Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah memiliki peranan penting dalam siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi,

air hujan yang jatuh mencapai tanah akan mengalami infiltrasi. Infiltrasi adalah

peristiwa dimana air bergerak melalui celah-celah dan pori-pori serta batuan yang ada

dibawah tanah yang dapat bergerak secara vertikal dan horizontal di bawah

permukaan tanah hingga ke sistem air permukaan. Tanah tidak hanya sebagai media

pertumbuhan bagi tanaman, tetapi juga sebagai media pengatur air. Kondisi tanah

menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan

tanah.

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah seperti pada proses pelapukan

mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi

pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke

akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian besar tergantung pada

kemampuan tanah menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima ke bawah.

Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi,

maka air tanah dibedakan menjadi: air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi.

19
Metode yang di gunakan dalam penentuan kadar air tanah yaitu penentauan

kadar air tanah dengan metode gravimetri atau metode volumetri, kadar air

dinyatakan dalam bentuk persen (%) berat tanah. Penetapan kadar air dalam tanah

dimaksudkan untuk mempermudah mengetahui kadar air dalam tanah agar tanah

dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

B. Tujuan

1. Menetapkan kadar air contoh tanah kering angina, kapasitas lapang dan kadar air

maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dangan

massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

20
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.

Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media

air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti

keperluan rumah tangga, pertanian, ransportasi bahkan sampai industri. Air sebagai

pelarut universal, memiliki kemampuan ntuk melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas

dari udara, fasa cair dari berbagai larutan, asa padat dan juga mikroorganisme. Oleh

karena itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut,

sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan

berbagai zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air dianggap

bersih. Air dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air,

dimana kandungan berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar

zat dalam air berbeda-beda untuk jenis air sesuai peruntukannya. Misalnya kadar zat

untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri

(Saridevi et al, 2013).

Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (Akuifer)

dibawah permukaan tanah, mengiri ruang pori batuan dan berada dibawah water

table. Akuifer merupakan suatu lapisan, formasi atau kumpulan formasi geologi yang

jenuh air yang punya kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam

jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika

21
terbentuknya cekungan air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang

dibatasi oleh batas hidrologis, tempat semua kejadian hidrologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Air menutupi hampir

71% permukaan tanah. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimia

organisme hidup, sehingga sangat esensial (Foth, 1994)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah, serta

bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang

lebih banyak dibandingkan tanah berpasir. Hal itu disebabkan karena tanah

berlempung memiliki fraksi liat yang banyak sehingga dapat menahan banyak air.

Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air di suatu tempat. Gerak

kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada gerakan ke atas maupun ke

samping dalam kedalaman solum suatu tanah, maka semakin besar kadar airnya

(Sutedjo, 1991).

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara

larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak

hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara

dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam

terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi

pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga

dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutedjo, 1991).

22
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain sebagai

berikut; botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga

porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet,

kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain sebagai

berikut; contoh kering angin.

B. Prosedur Kerja

1. Kadar Air Tanah Kering Udara

a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label lalu ditimbang (a

gram)

b. Botol timbang di isi setengah contoh tanah kering angin yang berdiameter 2

mm, ditutup dan ditimbang (b gram)

c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven dengan tutup

terbuka. Pengovenan dilakukan selama 4 jam pada suhu 105-110o C.

d. Setelah pengovenan selesai, botol timbang ditutup dengan menggunakan

tang penjepit.

23
e. Botol timbang yang tertutup dimasukkan ke eksikator selama 15 menit

kemudian dikeluarkan.

f. Botol timbang kembali ditimbang (c gram) lalu dihitung dengan

menggunakan rumus.

( )
Rumus: = ( ) 100%

2. Kadar Air Kapasitas Lapang

a. Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label, ditimbang (a gram)

b. Keranjang kuningan diletakkan dalam bejana seng

c. Contoh tanah kering angin berdiameter 2 mm dimasukkan kedalam

keranjang kuningan setinggi 2,5 cm dari batas secara merata tanpa ditekan

d. Tanah ditetesi air sebanyak 2 ml di 3 titik membentuk segitiga tanpa

bersinggungan (1 titik = 0,67 ml) kemudian bejana seng ditutup dan

diletakkan di tempat teduh selama 15 menit

e. Setelah 15 menit keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng lalu

diayak dengan hati-hati sampai tertinggal 3 gumpalan tanah lembab lalu

ditimbang (b gram) kemudian dihitung dengan rumus


2
Rumus: = (+2) 100% +

3. Kadar Air Maksimum Tanah

a. Cawan tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi label

24
b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring lalu dijenuhi air dengan

menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet,

dimasukkan ke dalam Petridis, lalu ditimbang (a gram)

c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari Petridis dan diisi contoh tanah halus

kurang lebih 13nya. Cawan diketuk perlahan sampai permukaan tanah rata.

Masukkan kembali13 tanah halus dan lakukan hal yang sama hingga penuh,

kemudian tanah diratakan dengan colet

d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batang

kayu agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus selama 12-16 jam

e. Setelah direndam, cawan tembaga porus diambil. Permukaan tanah yang

mengembang diratakan dengan colet lalu dibersihkan dengan serbet. Cawan

tembaga porus dimasukkan ke dalam cawan Petridis lalu ditimbang (b gram)

f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu

105-110o C

g. Setelah pengovenan selesai, cawan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15

menit. Setelah itu ditimbang (c gram)

h. Tanah yang ada dalam cawan porus dibuang lalu dibersihkan. Cawan tembaga

dialasi Petridis lalu ditimbang (d gram) setelah itu dihitung menggunakan

rumus:

( ) ( )
= 100%
( )

25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tanah Kering Udara


Kadar air
Botol timbang (a) + contoh (b) setelah
Ulangan tanah kering
kosong (a g) tanah (b g) dioven (c g)
udara (%)
Ka 1 22,37 29,53 28,65 14,01 %
Ka 2 28,60 35,13 34,35 13,56 %
Rata rata 13,78%

() ()
Ka1 =
()
100% Ka2 =
()
100%
(29,5328,65) (35,1334,35)
= 100% = 100%
(28,6522,37) (34,3528,60)
0,88 0,78
= 100 % = 100 %
6,28 5,75
= 14, 01 % = 13,56 %

1 + 2 14,01 % + 13,56%
= = 13,78%
2 2

2. Kapasitas Lapang
Keranjang kuningan (a) + gumpalan Kadar air kapasitas
Ulangan
kosong (a g) tanah basah (b g) lapang (%)
KL1 75,80 84,47 43,76
KL2 73,69 81,43 52,62
Rata rata 48,19

26
2
KL1 = 100% + Ka
(+2)

2
= 100% + Ka
84,47(75,80+2)

= 29,98 % + 13,78%

= 43,76 %
2
KL2 = 100% + Ka
(+2)

2
= 100% + 13,78%
81,43(73,69+2)

= 34,84 % + 13,78%

= 52,62%

1 + 2 43,76 % + 52,62%
= = 48,19%
2 2

3. Kadar Air Maksimum


Cawan + (a ) + Petrisdis +
kertas tanah (b) setelah cawan + Kadar air
Ulangan saring jenuh basah dioven 24 kertas saring maksimum
+ petridish jenuh air jam (c g) setelah (%)
(a g) (b g) dioven (d g)
KAM 1 90,60 146,58 120,38 91,12 91,3 %
KAM 2 91,99 147,30 121,91 89,69 71,60 %
Rata rata 81,45%

()()
KAM 1 = 100 %
()
(146,5890,60)(120,3891,12)
= 100 %
(120,3891,12)
26,72
= 100%
29,26
= 91,3%

27
()()
KAM 1 = 100 %
()
(147,3091,99)(121,9189,69)
= 100 %
(121,9189,69)
23,09
= 100%
32,22
= 71,6%

KAM 1 + 2 91,3 % + 71,6%


= = 81,45 %
2 2

B. Pembahasan

Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (Akuifer)

dibawah permukaan tanah, mengiri ruang pori batuan dan berada dibawah water table

(Foth, 1994). Menurut Hardjowigeno (1993), berdasarkan gaya yang bekerja pada air

tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah dibedakan menjadi :

1. Air Higroskopis

Air higraskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat,

sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan

selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks

tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 4,7).

2. Air Kapiler

Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan

adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping

28
atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan

dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 15 atm (pF 2,52 4,20).

Air kapiler dibedakan menjadi:

a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi

turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau

setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi

sudah turun semua. Pada kondisi kapsitas lapang, tanah mengandung air

yang optimum bagi tanaman karena pori makro berisi udara sedangkan pori

mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan

dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54. Menurut Hendriyani (2009),

kapasitas lapang adalah keadaan dimana air hanya berada dalam pori pori

mikro tanah dan disebut sebagai air tersedia, sedang pori-pori makro tanah

ditempati oleh udara

b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan

menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai

layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu

permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu

permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman.

3. Air Gravitasi

Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah

meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari

29
tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi

masam dan miskin unsur hara.

Menurut Indrayatie (2009), dalam kaitannya dengan ukuran pori makro

membagi ukuran pori makro berukuran di atas 100 m, pori meso berukuran 30 100

m dan pori mikro berukuran kurang dari 30 m. Adanya perubahan distribusi

ukuran pori tersebut berarti bahwa pemadatan tanah yang diberikan menurunkan

kandungan pori makro dan meso serta meningkatkan kandungan pori mikro. Ketika

tanah mengalami pemadatan maka porositas total tanah akan berkurang karena

berkurangnya kandungan pori makro dan meningkatnya pori mikro. Pendapat ini

didukung oleh Ghildyal (1978) yang menyatakan bahwa pada tanah yang dipadatkan

berat isi dan pori mikro meningkat sedangkan pori makro cenderung menurun.

Kadar air kering udara berguna untuk mengetahui kadar air yang terkandung

pada sampel tanah atau tanaman yang sudah dikering udarakan. Berfungsi sebagai

faktor kadar air pada setiap perhitungan analisa (Prijono, 2011). Secara umum kadar

air kapasitas lapang didefinisikan sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air

drainase sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya grafitasi

setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna. Kadar air kapasitas

lapang dapat ditetapkan dengan tiga metode yang berbeda-beda, yaitu metode

Alhricks, Drainase bebas, dan Pressure plate. Ketiga metode tersebut memiliki

prinsip yang berbeda. Secara umum prinsip metode Alhricks dan Drainase bebas

berdasarkan hilangnya air gravitasi, sedangkan metode Pressure plate berdasarkan

tekanan setara pF 2.54 (1/3 atm) (Haridjaja et al, 2013). Menurut hasil penelitian

30
Sulaeman (2011) terdapat perbedaan hasil yang nyata diantara metode Alhricks dan

metode Pressure plate, yaitu kadar air yang dihasilkan oleh metode Pressure plate

lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Alhricks. Menurut Baskoro dan Tarigan

(2007) perbedaaan nilai kadar air tersebut dapat disebabkan karena pemberian

tekanan 1/3 atm pada penetapan dengan metode Pressure plate sebenarnya hanya

merupakan pendekatan. Contoh tanah utuh yang digunakan dalam penetapan kadar

air kapasitas lapang dengan metode Pressure plate hanya setebal + 1 cm. Air yang ada

pada contoh tanah tersebut lebih mudah hilang dibandingkan dengan air dalam tanah

dengan kolom yang tebal seperti pada metode Alhricks.

Pengaruh kadar air maksimum bagi pertumbuhan tanaman, yakni ketika pada

kadar air tinggi, kekurangan udara mungkindapat menjadi penghambat pertumbuhan

tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan

kelembaban tanah berada disekitar kapastitas lapang karena dalam keadaan tersebut

oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga memudahkan

absorbsi air. Ketika air diserap, lapisan air menjadi tipis dan tegangan air meningkat,

mengakibatkan absorbsi air menurun. Hal ini berlangsung sampai kadar air mendekati

titik layu. Pada keadaan titik layu, laju pertumbuhan dan fotosintesis umumnya akan

menurun. Dari keadaan tersebut, ada dua hal yang berkaitan antara pertumbuhan

tanaman dan keadaan kelembaban tanah, yaitu kekurangan oksigen pada kadar air

yang tinggi (tegangan air rendah) dan laju absorbsi air yang rendah pada kadar air

yang rendah (tegangan air tinggi) (FAO, 2011).

31
Kapasitas Lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan

jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air

yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman

atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar

tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu

(titik layu permanen). Titik Layu Permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-

akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman

menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari

(Anonymous, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah:

1. Kadar Bahan Organik Tanah

Bahan organic tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel

mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga

makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air

tanah.

2. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah

Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin

dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.

32
3. Iklim dan Tumbuhan

Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang

dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan

udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air

tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan

tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan

adalah fakto pertumbuhan yang berarti.

4. Senyawa Kimiawi

Senyawa kimiawi garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah

maupun non alamiah mempunyai gaya osmoti yang dapat menarik dan

menghidrolisis air sehingga koefisien laju meningkat.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, dengan

adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan

tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu

mengikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir,

sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah bertekstur

debu. Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori

tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak

akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori

tanah akan terisi oleh air (Indranada dan Zapata, 2002).

33
Berdasarkan hasil penelitian kami menggunakan tanah Inceptisol, tanah

tersebut memiliki kadar air kering udara sebesar 14,01% pada percobaan Ka1 dan

13,5% pada percobaan Ka2, sehingga ditetapkan kadar air kering tanah udara dengan

rata-rata sebesar 13,78%. Kadar Air Kapasitas Lapang pada tanah inseptisol

dihasilkan pada percobaan KL1 didapatkan hasil kapasitas lapang sebesar 43,76%

dan di percobaan KL2 didapatkan hasil nilai kapasitas lapang sebesar 52,62%,

sehingga nilai rata-rata kapasitas lapang untuk tanah inseptisol sebesar 48.19%.

Percobaan ketiga, yaitu percobaan Kadar Air Maksimum Tanah dengan

menggunakan tanah Inceptisol yang dilakukan dengan dua percobaan didapatkan

hasil kadar air maksimum sebesar 91,3% pada percobaan KAM1 dan hasil sebesar

71,6% pada percobaan KAM2, sehingga didapatkan hasil rata-rata kadar air kapasitas

maksimum tanah tanah inseptisol sebesar 81,45%. ini sama halnya sepertu menurut

Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh

massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang

kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya

adhesi, kohesi, dan gravitasi. Lain halnya dengan kadar air maksimum, suatu jenis

tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan

pelapisan tanah (Hakim, 1986). Tekstur tanah yang halus menyebabkan porositasnya

rendah sehingga mampu menahan air. Tinggi rendahnya kadar air maksimum

tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur yang berbeda

pula. Demikian lah yang terjadi pada derajat kerut tanah yang kami praktikumkan

sama halnya dengan teori menurut Hardjowigeno (1992) dan Hakim (1986).

34
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kadar air tanah kering udara dari contoh tanah yang diamati adalah 14,01% dan

13,5% dengan rata-rata 13,78%.

2. Kadar air kapasitas lapang dari contoh tanah yang diamati adalah rata-ratanya

43,76% dengan KL1 52,62% dan Kl2 48,19%.

3. Kadar air maksimum dari contoh tanah yang diamati adalah KAM1 91,3% dan

KAM2 71,6% dengan hasil rata-rata 81,45%.

B. Saran

Pengamatan dalam praktikum ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk

mengetahui kadar air tanah maka diperlukan timer untuk perendaman dan

pengovenan agar sesuai dengan waktu yang ditentukan. Praktikan harus terus

menjaga kebersihan laboratorium dan hati-hati dalam menggunakan alat-alat yang

terdapat pada laboratorium. Selain itu dalam laboraorium sebaiknya diberi air

conditioner agar tidak terlalu panas karena jumlah praktikan yang mengikuti

praktikum banyak maka kondisi ruangan laboratorium menjadi pengap.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Air Tanah dan Kadar Air Tanah. (on-line)

http://marno.lecture.ub.ac.id/DASAR-ILMU-TANAH-AIR-TANAH-DAN-

KADAR-AIR-TANAH, diakses 19 April 2017.

Baskoro, D.P.T. dan S.D. Tarigan. 2007. Karakteristik Kelembaban Tanah pada

Beberapa Jenis Tanah. Jurnal Tanah Lingkungan. Vol. 9: 77-81.

FAO, Corporate Document Repository. 2011. Departemen Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan. Kesediaan Air dan Tersedianya Air TAW & RAW. (on-

line) http://www.fao.org/docrep/x0490e/x0490e0e.htm diakses 20 April 2017.

Foth, H.D. 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta.

Hakim, Nurhajati, et al. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,

Lampung.

Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Aka Press, Jakarta.

Haridjaja, Oteng., Baskoro D,P., Setianingsih, M. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air

Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan

Pressure Plate pada Berbagai Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan

Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). Jurnal Tanah

Lingkungan. Vol. 15 No. 2: 52-59

36
Hendriyani, Ika Susanti. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang

Panjang (Vigna Sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. Jurnal

Sains & Mat. Vol. 17 No. 3: 145-150.

Indranada dan Zapata, F. 2002. Handbook for the assessment of soil erosion and

sedimentology using environmental radionuclide". Vienna, Austria: Joint

FAO/IAEA Division, IAEA. Page: 97 - 106.

Indrayatie, Eko Rini. 2009. Distribusi Pori Tanah Podsolik Merah Kuning pada

Berbagai Kepadatan Tanah dan Pemberian Bahan Organik. Jurnal Hutan

Tropis Borneo.Vol 10 No. 27: 230-236.

Prijono, Sugeng. 2011. Instruksi Kerja Laboratorium Kimia Tanah. Universitas

Brawijaya, Malang.

Saridevi, G.A.A.R, I Wayan D Atmaja, I Made Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi

Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol,

dan Vertisol..E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika .Vol 2 No 4: 215-217.

Sulaeman, D. 2011. Efek Kompos Limbah Baglog Jamur Tiram Putih terhadap Sifat

Fisik Tanah serta Pertumbuhan Bibit Markisa Kuning, Skripsi. Fakultas

Pertanian IPB Bogor.

Sutedjo, M. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.

37
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

Cawan tembaga porus diisi


contoh tanah halus kurang
lebih 13 nya hingga
1
penuh, kemudian tanah
diratakan dengan colet.

Cawan tembaga porus


direndam dalam bak
2
perendam dengan ditumpu
batang kayu

Cawan tembaga porus


dimasukkan ke dalam
3 oven selama 24 jam
dengan suhu 105o C

Contoh tanah dimasukkan


kedalam keranjang stainles
setinggi 2,5 cm dari batas
4 secara merata tanpa
ditekan kemudian tanah
ditetesi air di 3 titik
membentuk segitiga

38

Anda mungkin juga menyukai