jalan

TALUD TIPE RUMPUT

a. Rumput panjang pada talud/lereng

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara

ii. Bagian yang diukur


 Rumput pada talud/lereng (No. 631)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rumput telah panjang pada talud
 Pohon kecil tumbuh dan berkembang pada talud .
 Sehingga talud terlihat tidak rapih (terutama didaerah perkotaan)
 Pengamat harus mengukur daerah yang bersangkutan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas daerah rerumputan L (m) x P (m)
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 42
Survey Pemeliharaan Jalan

TALUD TIPE RIPRAP

a. Kehilangan batu pada lereng

i. Peralatan
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Kehilangan batu pada lereng (No. 641)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila timbunan terbuka karena lepasnya batuan pada lereng
 Pengamat harus mengukur daerah yang bersangkutan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas kerusakan L (m) x P (m)
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 43
Survey Pemeliharaan Jalan

4. METODE SURVAI BANGUNAN PELENGKAP JALAN / JEMBATAN &


GORONG-GORONG

Jenis kerusakan pada jembatan dan gorong-gorong antara lain; dek berpasir, pagar
yang pudar dan penurunan oprit dan lain-lain. Metode perbaikannya yaitu pembersihan,
pengecatan serta perataan oprit. Pengamat harus memahami peralatan yang
dibutuhkan serta bagian kerusakan yang harus diukur serta kriteria pengukurannya.
Seperti juga pada survai lainnya, diperlukan adanya pencatatan data yang meliputi
nama propinsi, nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang disurvai,
tanggal survai, cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional (N),
Propinsi (P) atau Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA kiri
atau kanan, kode kerusakan, dimensi kerusakan misalnya panjang keretakan, luas
daerah kerusakan serta nama petugas yang survai atau nama pengamat.

JEMBATAN & GORONG-GORONG

a. Dek berpasir

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Kotoran pada lantai kendaraan jembatan (No. 811)
 Kotoran pada lantai kendaran gorong-gorong (No. 821)

Pemeliharaan Jalan 44
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Bila kotoran atau lumpur menumpuk di atas lantai kendaraan
jembatan/gorong-gorong maka akan menghalangi alira air
 Pengamat harus mengukur luas daerah yang terkena

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas timbunan kotoran
 Nama pengamat

b. Pagar yang pudar

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Pagar/Railing jembatan yang memudar (No. 812)
 Pagar/Railing gorong-gorong yang memudar (No. 821)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila cat yang digunakan pada pagar/railing telah memudar atau rusak
karena sinar matahari
 Pengamat harus mengukur panjang pagar/railing yang terkena
kerusakan

Pemeliharaan Jalan 45
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Panjang pagar/railing yang pudar
 Nama pengamat

c. Penurunan oprit

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Penurunan oprit di jembatan (No. 813)
 Penurunan oprit di gorong-gorong (No. 823)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila penurunan pada oprit jembatan atau gorong-gorong karena beban
kejut kendaraan pada permukaan slab
 Pengamat harus mengukur luas daerah terkena kerusakan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas kerusakan L (m) x P (m)
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 46
Survey Pemeliharaan Jalan

5. METODE SURVAI PERLENGKAPAN JALAN DAN MARKA JALAN

Perlengkapan jalan dan marka jalan merupakan hal yang penting karena terutama
digunakan untuk keamanan jalan dan kemudahan berlalu-lintas, oleh sebab itu
perlengkapan jalan dan marka jalan harus jelas terlihat oleh pengguna jalan.
Perlengkapan jalan umumnya terdiri dari patok KM, HM dan rambu dan jenis
kerusakannya antara lain; patok rusak, patok hilang dan patok terhalang/tidak terlihat,
perubahan letak rambu, rambu cacat, rambu rusak, rambu hilang dan tiang rambu
hilang/bengkok. Sedangkan marka jalan jenis kerusakannya biasanya adalah marka
pudar dan marka jalan yang salah.
Umumnya tidak diperlukan peralatan pada jenis survai ini tetapi pengamat harus
mampu memperkirakan kerusakan secara visual dan juga diperlukan pencatatan data
meliputi nama propinsi, nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang
disurvai, tanggal survai, cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional
(N), Propinsi (P) atau Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA
kiri atau kanan, kode kerusakan, jumlah patok KM, HM yang rusak, hilang, terhalang,
jumlah rambu yang berubah letak, cacat, rusak, hilang, luas marka jalan yang pudar
dan yang salah dsb.

PATOK KM, HM

a. Kerusakan patok KM, HM

Pemeliharaan Jalan 47
Survey Pemeliharaan Jalan

i. Peralatan
 Tidak perlu peralatan untuk mengukur patok yang rusak, pengamat
harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Kerusakan pada patok KM, HM (No. 511)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila beton pada patok KM, HM telah rusak atau hancur sehingga
fungsinya terganggu

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah patok KM, HM yang rusak
 Nama pengamat

b. Patok KM, HM yang hilang

i. Peralatan
 Odometer kendaraan

ii. Bagian yang diukur


 Patok KM, HM yang hilang (No. 512)

Pemeliharaan Jalan 48
Survey Pemeliharaan Jalan

iii. Kriteria pengukuran


 Pengamat harus mengendarai kendaraannya sepanjang ruas jalan yang
disurvai dan mengecheck pembacaan Odometer setiap patok KM, HM.
 Jika terjadi perbedaan antar pos kira-kira sama (misalnya 5 km) maka
tidak terjadi kerusakan no. 512. Jika sebaliknya, dicatat lokasi patok
yang hilang

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah patok KM, HM yang hilang
 Nama pengamat

c. Patok KM, HM yang terhalang

i. Peralatan
 Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur patok yang terhalang,
pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Patok KM, HM yang terhalang (No. 513)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila terdapat rumput, pohon kecil dan lainnya yang menghalangi
pandangan pengemudi untuk melihat patok KM, HM.

Pemeliharaan Jalan 49
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah patok KM, HM yang terhalang
 Nama pengamat

RAMBU

a. Perubahan letak rambu lalu-lintas

i. Peralatan
 Tidak perlu peralatan untuk mengukur perubahan letak rambu lalu-lintas,
pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Perubahan letak rambu lalu-lintas (No. 521)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rambu jalan tidak tegak lurus pada arah lalu-lintas yang datang dan
tidak dapat dilihat dengan jelas.
 Bila rambu jalan tidak terpasang dengan baik pada tiangnya.

Pemeliharaan Jalan 50
Survey Pemeliharaan Jalan

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah rambu yang berubah
 Nama pengamat

b. Rambu yang cacat

i. Peralatan
 Tidak perlu peralatan untuk mengukur kerusakan rambu yang cacat,
pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Rambu yang cacat (No. 522)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rambu jalan telah tertutup oleh lumpur, oli, tanah atau kotoran
lainnya sehingga menjadi sulit untuk dilihat, khususnya pada malam hari
karena kehilangan kemampuan refleksinya

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah rambu yang cacat
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 51
Survey Pemeliharaan Jalan

c. Rambu yang rusak

i. Peralatan
 Tidak perlu peralatan untuk mengukur kerusakan rambu yang rusak,
pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Rambu yang rusak (No. 523)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rambu telah rusak sehingga sulit untuk dilihat, khususnya pada
malam hari karena kehilangan kemampuan refleksinya

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah rambu yang rusak
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 52
Survey Pemeliharaan Jalan

d. Rambu yang hilang

i. Peralatan
 Tidak perlu peralatan untuk mengukur rambu untuk mengukur rambu
yang hilang, pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Rambu yang hilang (No. 524)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila rambu telah hilang atau pindah dari tempatnya
 Bila seharusnya ada tanda peringatan tapi tidak ada

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah rambu yang hilang
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 53
Survey Pemeliharaan Jalan

e. Tiang rambu yang hilang atau rusak

i. Peralatan
 Tidak diperlukan peralatan untuk mengukur patok yang hilang atau
rusak, pengamat harus memperkirakan kerusakan secara visual

ii. Bagian yang diukur


 Tiang rambu yang hilang atau rusak (No. 525)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila tiang rambu bengkok/rusak
 Bila tiang rambu hilang

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Jumlah rambu yang hilang/rusak
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 54
Survey Pemeliharaan Jalan

MARKA JALAN

a. Marka jalan yang pudar

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Marka jalan yang pudar atau tidak terlihat (No. 531)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila marka jalan telah memudar atau tidak terlihat oleh pengguna lalu-
lintas karena telah hilang kemampuan refleksinya

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas marka jalan yang pudar
 Nama pengamat

Pemeliharaan Jalan 55
Survey Pemeliharaan Jalan

b. Marka jalan yang salah

i. Peralatan
 Rambu lalu-lintas sementara
 Pita ukur (2 meter)

ii. Bagian yang diukur


 Marka jalan yang salah (No. 532)

iii. Kriteria pengukuran


 Bila marka petunjuk jalan tidak memberikan tanda petunjuk yang benar
 Bila jalur marka salah penempatannya

iv. Data yang harus dicatat (pada Form RM 1), antara lain :
 Kode kerusakan
 Luas marka jalan yang salah
 Nama pengamat

6. METODE SURVAI KESELAMATAN LALU-LINTAS

Adalah penting untuk memperkecil terjadinya kecelakaan lalu-lintas, adapun bagian


jalan yang mempengaruhi keselamatan lalu-lintas adalah perkerasan jalan, bahu jalan,
drainase, lereng/talud, bangunan pelengkap jalan dan gorong-gorong serta
perlengkapan jalan dan marka jalan yang terdapat pada ruang manfaat jalan/potongan
melintang jalan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Selain itu harus diperhatikan juga adalah aspek geometrik jalan yang sangat

Pemeliharaan Jalan 56
Survey Pemeliharaan Jalan

mempengaruhi keselamatan lalu-lintas, yang meliputi, alinyemen horizontal jalan,


alinyemen vertikal jalan, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu-
lintas :

a. Pada alinyemen horizontal jalan, umumnya adalah :


 Tikungan
 Jarak pandang

b. Pada alinyemen vertikal jalan, adalah :


 Kelandaian jalan (landai minimum, landai maksimum, panjang kritis
kelandaian)
 Jalur pendakian
 Lengkung vertikal

Oleh sebab itu pengamat harus memahami peralatan (misalnya theodolit, pita ukur,
rambu sementara) yang dibutuhkan serta bagian kerusakan atau ketidaksesuaian
yang harus diukur serta kriteria pengukurannya.
Seperti juga pada survai lainnya, diperlukan adanya pencatatan data yang meliputi
nama propinsi, nama Balai atau Dinas PU setempat, no dan ruas jalan yang disurvai,
tanggal survai, cuaca yang terjadi saat survai, status jalan apakah Nasional (N),
Propinsi (P) atau Kabupaten (K), Bagian/segmen (km....) dari jalan tersebut, STA kiri
atau kanan, kode kerusakan, jenis dan dimensi kerusakan, serta nama pengamat.

Pemeliharaan Jalan 57
Survey Pemeliharaan Jalan

BAB IV
PERKIRAAN KUANTITAS DAN
PENETAPAN PENANGANAN JALAN

4.1. PENYUSUNAN PERKIRAAN KUANTITAS

Setelah dilakukan survai lapangan, maka kegiatan berikutnya adalah penyusunan


perkiraan kuantitas, yang selanjutnya akan dipakai untuk penyusunan Rencana
Anggaran Biaya (RAB).
Sebelum melakukan penyusunan perkiraan kuantitas tersebut, perlu dilakukan validasi
dan analisis terhadap data lapangan yang telah didapat.
Tujuan dari validasi adalah untuk mengkaji apakah data yang dikumpulkan tersebut
benar dan menggambarkan kondisi jalan yang ada saat survai. Sedangkan analisis
dimaksudkan untuk melakukan analisis dan prediksi laju kerusakan jalan. Perhitungan
perkiraan kuantitas dilakukan berdasarkan hasil analisis data survai lapangan tersebut.

Dalam penyusunan perkiraan kuantitas untuk setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan
selama 1 (satu) tahun anggaran, diperlukan kemampuan membuat perkiraan
berdasarkan data tahun yang lalu dengan asumsi sebagai berikut :

 Pelaksanaan pekerjaan secara terus menerus selama satu tahun,


 Survai kerusakan dilakukan 4 (empat) kali dalam satu tahun
 Adanya musim hujan di bualan September, Oktober, November dan Desember
yang tentu mempengaruhi laju kerusakan jalan.

Cara membuat perkiraan kuantitas adalah sebagai berikut :

a. Pemeilharaan permukaan/perkerasan jalan

Kuantitas pekerjaan pemeliharaan permukaan/perkerasan jalan selama satu tahun


tidak cukup diperoleh dari hasil survai pada periode tertentu, karena kondisi
permukaan/perkerasan jalan akan menurun sesuai waktu.

Pemeliharaan Jalan 58
Survey Pemeliharaan Jalan

Oleh karena itu perkiraan pekerjaan ini didasarkan atas pengalaman tahun lalu
atau perkiraan dari prosentase kerusakan seluruh luas permukaan jalan sesuai
umur rencana jalan tersebut.

b. Pemeliharaan bahu jalan


Kuantitas pekerjaan pemeliharaan bahu jalan diprediksi sama dengan point a)
diatas.

c. Pemeliharaan trotoar
Perkiraan kuantitas pekerjaan pemeliharaan trotoar didasarkan hasil survai
lapangan, menurut luas trotoar yang rusak.

d. Pemeliharaan drainase
Perkiraan kuantitas pemeliharaan drainase didasarkan pada hasil survai lapangan
yang dilaksanakan sepanjang drainase yang ada di lapangan.

e. Pemeliharaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan


Perkiraan kuantitas pemeliharaannya berdasarkan hasil survai lapangan dan sesuai
kerusakan atau ada bagian pekerjaan yang diganti.

f. Pemeliharaan talud
Perkiraan kuantitas pemeliharaan talud berdasarkan hasil survai lapangan, yaitu
volume kerusakan-kerusakan yang perlu diperbaiki.

g. Pemeliharaan darurat
Perkiraan kuantitas pemeliharaan darurat didasarkan pengalaman tahun yang lalu,
seperti volume tanah longsor dan lain-lain.

h. Pemeliharaan struktur
Perkiraan kuantitas pemeliharaan struktur didasarkan hasil survai pada jembatan
dan perkiraan berdasarkan pengalaman untuk gorong-gorong
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 3 yang memperlihatkan perkiraan
kuantitas pekerjaan berdasarkan hasil survai lapangan dan perkiraan berdasarkan
pengalaman.

Pemeliharaan Jalan 59
Survey Pemeliharaan Jalan

4.2. PENETAPAN PENANGANAN JALAN

1. Kondisi jalan

a. Jalan Nasional dan Propinsi


 Jalan dengan kondisi baik adalah jalan dengan permukaan pekerasan yang
benar-benar rata, tidak ada gelombang, dan tidak ada kerusakan permukaan
 Jalan dengan kondisi sedang adalah jalan dengan kerataan permukaan
perkerasan sedang (IRI=6 m/km), mulai ada gelombang tetapi tidak ada
kerusakan
 Jalan dengan kondisi rusak ringan adalah jalan dengan permukaan
perkerasan sudah mulai bergelombang (IRI=12 m/km), mulai ada kerusakan
permukaan dan penambalan (kurang dari 20% dari luas jalan yang ditinjau)
 Jalan dengan kondisi rusak berat adalah jalan dengan permukaan
perkerasan sudah banyak kerusakan seperti bergelombang, retak-retak buaya,
dan terkelupas yang cukup besar (20-60% dari luas jalan yang ditinjau),
disertai dengan kerusakan lapis pondasi seperti ambles, sungkur, dsb.

b. Jalan Kabupaten
 Jalan dengan kondisi baik adalah jalan dengan permukaan pekerasan baik
sampai dengan (IRI=1,7 m/km), dan tidak ada kerusakan permukaan
 Jalan dengan kondisi rusak sedang adalah jalan dengan permukaan
perkerasan mulai bergelombang (IRI=12 m/km), dan sudah ada sedikit
kerusakan permukaan dan penambalan (kurang dari 20% dari luas jalan yang
ditinjau)
 Jalan dengan kondisi rusak ringan adalah jalan dengan permukaan
perkerasan bergelombang, yang sudah mulai mengganggu kenyamanan
berkendaraan(kendaraan standar jenis Kijang) dan kerusakan permukaan 20-
60% dari luas jalan yang ditinjau.
 Jalan dengan kondisi rusak berat adalah jalan dengan kerusakan permukaan
berupa lobang-lobang yang disertai dengan kerusakan lapis pondasi dan lapis-
lapis lain sibawahnya seperti lobang-lobang yang dalam, ambles, sungkur, dsb
ayng cukup besar (lebih dari 60% dari luas jalan yang ditinjau)..

Pemeliharaan Jalan 60
Survey Pemeliharaan Jalan

2. Kondisi pelayanan jalan (tingkat kemantapan)

a. Jalan dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan


umur rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu standar
tertentu. Termasuk ke dalam kondisi pelayanan mantap adalah jalan-jalan
dengan kondisi baik dan sedang
b. Jalan dengan kondisi pelayanan tidak mantap adalah ruas-ruas jalan yang
dalam kenyataan sehari-hari masih berfungsi melayani lalu-lintas, tetapi todak
dapat diperhitungkan umur rencananya serta tidak mengikuti standar tertentu.
Termasuk ke dalam kondisi pelayanan tidak mantap adalah jalan-jalan dengan
kondisi rusak ringan.
c. Jalan dengan kondisi pelayanan kritis adalah ruas-ruas jalan sudah tidak
dapat lagi berfungsi melayani lalu-lintas, atau dalam keadaan putus. Termasuk
ke dalam kondisi pelayanan kritis adalah jalan-jalan dengan kondisi rusak berat.

Catatan :
 Nilai konstruksi jalan (Serviceability Index) dapat dinyatakan dengan RCI (Road
Condition Index) atau IRI (International Rouhgness Index).
 Umur pelayanan jalan dapat dinyatakan dengan satuan waktu (tahun) atau
satuan lalu-lintas (ESA’s)
 Batas kemantapan jalan adalah saat di mana pembina jalan harus melakukan
suatu tindakan penanganan jalan, karena kalau tidak, maka jalan akan
memasuki tingkat pelayanan kritis yang berarti jalan tidak lagi dapat melayani
lalu-lintas.

.3. Penyusunan Program Penanganan

Program/kegiatan penanganan jalan ditentukan oleh tingkat kerusakan jalan.

Klasifikasi program/kegiatan penanganan, yaitu:

 Pemeliharaan Rutin (PR) berupa penanganan terhadap ruas jalan yang


kondisi baik atau mantap, dengan maksud menjaga agar jalan tetap pada
kondisi baik.

Pemeliharaan Jalan 61
Survey Pemeliharaan Jalan

 Pemeliharaan Berkala (PM), berupa penanganan terhadap ruas jalan


dengan kondisi sedang dan rusak, dengan maksud agar dapat tetap
bertahan sesuai umur rencana,

 Peningkatan Jalan (PK), berupa penanganan terhadap ruas dengan kondisi


rusak berat, dengan maksud untuk meningkatkan jalan, yang sudah habis
umur rencana, atau diperlukan pelebaran jalan karena adanya peningkatan
volume lalu lintas.

Selain menggunakan kriteria seperti yang telah disebutkan pada point 1. Kondisi Jalan
diatas, maka dapat juga digunakan acuan dari SK. No 77/KPTS/Db/1990 sebagai cara
untuk menetapkan program penanganan jalan, berdasarkan klasifikasi kondisi jalan
hasil survey sebagai berikut :

 Baik , dengan kerusakan jalan < 11 % terhadap luas jalan.

 Sedang , dengan kerusakan jalan 11 -<16 % terhadap luas jalan

 Rusak Ringan , dengan kerusakan jalan 16 – 23 % terhadap luas jalan

 Rusak Berat , dengan kerusakan jalan > 23 % terhadap luas jalan

Korelasi antara tingkat kerusakan jalan dengan program/kegiatan penanganan


dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Pemeliharaan Jalan 62
Survey Pemeliharaan Jalan

Tabel 4.1 Korelasi Kondisi kerusakan jalan (%) dengan Program/Kegiatan


Penanganan

Kondisi % luas Jenis Pekerjaan Penanganan


Ruas kerusaka
n

Baik <11 Hanya pemeliharaan rutin ringan PR


Sedang 11 - <16 Pemeliharaan rutin berat /pengaspalan untuk PM
pencegahan kerusakan
Rusak 16 - 23 Rehabilitasi atau pekerjaan penyangga PM
ringan
Rusak > 23 Rekonstruksi/dibangun kembali atau PK
berat rehabilitasi berat

Keterangan
o PR = Pemeliharaan Rutin; PM = Periodic Maintenance (Pemeliharaan
Berkala); PK = Peningkatan
o Mengacu SK. No 77/KPTS/Db/1990. , tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan dan Pemrograman Jalan Kabupaten

Penyusunan Program Penanganan Ruas, pertama kali dilakukan penilaiannya


menurut segmen setiap 100 m, selanjutnya menjadi penilaian per ruas, tahapan
dilakukan sbb :

Penentuan persentase kerusakan ruas jalan, ruas jalan yang akan disurvai dibagi
menjadi segmen yang berjarak 100 meter, dengan menggunakan Format S1
/Survey yaitu “Survai Penjajagan Kondisi Jalan” dalam SK. No 77/KPTS/Db/1990.
(lihat Lampiran), yang antara lain berisi :

o No Ruas, segmen,

o Jenis Permukaan Jalan,

o Kondisi jalan, dan lain-lain

Pemeliharaan Jalan 63
Survey Pemeliharaan Jalan

Hasil penilaian kondisi jalan menurut segmen dari Form S1, serta tabel Korelasi
Kondisi kerusakan jalan (dalam persentase) dengan program/kegiatan Penanganan
tersebut di atas, kemudian dapat dilakukan pengisian Form S1-A yaitu “Penentuan
program/kegiatan penanganan per ruas” (lihat Lampiran).

Program/kegiatan penanganan suatu ruas jalan ditentukan oleh segmen terbanyak


menurut masing-masing program penanganan (PR, PM, PK), contoh perhitungan
dapat dilihat dalam tabel contoh perhitungan Form S1.

Penanganan jalan melalui kegiatan peningkatan maupun pemeliharaan jalan, untuk


suatu ruas jalan terdiri dari panjang efektif dan panjang fungsional. Target efektif
penanganan pekerjaan peningkatan jalan dan pekerjaan pemeliharaan jalan adalah
sebesar persentase kerusakan.

Khusus untuk pekerjaan peningkatan, biasanya panjang efektif yang ditangani


cukup panjang dan membutuhkan anggaran yang cukup besar, diharapkan pada
tahun berikutnya menjadi prioritas penanganan apabila tidak dapat diselesaikan
pada satu tahun anggaran. Segmen jalan diluar panjang efektif yaitu panjang
fungsional baik pada kegiatan pemeliharaan berkala maupun kegiatan peningkatan
tetap dipelihara dengan pemeliharaan rutin (PR), menjaga agar ruas jalan tetap
berfungsi.

Pemeliharaan Jalan 64
Survey Pemeliharaan Jalan

LAMPIRAN - A

DAFTAR KEGIATAN PEMELIHARAAN RUTIN


KERUSAKAN DAN METODE PERBAIKAN
(VERSI RMMS)

Pemeliharaan Jalan 65
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 66
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 67
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 68
Survey Pemeliharaan Jalan

LAMPIRAN - B

FORM RM 1
SURVAI PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
CATATAN KONDISI DAN HASIL
PENGUKURAN

(VERSI RMMS)

Pemeliharaan Jalan 69
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 70
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 71
Survey Pemeliharaan Jalan

LAMPIRAN - C

FORM S1
SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN

(VERSI SK 77)

Pemeliharaan Jalan 72
Survey Pemeliharaan Jalan

FORM S1
SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN

KABUPATEN DISURVAI OLEH : FAKTOR


PENYESUAI
TANGGAL TIPE KENDARAAN : ODOMETER
NO. RUAS

NAMA RUAS KM. ODOM


PANGKAL RUAS UJUNG RUAS

KM. YSD
TITIK PENGENAL UJUNG RUAS (YANG SUDAH
HAL DARI DISESUAIKAN)

PERMUKAAN Dra Lbng Lgok Retak Alur Bahu Kmrg


KM JALAN IKHTISAR SITUASI JALAN ina- B C D E L K
ANGKA KM ODOM PENILAIAN
YSD Ti- Kon. Lbar Odometer se Lbng Lmbk Erosi Alur Glbg Kmrg
pe A (m) M F G H I J K

.9

.8

.7

.6

.5

.4

.3

.2

.1

.0

.9

.8

.7

.6

.5

.4

.3

.2

.1

.0
AWAL TIPE PERMUKAAN
ODOM A: Aspal B: Batu KERUSAKAN PERMUKAAN : % LUAS
KONDISI PERMUKAAN
B: Beton ... / …. TIPE 1 2 3 4
K: Kerikil T: Tanah KERUSAKAN BAIK SDNG RUSAK RS.BRT
B: Baik S: Sedang R: Rusak RB: Rusak Berat TITIK PENGENAL PANGKAL RUAS BERASPAL
B Lubang-lubang 0-1 1-5 5 - 15 > 15
C Legokan 0-5 5 - 10 10 - 50 > 50
D Retak-retak 0-3 3 - 12 12 - 25 > 25
E Alur bekas roda 0-3 3-5 5 - 25 > 25

TDK BERASPAL

F Lubang-lubang 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25


G Titik2 lembek 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25
H Erosi permukaan 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25
I Alur bekas roda 0-5 5 - 15 15 - 50 > 50
J Bergelombang 0-3 3 - 10 10 - 50 > 50

Pemeliharaan Jalan 73
Survey Pemeliharaan Jalan

CONTOH PERHITUNGAN
FORM S1. SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN

KABUPATEN : LABUHAN BATU DISURVAI OLEH : B. SYAFRUDDIN FAKTOR


PENYESUAI
TANGGAL : 10 - 10 - 1993 TIPE KENDARAAN : TOYOTA KIJANG ODOMETER
0,96

NO. RUAS 01

NAMA RUAS SIMPANG RINTIS RINTIS KM. ODOM 7,2


PANGKAL RUAS UJUNG RUAS

KM. YSD
TITIK PENGENAL UJUNG RUAS (YANG SUDAH
6,9
HAL DARI DISESUAIKAN)
36 / KD.Rintis
PERMUKAAN Dra Lbng Lgok Retak Alur Bahu Kmrg
KM JALAN IKHTISAR SITUASI JALAN ina- B C D E L K
ANGKA KM ODOM PENILAIAN
YSD Ti- Kon. Lbar Odometer se Lbng Lmbk Erosi Alur Glbg Kmrg
pe A (m) M F G H I J K

7,9 1,8 A S 3,5 5 2 55 44 44 44 24


24
.9
1 1 0 1 1 1 5
.8
5 2 4 4 4 4 23
.7
4 4 3 4 4 3 22
.6
7,5 A S 3,5 3 3 2 3 2 3 3 16
.5
4 4 4 5 3 4 24
.4
4 4 4 4 4 4 24
.3
A. Rintis 4 2 2 2 3 2 15
7,2 1,1 A S 3,5
.2 15
2 2 2 2 2 2 12
.1
6 4 5 3 3 3 24
.0
5 4 2 4 5 2 22
.9
44 55 33 33 44 44 23
23
.8
44 55 44 33 33 44 23
.7
3 3 5 5 4 3 23
.6
6,5 A S 3,5 3 5 4 4 5 3 3 24
.5
2 1 0 2 0 2 7
.4
2 2 2 2 2 2 12
.3
2 4 2 2 2 2 14
.2
2 1 2 2 2 2 11
.1
6,0 0,0 A S 3,5 31 2 3 3 2 2 2 14
.0
03
AWAL TIPE PERMUKAAN
ODOM A: Aspal B: Batu KERUSAKAN PERMUKAAN : % LUAS
KONDISI PERMUKAAN
B: Beton 31 / 03 TIPE 1 2 3 4
K: Kerikil T: Tanah KERUSAKAN BAIK SDNG RUSAK RS.BRT
B: Baik S: Sedang R: Rusak RB: Rusak Berat TITIK PENGENAL PANGKAL RUAS BERASPAL
B Lubang-lubang 0-1 1-5 5 - 15 > 15
C Legokan 0-5 5 - 10 10 - 50 > 50
D Retak-retak 0-3 3 - 12 12 - 25 > 25
E Alur bekas roda 0-3 3-5 5 - 25 > 25

TDK BERASPAL

F Lubang-lubang 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25


G Titik2 lembek 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25
H Erosi permukaan 0-3 3 - 10 10 - 25 > 25
I Alur bekas roda 0-5 5 - 15 15 - 50 > 50
J Bergelombang 0-3 3 - 10 10 - 50 > 50

Pemeliharaan Jalan 74
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 75
Survey Pemeliharaan Jalan

LAMPIRAN - D

KLASIFIKASI KONDISI JALAN,


KEMANTAPAN JALAN DAN
PENANGANAN JALAN

Pemeliharaan Jalan 76
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 77
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 78
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 79
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 80
Survey Pemeliharaan Jalan

LAMPIRAN - E

FORM S1-A
PENENTUAN PROGRAM
PENANGANAN RUAS JALAN
(VERSI SK 77)

Pemeliharaan Jalan 81
Survey Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan Jalan 82
Survey Pemeliharaan Jalan

FORM S1-A
PENENTUAN PROGRAM/KEGIATAN PENANGANAN SUATU RUAS JALAN

Propinsi :
Kabupaten :
No Ruas : 01.001
Nama Ruas : Kota 1 - Kota Kec.2
Awal Km Ruas : 21.000
Akhir Km Ruas : 22.000
Nilai Kerusakan Program Penanganan
No No Segmen Keterangan
(%) PR PM PK
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah Nilai Kerusakan (%)
Jumlah Segmen yang ditangani
Panjang segmen tiap penanganan (m)
Rata-rata Nilai Kerusakan per segmen (%)

Program/Kegiatan :
Target Efektif :

Pemeliharaan Jalan 83

Anda mungkin juga menyukai